Anda di halaman 1dari 12

BAB VI

KEBERANIAN DAN SEMANGAT

1. Pengertian Keberanian
Kata berani dalam bahasa Arab disebut syajaah. Pengrtian syajaah dalam arti
sebenarnya adalah berani menghadapi bahaya atau penderitaan dengan penuh
ketabahan sesuai dengan tuntunan agama Islam. Syajaah dapat dibagi menjadi dua
bagian antara lain sebagai berikut :
a. Syajaah harbiyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak misalnya
keberanian dalam pertempuran diwaktu peperangan sedang berlangsung
b. Syajaah nafsiyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan di luar
pertempuran, seperti menegakkan kebenaran.

2. Pernyataan Kebenaran
Keberanan adalah sumber keberanian. Karena itu kita sering melihat orang-
orang yang awalnya tampak lemah, seketika berbalik menjadi berani karena
tindakannya didasari kebenaran. Sebaliknya ada orang yang tampak gagah, tetapi
kemudian menjadi penakut karena berada di jalan salah.

Artinya :
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan umat kepada yang berhak
menerimanya dan (menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara manusia
supaya kamu menetapkannya dengan adil sesungguhnya kamu telah diberikan
pelajaran yang sebaik-baiknya kepadamu sesunguhnya Allah adalah maha mendengar
lagi maha melihat
(Q.S Annisa : 58)

Karena itu Allah swt banyak sekali menyerukan kepada manusia jika diberi
kepercayaan/amanah maka jagalah kepercayaan itu dan sampaikanlah amanah kepada
yang berhak seadil-adilnya.

B. Keberanian dan Semangat


1. Pengertian Semangat
Semangat adalah dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu
tindakan yang mereka yakini kebenarannya, yang disertai kesadaran dan percaya diri.
Orang yang bersemangat memiliki sifat ramah, lapang dada, berjiwa besar serta tidak
mudah menyerah.

Allah swt dalam alqur’an surat Al-maidah ayat (2) dengan jelas menyatakan sebagai
berikut :

Artinya :
Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (Q.S. Al-maidah :2)

Artinya :
Sebaik-baiknya jihat seseorang pemimpin yang adil dalam keperluannya (HR
Tarmuni Abu Daud)

Jadi pemimpin yang adil adalah yang mampu meletakkan sesuatu dengan
tempatnya, dinyatakan sebagai suatu jihad yang baik. Sang pemimpin jika telah
melaksanakan keadilan, peluang berbuat kejahatan dan kemungkaran dalam masyarakat
sangat kecil. Jika demikian maka bersemangat mengerjakan kebaikan amal mencegah
kejahatan dan kemungkaran.

1. Keberanian memikul amanah


Amanah adalah sesuatu yang harus dilaksanakan dengan penuh amanah, tanpa
keberanian dikhawatirkan amanah Allah kepada kita dapat dikerjakan dengan baik dan
sempurna
Jika seorang pemimpin mau ditaati maka ia harus adil, dan jika terjadi perbedaan
pendapat harus mengikuti tuntunan Allah dan rasul.

Selain ilmu pengetahuan sikap lemah lembut terhadap orang lain juga merupakan
amanah, karena sikap itu tidak ada pada dirinya seseorang berkat rahmat Allah.
Artinya :
Dan janganlah kepada Allah dan rasulnya dengarkanlah kamu yang menyebabkan kamu
menjadi hilang dengan kekuatanmu sabarlah sesungguhnya kamu beserta orang-orang
yang beriman (QS. Al alaq : 46)

2. Pentingnya Menumbuhkan Sikap Keberanian dan Semangat Rela


Berkorban
Dalam hidup ini agar tercapai kebahagiaan dunia akhirat tidak bisa lepas dari sikap
berani dan rela berkorban, berani adalah dasar tindakan dan rela berkorban adalah jiwa
ikhlas. Jika kedua hal tersebut menyatu (berani dan ikhlas menyatu) maka tidak ada
didunia ini yang ditakuti kecuali Allah, dan tidak akan da perbuatan atau amal kecuali
hanya karena Allah (ikhas). Kita dapat melihat dari perbuatan Nabi Ibrahim, as yang
berani mengorbankan anak kandun yang disayang demi cintanya kepada Allah swt.
Demikian pula Ismail, seorang anak muda yang berani berhadapan dengan kematian juga
karena ikhlas kepada Allah.
Karena keberanian dan rela berkorban itulah, nyata ketaatan dan kesabaran
keduanya. Seperti telah diketahui setelah keduanya pasrah kepada Allah dan ketaatan
mereka telah nyata Allah mengganti Ismail dengan seekor kambing.
BAB VII
TATA KRAMA DAN SOPAN SANTUN

