Anda di halaman 1dari 27

STUDI KASUS TENTANG SISWA YANG SULIT

BERKOMUNIKASI DENGAN ORANG TUANYA PADA


KELAS XI SMA NEGERI 3 PONTIANAK TAHUN 2021
PROPOSAL
OLEH
ZAIDUL MUSTOFA
NIM F1141191028

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunianya penulisan

proposal dengan judul “Studi Kasus Tentang Siswa Yang Sulit Berkomunikasi

dengan Orang Tuanya Pada Kelas XI SMA Negeri 3 Pontianak Tahun 2021”

dapat diselesaikan.

Tersusunnya penulisan proposal ini adalah berkat bantuan, bimbingan

serta kerja sama dengan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada Dra.Yuline,M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Studi Kasus

yang telah memberikan bimbingan dalam penyususnan proposal ini.

Dalam penyelesaian penulisan proposal ini disadari bahwa masih banyak

kekurangan dan ketidaksempurnaan, sehingga kritik dan saran yang membangun

sangat penulis butuhkan untuk kesempurnaan penulisan proposal ini. Akhirnya

semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis

sendiri dan mendapat ridho dari Allah SWT. Amin

Pontianak, November 2021

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................I
DAFTAR ISI......................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Fokus Penelitian..........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian........................................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian......................................................................................4
E. Definisi Operasional................................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................ 7


A. Pengertian Berkomunikasi..........................................................................7
B. Pengertian Sulit Berkomunikasi................................................................. 8
C. Pengertian Orang Tua................................................................................. 9
D. Karakter Peserta Didik Yang Sulit Berkomunikasi Dengan Orang Tuanya
......................................................................................................................... 10
E. Faktor Yang Menyebabkan Peserta Didik Sulit Berkomunikasi Dengan
Orang Tuanya.................................................................................................. 11

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................16


A. Subjek Kasus.............................................................................................. 16
B. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................16
C. Metode dan Prosedur Penelitian................................................................. 16
D. Jenis dan Sumber data................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
LAMPIRAN..........................................................................................................23

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, dengan

adanya komunikasi seseorang akan dapat saling terhubung antara yang satu

dengan yang lainnya. Komunikasi dalam keluarga adalah bentuk komunikasi

yang ideal. Disamping itu, ketika orang tua melakukan komunikasi dengan

anak tentang pengalaman sehari-hari bagi anak sangatlah penting karena akan

mengurangi rasa tidak enak yang ada didalam diri individu. Komunikasi

orang tua dengan anak bisa dikatakan efektif bila keduanya saling terbuka

satu sama lain sehingga dapat membuat suatu hubungan yang baik antara

anak dan orang tua.

Menurut menurut Suranto, 2005 (dalam Gufron 2016, h.3)

“komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan

penerima, dengan bantuan pesan, pengirim dan penerima memiliki beberapa

pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim

oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima”. Sejalan dengan

hal tersebut Mulyana, 2002 (dalam Rohim (2009, h.10) bahwa komunikasi

juga dipahami sebagai suatu bentuk komunikasi interaksi, yaitu komunikasi

dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang arahnya bergantian.

Keefektifan komunikasi yang baik sangatlah berpengaruh bagi

perilaku diri individu karena anak tersebut dapat berinteraksi sosial dengan

1
2

baik terhadap orang tuanya maupun dengan teman sebayanya, baik

dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Komunikasi didalam sebuah keluarga dapat berlangsung secara timbal

balik yang silih berganti, bisa dari orang tua terhadap anak, atau dari anak

terhadap orang tua ataupun dari anak terhadap anak. Oleh sebab itu hubungan

komunukasi didalam keluarga harus terjalin dengan baik, peserta didik yang

dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang tuanya akan memiliki

dorongan untuk lebih terbuka dan lebih percaya untuk berinteraksi dengan

lingkungan sekitar. Namun masih terdapat peserta didik yang sulit untuk

berkomunikasi dengan orang tuanya.

