Anda di halaman 1dari 25

A.

KONSEP DASAR INFANT


1. Pengertian Infant
Infant adalah tahap perkembangan bayi usia 0-12 bulan dimana
pada usia bayi belajar terhadap kepercayaan dan ketidakpercayaan. Masa
ini merupakan krisis pertama yang dihadapi oleh bayi. Perkembangan
psikososial bayi yang normal adalah proses perkembangan yang ditandai
dengan pemupukan rasa percaya pada orang lain dan diawali dengan
kepercayaan terhadap orang tua, khususnya ibu. Rasa aman secara fisik
dan psikologis berperan penting dalam pembentukan rasa percaya bayi.
Jika rasa percaya tidak terpenuhi, akan terjadi penyimpangan berupa rasa
tidak percaya dan setelah dewasa akan menjadi orang yang mudah curiga
dan tidak dapat menjalin hubungan baru (Keliat et.al, 2011).

2. Perkembangan dan Pertumbuhan Bayi


Masa bayi berlangsung pada usia 0-1 tahun pertama setelah priode bayi
yang baru lahir dua minggu.  Meskipun masa bayi sering dianggap sebagai
masa bayi baru lahir, tetapi label masa bayi akan digunakan untuk
membedakannya dengan priode pascanatal yang ditandai dengan keadaan
sangat tidak berbahaya. Selama beberapa bulan masa bayi keadaan tidak
berdaya itu secara berangsur-angsur agak menurun. Akan tetapi tidak berarti
bahwa keadaan tidak berdaya secara cepat menghilang dan bayi menjadi
mandiri, melainkan setiap hari setiap minggu dan setiap bulan bayi semangkin
mampu mandiri sehingga saat masa bayi berakhir pada ulang tahun ke-2 ia
menjadi seseorang yang berbeda dengan awal masa bayi. Karena istilah bayi
banyak ditafsirkan sebagai individu yang tidak berdaya, maka semangkin
umum orang menamakan masa bayi selama dua tahun itu sebagai anak kecil
yang baru belajar berjalan. Anak kecil adalah anak bayi yang telah berhasil
menguasai tubuhnya sehingga relatif mandiri. (Hurlock, Elizabeth : 2002).
3. Ciri-Ciri Masa Bayi
Ciri-ciri tersebut membedakan  masa bayi dari periode-periode sebelumnya dan
sesudahnya berikut ini adalah ciri-ciri yang penting.
a. Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya.
Meskipun seluruh masa anak-anak terutama tahun-tahun awal
dianggap sebagai masa dasar. Namun masa bayi adalah dasar priode
kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola prilaku,
sikap dan pola ekspresi emosi terbentuk.
b. Masa bayi adalah masa dimana pertumbuhan dan perubahan berjalan pesat.
Bayi berkembang pesat  baik secara fisik maupun secara psikologis.
Dengan cepatnya pertumbuhan ini perubahan tidak hanya terjadi dalam
penampilan tetapi juga dalamkemampuan. Bayi lambat laun menjadi tidak
segrmuk seperti pada saat dilahirkan dan anggota-anggota tubuh
berkembang dalam perbandingan yang lebih baik terhadap kepala yang
besar. Perubahan dalam perbandingan tubuh disertai dengan pertumbuhan
tinggi dan berat tubuh. Meskipun pertumbuhan pesat terjadi pada seluruh
periode bayi, namun yang terpesat adalah dalam tahun pertama.
c. Masa bayi adalah masa berkurangnya ketergantungan.
Berkurangnya ketergantungan pada orang lain merupakan efek dari
pesatnya perkembangan pengendalian tubuh yang memungkinkan  bayi
duduk, berdiri, berjalan dan menggerakan benda-benda. Gerakan-gerakan
bayi yang acak dan menyeluruh kembali menjadi gerakan yang terkoordinasi
sehingga memungkinkan bayi melakukan sendiri hal-hal sebelumnya harus
dilakukan oleh orang lain. Dengan berkurangnya ketergantungan bayi tidak
senang diperlakukan seperti bayi. Ia tidak lagi mau memberikan orang lain
melakukan hal-hal yang dapat dilakukan atau yang dianggapnya dapat
dilakukan sendiri
d. Masa bayi adalah masa meningkatnya individualitas.
Hal yang terpenting dalam meningkatkan kemandirian adalah bahwa
kemungkinan ini memungkinkan  bayi mengembangkan hal-hal yang sesuai 
dengan minat dan kemampuannya, individualis yang tampak pada waktu
lahir semangkin menonjol pada saat menjelang akhir pada masa bayi.
Individualis tampak dalam penampilan dan pola-pola prilaku bahkan bayi
kembarpun menampakkan individualisnya.
Dengan meningkatnya individualis maka setiap bayi harus diperlukan
sebagai individu. Tidak dapat lagi semua bayi diharapkan tumbuh
berdasarkan makanan yang sama atau adanya jadwal makan dan tidur yang
sama.
e. Masa bayi adalah masa menarik
Meskipun menurut orang dewasa bayi mempunyai bayi mempunyai
ukuran tubuh yang tidak wajar tetapi bayi menarik justru karena kepalanya
besar,perutnya buncit, anggota badannya kecil dan kurus, tangan dan
kakinya kurus, tangan dan kakinya kecil, kalau bayi memakai baju dan
diselubungi dengan selimut bayi, membuatnya semangkin menarik.
(Hurlock, Elizabeth : 2002).

