Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA BERENCANA (KB) DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS PAL 5 KOTA PONTIANAK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik


Stase Keperawatan Maternitas

Koordinator Mata Kuliah:


Ns. Revani Hardika, M.Kep

Disusun Oleh:

WIDYO NUGROHO
NIM. 211133039

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA BERENCANA (KB) DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAL 5 KOTA PONTIANAK

Mata Kuliah : Praktek Klinik Keperawatan Maternitas


Semester : I (Ganjil)
Institusi : Poltekkes Kemenkes Pontianak
Prodi : Profesi Ners

Pontianak, Januari 2022


Mahasiswa

Widyo Nugroho
NIM. 211133039

Mengetahui,

Pembimbing Akademik (CT) Pembimbing Klinik (CI)

________________________ _____________________
5
BAB I
KONSEP DASAR

A. Definisi Keluarga Berencana (KB)


Keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak
dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2015)
Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak
anak yang diinginkan. Keluarga berencana (family planning/planned
parenthood) merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan
jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati,
2018).
B. Tujuan Program Keluarga Berencana
1. Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi
suatu keluarga
2. Dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga
yang bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
3. Pengaturan kelahiran
4. Pendewasaan usia perkawinan
5. Peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga (Sulistyawati, 2018).
C. Sasaran Program Keluarga Berencana
Untuk mencapai tujuan program KB, maka penggarapan program
nasional Keluarga Berencana diarahkan pada 2 bentuk sasaran yaitu:
1. Sasaran langsung, yaitu: Pasangan Usia Subur (PUS) agar mereka
menjadi peserta KB lestari sehingga memberikan efek langsung pada
penurunan fertilitas.
2. Sasaran tidak langsung, yaitu: Organisasi-organisasi dan lembaga-
lembaga kemasyarakatan, instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-
tokoh masyarakat (wanita dan pemuda) yang diharapkan dapat
memberikan dukungan terhadap proses pembentukan system nilai

1
2

dikalangan masyarakat yang dapat mendukung usaha pelembagaan


Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.
D. Kebijakan Program Keluarga Berencana
Pola dasar kebijakan program KB saat ini adalah:
1. Menunda perkawinan dan kehamilan sekurang-kurangnya sampai berusia
20 tahun.
2. Menjarangkan kelahiran dengan berpedoman pada caturwarga, yaitu
keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan 2 orang anak.
3. Hendaknya besarnya kelaurga dicapai selama dalam usia reproduksi
sehat, yaitu sewaktu ibu berusia 20 – 30 tahun.
4. Mengakhiri kesuburan pada usia 30 – 35 tahun.
E. Dampak Program KB Terhadap Pencegahan Kehamilan
1. Bagi ibu yaitu dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran maka:
a. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang
berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek.
b. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh
adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak, beristirahat dan
menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan lainnya.
2. Bagi anak – anak yang dilahirkan:
a. Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya
dalam keadaan sehat.
b. Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan makanan
yang cukup karena kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan
direncanakan.
3. Bagi anak – anak yang lain:
a. Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih
baik.
b. Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena
pemeliharaan yang lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat
diberikan oleh ibu untuk setiap anak.
3

c. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber –


sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup
semata.
4. Bagi ayah, memberikan kesempatan kepadanya agar dapat:
a. Memperbaiki kesehatan fisiknya
5. Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang
serta lebih banyak waktu luang untuk keluarganya
F. Kontrasepsi
1. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan obat atau alat untuk mencegah terjadinya
konsepsi (kehamilan). Jenis kontrasepsi ada dua macam yaitu kontrasepsi
yang mengandung hormonal (pil, suntik dan implan) dan kontrasepsi
non-hormonal (IUD dan Kondm) (BKKBN, 2015).
2. Jenis-Jenis Kotrasepsi
a. Kontrasepsi PIL
Pil KB atau yang disebut dengan kontrasepsi oral, merupakan
metode kontrasepsi berbentuk pil yang cara mengonsumsinya harus
diminum sehari sekali pada jam yang sama setiap hari. Pil KB
bekerja dengan melepaskan hormon yang membuat ovarium
melepaskan telur, dan menebalkan dinding rahim serta membantu
menghalangi sperma agar tidak sampai ke sel telur.
1) Cara Kerja
a) Menekan ovulasi
b) Jika seorang wanita minum pil KB setiap hari maka tidak
akan terjadi ovulasi (tidak ada sel telur). Tanpa ovulasi
tidak akan terjadi kehamilan.
c) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma
terganggu
d) Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga
menyulitkan proses implantasi
e) Memperkental lender serviks (mencegah penetrasi sperma)
4