Menurut Irawati (2012, h.145) orang tua adalah “orang dewasa yang

paling penting dan berpengaruh dalam kehidupan peserta didik”. Dan

menurut Cristenson & Sheridan 2001 (dalam Vern Jones 2012, h.145)

“didalam keluarga orang tua memiliki status tertentu yaitu ayah dan ibu yang

menjadi suatu anggota dalam sebuah keluarga”. Ayah dan ibu sangat berperan

penting dalam membangun komunikasi dengan anaknya, dimana hal tersebut

sangat berperngaruh terhadap kehidupannya sebagai peserta didik.

Pada saat ini terdapat orang tua yang masih belum mampu untuk

membangun komunikasi dengan anaknya sehingga anak tersebut juga akan

sulit untuk berkomunikasi dengan orang tuanya hal tersebut dapat diihat dari

bagaiamana interaksi diantara keduanya.

Untuk mengatasi masalah peserta didik tersebut maka guru bimbingan

dan konseling bersama bekerjasama dengan orang tua membantu anak agar
3

dapat berkomunikasi dengan orang tuanya. Pada penelitian ini, penulis akan

melakukan survey terlebih dahulu untuk mendapatkan data awal akan

masalah yang ingin diteliti. Dan oleh sebab itu penulis tertarik untuk

menyelesaikan masalah peserta didik yang mengalami kesulitan

berkomunikasi dengan orang tuanya

B. Fokus Penelitian

Adapun fokus dalam penulisan ini adalah peserta didik yang sulit

berkomunikasi dengan orang tuanya dikelas XI SMA Negeri 3 Pontianak.

Yang dijabarkan kedalam sub-sub masalah yaitu sebgai berikut:

1. Bagaimana karakakteristik peserta didik yang sulit berkomunikasi

dengan orang tuanya.

2. Faktor internal apa saja yang menyebabkan peserta didik sulit

berkomunikasi dengan orang tuanya.

3. Faktor eksternal apa saja yang menyebabkan peserta didik sulit

berkomunikasi dengan orang tuanya.

4. Bantuan apa saja yang dilakukan untuk mengatasi peserta didik yang sulit

berkomunikasi dengan orang tuanya.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan ini, sesuai dengan rumusan masalah

diatas adalah untuk mengatasi masalah peserta didik yang sulit berkomunikasi

dengan orang tuanya dan dijabarkan kedalam sub-sub masalah sebagai

berikut:
4

1. Untuk mendiskripsikan bagaimana karakakteristik peserta didik yang

sulit berkomunikasi dengan orang tuanya.

2. Untuk mendiskripsikan faktor internal apa saja yang menyebabkan

peserta didik sulit berkomunikasi dengan orang tuanya.

3. Untuk mendiskripsikan faktor eksternal apa saja yang menyebabkan

peserta didik sulit berkomunikasi dengan orang tuanya.

4. Untuk mendiskripsikan bantuan apa saja yang dilakukan untuk mengatasi

peserta didik yang sulit berkomunikasi dengan orang tuanya

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis atau akademis merupakan manfaat penelitian

bagi pengembangan ilmu. Sehingga manfaat teoritis ini dapat

mengembangkan ilmu yang diteliti dari segi teoritis. Jadi secara teoritis

manfaat dari hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan berupa

pengetahuan khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling, yang

menyangkut upaya pengentasan masalah peserta didik sulit

berkomunikasi dengan orang tuanya dan bisa menjadi landasan dalam

pelaksanaan bimbingan dan konseling baik itu bersifat individual maupun

kelompok.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis menjelaskan manfaat yang berguna untuk

memecahkan masalah secara tersebut secara praktis.

a. Bagi Peserta Didik


5

Untuk membantu peserta didik kelas XI SMA Negeri 3

Pontianak dalam meyelesaikan masalah sulit berkomunikasi dengan

orang tuanya, serta agar peserta didik dapat memperoleh bantuan

yang sesuai dengan masalah yang dihadapinya.

b. Bagi Guru Bimbingan Dan Konseling

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan rujukan bagi guru Bimbingan dan konseling untuk mengatasi

masalah peserta didik yang sulit berkomunikasi dengan orang tuanya.

c. Bagi Guru Sekolah

Memberikan manfaat sebagai upaya guru dalam

menyampaikan dan memahami permasalahan peserta didik sesuai

dengan kammpuannya, karena tidak semua peserta didik mampu

menerima proses pembelajaran dengan baik.

d. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan evaluasi dan sumbangan pengetahuan demi meningkatkan dan

mengatasi masalah peserta didik sulit berkomunikasi dengan orang

tuanya.

e. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

yang baik dan positif bagi orang tua peserta didik agar dapat lebih

memahami tentang kelemahan dan kekurangan yang dimiliki oleh

masing-masing anak.
6

E. Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan untuk memberikan penjelasan dan

menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang ada,

sehingga tidak timbul kesalah pahaman dalam penafsirannya. Adapun definisi

operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Sulit Berkomunikasi

Sulit berkomunikasi adalah suatu hambatan yang ada didalam

hubungan tindakan seseorang dalam berinteraksi antara orang tua dan

juga anaknya dikarenkan kurangnya keharmonisan diantara keduanya

dimana hal ini adalah kenyataan seseorang yang sulit berkomunikasi

dengan orang tuanya.

2. Orang Tua

Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan

ibu yang merupakan hasil dari sebuah pernikahan yang sah yang dapat

membentuk keluarga, orang tua memiliki tanggung jawab untuk

mendidik, mengasuh dan membimbing anaknya untuk menghantarkan

anak agar siap dalam kehiidupan masyarakat.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Berkomunikasi

Komunikasi adalah kegiatan diantara dua orang atau lebih untuk

saling berbagi informasi baik secara verbal mapun non verbal untuk saling

memahami diatara kedua belah pihak. Menurut Arikunto (1993, h.207)

menyatakan bahwa "Komunikasi adalah suatu proses dimana pesan

disampaikan oleh penyampai pesan kepada penerima pesan yang berupa

perasaan atau hasil pemikiran sendiri untuk mengubah sikap atau perilaku

penerima pesan". Sedangkan Menunt Gufron (2016, h.23) menyatakan bahwa

“Komumikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang

lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik secara

secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media)".

Jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah

proses penyampaian pesan kepada orang lain yang berupa perasaan atau

pemikiran sendiri untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat atau

perilaku, baik secara lisan ataupun tidak langsung.

Komunikasi orang tua dengan anak adalah komunikasi yang terjalin

dua arah, orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran,

informasi atau nasihat. Komunikasi sangat penting untuk mengetahui segala

macam hal yang menyangkut pribadi anak yang sulit berkomunikasi dengan

orang tuanya. Dengan komunikasi akan berpengaruh terhadap sikap dan

7
8

bagaimana anak menjalani kehidupannya dan juga dapat

menumbuhkan sifat yang terbuka harmonis dan ideal.

Oleh sebab itu komunikasi diantara anak dan orang tua harus berjalan

secara efektif, hal tersebut membutuhkan pendekatan terlebih dahulu agar

orang tua dan anak saling membuka diri satu sama lain sehingga anak dapat

mengeluarkan segala isi hatinya untuk disampaikan kepada orang tuanya.

B. Pengertian Sulit Berkomunikasi

Komunikasi dapat terjalin dengan baik apabila terdapat kesamaan

yang saling terhubung antara pengirm pesan dengan penerima pesan, namun

ketika penerima tidak dapat menerima pesan dengan baik maka dapat

dipastikan akan sulit untuk berkomunikasi. Menurut Gufron (2016, h.75)

menyatakan bahwa "Sulit berkomunikasi adalah tidak terjalinnya hubungan

yang harmonis antara penyampai pesan (komunikator) dengan penerima

pesan (komunikan)”. Sedangkan menurut Purwanto (2013, h.13) menyatakan

bahwa “Sulit berkomunikasi adalah suatu penyampaian pesan muncul keragu-

raguan tentang isi pesan, kurang terbiasa dengan situasi yang ada atau masih

asing, adanya pertentangan emosional atau kesulitan dalam mengekspresikan

ide atau gagasan”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sulit berkomunikasi adalah tidak

terjalinnya hubungan yang harmonis disebabkan keragu-raguan tentang isi

pesan, kurang terbiasa, dan ada pertentangan emosi diantara komunikator

dengan komunikan.
9

Oleh sebab itu seorang anak yang tidak memiliki hubungan dekat

dengan orang tuanya akan membuat anak menjadi lemah dalam berinteraksi

dengan orang tuanya sendiri karena sang anak merasa dirinya diabaikan oleh

orang tuanya sendiri.