A. Tata Krama dan Sopan Santun


1. Pengertian Tata Krama
Tata krama terdiri dari kata tata da krama. Tata berarti adat, aturan, norma,
peraturan. Krama berarti sopan santun, kelakuan, tindakan dan perbuatan. Dengan
demikian tata krama berarti adat sopan santun, kebiasaan sopan santun atau sopan santun
ini dapat diterapkan kedalam cara berbicara, berpakaian, berkenalan, bertamu atau
menerima tamu, berjalan, makan menggunakan fasilitas umum dan lain-lain.

2. Tata Krama dalam Berbicara terhadap Orang Tua


Pepatah mengungkapkan berkata peliharalah lidah, sebab lidah tak bertulang. Sekali
terlontar kata-kata yang tidak sedap kepada orang lain tidak dapat lagi menariknya.
Karena itulah hati-hatilah berbicara supaya tidak mendatangkan akibat yang tidak
menyenangkan dikemudian hari.
Terhadap orang tua, tata krama dalam berbicara harus betul-betul digunakan.
Berbicara terhadap orang tua dengan sopan dan ketika keduanya bicara kita
mendengarkan dengan sopan pula. Allah swt berfirman sebagai berikut :

Artinya :
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua
m=telah mendidik aku waktu kecil”. (Q.S Al-Isra : 24)

3. Menjaga dan Memelihara Ibu Bapak


Jika sampai saatnya anak memelihara ibu bapaknya, maka tugas ini tidak boleh
diabaikan. Memelihara ibu bapak tidak boleh mengeluh apalagi berbicara terhadap
keduanya dengan kata-kata kasar. Sebagai anak harus sadar bahwa memelihara ibu bapak
itu adalah tugasnya, terlepas dari apakah anaknya orang mampu atau tidak, orang tuanya
seiman seagama dengan anaknya atau tidak, yang penting adalah niat ikhlas dalam
mengurusnya, inilah yang utama.
Pernah seorang sahabat bertanya kepada Rasululah sebagai berikut :

Artinya :
“Wahai seorang penyembah berhala datang minta tolong. Bolehkan saya menolong dia ?
Rasulullah menjawab “ya” jangan engkau putuskan hubungan dengan ibumu”. (H.R
Bukhari)
Dari dialog Rasulullah dengan sahabat diatas tampat bahwa betapa pun berbedanya
keyakinan akidah dan agama antara anak dan orang tua, anak tetap berkewajiban
berbakti kepadanya. Mereka adalah orang paling berjasa dalam sejarah kehidupan
seorang manusia. Merekalah yang melahirkan, membesarkan, dan mendidik anak-
anaknya sehingga menjadi orang yang pintar.

4. Tata Krama terhadap Guru


Guru adalah pengajar dan pendidik. Tugas guru dangat berat, Tanpa mereka tidak
ada presiden, pengusaa, para enteri, dokter, insiyur, ahli pertanian, pilot dan lain profesi.
Tanpa mereka rakyat Indonesia masih terbelenggu dalam keadaan buta huruf.Karena itu
tata krama terhadap guru harus ada seperti membersihkan kelas sebelum guru masuk,
menghapus papan tulis, menyiapkan kapur tulis dan alat pelajaran lainnya, tidak ribut
pada waktu guru masuk, mendengarkan penjelasan guru ddengan sungguh-sungguh.

5. Tata Krama terhadap Teman Sejawat


Tata krama terhadap teman sejawat antara lain berlaku saling hormat, bersikap tidak
kasar, menjaga perasaan teman supaya mereka tidak tersinggung, suka memberikan
pertolongan, suka memberi maaf, mendoakan teman kita supaya diampuni dari dosa,
mengajak mereka bermusyawarah dalam setiap urusan.
Hal ini lebih rinci diperjelas oleh Allah swt dalam Al-qur’an Surah Ali Imran Ayat
159 berikut ini :

Artinya :
“Maka diserahkan kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sebenarnya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjatuhkan diri dari sekelilingmu
Karena itu maafkanlah mereka mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudahan apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya. (QS. Al Imran : 159)
6. Tata Krama terhadap Lawan Jenis
Pada prinsipnya pria menjadi pelindung wanita. Karenanya pria dapat
mempraktekkan tata kramanya dengan cara melaksanakan fungsinya sebagai pelindung
terhadap wanita dimanapun berada.
Kemudian antara laki-laki dan wanita pergaulan mereka harus jelas batasnya.

