0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1 tayangan7 halaman
Teks ini membahas corak kehidupan masyarakat masa praaksara di Indonesia, mulai dari yang hidup sebagai pemburu-pengumpul makanan nomaden hingga berkembang menjadi petani yang hidup menetap. Masyarakat praaksara awalnya berpindah-pindah mengikuti sumber daya, kemudian mulai menetap di tepi sungai dan gua-gua serta berkembang menjadi petani sederhana yang bergotong royong.
Teks ini membahas corak kehidupan masyarakat masa praaksara di Indonesia, mulai dari yang hidup sebagai pemburu-pengumpul makanan nomaden hingga berkembang menjadi petani yang hidup menetap. Masyarakat praaksara awalnya berpindah-pindah mengikuti sumber daya, kemudian mulai menetap di tepi sungai dan gua-gua serta berkembang menjadi petani sederhana yang bergotong royong.
Teks ini membahas corak kehidupan masyarakat masa praaksara di Indonesia, mulai dari yang hidup sebagai pemburu-pengumpul makanan nomaden hingga berkembang menjadi petani yang hidup menetap. Masyarakat praaksara awalnya berpindah-pindah mengikuti sumber daya, kemudian mulai menetap di tepi sungai dan gua-gua serta berkembang menjadi petani sederhana yang bergotong royong.
Gua Lawayang ada di Dusun Bowerejo, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponogoro, Provinsi Jawa Timur. Dr. Van Stein Callenfelspernah meneliti Gua Lawapada tahun 1928-1931. Hasilnya, gua tersebut tergolong abris sous roche atau gua sebagai tempat tinggal dan berlindung para manusia purba di zaman purba mesolitikum dari binatang buas dan perubahan cuaca. Dalam Gua LawaSampung, terdapat banyak alat peninggalan masa purba, misalnya flake, ujung panah, kapak yang telah diasah, dan batu pipisan. Mereka memilih gua yang tidak jauh dari sumber air atau sungai yang terdapat sumber makanan, seperti ikan, kerang dan siput. Selain bertempat tinggal di gua-gua ada juga kelompok manusia praaksara yang bertempat tinggal di tepi pantai yang hidupnya lebih bergantung pada bahan-bahan makanan yang terdapat di laut. Hal tersebut terbukti dari penemuan-penemuan kulit kerang dan siput yang membukit, yang disebut dengan kjokkenmoddinger. Berikut akan dipelajari tentang pola hunian dan kehidupan manusia praaksara. 1. Pola Hunian Manusia Purba Ada dua karakter khas hunian manusia purba, yaitu kedekatan sumber air dan adanya kehidupan dialam terbuka. Pola hunian manusia purba dapat dilihat dari letak geografis situs-situs serta kondisi lingkungannya. Situs-situs purba yang ada di sepanjang Bengawan Solo (Sangiran, Sambungmacan, Trinil, Ngawi dan Ngandong) adalah contoh dari adanya kecenderungan manusia purba menghuni lingkungan di pinggir sungai. Air diperlukan tumbuhan dan binatang. Petunjuk yang dapat memberikan gambaran mengenai kehidupan manusia purba adalah adanya sebaran sisa-sisa peralatan yang digunakan manusia purba pada waktu itu yang umumnya berada di dasar atau di sekitar sungai. Pola Kehidupan di sekitar sungai menunjukkan kehidupan manusia purba di alam terbuka .manusia mempunyai kecendrunganuntuk menguni lingkungan terbuka di sekitar aliran sungai . manusia purba tersebut juga memanfaatkan berbagai sumber daya lingkungan yang tersedia, salah satunya tinggal di gua-gua lama hunian manusia purba di suatu lingkungan eksploitasi dipengaruhi oleh ketersedian bahan makan . pada waktu lingkungan sudah tidak ada bahan makanan, manusia berpindah ke lingkungan baru di tepi sungai untuk membuat persinggahan yang baru di tempat tinggal sementara tersebut mulai berkembang pola hunian 2. Dari berburu, meramu, sampai pada bercocoktanam Berdasarkan hasil penelitian berupa fosil dan artefak diperkirakan manusia praaksara awalnya hidup dengan cara berburu dan meramu, kemudian bercocoktanam .hidup mereka bergantung pada alam . untuk mempertahankan hidup , mereka menerapkan pola hidup nomaden atau berpindah-pindah bergabung dari bahan makanan yang ada a. kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makan ( meramu) dalam kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan( meramu ) dibagai menjadi berikut. 1) kehidupan masyarakat berburu dan meramu tingkat awal pada masyarakat berburu dan meramu, lingkungan hidup manusia liar dan keadaan bumi masih labil. Pada saat itu banyak terjadi letusan gunung merapi dan daratan tertutuphutan yang lebat, serta berbagai binatang purba masih hidup didalamnya. Manusia pendukung pada masa itu adalah pithecanthropus erectus dan homo wajakensis. Kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan ( meramu ) telah ada semenjak manusia muncul di permukaan bumi, begitupulahalnya dengan manusia Indonesia. Kegiatan berburu dan menemu ini merupakan yang paling sederhana yang bisa dilakukan manusia karena manusia dapat mengambil makanan secara langsung dari alam dengan cara mengumpulkan makanan ( food gathering ) kehidupan masyarakat berburu dan berpindah-pindah mempunyai ciri-citi sebagai berikut.