C. Pengertian Orang Tua

Orang tua merupakan seseorang yang sudah dewasa yang terikat

dengan pernikahan yang memiliki seorang anak sebagai satu kesatuan dari

keluarga. Orang tua sebagai pengendali rumah tangga, diharapkan mampu

untuk mengarahkan anaknya dalam berinteraksi dimana hal tersebut sangat

berpengaruh terhadap proses belajar anak. Menurut Sjarkawi (2006, h.78)

menyatakan bahwa “Orang tua merupakan kunci utama yang harus terlebih

dahulu benar-benar memahami dan mampu menerapkan nilai-nilai etika

terhadap anak”. Sedangkan menurut Resnawati (2011, h.10) mengatakan

bahwa “Orang tua adalah orang dewasa pertama yang memikul tanggung

jawab pendidikan, sebab secara alami anak pada awal kehidupannya berada

ditengah-tengah ibu dan ayahnya, serta dari merekalah anak mulai mengenal

pendidikan”

Jadi dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah orang dewasa yang

merupakan kunci utama yang memikul tanggung jawab untuk memberikan

anak pendidikan dan juga membantu anak memahami serta menerapkan nilai-

nilai etika karena anak pada kehidupan awalnya berada ditengah-tengah ibu

dan ayahnya.
10

Orang tua juga menjadi pengaruh yang besar terhadap komunikasi

anak pada saat mereka disekolah dan orang tua dapat mempengaruhi

kepribadian anak yang sulit berkomunikasi secara baik. Dan anak akan lebih

terbuka kepada orang tuanya tentang segala permasalah yang dihadapinya.

D. Karakter Peserta Didik yang Sulit Berkomunikasi dengan Orang Tuanya

Setiap individu memiliki karakter masing-masing begitu pula dengan

anak-anak yang mengalami kesulitan berkomunukasi denagn orang tuanya

dan dampak yang terlihat adalah terhambatnya komunikasi yang baik dan

terbatas dalam interaksinya dengan orang tuanya.

Komunukasi yang baik dan efektif dilandasi dengan adanya

keterbuakaan dan dukungan yang positif pada anak agar apa yang

disampaikan orang tua dapat diterima dengan baik. Dan apabila orang tua dan

anak memiliki sikap yang tertutup maka anak akan sulit untuk berkomunikasi

dengan orang tuanya. Menurut Fathurrohman, dkk (2013, h.19) menyatakan

bahwa ciri-ciri dari anak yang sulit berkomunikasi dengan orang tuanya

adalah sebagai berikut

1. Kurangnya keterbukaan atau cenderung tertutup

2. Memiliki sikap pemalu

3. Jarang bertatap muka

Sedangkan menurut Kertajaya (2010, h.76) ciri-ciri peserta didik yang

sulit berkomunikasi dengan orang tuanya adalah:

1. Pendiam atau sukar menerjemahkan ide atau gagasan dalam bentuk

bahasa lisan
11

2. Memiliki sikap cenderung tertutup

3. Memiliki sikap pemalu

4. Memiliki sikap yang sentitif terhadap kritikan orang lain

5. Sulit berinteraksi dengan orang lain

Dari pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa anak atau peserta

didik yang mengalami masalah kesulitan berkomunikasi dengan orang tuanya

yaitu:

1. kurang terbuka , cenderung tertutup dan pendiam

2. Pemalu

3. Sulit berinteraksi dengan orang lain dan jarang bertatap muka

4. Sensitif terhadap kritikan orang lain

Peserta didik yang sulit berkomunikasi dengan orang tuanya juga

biasa lebih cenderung menyendiri dan beranggapan bahwa orang tuanya lebih

mementingkan pekerjaan dari pada dirinya, sehingga anak tidak bisa

mengungkapkan pemikirannya kepada orang tuanya.

E. Faktor-faktor yang Menyebabkan Peserta didik Sulit Berkomunikasi dengan

Orang tuanya

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan peserta didik sulit

berkomunikasi dengan oraang tuanya yaitu:

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri individu itu

sendiri. Diaman sejalan dengan pendapat Asrosi (2003, h.21) yang

menyatakan bahwa “Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal


12

dari dalam diri individu”. Faktor internal mencakup fakktor psikologi dan

faktor jasmaniah yang dapat berpengaruh terhadap kesulitan

berkomunikasi peserta didik terhadap orang tuanya ketika peserta didik

tidak mendapat respon balik dari orang tuanya.