2) Jenis-Jenis Pil KB
a) Pil KB atau kontrasepsi oral tipe sekuensial
Pil dibuat seperti urutan hormon yang dikeluarkan ovariun
pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut,
estrogen hanya diberikan selama 14-16 hari pertama diikuti
oleh kombinasi progestron dan estrogen selama 5-7 hari
terakhir. Terdiri dari 14-15 pil KB/kontrasepsi oral yang
berisi derivat estrogen dan 7 pil berikutnya berisi kombinasi
estrogen dan progestin. Cara penggunaannya sama dengan
tipe kombinasi. Efektivitasnya sedikit lebih rendah dan
lebih sering menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.
b) Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill
Pil KB yang mengandung estrogen dan progesteron dan
diminum sehari sekali. Terdiri dari 21 – 22 pil
KB/kontrasepsi oral dan setiap pilnya berisi derivate
estrogen dan progestin dosis kecil, untuk pengunaan satu
siklus. Pil KB atau kontrasepsi oral pertama mulai diminum
pada hari pertama perdarahan haid, selanjutnya setiap hari 1
pil selama 21 - 22 hari. Umumnya setelah 2 - 3 hari sesudah
pil KB atau kontrasepsi oral terakhir diminum, akan timbul
perdarahan haid, yang sebenarnya merupakan perdarahan
putus obat. Penggunaan pada siklus selanjutnya, sama
seperti siklus sebelumnya, yaitu pil pertama ditelan pada
hari pertama perdarahan haid.
c) Pil KB atau kontrasepsi oral tipe Pil mini
Pil mini kadang-kadang disebut pil masa menyusui. Pil mini
yaitu pil KB yang hanya mengandung progesteron saja dan
diminum sehari sekali. Terdiri dari 21 - 22 pil. Cara
pemakaiannya sama dengan cara tipe kombinasi. Dosis
progestin dalam pil mini lebih rendah daripada pil
kombinasi. Dosis progestin yang digunakan adalah 0,5 mg
5

atau kurang. Karena dosisnya kecil maka pil mini diminum


setiap hari pada waktu yang sama selama siklus haid bahkan
selama haid
d) Once A Month Pil
Pil hormon yang mengandung estrogen yang ”longacting”
yaitu pil yang diberikan untuk wanita yang mempunyai
Biological Half Life panjang.
e) Pil KB atau kontrasepsi oral tipe pil pasca sanggama
(morning after pil )
Morning after pill merupakan pil yang mengandung hormon
estrogen dosis tinggi yang hanya diberikan untuk keadaan
darurat saja, seperti kasus pemerkosaan dan kondom bocor.
Diminum 2 kali sehari, dalam waktu kurang dari 72 jam
pasca sanggama, selama 5 hari berturut-turut.
3) Efektivitas
Efektivitas teoritis untuk pil sebesar 99,7% sedangkan
efektivitas praktisnya sebesar 90-96%. Artinya pil cukup efektif
jika tidak lupa meminum pil secara teratur.
4) Keuntungan
a) Mudah penggunaannya dan mudah didapat
b) Mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan nyeri haid
c) Mengurangi resiko terjadinya KET (Kehamilan Ektopik
Terganggu) dan
d) Kista Ovarium
e) Mengurangi resiko terjadinya kanker ovarium dan rahim
f) Pemulihan kesuburan hampir 100%
5) Kontraindikasi
a) Menyusui (khsusu pil kombinasi)
b) Pernah sakit jantung
c) Tumor/keganasan
d) Kelainan jantung, varices, dan darah tinggi
6