A. Belum mengenal bercocok taman
B. Kebutuhan makan mereka bergantung pada alam sehingga cara mereka mencari makan disebut dengan nama food gathering( merupakan makan) dan berburu . C. Alat- alat kebutuhan mereka dibuat batu yang belum dihaluskan ( masih sangat kasar ) D. Mansiahidup berkelompok dan tempat tinggal mereka berpindah- pindah dari tempat satu ke tempat yang lain ( nomaden ) seiring denganusaha memenuhi kebutuhan hidup
Ada dua hal menyebarkan masyarakat berburuberpindah tempat yaitu pertama
karena binatang buruan serta umbi-umbi semakin berkurang di tempat yang mereka diami dan yang kedua karena musimkemarau menyebabkan binatangburuanberpindah tempat untuk mencari sumber air yang lebih baik . 2) masyarakatberburu dan meramu tingkat lanjut Masa berburu dan meramu tingkat lanjut berlangsung setelahsetelah zaman pleistosen. Corak kehidupan masyarakat berburudanmeramu tingkat lanjut masih berpengaruh pada masa sebelumnya. Kehidupan mereka masih bergantung pada alam. Mereka hidup dengan cara berburu binatang di dalam hutan, menangkap ikan, dan dengan mengumpulkan makanan, seperti umbi- umbian, buah-buahan, biji- bijian dan daun-daunan .alat-alat kehidupan yang di gunakan pada berburu dan meramu tingkat lanjut misalnya kapak ganggang, flake, dan alat-alat dari tulang. Pada masa itu, juga telah dikenal gerabah berfungsi sebagai wadah. Pola bermukim mereka mulai berubah dari nomaden menjadi semisedenter. Ketika masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut mampu mengumpulkan makanan dalam jumlah yang cukup banyak, mereka mulai lebih lama mendiami suatu tempat. Setelah itu, pengetahuan mereka berkembang untuk menyimpan dan mengawetkan makanan. Daging binatang buruandiawetkan dengan cara dijemur setelah terlebih dahulu diberi ramuan .mereka bertempat tinggal di gua-gua ( abris sous roche). Mereka memilih gua yang letaknya cukup tinggi di lereng-lereng bukit untuk melindungi diri dari iklim dan binatang buas . Masyarakat berburu dan meramutingakatlanjut juga telah mengenal pembagian kerja. Kegiatan berburu banyak dilakukan oleh kaum laki-laki. Kaum wanita yang tidak bayakterlibat dalam kegiatan berburuan, lebih banyak berada di sekitar gua-gua tempat tinggal mereka. Oleh karena perhatian wanita ditunjukkan kepada lingkungan yang terbatas ia mampu memperluaspengetahuannya tentang selukbeluk tumbuh –tumbuhan yang dapat dibudidayakan . Pada masyarakat masa berburu dan mengumpulkan makanan diduga telah muncul kepercayaan. Buktinya adalah dengan ditemukan bukti-bukti tentang penguburan di Gua Lawa, Sampung, Ponogoro, Jawa Timur, Gua Sodong, besuki, jawa timur, dan bukti kerang, acehtamiang, nanggroeaceh Darussalam. Dari mayat-mayat yang dikuburkan tersebut ada yang ditaburi cat merah. Diperkiran cat merah tersebut berhubung dengan upacara penguburan yang maksudnya adalah membuktikan kehidupan baru di alam baka.didinding- dinding gua leangpattae, Sulawesi selatan ditemukan lukisan cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah. Menurut para ahli, hal tersebut mungkin mengandung arti kekuatan atau symbol kekuatanpelindung untuk mencegahroh-rohjahat .ada beberapa gambar jari yang tidak lengkap. Gambar tersebut dianggap sebagai tanda adat berkabung . Di pulau semarang dan papua juga ditemukan lukisan gua. Di dua tempat tersebut ditemukan lukisankadal. Diperkirakan lukisan tersebut mengandung arti lambing kekuatanmagis, yaitu sebagai penjelmaroh nenek moyang atau kepala suku yang sangat dihormati . B. Kehidupan Masyarakat Bercocok Taman dan Hidup Menetap 1) Kehidupan Sosial Ekonomi Masa bercocoktamanmerupakan masa yang penting bagi perkembangan masyarakat dan peradaban. Adanya penemuan baru dalam rangka penguasaansember alam bertambah cepat. Berbagai macam tumbuhan dan hewan mulai di pelihara dan dijadikan. Cara bercocoktaman dengan berhuma mulai dikembangkan sehingga mencullah ladang-ladang pertanian yang sederhana. Berhuma adalah bercocoktanamsecara berpindah- pindahdengancaramenebang, mebakar, serta membersihkan hutan, kemudian menanaminya dan meninggalkanyasetelah tanah itu tidak subur lagi Kehidupan masyarakat pada masa bercocoktaman mengalami peningkatan cukup pesat. Masyarakat praaksara pada saat itu telah memiliki tempat tinggal yang tetap. Mereka memilih tempat tinggal padasuatu tempat tertentu . Kehidupan