Faktor internal yang harus ada diri peserta didik dan orang tuanya

agar dapat berjalan komunikasi yang baik dan efektif, menurut Gufron

(2016, h.19-20) menyatakan bahwa suatu proses komunikasi agar

mengena harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu:

a. Mendengarkan

b. Dukungan

c. Keterbukaan

d. Kepekaan

e. Umpan balik

f. Perasaan positif

g. Kesamaan antara orang tua dan anak

Dengan adanya proses komunikasi yang baik antara orang tua dan

anak maka komunikasi tersebut dapat efektif kembali, sehingga anak

dapat membuka diri dalam berkomunikasi yang baik terhadap orang

tuanya.

2. Faktor Eksternal yang Menyebabkan Peserta Didik Sulit Berkomunikasi

dengan Orang Tuanya

Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri individu yang

membantunya dalam kehidupan. Menurut Asrori (2003, h.21) yang


13

menyatakan bahwa “faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar

diri individu”. adapun beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi

peserta didik sulit untuk berkomunikasi dengan orang tuanya

a. Kondisi Keluarga

Orang tua yang kurang dapat berkomunikasi dngan anaknya

akan memiliki jarak dan membuat komunikasi tidak dapat terjalin

dengan baik. Menurut Zubaedi (2011, h.145) menyatakan bahwa

“kondisi dirumah tangga dengan adanya orang tua dan saudara-

saudara akan lebih menjamin kesejahtraan anak”. Namun jika

kondisi rumah selalu sepi dan tidak ada interakasi antar anggota

keluarga maka akan terasa kurang lengkap karena tidak terjalin

komunikasi dengan efektif diantara anak dan orang tua.

Pola asuh juga dapat menjadi faktor anak tidak dapat

berkomnikasi dengan orang tuanya. Proses pola asuh yang

diungkapkan oleh Soelaeman, 1985 (dalam Shochib 2014, h.14)

menyatakan bahwa

a) Pola pertemuan yaitu dapat tidaknya cara dan kulaitas pertemuan


antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik
yang interaksinya bersifat non subjek.
b) Kualitas penghayatan dan komunikasi anak terhadap orang
tuanya baik sebgai ibu aau ayah maupun sebagai pendidik.
Pola asuh yang dimaksud disini adalah ketika anak

mendapatkan sebuah perhatian dari orang tuanya, karena orang tua

berperan penting untuk mengembangkan pola komunikasi anak agar

anak adapat lebih terbuka lagi ketika anak ingin menyampaikan

suatu gagagasan terhadap irang tuanya. Proses pola asuh orang tua
14

meliputi kedekatan orang tua dan anak, pengawasan orang tua dan

komunikasi orang tua dan anak tentang apapun.

b. Lingkungan

Lingkungan adalah salah satu faktor pendukung berbagai hal

baik positif maupun negatif. Menurut Shochib (2014, h.62)

menyatakan bahwa “lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk dapat

melakukan sesuatu tindakan serta perubahan-perubahan perilaku

individu”.

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan sosail yang

dapat mempengaruhi kepribadian anak yang sulit berkomunikasi

dengan orang tuanya, apabila anak sulit untuk berkomunikasi dengan

orang tuanya maka juga berdampak pada perilaku anak sulit

berinteraksi dilingkungan masyarakat. Apabila komunikasi keluarga

selalu terbuka satu sama yang lain, saling menghormati dan saling

mengisi maka hal tersbut sangat berdampak positif bagi perilaku nak

yang sulit berkomunikasi dengan orang tuanya.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya

dapat penulis sumpulakan bahwa terdapat beberapa faktor yang

menyebabkan anak sulit berkomunikasi dengan orang tuanya,

diantaranya adalah pengawasan orang tua dan komunikasi orang tua

dengan anak, pola asuh juga menjadi salah satu faktor dalam

komunikasi anak. Komunikasi yang efektif dapat dikatakan baik jika


15

seseorang menerima kemudian diiringi sikap hangat, akrab serta

dapat mempengaruhi sikap dan menjalin hubungan yang baik serta

dapat melahirkan tindakan seperti yang diinginkan.