e) Perdarahan pervagina yang belum diketahui sebabnya


f) Penyakit gondok
g) Gangguan fungsi hati & ginjal
h) Diabetes, epilepsy, dan depresi mental
i) Tidak dianjurkan bagi wanita mur >40 tahun
6) Efek Samping
Penggunaan pil KB pada sebagian wanita dapat menimbulkan
efek samping, antara lain mual, berat badan bertambah, sakit
kepala (berkunang kunang) perubahan warna kulit dan efek
samping ini dapat timbul berbulan bulan.
b. Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi Suntik adalah kontrasepsi yang diberikan melalui suntik
intra muskular (dalam otot) di daerah bokong yang mengandung
hormon progestin. Terdapat 2 jenis yaitu Depo Medroksiprogesteron
Asetati dan Depo Noretisteron Enantat. Jenis suntikan ini diberikan
tiap 3 bulan sekali dan 1 bulan sekali serta bisa digunakan dalam 7
hari setelah bersalin (BKKBN,2015)
1) Cara Kerja
a) Mencegah ovulasi
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma
c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba fallopi.
2) Jenis-Jenis Suntik
Terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin, yaitu :
a) Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg
DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah pantat).
b) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung
200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan
7

dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat atau


bokong)
3) Efektivitas
Dalam teori: 99,75%. Dalam praktek: 95-97%.
4) Keuntungan
a) Merupakan metode yang telah dikenal oleh masyarakat
b) Dapat dipakai dalam waktu yang lama
c) Tidak mempengaruhi produksi air susu ibu
5) Kontraindikasi
a) Hamil atau dicurigai hamil
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c) Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
d) Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara.
e) Penderita diabetes mellitus disertai komplikasi
6) Efek Samping
Kontrasepsi Suntik DMPA ini memiliki efek samping seperti:
gangguan haid (berupa amenorea, spotting atau menoragia),
terjadinya kenaikan atau penurunan berat badan, mengalami
depresi, keputihan, timbulnya jerawat pada wajah, rambut
mengalami kerontokan, pusing/sakit kepala, mual dan muntah,
serta perubahan libido/dorongan seksual. Efek samping ini akan
timbul dan paling sering (57% dalam 3 bulan pertama) adalah
ketidak teraturan haid (perdarahan tidak teratur, sering, dan/atau
berkepanjangan), yang membaik setelah 3 bulan atau lebih setelah
setahun pertama (30% dari pengguna akan terus mengalami
ketidak teraturan). Sakit kepala, nyeri tekan payudara, jerawat,
keputihan dan perubahan mood mereda setelah 3 bulan pertama
(Setyoningsih, 2020)
8

c. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)


AKDR adalah Suatu alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang
fleksibel dipasang dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5
tahun dan dapat dilepaskan bila berkeinginan untuk mempunyai anak
(BKKBN, 2015).
1) Cara Kerja
AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan
sel telur. Cara kerja IUD sebagai berikut:
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba
falopi
b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum
uteri
c) Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat
sperma masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi sperma untuk fertilisasi
d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam
uterus
2) Jenis-Jenis IUD
a) Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana
pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus.
Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti
pembuahan) yang cukup baik. Spiral jenis copper T
(melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara
menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim
dan dapat dipakai selama 10 tahun
9

b) Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif


untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat
Copper-7. IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk
memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran
diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan
kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama
dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.

c) Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan
kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari
ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan
kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375
mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran
multi load yaitu standar,short , dan mini

d) Lippes loop
IUD ini berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung.
Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya.
Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah.
10

Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi


perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus,
sebab terbuat dari bahan plastik