4. Perkembangan fisik
Pertumbuhan yang pesat selama rentang kehidupan terjadi pada masa bayi
dan pada periode pubertas. Selama eenam bulan pertama, pertumbuhan terus
terjadi dengan pesat seperti pada priode pranatal dan kemudian mulai menurun
dalam kedua tingkat pertumbuhan cepat menurun selama tahun pertama
peningkatan berat tubuh lebih besar dari pada peningkatan tinggi selama tahun
ke-2 terjadi hal sebaliknya. Kalau pertumbuhan pesat yang meruupakan ciri dari
periode pranatal dari awal priode pascanatal tidak berkurang setelah lahir, anak
dapat tumbuh menjadi raksasa. Meskipun pola umum dari pertumbuhan dan
perkembangan sama bagi semua bayi, tetapi tetap ada perbedaan dalam tinggi,
berat, kemampuan sensorik, dan bidang perkembangan fiisik lain. Beberapa
bayi memulai kehidupan dengan badan yang lebih kecil dan perkembangan
yang kurang normal. Mungkin ini disebabkan karena belum cukup umur atau
kondisi fisik yang buruk akibat ibu kurang gizi, mengalami tekanan atau
kondisi kurang baik lainnya selama pranatal. Akibatnya bayi itu cendrung
ketinggalan dengan tema-teman sebayanya dalam tahun-tahun dimasa bayi.
(Hurlock, Elizabeth : 2002).