sosial yang dilakukan oleh masyarakat pada masa bercocoktanam ini terlihat dengan jelas melalui cara bekerja dengan bergotongroyong .setiappekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat selalu dilakukan dengan cara bergotongroyong antara lain pekerjaan petani, merambahhutan, berburu, dan membangun rumah, secara hidup bergotong royong itu metupakan salah satu ciri kehidupan masyarakat yang bersifat agraris. Kegiatan bergotong royong hingga saat ini masih tetap dipertahankan terutama di daerah perdesaandalam kehidupan masyarakat taman sudah terlihat peran pemimpin ( primus inter pares). Gelar primus inter peres di Indonesia adalah ratu atau datu( k) ,artinya orang terhormat dan patutdihormati karena kepemimpinannya ,kecakapannya, kesetiannya,pengalamannya dan lain-lain Kehidupan masyarakat pada masa bercocoktanam dan menetap memiliki ciri-ciri sebagai berikut. A. Sudah mengenal bercocoktanam secara baik B. Sudah mampu mengolah bahan makanan sendiri sesuai dengan kebutuhan nereka( mengasilakan makanan/ food producing). C. Sudah mempunyai tempat tinggal yang menetap secara mantap. D. Peralatan yang buat dari batu lebih alus dan macam-macam , seperti kapak,tombak,dan panah E. Peradaban mereka sudah lebih maju, alat-alat rumah tangga dibuat baik dan mereka telah mengerti seni 2). Kehidupan budaya Kebudayaan manusia praaksara pada masa bercocoktanam mengalami perkembangan dengan hasil kebudayaan yang bervariasi( ada yang buat dari batu dan tulang hinggal yang terbuat dari tanah liat ). Hasil-hasil kebudayaan pada masa becocoktanam, seperti kapak persegi, kapak lonjong, mata panah, gerapah dan perhiasan 3). Sistem kepercayaan Tahukah anda, bagimanakepercaan nenek moyang kita? Bagaimana mereka melakukan atau menjalankan kepercaannya? Nenek moyang kita percaya bahwa kekuatan lain yang mahakuat yang ada di luar dirinya. Mereka mengenal kepercayaan kehidupan setelah kematian.perwujudankepercayaan nenek moyang dituangkan dalam berbagai bentuk, seperti dengan karya seni. Salah satunya berfungsi sebagai bekal kubur intuk orang yang telah meninggal sering adanya bekal kubur tersebut, manusia purba. Sebelum meninggal, manusia menyiapkan dirinya dengan membuat berbagai bekal kubur dan membuat tempat penguburan yang menghasilkan karya seni yang cukup bagus .masyarakat pada zaman praaksarana ( terutama pada periode zaman neolitikum) telah mengenal adanya sistem kepercayaan. Meraka sudah memahami/mengetahui adanya ke hidupan setelah mininggal .merekamenyakini bahwa rohseseorang yang telah meninggal akan kehidupan di alam yang lain. Oleh karena itu, mereka menyakini bahwa roh orang yang sudah meninggal akan senantiasa dihormatiolehsanakkerabatnya .sehubungan dengan hal tersebut, kegiatan ritual yang paling menonjol adalah upacara penguburan. Dalam tradisi penguburan ,jenazah orang yang telah mininggaldibekeli dengan berbagai benda peralatan kebutuhan sehari-hari, seperti barang- barang perhiasan,periuk,dan benda lainnya yang dikubur bersama mayatnya. Adanya bekeltersebutdimagsudkan agar perjalanan arwah orang yang meninggalselamat dan dapat terjamin dengan baik . Selain adanya upacara penguburan , juga ada upacara-upacara pesta untuk mendirikan bangunan suci. Oleh karena itu, upacara kematian merupakan menifestasi dari rasa bakti dan hormatseseorang terhadap leluhurnya yang telah meninggal. Adanya sistem kepercayaan masyarakat praaksara tersebut telah melahirkan tradisi megalitik( zamanmegalitikum= zaman batu besar ) . masyarakat pada zaman megalitikum mendirikan bangunan batu-batu besar, bangunan batu-batu besar tersebut , seperti menhir, sarkofagus, dolmen, dan pundenberundak. Pada zaman praaksara, seseorang dapat dilihat kedudukansosialnya dari cara penguburanjenazahnya. Adanya sistem kepercayaan dan tradisi batu besar tersebut mendorong berkembangnya kepercayaan animism dan percayaandinamisme, sedangkan kepercayaandinamismemempercanyai bahwa ada benda-benda tertentu yang diyakini memiliki kekuatangaib sehingga benda- benda tersebut sangat dihormati dan dikeramati. Masyarakat zaman praaksara akhir juga mulai mengenal adanya sedekah laut. Upacara tersebut lebih bayakdikembangkan oleh para nelayan.bentuk sedekah laut tersebut mungkin semacamselamatan apabila akan melakukan pelayaran atau mungkin juga pada waktu akan memulai membuat perahu.