3) Efektivitas
Sangat efektif (0,5-1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian
selama 1 tahun)
4) Keuntungan
a) Tidak terganggu faktor lupa
b) Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan
c) menggunakan tembaga T 380 A)
d) Mengurangi kunjungan ke klinik
e) Lebih murah dari pil dalam jangka panjang
5) Kontraindikasi
a) Hamil atau diduga hamil
b) Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita
penyakit
c) kelamin
d) Pernah menderita radang rongga panggul
e) Penderita perdarahan pervaginam yg abnormal
f) Riwayat kehamilan ektopik
g) Penderita kanker alat kelamin
6) Efek samping
a) Perdarahan dank ram selama minggu-minggu pertama setelah
pemasangan.
11

b) Kadang2 ditemukan keputihan yg bertambah banyak.


Disamping itu pada saat berhubungan (senggama0 terjadi
expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya
c) Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman
dan dihubungkan dengan resiko infeksi rahim.
d. AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)
Adalah 2 kapsul kecil yang terbuat dari silicon berisi 75 gram
hormone levonorgestrel yang ditanam di bawah kulit.
1) Cara Kerja
AKBK atau sering disebut dengan implant secara tetap
melepaskan hormone tersebut dalam dosis kecil ke dalam darah.
Bekerja dengan cara:
a) Lendir serviks menjadi kental
b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga
sulit terjadi implantasi
c) Menekan ovulasi
2) Jenis-Jenis AKBK
a) Norplant
Terdiri dari 6 batang silastis lembut berongga dengan panjang
3,4 cm dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg
levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
b) Implanon
Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm, dan diameter 2 mm, yang di isi dengan 68 mg 3- keto-
desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
c) Jadena
Terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg levonogestrel
dan lama kerja 3 tahun.
3) Efektivitas
Dalam teori: 99,7%. Dalam praktek: 97-99%
12

3) Keuntungan
a) Sekali pasang untuk 3 tahun
b) Tidak mempengaruhi produksi ASI
c) Tidak mempengaruhi tekanan darah
d) Pemeriksaan panggul tidak diperlukan sebelum pemakaian
e) Baik untuk wanita yang tidak ingin punya anak lagi tetapi
belum mantap untuk di tubektomi
4) Kontraindikasi
a) Hamil atau disangka hamil
b) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
c) Tumor/keganasan
d) Penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis
5) Efek samping
Kadang2 pada saat pemasangan akan terasa nyeri. Selain itu
ditemukan haid yang tidak teratur, sakit kepala, kadang2 terjadi
spotting atau anemia karena perdarahan yg kronis.
e. Kondom Pria
Adalah sarung karet tipis yang dipakai oleh pria pada waktu
bersenggama
1) Cara Kerja
Sarung karet ini mencegah sperma bertemu dengan ovum
2) Efektivitas
Dalam teori: 98%. Dalam praktek: 85%. Efektif jika digunakan
benar tiap kali berhubungan.Namun efektivitasnya kurang jika
dibandingkan metode pil, AKDR, suntikan KB.
3) Keuntungan
a) Dapat dipaki sendiri
b) Dapat mencegah penularan penyakit kelamin
c) Tidak mempengaruhi kegiatan menyusui
d) Dapat digunakan sebagai pendukung metode lain
e) Tidak mengganggu kesehatan
13