5. Perkembangan Psikososial Usia Bayi


a. Ciri-ciri Perkembangan Psikososial
1) Perkembangan psikososial bayi dimulai pada usia 1-2 bulan
memperlihatkan rasa senang-nyaman berdekatan dengan orang yang
dikenal
2) Usia 4-7 bulan memberikan respon emosional terhadap kontak sosial
3) Usia 9-10 bulan mulai lepas dari pengasuhnya karena sudah dapat
merangkak atau meraih sesuatu.
4) Usia 1 tahun tampak interaktif rasa aman dengan ibu atau pengasuhnya
dan
5) Usia 2 tahun mulai mengikuti perbuatan orang lain diluar ibu atau
pengasuhnya, bermain sendiri atau dengan orang lain. (Desmita : 2009).
b. Tahap Perkembangan Usia Bayi
Menurut Erik Erikson (1963) perkembangan psikososial terbagi
menjadi beberapa tahap. Masing-masing tahap psikososial memiliki dua
komponen, yaitu komponen yang baik (yang diharapkan) dan yang tidak
baik (yang tidak diharapkan). Perkembangan pada fase selanjutnya
tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa sebelumnya.
Dari pendapat Erik Erikson tadi maka tahap-tahap perkembangan
psikososial yang dilalui bayi hanya ada satu yaitu Percaya Vs Tidak percaya
( 0-1 tahun ). Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang adalah
rasa percaya. Membangun rasa percaya ini mendasari tahun pertama
kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontak dengan dunia luar maka ia mutlak
tergantung dengan orang lain. Rasa aman dan rasa percaya pada lingkungan
merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi untuk berhubungan dengan
dunia luar adalah mulut dan panca indera, sedangkan perantara yang tepat
antara bayi dengan lingkungan adalah ibu.
c. Perkembangan Emosi
Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan gejolak fisiologis
dan perilaku yang tampak sekaligus. Emosi pun diklasifikasi menjadi dua
yaitu, afektifitas positif (antusiasme, kegembiraan, kesabaran, dan
ketenangan) dan afektifitas negatif (kecemasan, kemarahan, rasa bersalah,
dan kesedihan). Sedangkan, yang dinamakan dengan emosionalitas pada
perangai bayi adalah kecenderungan untuk mengalami
kesulitan (distressed). (Desmita : 2009).
Dalam perkembangan anak, emosi memiliki peranan-peranan tertentu,
seperti, media untuk penyesuaian diri dan mempertahankan kelangsungan
hidup (adaptation & survival). Emosi pun memiliki fungsi sebagai media
pengaturan diri (regulation).Dan juga berfungsi sebagai media komunikasi.
(Desmita : 2009).
Gejala awal perilaku emosional adalah keterangsangan umum terhadap
stimulus yang kuat. Keterangsangan berlebih-lebihan tampak dalam aktivitas
yang banyak pada bayi yang baru lahir. Meski begitu, reaksi emosional pada
bayi yang masih dalam periode neo natal, kurang spesifik, karena hanya
menampakan reaksi terhadap kesenangan dan ketidak senangan. Seiring
pertambahan usianya, ekspresi emosional bayi sekitar satu tahun, telah
menyerupai ekspresi yang ditampakkan oleh orang dewasa. (Desmita :
2009).
Biasanya, emosi pada bayi hanya ditunjukkan dengan menangis dan
tersenyum, karena kedua hal itu adalah mekanisme yang terpenting untuk
mengembangkan komunikasi bayi tersebut. (Desmita : 2009).