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Subjek Kasus

Seseorang yang mengalami masalah sehingga memerlukan perlakuan

khusus yaitu peserta didik yang mengalami masalah kesulitan berkomunikasi

dengan orang tuanya yang berjumlah 2 orang

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 3 Pontianak, dilakukan dari tahap

observasi sampai pada penulisan laporan dilakukan dari tanggal 27

November-09 Desember 2021.

C. Metode dan Prosedur Penelitian

Menurut woody,1927 ( dalam Sumadayo 2013, h.1) menyatakan

bahwa penelitian adalah merupakan sebuah metode untuk menemukan

kebenaran dan yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (critical thinking)

penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap masal,

memformulasikan hipotesis atau jawaban sementara membuat kesimpulan

sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas semua

kesimpulan untuk menentukan apakah ia cocok dengan hipotesis.

Pada penelitian ini menggunkan metode penelitian studi kasus.

penelitian studi kasus dapat dikatakan sebagai pendekatan yang digunakan

dalam melakukan penelitian yang sesuai dengan permasalahan-permasalahn

yang ingin diketahui jawabannya sesuai dengan data dan informasi.

Sukmadinata (2010, h.77) menyatakan bahwa studi kasus merupakan metode

16
17

untuk menghimpun dan mengalisis data berkenaan dengan sesuatu

kasus. Sedangkan menurut pendapat Tohirin (2011, h.19) menyatakan bahwa

“Studi kasus adalah pengujian intesif menggunakan berbagai sumber bukti

terhadap suatu entitas tungal yang dibatasi oleh ruang dan waktu”.

Jadi dari pendapat tersebut dapat disimpulkan studi kasus adalah

metode yang digunkan untuk menghimpun dan menganalisis data dengan

menggunakan berbagai sumber bukti.

Prosedur penelitian studi kasus ini menggunkan penelitian deskriptif.

Menurut Sukmadinata (2011, h.72) menyatakan bahwa “penelitian deskriptif

adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar”. sedangkan menurut

Trianto (2010, h.197) menyatakan bahwa “penelitian deskriptif adalah

penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian

yang sedang terjadi”.

Jadi pengertian diatas dapat disimpulakan penelitian deskriptif adalah

penelitian dasar yang digunakan untuk mendeskrpsikan suatu gejala,

peristiwa, dan kejadian yang sedang terjadi.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data

Pada penelitian ini menggunakan beberapa jenis pengumpulan data yaitu

a. Wawancara

Menurut Nasution dan usman (2007, h.96) menyatakan

bahwa "wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data

dengan melakukan tanya-jawab terhadap responden agar mendapat


18

informasi yang dibutuhkan oleh penelitian”. sedangkan

menurut Sugiyono (2016, h.137) “wawancara di gunakan sebagai

teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus di teliti

dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden

yang lebih mendalam dalam jumlah responden nya sedikit/kecil”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa wawancara

adalah metode pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab

yang dapat digunkan untuk menemukan permasalahan yang ingin

diteliti apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari respondenn

lebih mendalam.

2. Sumber data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian, data pimer diperolah dari peserta didik yang mengalami

maslaah kesulitan berkomunikasi dengan orang tuanya didapatkan

melalui wawancara.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh dari informan,

yang bisa berasal dari orang tua konseli, saudara kandung konseli,

ataupun tetangga terdekatnya. Adapun pihak-pihak:

1) Guru BK

2) Orang tua
19

3) Teman dekat

c. Teknik Pengumpul Data

Dalam penelitian ini menggunkan teknik pengumpul data melalui

angket.

d. Analisis Data

Setelah data diperoleh selanjutnya data dianalisis dan diolah Analisis

data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang

dapat diceritarakan kepada orang lain. Teknik analisis data ini

dilakukan setelah proses pengumpulan data diperoleh. Bahwasanya

dalam pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Tohirin (2017, h.317-321)

meliputi beberapa tahapan yang merujuk dari langkah-langkah

bimbingan dan konseling yaitu:

1) Identifikasi masalah

Identifikasi masalah adalah langkahyang dimaksudkan untuk

mengenal kasus atau masalah serta gejala-gejala yang nampak

pada peserta didik.