f) Tidak ada efek samping sistemik


g) Tersedia secara luas
h) Tidak perlu resep atau penilaian medis
i) Tidak mahal (jangka pendek)
4) Kontraindikasi
Alergi.
f. Kontrasepsi Mantap (Kontap)
Metode Operasi Pria (MOP) adalah Prosedur klinis untuk
menghentikan kemampuan reproduksi pria dengan jalan melakukan
penghambatan/pemotongan saluran pengeluaran sperma terhambat
dan pembuahan tidak terjadi dan Metode Operasi Wanita (MOW)
yaitu suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum
dengan cara tindakan mengikat dan atau memotong pada kedua
saluran tuba (BKKBN,2015)
1) Cara Kerja
Hal ini mencegah pertemuan sel telur dengan sperma
2) Efektivitas
Dalam teori: 99,9%. Dalam praktek: 99%.
3) Keuntungan
a) Paling efektif
b) Mengakhiri kesuburan selamanya (keberhasilan
pengembalian tidak bisamdijamin).
c) Tidak perlu perawatan khusus
5) Kontraindikasi
Tidak ada.
6) Efek Samping
Jarang, ringan, dan bersifat sementara misalnya bengkak, nyeri,
dan infeksi luka operasi.Pada vasektomi infeksi dan epididimis
terjadi pada 1-2% pasien. Pada tubektomi perdarahan, infeksi,
kerusakan organ lain dan komplikasi karena anastesi dapat
terjadi.
BAB II
WOC

14
15

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Identitas
Yang dikaji meliputi biodata dan suami mulai dari nama, umur, suku,
agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, nomor telepon.
b. Keluhan Utama
Dikaji keluhan klien yang berhubungan dengan penggunaan KB
suntik kombinasi tersebut antara lain amenorea/perdarahan tidak
terjadi, perdarahan bercak, meningkatnya/menurunnya BB.
c. Riwayat KB
Dikaji apakah klien pernah menjadi akseptor KB lain sebelum
menggunakan KB kombinasi dan sudah berapa lama menjadi akseptor
KB tersebut.
d. Riwayat Obstetri Lalu
Dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
e. Riwayat Kesehatan Klien
Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat
darah haid, dismenore atau tidak, flour albus atau tidak.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji apakah klien menderita penyakit jantung, DM, TBC, hipertensi
dan kanker payudara.
g. Pola Kehidupan
Dikaji meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, pola
aktivitas, pola aktivitas seksual, pola personal hygiene, dan kebiasaan
sehari – hari.
16

2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Meliputi pemeriksaan pada tekanan darah, nadi, pernapasan, BB, TB,
suhu badan, kesadaran.
b. Pemeriksaan Khusus
1) Wajah: dilihat adanya bercak hitam (chloasma), adanya oedema,
conjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik.
2) Leher: diraba adanya pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar
limfe, adanya bendungan vena jugularis.
3) Dada: dilihat bentuk mammae, diraba adanya massa pada
payudara.
4) Genitalia: dilihat dari condiloma aquminata, dilihat dan diraba
adanya infeksi kelenjar bartholini dan kelenjar skene.
5) Ekstremitas: dilihat adanya oedema pada ekstremitas bawah dan
ekstremitas atas, adanya varises pada ekstremitas bawah.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Ansietas
3. Defisit pengetahuan

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Setelah dilakukan a. Lakukan pengkajian a. Memudahkan
intervensi keperawatan nyeri secara menentukan
selama 1x24 jam klien komprehensif intervensi
tidak mengalami nyeri termasuk lokasi selanjutnya.
dengan criteria hasil: nyeri, durasi,
a. Klien melaporkan frekuensi, kualitas
nyeri berkurang dan faktor presipitasi.
b. Klien mengatakan b. Observasi reaksi non
17

mampu mengontrol verbal dari


nyeri ketidaknyamanan b. Mengidentifikasi
c. Klien mampu c. Kontrol tekanan adanya nyeri pada
mengenali nyeri darah klien. klien.
c. Perubahan tekanan
darah dapat
mengindikasikan
adanya reaksi dari
d. Kontrol lingkungan pemberian obat –
yang dapat obatan.
mempengaruhi nyeri d. Mengurangi faktor
seperti suhu ruangan, pencetus nyeri.
pencahayaan, dan
kebisingan.
e. Kurangi faktor
presipitasi nyeri.
e. Apabila faktor
pencetus berkurang
maka intensitas nyeri
f. Bantu klien dan akan berkurang.
keluarga untuk
mencari dan f. Dukungan dari
menemukan keluarga dapat
dukungan. membantu klien
g. Ajarkan tentang mengatasi nyeri.
teknik non
farmakologi: napas g. Teknik non
dalam, relaksasi, farmakologi yang
distraksi, kompres benar akan membuat
hangat/dingin. klien rileks dan
nyaman sehingga
18