B. KONSEP DASAR TUMBUH KEMBANG


1. Pengertian Tumbuh Kembang
Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran
sedangakan perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang terjadi
secara bertahap dan tingkatyang paling rendah dan kompleks melalui
proses maturasi dan pembelajaran (Whalex danWone, 2000).
Tumbuh kembang adalah suatu proses, dimana seseorang
anak tidak hanyatumbuh menjadi besar tetapi berkembang menjadi lebih
terampil yang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling
berkaitan dan sulit dipisahkan
a. Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalalm
julmla besar,ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang
bisa diukur berat, panjang,umur tulang dan keseimbangan elektrolit.
b. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola
teratur dan dapat diramalkan sebagaihasil antara lain proses
pematangan termasuk perkembangan emosi, intelektual, dantingkah
laku sebagai hasil dengan lingkungan.
Untuk terciptanya tumbuh kembangyang optimal tergantung pada
potensi biologis, psikososial, dan perilaku yangmerupakan proses
yang unik dan hasil akhir berbeda- beda yang memberi ciritersendiri
pada setiap anak.
2. Teori Tumbuh Kembang
a. Teori Tumbuh Kembang Sigmund Freud
Freud membagi perkembangan menjadi 5 tahap, yang secara berurut
dapat dilalui oleh setiap individu dalam perkembangan menuju
kedewasaan.
1) Fase Oral : 0 – 1 tahun
Keuntungan: kepuasaan/kebahagian terletak pada mulut (mengisap,
menelan, memainkan bibir, makan, kenyang, dan tidur.)
Kerugian: menggigit, mengeluarkan air liur, marah, menangis jika
tidak terpenuhi.
2) Fase Anal: 1 – 3 tahun
Keuntungan: belajar mengontrol pengeluaran BAB dan BAK,
senang melakukan sendiri
Kerugian: jika tidak dapat melakukan dengan baik.
3) Fase Falik: 3 – 6 tahun
- Dekat dengan orang tua lawan jenis
- Bersaing dengan orang tua sejenis
4) Fase Laten: 6 – 12 tahun
- Orientasi social keluar rumah
- Pertumbuhan intelektual dan social
- Banyak teman dan punya group
- Impuls agresivitas lebih terkontrol
5) Fase genital
- Pemusatan seksual pada genital
- Penentuan identitas
- Belajar tidak tergantung pada orang tua
- Bertanggung jawab pada diri sendiri
- Intim dengan lawan jenis.
Keuntungan: bergrup
Kerugian: konflik diri,ambivalen.
b. Teori tumbuh Kembang Erik Erickson
Erik H. Erickson mengungkapkan pendapatnya tentang teori tentang
perkembangan psikososial diantaranya:
1) Trust vs mistrust -- bayi (lahir – 12 bulan)
Anak memiliki indikator positif yaitu belajar percaya pada orang
lain, tetapi selain itu ada segi negatifnya yaitu tidak percaya,
menarik diri dari lingkungan masyarakat, dan bahkan pengasingan.
Pemenuhan kepuasan untuk makan dan menghisap, rasa hangat dan
nyaman, cinta dan rasa aman itu bisa menghasilkan kepercayaan.
Pada saat kebutuhan dasar tidak terpenuhi bayi akan menjadi curiga,
penuh rasa takut, dan tidak percaya. Hal ini ditandai dengan
perilaku makan, tidur, dan eliminasi yang buruk.
2) Otonomi vs ragu-ragu dan malu (autonomy vs shame & doubt) –
toddler (1-3 tahun)
Gejala positif dari tahap ini adalah kontrol diri tanpa kehilangan
harga diri, dan negatifnya anak terpaksa membatasi diri atau
terpaksa mengalah. Anak mulai mengembangkan kemandirian dan
mulai terbentuk kontrol diri. Hal ini harus didukung oleh orang tua,
mungkin apabila dukungan tidak dimiliki maka anak tersebut
memiliki kepribadian yang ragu-ragu.
3) Inisiatif vs merasa bersalah (initiative vs guilt) -- pra sekolah ( 3-6
tahun)
Anak mulai mempelajari tingkat ketegasan dan tujuan
mempengaruhi lingkungan dan mulai mengevaluasi kebiasaan diri
sendiri. Disamping itu anak kurang percaya diri, pesimis,
pembatasan, dan kontrol yang berlebihan terhadap aktivitas
pribadinya. Rasa bersalah mungkin muncul pada saat melakukan
aktivitas yang berlawanan dengan orang tua dan anak harus diajari
memulai aktivitas tanpa mengganggu hak-hak orang lain.
4) Industri vs inferior (industry vs inferiority) -- usia sekolah (6-12
tahun)
Anak mendapatkan pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan
dan produksi benda-benda serta mengembangkan harga diri melalui
pencapaian, anak biasanya terpengaruhi oleh guru dan sekolah.
Anak juga sering hilang harapan, merasa cukup, menarik diri dari
sekolah dan teman sebaya.
5) Identitas vs bingung peran (identity vs role confusion) -- remaja (12
- 18 tahun)
Teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat besar yang kuat
terhadap perilaku anak, anak mengembangkan penyatuan rasa diri
sendiri.

2. Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai
dewasa itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu:
a. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi
sampai maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan.
b. Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan, serta laju tumbuh
kembang yang berlainan organ-organ.
c. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi
kecepatannya berbeda antara anak satu dengan lainnya.
d. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan
saraf
e. Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas.
f. Arah perkembangan anak adalah cephalocaudal.
g. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan
menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.
Yang perlu di ingat mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak
adalah setiap anak adalah individu yang unik, karena adanya faktor
bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan
pemcapaiannya kemampuan dalam perkembangnya juga berbeda. Tetapi
akan tetap menuruti patokan umum.