2) Diagnosis
20

Langkah diagnosis adalah menentapkan masalah berdasarkana

analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya

masalah.

3) Prognosis

Adalah langkah perencanaan yang dilakukan untuk menentukan

berbagai alternatif bantuan guna memecahkan masalah yang

dialami oleh peserta didik

4) Treatment/pemberian bantuan

Setelah merencanakan pemberi bantuan, maka dilanjutkan

dengan merealisasikan langkah-langkah alternatif bentuk

bantuan berdasarkan masalah dan latar belakang yang menjadi

penyebabnya.

5) Evaluasi dan tindak lanjut

Evaluasi dan tindak lanjt merupakan langkah yang dimaksudkan

untuk menilai atau mengetahui sejauh mana langkah terapi yang

dilakukan dan telah mencapai hasilnya


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Organisasi Dan Administrasi Pendidikan Teknologi

Dan Kejuruan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Asrori. 2003. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta. Media Akademi

Fathurrohman, Pupuh, dkk. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung:

Refika Aditama

Gufron. 2016. Komunikasi Pendidikan. Yogyakarta: Kalimedia

Istadi, Irawati. 2012. Mendidik Dengan Cinta Tumbuh Kembang Anak.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jones, Vern dan Jones, Louise. 2012. Manajemen Kelas Komprehensif. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group

Nasution, Mustafa, Edwin dan Usman, Hardius. 2007. Proses Penelitian

Kuantitatif. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Purwanto, Djoko. 2013. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga

Purwanto, Ngalim. 2007. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Resnawati. 2011. Peranan Bimbingan Orang Tua Dalam Memotivasi Belajar

Siswa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi Perspektif, Ragam, & Aplikasi. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Shochib, Moh. 2004. Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak

Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta.

21
22

Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral, Intelektual,

Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta:

PT. Bumi Aksara.

Sukmadinata, Nana, Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Sumadayo, Samsu. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Thill, john V. dan Bove, Courtland L (2001). Excellence in business comunication.

United States Of Americ

Tohirin. 2011. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis

Integrasi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Trianto. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi

Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana Media Group.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam

Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


Lampiran

Saya mengambil skripsi milik Umaroh dengan NIM F1141131017 Universitas

Tanjungpura Tahun 2018 yang berjudul “Studi Kasus Tentang Siswa Yang Sulit

Berkomunikasi Dengan Orang Tuanya Pada Kelas XI SMK N 1 Pontianak Tahun

2018”.

Pada skripsi studi kasus milik Umaroh ini dapat membantu saya dalam

mengerjakan tugas mata kuliah Studi Kasus yang di bimbing oleh Ibu

Dra.Hj.Yuline,M.Pd. Skripsi ini cukup membantu saya dalam mengerjakan tugas,

namun masih ada beberapa hal yang belum sejalan dan juga belum saya mengerti

dari skripsi studi kasus ini.

Saya merubah beberapa kalimat bahkan paragraf di dalam skripsi tersebut

untuk saya jadikan tugas studi kasus, yang dimana saya lebih mempersingkat teori

yang ada di dalam pendahuluan. Saya hanya mengambil bebrapa teori saja yang

terdapat di pendahuluan tersebut, karena saya rasa hal itu lebih baik. Saya juga

menambahkan beberapa paragraf menggunakan kalimat serta pikiran saya sendiri

seperti memberikan kesimpulan di setiap bagian yang ada.

Pada kajian teori saya menghilangkan atau tidak menggunakan jabaran

dari layanan bimbingan dan konseling seperti pengertian, ciri-ciri, asas, dan juga

karakteristik karena menurut saya hal tersebut tidak diperlukan dalam pengerjaan

tugas yang saya kerjakan.

Pada bagian metode, saya menyesuaikan dengan tempat atau lokasi yang

saya observasi sebelumnya. Pada bagian metode ini, ada beberapa teori yang saya

ambil dan saya masukan kedalam tugas studi kasus milik saya untuk

23
mempermudah saya dalam mengerti ataupun memahami maksud dari metode

yang saya gunakan saat meneliti.

24

Anda mungkin juga menyukai