dapat mengurangi
h. Tingkatkan istirahat. nyeri.
h. Istirahat akan
membuat klien
merasa nyaman,
sehingga nyeri dapat
i. Kolaborasi: berikan berkurang.
analgetik untuk i. Penggunaan agens –
mengurangi nyeri. agens farmakologi
untuk mengurangi
atau menghilangkan
nyeri.

2. Ansietas

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Setelah dilakukan a. Identifikasi tingkat a. Membantu
intervensi keperawatan kecemasan. menentukan
selama 1x24 jam intervensi
kecemasan klien teratasi selanjutnya.
dengan criteria hasil: b. Bantu klien b. Mengidentifikasi
a. TTV klien dalam batas mengenali situasi sumber kecemasan
normal yang menimbulkan klien.
b. Postur tubuh, ekspresi kecemasan.
wajah, bahasa tubuh c. Dorong klien untuk c. Mengungkapkan
dan tingkat aktivitas mengungkapkan perasaan, ketakutan,
menunjukkan perasaan, ketakutan, dan persepsi akan
berkurangnya persepsi. mengurangi
kecemasan kecemasan klien.
c. Klien mampu d. Dengarkan dengan d. Membuat klien
mengidentifikasi dan penuh perhatian. merasa tenang dan
mengungkapkan gejala mengurangi
19

cemas kekhawatiran klien.


d. Klien mampu e. Memberikan
mengungkapkan dan e. Temani klien untuk keamanan pada klien
menunjukkan teknik memberikan dan mengurangi
untuk mengontrol keamanan dan takut.
cemas mengurangi takut. f. Mengurangi
f. Jelaskan semua kecemasan klien,
prosedur dan apa meningkatkan
yang dirasakan pemahaman klien
selama prosedur. mengenai prosedur
tindakan yang akan
dilakukan.
g. Keluarga dapat
g. Libatkan keluarga memberi dukungan
untuk mendampingi positif kepada klien.
klien. h. Untuk mengurangi
h. Instruksikan pada kecemasan yang
klien untuk dirasakan klien.
menggunakan teknik
relaksasi. i. Pemberian obat anti
i. Kolaborasi: berikan cemas sesuai dengan
obat anti cemas. kebutuhan klien
dapat mengurangi
kecemasan klien.

3. Defisit Pengetahuan
20

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Setelah dilakukan a. Kaji tingkat a. Membantu
intervensi keperawatan pengetahuan klien. menentukan jenis
selama 1x24 jam klien pengetahuan yang
menunjukkan pengetahuan akan diberikan pada
tentang kontrasepsi dengan klien.
criteria hasil: b. Jelaskan tentang b. Meningkatkan
a. Klien menyatakan kontrasepsi, jenis – pemahaman klien.
kepahaman tentang jenis kontrasepsi,
kondisi kontrasepsi, kekurangan &
jenis kontrasepsi, kelebihan masing –
kelebihan & masing kontrasepsi
kekurangan, serta cara dan cara
menggunakannya penggunaannya.
b. Klien mampu c. Jelaskan cara c. Meningkatkan
melaksanakan prosedur mengatasi masalah pemahaman klien
yang dijelaskan secara yang mungkin dan membantu klien
benar muncul setelah mengatasi masalah
c. Klien mampu pemakaian yang muncul.
menjelaskan kembali kontrasepsi.
apa saja yang d. Diskusikan d. Memilih kontrasepsi
dijelaskan perawat/tim pemilihan yang tepat dan sesuai
kesehatan lainnya kontrasepsi. dapat mengurangi
kecemasan klien &
e. Dukung klien untuk memenuhi
mengeksplorasi atau kebutuhan klien.
mendapatkan second e. Memperluas
opinion dengan cara pemahaman klien.
yang tepat.
21

D. Aplikasi Pemikiran Kritis dalam Asuhan Keperawatan


Judul / Tahun :
Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Alat
Kontrasepsi Di Lingkungan Vii Kelurahan Sei Sikambing B Medan Sunggal
Nama Peneliti :
Heni Triana
Jurnal :
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 2, Juli 2018 ISSN 2614-4719

Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.