3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang


1. Faktor keturunan (herediter)
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbang
anak melalui instruksi genetik dapat ditentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan, gangguan pertumbuhan selain disebabkan oleh kelainan
kromosom (contoh: sindrom Down, sindrom Turner) juga disebabkan
oleh faktor lingkungan yang kurang memadai.
a. Seks: kecukupan dan perkembangan pada anak laki-laki berbeda
dengan perempuan
b. Ras: ras/suku nbangsa dapat mempengaruhi tumbang anak,
beberapa suku bangsa memiliki karakteristik.
2. Faktor lingkungan
a. Lingkungan internal
- Intelegensi
Pada umumnya intelegensi tinggi, perkembangannya lebih baik
dibandingkan jika intelegensi rendah.
- Hormon
Ada 3 hormon yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu
somatotropik untuk pertumbuhan tinggi badan terutama pada
masa kanak-kanak, hormon tiroid menstimulasi pertumbuhan sel
inerstitiil testis, memproduksi testosterone dan ovarium,
memproduksi estrogen yang mempengaruhi perkembangan alat
reproduksi
- Emosi
Hubungan yang hangat dengan orang tua, saudara, teman sebaya
serta guru berpengaruh terhadap perkembangan emosi, sosial,
intelektual anak, cara anak berinteraksi dengan keluarga akan
mempengaruhi interaksi anak di luar rumah.
b. Lingkungan eksternal
- Kebudayaan
Budaya keluarga/masyarakat mempengaruhi bagaimana anak
mempersepsikan dan memahami kesehatan berperilaku hidup
sehat.
- Status sosial ekonomi
Anak yang berbeda dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga
yang sosial ekonomi yang rendah serta banyak punya
keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan primernya.
- Nutrisi
Untuk tumbang anak secara optimal memerlukan nutrisi adekuat
yang didapat dari makanan bergizi.
- Iklim/cuaca
Iklim tertentu dapat mempengaruhi status kesehatan anak.
- Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak sebagai anak tunggal, sulung, anak tengah, anak
bungsu akan mempengaruhi pola anak setelah diasuh dan dididik
dalam keluarga.
3. Tahap Perkembangan Anak Sesuai Usia

Umur Perkembangan Anak


1 bulan Tangan dan kaki bergerak aktif Kepala menoleh kesamping kanan
kiri Bereaksi terhadap bunyi lonceng
Menatap wajah ibu atau pengasuh

2 bulan Mengangkat kepala ketika tengkurap Bersuara ooooooo. oooooo


Tersenyum spontan

3 bulan Kepala tegak ketika didudukan Memegang makanan


Tertawa dan berteriak Memandang tangan

4 bulan Tengkurap
Terlentang sendiri
5 bulan Meraih, menggapai sesuatu yang diberikan Menoleh kesuara
Merah mainan

6 bulan Duduk tanpa berpegangan


Memasukan benda ke mulut
7 bulan Mengambil dengan tangan kanan ataupun kiri
Bersuara ma.ma atau pa.pa
8 bulan Berdiri berpegangan
9 bulan Menjimpit, menmbalik tangan
10 bulan Memukul mainan dengan kedua tangan
Bertepuk tangan
11 bulan Memanggil papa dan mama
Menunjuk dan meminta
12 bulan Berdiri tanpa berpegangan
Memasukan mainan ke cangkir Bermain dengan orang lain

14 bulan Berjalan jalan, mulai berbicara satu atau dua kata Gigi mulai
tumbuh Dapat minum menggunakan gelas
15 bulan Berjalan
Mencoret-coret sekeliling Berbicara dua kata
Dapat minum menggunakan gelas
1,5 tahun Lari
Menumpuk mainan Berbicara
Makan mengunakan sendok Menyuapi boneka
2 tahun Menendang bola Menumpuk empat mainan Menumpuk gambar
Melepaskan pakaian Memakai pakaian
Menyikat gigi dengan sendirinya
2,5 tahun Melompat
Menunjuk bagian tubuh Mencuci tangan Mengeringkan tangan
3 tahun Menggambar garis tegak Menyebut warna benda
Menyebut nama teman
3,5 tahun Naik sepeda roda tiga Menggambar lingkaran Bercerita singkat
Menyebutkan penggunaan benda Memakai baju kaos
4 tahun Menggambat tanda tambah
Mengenakan baju tanpa bantuan