B. Cara Bergaul kepada Orang Tua


Bergaul kepada orang tua harus berjalan lancar, dalam surat Al Isra ayat 24 Allah
menjelaskan cara bergaul terhadap orang tua, misalnya terhadap orang tua harus
merendah, baik sikap maupun perkataan. Sikap kepada keduanya tidak boleh kasar,
angkuh, sombong atau segala sikap yang membuat orang tua jadi tersinggung. Perkataan
juga demikian tidak boleh berkata kasar, menggerutu, dan sebagainya, anak harus
berkata sopan, memanggil orang tua dengan panggilan yang terhormat.

C. Sopan Santun terhadap Kerabat


Terhadap kerabat atau keluarga kita harus tetap menyambungkan tali persaudaraan.
Jika tidak, maka Allah akan mengazab di neraka.

D. Sopan Santun terhadap Guru


Sopan santun terhadap guru ini sangat penting, sebab guru adalah orang yang paling
berjasa mendidik umat, diantaranya bila bertemu mengucap salam.
BAB VIII
CINTA KEPADA RASUL

A. Pengertian Cinta kepada rasul


Cinta kepada rasulullah berarti memperhatikan, memgagumi dan memuliakan
rasulullah disertai kesadaran untuk taat menjalankan sunahnya dan memperjuangkan
risalahnya semata-mata demi mengharap keridaan Allah swt.
Cinta kepada rasul sangat dianjurkan dalam Islam, seperti dinyatakan Alqur’an berikut
ini :

Artinya :
“Katakanlah jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai
kamu dan mengampuni dosa-sosamu”. (Q.S. Al Imran : 31)

Artinya :
“Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kamu, sehingga (sampai) aku lebih dicintai
olehnya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anak dan manusia semuanya”
(H.R Bukhari dan Muslim)
1. Penyebab Timbulnya Cinta kepada Rasul
Timbulnya kecintaan kepada Rasulullah berasal dari sumbernya yang satu
yaitu iman. Orang beriman dengan ikhlas akan mencintai rasul. Iman dan cinta
dirasakan menjadi kebutuhan dalam hidup. Sebab melalui Rasul telah banyak tatanan
kehidupan manusia berubah. Semula manusia tidak mengenal aturan, tidak mengenal
halal dan haram, dan tidak memiliki tata krama yang dapat mengangkat derajat
manusia itu sendiri.
Berkat rasulullah sestem kehidupan manusia menjadi tertatur, mengenal halal
haram, serta telah mengantarkan manusia menuju cara hidup tidak materialis, yaitu
gaya hidup menyeimbangkan antara lahir dan batin, materi dan bukan materi serta
antara dunia dan akhirat.
Dengan demikian, manusia dapat mencapai ketenangan dan ketentraman hidup
lahir dan batin serta mengenal aturan, norma dan etika. Nabi Muhammad saw. Telah
menyelamatkan manusia dimuka umi dari kebodohan. Wajar saja apabila orang yang
membawa keselamatan untuk manusia dicintai oleh manusia yang lain.

2. Keteladanan Nabi dalam Berumah Tangga


Secara umum akhlak Rasul dalam berumah tangga dapat dipahami lewat pengakuan
istri Rasul Siti Aisyah ra ketika ditanya seorang sahabat perihal akhlak beliau “Akhlak
Rasulullah adalah Alquran” kata Siti Aisyah.
Aswad ra pernah berkata bahwa ia bertanya pada Aisyah katanya “Apakah yang
diperbuat Nabi dalam rumah tangga ? jawab Aisyah. “Beliau juga mengerja pekerjaan
rumah tangga menolong istri beliau. Dan apabila waktu solat tiba beliau pergi salat”
Allat swt menyatakan sebagai berikut :

Artinya :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia
banyak menyebut nama Allah” (Q.S Al Ahzab : 21)