Kehamilan adalah masa seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam
tubuhnya. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanet.
Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi
fertilitas. Meskipun masing-masing jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektivitas
yang tinggi dan hampir sama, akan tetapi efektivitas kontrasepsi juga dipengaruhi
oleh perilaku dan tingkat sosial budaya pemakainya. Berdasarkan hasil penelitian
pada jurnal ini didapat bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara rata-rata
tingkat pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan dengan setelah dilakukan
penyuluhan.
22

DAFTAR PUSTAKA

Hadi M., Y., & Yuliawati. (2019). Pengaruh Penggunaan Kontrasepsi Implant
Terhadap Peningkatan Berat Badan dan Hypertensi di Kabupaten Lampung
Timur. Jurnal Kesehatan, 6(2), 88–93. Retrieved from
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id
Nastangin. (2019). Vasektomi dan Tubektomi Perspektif Maqasid Al-Syariah.
Journal of Islamic Family Law, 3(1). Retrieved from
http://jurnal.iainkediri.ac.id
Padila. (2017). Keperawatan Maternitas Sesuai Dengan Standar Kompetensi
(PLO) dan Kompetensi Dasar (CLO). Yogyakarta: Nuha Medika.
Pratiwi, A. I. (2019). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan
Pasangan Usia Subur (PUS) Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Di Desa
Alamendah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung. Jurnal Kebidanan,
8(1), 1–11. Retrieved from jurnal.stikeswilliambooth.ac.id
Revina, Sakung, J., & Amalinda, F. (2018). Hubungan Pengetahuan dan
Dukungan Suami dengan Pemilihan Kontrasepsi Suntik pada Akseptor KB di
Kelurahan Panasakan Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli. Jurnal
Kolaboratif Sains, 1(1), 1052–1063. Retrieved from
http://jurnal.unismuhpalu.ac.id
Rusmini, Purwandani, S., Utami, V. N., & Faizah, S. N. (2017). Pelayanan KB
dan Kesehatan Reproduksi Berbasis Evidence Based. Jakarta: Trans Info
Media.
Setiyaningrum, E. (2016). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Trans Info
Media.
Sibagariang, E. E. (2016). Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi Revisi. Jakarta:
Trans Info Media.\
Sinyal, M. P., Rompas, S., & Bataha, Y. (2019). Penggunaan Alat Kontrasepsi
Oleh Akseptor di Rumah Sakit Manado Medical Center Periode Juli-
Desember 2018. E-Journal Keperawatan (e-Kp), 7(1), 1–7. Retrieved from
23

http://ejournal.unsrat.ac.id

Sri Winarsih. (2017). Memahami Kontrasepsi Hormonal Wanita. Jakarta:


Transmedika.
Triyanto, L., & Indriani, D. (2018). Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan
Jenis Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Pada Wanita Menikah
Usia Subur di Provinsi Jawa Timur. The Indonesian Journal of Public
Health, 13(2), 244–255. https://doi.org/10.20473/ijph.vl13il.2018.244-255
Wayanti, S., Rahardjo, S., & Choirin, M. (2018). Dukungan Suami dalam
Pemilihan Metode Kontrasepsi Implant pada Ibu Post Partum (Studi di
Kelurahan Kemayoran Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bangkalan). Jurnal
Pamator, 11(1), 83–91. Retrieved from http://journal.trunojoyo.ac.id
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standan Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1, Cetakan III. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : DPP
PPNI

Anda mungkin juga menyukai