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan Anak Usia 1 Bulan s/d 1 Tahun
Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan
a. Identitas Anak dan/atau Orang Tua
Nama, Alamat, Telepon, Tempat dan tanggal lahir, Ras/kelompok
entries, Jenis kelamin, Agama, Tanggal wawancara.
b. Keluhan Utama (KU)

Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi


sehat jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam
imunisasi yang akan memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan
kondisi anak yang rentan terhadap kontak infeksi dari lingkungan,
tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki jadwal imunisasi ia
berada dalam kondisi sakit . Maka dari itu, perlu ditanyakan apakah
anak memiliki keluhan kesehatan baik secara langsung pada anak
ataupun orang tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum diimunisasi.
Keluhan ini dapat dijadikan indikator apakah imunisasi harus
dilanjutkan, ditunda sementara waktu, atau tidak diberikan sama sekali.

1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan


keluhan utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit
sekarang mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak
dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut
untuk mengetahui status kesehatan anak saat ini, selain untuk
kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan apakah
anak harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai penyakitnya.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau
pembedahan sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan
sebagai petunjuk yang berarti dalam pemberian imunisasi. Riwayat
penyakit dahulu mencangkup :
a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
b. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya
c. Alergi.
d. Pengobatan terbaru.
e. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi
terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
f. Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan
imunisasi dapat pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan
anak sehingga dapat mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta
pendidikan kesehatan yang sesuai dengan usia serta pola perilaku
anak baik ditujukan secara langsung pada anak.
3. Riwayat pengobatan keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau
penyakit yang memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga
dan untuk mengkaji pajanan terhadap penyakit menular pada
anggota keluarga dan kebiasaan keluarga yang dapat
memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan
bahan kimia lain, serta tingkat kewaspadaan keluarga saat anak
mengalami sakit.
4. Riwayat Psikososial
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak,
terutama terfokus pada riwayat imunisasi yang pernah ia
dapatkan, apabila riwayat sebelumnya menyisakan kerisauan
pada anak maka akan lebih baik jika saat imunisasi berikutnya
hal ini diperbaiki untuk mengubah konsep anak terrhadap
imunisasi, menanamkan padanya bahwa hal ini penting untuk
mencegah penyakit yang mungkin mendatanginya, serta
diperlukan keterlibatan keluarga yang dapat memberikan
dukungan mental pada anaknya sehingga anak tidak risau dalam
menghadapi imunisasi.
5. Riwayat Keluarga
Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai
individu dan sebagai anggota keluarga dan komunitas.
Pengkajian juga berfokus pada sejauh mana keluarga memahami
tentang imunisasi yang akan diberikan pada anak, meliputi jenis
imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek
sampingnya. Hal ini akan sangat membantu jika keluarga telah
memahami pentingnya imunisasi sebagai langkah penting yang
diperlukan untuk mencegah penyakit pada anaknya. Untuk
beberapa keluarga yang belum begitu memahami imunisasi, hal
ini dapat dijadikan patokan untuk memberikan pendidikan
kesehatan dalam pemahaman terhadap imunisasi.

c. Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan


Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak,
sehingga dengan data yang ada, dapat diketahui mengenai keadaan anak
yang dapat membantu proses imunisasi dan juga pendidikan kesehatan
seputaran imunisasi anak. Dalam melaksanaakan pengkajiaan atas
pertumbuhan dan perkembangan anak, hal penting yang harus
diperhatikan adalah bagaimana mempersiapkan anak agar pemeriksaan
berjalan lancar. Sebelum melakukan pengkajiaan, prinsip-prinsip yang
perlu di perhatikan dan dapat diterapkan di lapangan adalah:
1) Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya
memberikan warna dinding netral, cukup ventilasi, menjauhkan
peralatan yang menakutkan bagi anak, dan menyediakan makanan.
2) Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk bermain agar
anak menjadi kooperatif. Dalam hal ini, bukan berarti mengabaikan
tugas utama, tetapi untuk pendekatan agar anak tidak takut sehingga
memudahkan pemeriksaan.

3) Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan tidak
menakutkan anak.

4) Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperatif


sehingga akan mengurangi rasa takut dari anak yang lain.
5) Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelaskan pada
anak mengenai hal-hal yang perlu dilakukan pada dirinya. Apabila
mungkin, beri kesempatan anak untuk membantu proses pemeriksaan
6) Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat berbaring di
pangkuaan orang tua.
7) Berikan pujiaan kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat
merangsang anak yang lain agar tidak takut untuk diperiksa.
8) Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya
mengetahui nasehat petugas.

Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dipahami oleh setiap perawat


sehingga memudahkannya dalam melaksanakan pemeriksaan dan
meminimalkan kecemasan pada anak. Setelah memahami prinsip-prinsip
ini, berikutnya adalah melakukan pengkajiaan pada anak. Hal-hal yang
perlu dikaji adalah

1) Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat
hamil, seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi,
dan lain-lain, serta apakah kehamilannya dipantau berkala. Kehamilan
risiko tinggi yamg tidak ditangani dengan benar dapat mengganggu
tumbuh kembang anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal maka
keadaan anaknya dapat diperkirakan.
2) Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah
secara normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang
dalam kandungan terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami
gangguan (cara kelahiran dengan tindakan seperti forceps, partuss
lama, atau kasep), maka gangguan tersebut dapat mempengaruhi
keadaan tumbuh kembang anak.
3) Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu
diperlakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik.
Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, pengukuran
antropometri yang sering digunakan di lapangan untuk memantau
tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan lingkar kepala. Sedangkan
lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya
gangguan pada anak. Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik
anak, maka petugas tersebut cukup mengukur BB, TB, dan lingkar
kepala. Meskipun tidak semua ukuran antropometri digunakan, berikut
ini akan dijelaskan cara pengukuran dari masing-masing ukuran
antropometri:
a) Berat Badan (BB)
Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan
adalaah sebagai berikut:
I. Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang
telah ditera (distandardisasi/dikalibrasi) secara berkala.
Timbangan yang digunakan dapat berupa dacin atau timbangan
injak.
II. Untuk menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka hal
tersebut dilakukan dengan posisi berbaring. Untuk anak yang
berusia 1-2 tahun, dilakukan dengan posisi duduk dengan
menggunakan dacin. Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun,
penimbangan berat badan dapat dilakukan dengan posisi berdiri.

Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah:

i. Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat


pengukuran. Apabila perlu, cukup pakaian dalam saja.
ii. Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan
timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan
gendongan ke timbangan. Sedangkan apabila dengan berdiri,
ajak anak untuk berdiri di atas timbangan injak tanpa dipegangi.
iii. Ketika menimbang berat badn bayi, tempatkan tangan petugas di
atas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh
saat ditimbang.

iv. Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk


menimbang berat badannya lebih dulu, kemudian anak
digendong oleh ibu dan ditimbang. Selisih antara berat badan ibu
bersama anak dan berat badan ibu sendiri menjadi berat badan
anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut.
BB anak = (BB ibu dan anak) – BB ibu
v. Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada
timbangan
b) Tinggi Badan (TB)
Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya
dikelompokkan menjadi untuk usia kurang dari 2 tahun dan usia 2
tahun atau lebih. Pengukuran tinggi badan pada anak usia kurang
dari 2 tahun adalah sebagai berikut :
i. Siapkan papan atau meja pengukur. Tidak ada, dapat digunakan
pita pengukur (meteran).
ii. Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut
sampai menempel pada meja (posisi ekstensi).Luruskan bagian
puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus
dengan meja pengukur), lalu ukur sesuai dengan skala yang
tertera.
iii. Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan
dengan cara memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus
rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan
bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda
tersebut dengan pita pengukur.