3. Keteladanan sebagai Pemimpin Umat


Sebagai pemimpin umat Rasulullah dikenal sangat bijaksana dan terkesan tidak
pemarah. Beliau pernah mengalami kejadian yang sangat pahit dalam peperangan
uhud. Sebagian sahabatnya telah melanggar disiplin, meninggalkan tempat pertahanan
karena mengharapkan harta rampasan dan kemenanga. Akhirnya sangat fatal, strategi
kaum muslimin mberantakan dan tentara musuh menyerbu kubu pertahanan kaum
muslimin dari segenap penjuru. Ada 70 orang syuhada Islam gugur diantaranya
hamzah bin Abdul Muthalib, seorang pahlawan Islam yang gagah berani. Rasulullah
sendiri mendapat luka karena serangan musuh, mukanya berlumuran darah dan
giginya ada yang tanggal.
Peristiwa ini tidak menyebabkan Rasulullah saw marah atau berlaku keras dan kasar
terhadap anak buah yang dipimpinnya, sebagaimana yang dijelaskan dalam Alqur’an
Surat Ali Imran Ayat 159. Dalam ayat tersebut Allah menerangkan bahwa dengan
rahmat Allah Rasulullah menjadi lemah lembut kepada kaum muslimin. Ditegaskan
jika karena kejadian dan pelanggran disiplin itu Rasulullah berlaku kasar dan keras
hati, pasti anak buah selaku yang dipimpin akan meninggalkan Rasulullah sebagai
pimpinan.

4 Keteladanan Nabi Muhammad saw, sebagai Pribadi Muslim


Nabi Muhammad saw. Sebagai pribadi muslim diakui menjadi contoh utama yang
harus diikuti. Mengikuti atau mencontoh Rasul berarti mengikuti perintah Allah. Jika
tidak mengikuti atau tidak mencontoh Rasululah berarti melanggar perintah Allah.
Dalam penanaman iman, dan pembangunan kekuatan dalam kalangan sendiri
(kaum muslimin) beliau membangunnya atas dasar persaudaraan yang murni, beliau
membina atas dasar rahma dan ukhuwah serta mahabbah (kasih sayang, persaudaraan
dan kecintaan).

B. Pembuktian cinta kepada Rasul


Cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak atau pembuktian cinta kepada rasul
diantaranya sebagai berikut :
1. Membaca salawat yaitu membacakan salawat dan salam kepada Rasulullah
sebagai tanda terima kasih atas perjuangan yang sukses yang dilakukan rasulullah
saw.
Membaca salawat dan salam merupakan perintah Allah dan rasul-Nya. Perintah
Allah ini terdapat dalam Al-qur’an Surat Al Ahzab ayat 56. Sedangkan hadis
Nabi diriwayatkan oleh Achmad.
2. Tunduk dan patuh yaitu rela memenuhi dan melaksanakan perintahnya serta
menjauhi larangannya, dengan ikhlas semata-mata mengharap keridaan Allah
swt.
3. Mencontoh akhlak pernuatan rasul. Mencontoh akhlak Rasul yang terkenal mulia
dilakukan dengan cara mengikuti budi pekerti Rasul menurut kadar kesanggupan
yang dimiliki manusia, yaitu jika Rasulullah bersikap pemaaf, sabar, dan kasih
sayang, maka kita juga berbuat demikian dalam kehidupan sehari-hari.

BAB IX
KETERBUKAAN

A. Pengertian Keterbukaan

Keterbukaan erat kaitannya dengan kejujuran. Keterbukaan atau kejujuran artinya


sikap yang tidak menuntut keadaan sesuatu yang sebenarnya, sesungguhnya atau apa
adanya serta tidak ditambah atau dikurangi. Perbuatan yang dimaksud dalam ayat diatas,
meliputi perbuatan hati, lidah dan tingkah laku anggota badan, Allah mengetahui apa
yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dengan demikian terhadap Allah
tidak seorangpun yang bisa berbohong.

Bohong adalah sikap yang menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan sifatnya.
Sikap yang tidak sesuai antara ucapan dengan perbuatan.

Sikap keterbukaan antara lain dapat berfungsi menyadarkan atau meningkatkan


kesadaran manusia untuk selalu berterus terang Sikap ini dibutuhkan dalam kehidupan,
terutama dalam hal menjaga keharmonisan antara sesaa manusia. Sebab tidak seorang
manusia yang senang atau suka bohong.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia disibukkan oleh bermacam-macam aktivitas


atau kegiatan. Apalagi semua aktivitas atau kegiatan tersebut dijalani dengan sikap
keterbukaan. Maka akan berjalan tanpa diiringi rasa was-was, takut, dan sebagainya.
Sebaliknya yang timbul justru gairah kerja, semangat, dan tidak terasa dibebani.

Anda mungkin juga menyukai