Sedangkan cara pengukuran tinggi badan pada anak usia 2


tahun atau lebih adalah sebagai berikut :

Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit


rapat, sedangkan bokong, punggung, dan bagian belakang kepala
berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat pengukur.
Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah
papan dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai
dengan skala yang tertera.
c) Lingkar Kepala
Ukuran kepala dinyatakan normal bila berada di antara batas
tertinggi dan terendah dari kurva lingkar kepala. Bila ukuran kepala
berada di atas kurva normal, berarti ukuran kepala besar
(macrocephali), sedangkan bila ukuran kepala di bawah kurva
normal, berarti ukuran kepala kecil (microcephali). Kurva lingkar
kepala ini dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Adapun cara
pengukuran lingkar kepala :
i. Siapkan pita pengukur (meteran)
ii. Lingkakan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau
supraorbita bagian antrior menuju oksiput pada bagian posterior
kemudian tentukan hasilnya
iii. Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala
d) Lingkar Lengan Atas (lila)
Meskipun pengukuran lila jarang dilakukan, namun cara
pengukurannya perlu diketahui :
i. Tentukan lokasi lengan yang akan diukur. Pengukuran dilakukan
pada lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan
dengan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan
bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dari pada lengan kanan,
sehingga ukurannya lebih stabil.

ii. Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas (dapat


digunakan pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang
diukur saat pengukuran.

iii. Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera
pada pita pengukur.
iv. Catat hasil pengukuran pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau
status anak.
e) Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada
jarang dilakukan. Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas
biasa (mid respirasi) pada tulang Xifoidius (incisura subternalis).
Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada
anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi
berbaring. Cara pengukuran lingkar dada adalah sebagai berikut :
i. Siapkan pita pengukur
ii. Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada.
iii. Catat hasil pengukuran pada KMS anak atau kartu yang
disediakan.
4) Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan
buku Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita sebagaimana
telah dibahas sebelumnya. Dari pedoman ini dapat diketahui
mengenai keadaan perkembangan anak saat ini, apakah anak berada
dalam keadaan normal, meragukan, atau memerlukan rujukan.
Apabila anak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat
dilakukan DDST yang dapat dibaca pada Buku Tumbuh Kembang
oleh Soetjiningsih (1996).

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut SDKI 2017, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


pada anak sehat adalah :
a. Resiko cedera berhubungan dengan ketidakamanan lingkungan
b. Resiko gangguan perkembangan berhubungan ketidakadekuatan
nutrisi
3. Intervensi Keperawatan
a. Resiko cedera berhubungan dengan ketidakamanan lingkungan
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Tingkat Cedera menurun
- Kejadian Cedera dari meningkat jadi menurun
- Resiko Luka/lecet dari meningkat jadi menurun
Intervensi
Observasi
- Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera
Terapeutik
- Sediakan pencahayaan yang memadai
- Sediakan alas kaki antislip
- Sediakan lingkungan yang mencegah terjadinya cedera
Edukasi
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh

b. Resiko gangguan perkembangan berhubungan ketidakadekuatan


nutrisi
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Status Perkembangan Membaik
- Keterampilan/perilaku sesuai usia dari menurun jadi meningkat
- Kemampuan melakukan perawatan diri dari menurun jadi
meningkat
Intervensi
Observasi
- Identifikasi kebutuhan khusus anak dan kemampuan adaptasi anak
Terapeutik
- Fasilitasi hubungan anak dengan teman sebaya
- Dukung anak berinteraksi dengan anak lain
- Dukung anak mengekspresikan perasaan secara positif
- Berikan mainan yang sesuai dengan usia anak
Edukasi
- Ajarkan sikap kooperatif, bukan kompetisi diantara anak
- Ajarkan anak teknik asertif pada anak dan remaja
- Demonstrasikan kegiatan yang meningkatkan perkembangan pada
pengasuh
Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling
Daftar Pustaka
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M.
2016. Nursing Interventions Classification (NIC).
Singapore : Elsevier Global Rights.
Herdman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis
Keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta :
EGC
Hidayat, A.A.A.2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.
Jakarta : Salemba Medika
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing
Outcomes Classification (NOC). Singapore: Elsevier
Global Rights.
Riyadi, S. Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Sulisnadewi, N.L.K. 2016. Modul Praktik Keperawatan Anak
Mahasiswa Prodi D-IV Keperawatan Angkatan III
Semester III. Denpasar : Politekknikh Kesehatan Denpasar
Jurusan Keperawatan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standan Diagnosis Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1, Cetakan
III. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia : Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1,
Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia : Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1,
Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai