Anda di halaman 1dari 17

LANDASAN TEORI BRONKHITIS

A. PENGERTIAN
Bronkitis adalah infeksi pada saluran pernafasan yang menyebabkan
inflamasi yang terjadi pada brokus yang kebanyakan kasus disebabkan oleh
virus RSV, Virus influenza, virus parainfluensa dengan tanda dan gejala
timbulnya suara nafas yang berat dan kasar, demam dan produksi dahak yang
berlebihan . (Nanda, 2014)
Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki.
Peradangan tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi udara
(Samer Qarah, 2007).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh
sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya
penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa
bersifat serius. Kebanyakan bronkitis pada lansia disebabkan oleh faktor
merokok (Marni,2014).

B. ANATOMI SISTEM PRNAPASAN


1. Hidung
Hidung adalah gerbang utama keluar masuknya udara setiap kali Anda
bernapas. Dinding dalam hidung ditumbuhi rambut-rambut halus yang
berfungsi menyaring kotoran dari udara yang Anda hirup.
2. Sinus
Sinus adalah rongga udara di tulang tengkorak. Rongga ini terletak di
masing-masing kedua sisi hidung dekat tulang pipi, di belakang tulang
hidung, di antara mata, dan di tengah dahi.
Dalam sistem pernapasan manusia, sinus berfungsi membantu mengatur
suhu dan kelembaban udara yang Anda hirup dari hidung.
3. Tonsil
Tonsil adalah nama lain dari amandel. Amandel itu sendiri adalah kelenjar
getah bening yang berada di dinding faring (tenggorokan).
Amandel sebenarnya bukan bagian penting dari sistem imun maupun
pernapasan manusia. Jika amandel terinfeksi dan meradang, dokter dapat
membuang atau menghilangkannya lewat operasi.
4. Faring
Faring (tenggorokan bagian atas) adalah tabung di belakang mulut dan
rongga hidung yang menghubungkan keduanya ke saluran pernapasan lain,
yaitu trakea.
Sebagai bagian dari sistem respirasi manusia, faring berfungsi menyalurkan
aliran udara dari hidung dan mulut untuk diteruskan ke trakea (batang
tenggorokan).
5. Epiglotis
Epiglotis adalah lipatan tulang rawan berbentuk daun yang terletak di
belakang lidah, di atas laring (kotak suara).
Selama bernapas, epiglotis akan terbuka untuk memungkinkan udara masuk
ke laring menuju paru-paru. Namun, epiglotis akan menutup selama kita
makan untuk mencegah makanan dan minuman secara tidak sengaja
terhirup dan menyebabkan tersedak.
6. Laring (kotak suara)
Laring adalah rumah bagi pita suara Anda. Letaknya tepat di bawah
persimpangan saluran faring yang membelah menjadi trakea dan
kerongkongan.
Laring memiliki dua pita suara yang membuka saat kita bernapas dan
menutup untuk memproduksi suara. Saat kita bernapas, udara akan mengalir
melewati dua pita suara yang berimpitan sehingga menghasilkan getaran.
Getaran inilah yang menghasilkan suara.
7. Trakea (batang tenggorokan)
Trakea adalah bagian terpadu dari jalur napas dan memiliki fungsi vital
untuk mengalirkan udara dari dan menuju paru-paru untuk pernapasan.
Trakea atau batang tenggorokan adalah tabung berongga lebar yang
menghubungkan laring (kotak suara) ke bronkus paru-paru. Panjangnya
sekitar 10 cm dan diameternya kurang dari 2,5 cm.
8. Paru-paru
Paru-paru adalah sepasang organ yang terletak di dalam tulang rusuk.
Masing-masing paru berada di kedua sisi dada.
Peran utama paru-paru dalam sistem pernapasan adalah menampung udara
beroksigen yang kita hirup dari hidung dan mengalirkan oksigen tersebut ke
pembuluh darah untuk disebarkan ke seluruh tubuh.
9. Pleura
Paru-paru dilapisi oleh selaput tipis yang disebut pleura. Lapisan pleura
bertindak sebagai pelumas yang memungkinkan paru-paru untuk
mengembang dan mengempis dengan lancar setiap kali bernapas. Lapisan
pleura juga memisahkan paru-paru dari dinding dada Anda.
10. Bronkiolus
Bronkiolus adalah cabang dari bronkus yang berfungsi untuk menyalurkan
udara dari bronkus ke alveoli. Selain itu bronkiolus juga berfungsi untuk
mengontrol jumlah udara yang masuk dan keluar saat proses bernapas
berlangsung.
11. Alveoli
Alveoli atau alveolus adalah kantung-kantung kecil dalam paru yang
terletak di ujung bronkiolus. Dalam sistem pernapasan, alveoli berfungsi
sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
Pada alveoli juga ada kapiler pembuluh darah. Nantinya, darah akan
melewati kapiler dan dibawa oleh pembuluh darah vena dan arteri.
Alveoli kemudian menyerap oksigen dari udara yang dibawa oleh
bronkiolus dan mengalirkannya ke dalam darah. Setelah itu, karbon dioksida
dari sel-sel tubuh mengalir bersama darah ke alveoli untuk diembuskan
keluar.
12. Tabung bronkial
Pada tabung bronkial paru-paru, ada sillia berupa rambut-rambut kecil yang
bergerak seperti gelombang. Gerakan gelombang sillia akan membawa
mukus (dahak/lendir/cairan) ke atas hingga ke luar tenggorokan. Silia juga
ada di dalam lubang hidung.
Fungsi lendir atau dahak di tabung bronkial adalah untuk mencegah debu,
kuman, atau benda asing lain agar tidak sampai masuk ke paru-paru. Batuk
juga bisa menjadi cara sistem pernapasan manusia mencegah benda asing
masuk ke paru-paru.
13. Diafragma
Diafragma adalah dinding otot kuat yang memisahkan rongga dada dari
rongga perut. Saat melakukan pernapasan perut, diafragma akan bergerak ke
bawah dan menciptakan rongga kosong untuk menarik udara. Ini juga bisa
membantu memperluas paru-paru.

C. ETIOLOGI
1. Merokok
Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting pada
kejadian bronkitis pada lansia. Peningkatan resiko mortalitas akibat
bronkitis hampir berbanding lurus dengan jumlah rokok yang dihisap setiap
hari (Rubenstein, et al., 2007).

2. Lingkungan
Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi
rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat
kimia yang dapat juga menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O,
hidrokarbon, aldehid, ozon.
3. Virus
Sebagian besar disebabkan oleh virus, antara lain yaitu Rhinovirus, RSV,
Virus Influenza, Virus para influenza, Adenovirus, virus rubeola dan
paramyxovirus. Tetapi zat iritan seperti asam lambung, atau polusi
lingkungan.
4. Bakteri
Jumlah bronkitis akut bacterial jauh lebih sedikit dari pada bronkitis akut
viral. Invasi bakteri ke bronkus dapat merupakan infeksi sekunder setelah
terjadi kerusakan permukaan mukosa oleh virus sebelumnya. Bakteri
penyebabnya diantaranya staphylococcus aureus, streptococcus pnumoniae
dan haemophilus influenza.
5. Riwayat infeksi saluran napas.
Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada penderita bronkitis hampir
selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabkan
kerusakan paru bertambah.

D. PATOFISIOLOGI
Serangan bronkitis terjadi karena tubuh terpapar oleh agen infeksi seperti
virus maupun bakteri atau oleh agen non infeksi seperti asap rokok. Virus
masuk melalui saluran pernafasan, masa intubasi virus ini adalah selama 5
sampai 8 hari, setelat itu akan timbul gejala infeksi, agen infeksi ini akan
menyebabkan iritasi akan timbul respons inflamasi yang akan menyebabkan
edema mukosa yang akan mengganggu system pembersihan di paru.
Normalnya paru - paru memiliki kemampuan pembersihan yaitu kemampuan
yang dilakukan oleh mukus dan silia, namun pada pasien dengan bronkitis
kemampuan ini akan mengalami kerusakan sehingga saluran pernafasan mudah
terkena infeksi. Kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasi saat
terjadi infeksi hal ini akan menyebabkan produksi mukus yang meningkat,
infeksi juga menyebabkan dinding bronchial meradang, menebal dan
mengeluarkan mukus kental. Peradangan pada bronchial juga memicu tubuh
Produksi mukus kental dari peradangan dinding bronchial ditambah dengan
peningkatan mukus dari kelenjar mukus akan mengakibatkan terhambatnya
beberapa saluran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar yang akan
mengakibatkan obstruksi jalan nafas terutama selama ekspirasi, sehingga
sering kali terjadi kekurangan oksigen tubuh dengan munculnya tanda sianosis
dan juga keletihan karena penggunaan otot bantu pernafasan yang berlebihan.
(IDAI 2010 dan Nanda 2014)
Masuknya infeksi viral, bakteri, polutan, merokok dan malnutrisi dapat
mengakibatkan terjadinya hiperemia membran mukosa pada dinding bronchus
dan terjadi desquamasi mukosa yang dapat mengakibatkan udem pada dinding
bronchus. Selanjutnya, dapat mengakibatkan infiltrasi leukosit dari submukosa
bronchus. Dan akan terjadi produksi eksudat mucopurelent pada proses ini
ditandai dengan batuk-batuk kecil ini sebagai respon tubuh.
Silia bronchus berfungsi untuk sel fagosit memfagosit dari sel-sel yang
rusuk dan dapat mengakibatkan pembesaran pada limfe dimana sebagai tanda
adanya peradangan. Dimana terjadi gangguan limfe. Bakteri yang masuk dapat
menginfeksi bronchus yang dapat mengakibatkan akumulasi sel dan eksudat
mucopurulent dan dapat terjadi obstruksi jalan nafas.
PATHWAY
Infeksi bakteri, virus, Polutan, Merokok, Malnutrisi

Hyperemi membran mukosa

Desquamasi mukosa

Udema pada dinding bronchus

Infiltrasi leukosit dari sub mukosa bronchus

Produksi eksudat mucopurelent

Gangguan limfe

Bakteri masuk ke bronchioli yang steril

Obstruksi jalan nafas

Udema dinding bronchioli

                                             Rerensi sekrat                   Spasme musculus


                                                                                          Bronchioli
                                            Bersihan jalan                                   
                                        nafas tidak efektif        Gangguan pertukaran gas,
                                                                                  intoleransi aktivitas
E. TANDA DAN GEJALA
1. Demam dengan kisaran suhu normal 40oC
Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang
terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama
beberapa minggu
2. Batuk produktif denganmukus kental dan sputum berlebih
Batuk mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin
berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.
3. Dispnea
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas.
Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya
bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan
destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang ( ISPA ),
yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang menimbulkan
sesak nafas.
4. Terdengar suara ronkhi dan wheezing
Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya obstruksi
bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi
kelainannyasesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
5. Sianosis
6. Anoreksia dan sukar makan (Corwin, 2009)

F. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara
lain:
1. Bronchitis kronik
2. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami
infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas
bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang
baik.
3. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya
pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
4. Efusi pleura atau empisema
5. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi
supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
6. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri
pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh
darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan
tindakan beah gawat darurat
7. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
8. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang
arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous
shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral,
selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi
pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung
kanan.
9. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis
yang berat da luas
10. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai
komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami
komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta
proteinurea.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Rontgen Thorax : Dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya
diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode
remisi.
2. Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi,
memperkirakan derajat disfungsi.
3. Pemeriksaan Darah : Kemungkinan adanya peningkatan leukosit   
4. Bronchogram : Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi,
pembesaran duktus mukosa.
5. Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi,
mengidentifikasi patogen.
6. Analisa gas darah memperlihatkan penurunan oksigen arteri dan
peningkatan karbon dioksida arteri.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita
dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak
sebaiknya hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan
minum banyak cairan.
Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan
bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau
hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki
penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprim-
sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun
dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita
anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan
antibiotik.
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat,
maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan
apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik.
1. Pengelolaan umum
a. Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis,  meliputi :
Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien :
Contoh :
- Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.
- Mencegah / menghentikan rokok
- Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.
b. Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan
adalah sebagai berikut :
- Melakukan drainase postural
Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga
dapat dicapai drainase sputum secara maksimum. Tiap kali melakukan
drainase postural dilakukan selama 10 – 20 menit, tiap hari dilakukan
2 sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini adalah usaha
mengeluarkan sputum ( secret bronkus ) dengan bantuan gaya
gravitasi. Posisi tubuh saat dilakukan drainase postural harus
disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan dapat dibantu
dengan tindakan memberikan ketukan padapada punggung pasien
dengan punggung jari.
- Mencairkan sputum yang kental
Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas,
mengguanakan obat-obat mukolitik dan sebagainya. Mengatur posisi
tepat tidur pasien sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk
memudahkan drainase sputum.
- Mengontrol infeksi saluran nafas.
- Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan
jalan mencegah penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu
adanya antibiotic yang sesuai agar infeksi tidak berkelanjutan.
2. Pengelolaan khusus.
a. Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin mengganggu
atau mebahayakan pasien.
b. Pengobatan obstruksi bronkus
Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji
faal paru (%FEV 1 < 70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.
c. Pengobatan hipoksia.
Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen.
d. Pengobatan haemaptoe.
Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan
perdarahan. Dari berbagai penelitian pemberian obat-obatan hemostatik
dilaporkan hasilnya memuaskan walau sulit diketahui mekanisme kerja
obat tersebut untuk menghentikan perdarahan.
e. Pengobatan demam.
Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering terdapat
demam, lebih-lebih kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini selain
diberikan antibiotic perlu juga diberikan obat antipiretik.

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian :
a. Pola pengkajian fungsional menurut Gordon
1) Pola penatalaksanaan kesehatan - persepsi kesehatan
Persepsi yang berhubungan dengan penatalaksanaan kesehatan umum
dan praktik pencegahan yang dapat menimbulkan masalah dalam
kesehatan.
2) Pola nutrisi metabolik
Asupan makanan dan cairan yang berhubungan dengan kebutuhan
metabolik. Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama
sakit,
3) Pola eliminasi
Regulasi dan kontrol fungsi ekskresi, defekasi berkemih dan zat sisa.
4) Pola aktivitas-latihan
Pola aktivitas yang memerlukan penggunaan energi dan memberikan
energi, karena anak yang mengalami bronkitis akan mengalami
kelelahan dan keletihan
5) Pola tidur-istirahat
Kebiasaan tidur anak akan terganggu dikarenakan suhu badan yang
meningkat dan batuk keras paroksimal, sehingga anak merasa
gelisahdan terganggu pada waktu tidur.
6) Pola kognitif-perseptual
Keadekuatan ketrampilan kognitif bahasa dan persepsi yang
berhubungan dengan aktivitas yang dibutuhkan atau diinginkan
termasuk persepsi nyeri. Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup
akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat
diri.
7) Pola konsep diri-persepsi diri
Keyakinan dan evaluasi terhadap makna diri. Perubahan apabila anak
tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
8) Pola hubungan-peran
Peran keluarga dan sosial khususnya hubungan orang tua dengan
anak. Kondisi kesehatan mempengaruhi hubungan interpersonal dan
peran serta dalam menjalankan perannya selama sakit.
9) Pola reproduktif seksualitas
Masalah atau masalah potensial dengan seksualitas atau reproduksi.
10) Pola toleransi stress koping
Tingkat toleransi stress dan pola koping termasuk pola pendukung.
Stress timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam memgatasi
masalah penyakitnya.
11) Pola keyakinan-nilai
Nilai, tujuan atau keyakinan yang mempengaruhi keputusan dari
tindakan yang terkait kesehatan. Timbulnya distress spiritual pada
pasien menjadikan cemas dan takut.
(L. Wong 2009 dan Nanda 2014)
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) TTV, Suhu meningkat berkisar 40̊C pada fase infeksi yaitu 1-4 hari.
Pemeriksaan nadi dapat didapatkan penurunan frekuensi nadi
(bradikardi relatif).
3) Sistem pernapasaan
Pernafasan cepat, dangkal dengan adanya cuping hidung mengembang
dan retraksi dada, adanya batuk dengan produksi mukus yang
meningkat pada saluran nafas. Muncul suara wheezing dan ronchi
4) Sistem neurosensori dan sistem saraf pusat
5) Sistem gastrointestinal
Mengalami mual muntah nafsu makan menurun, anoreksia dapat
ditemukan penurunan berat badan
6) Sistem muskuloskeletal
Respon sistemik akan menyebabkan malaise, kelemahan fisik umum
dan keletihan (Muttaqin, 2013)
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan foto thoraks dinilai untuk menilai derajat progesivitas
penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruksi menahun
2) Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada
peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah).
Sputum diperiksa secara makroskospis untuk diagnosis banding
dengan tuberculosis paru.
3) Analisa gas darah
Analisa gas darah memperlihatkan penurunan oksigen arteri dan
peningkatan karbon dioksida arteri (Muttaqin, 2008)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang dapat diangkat pada kasus bronkitis sesuai SDKI 2017:
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d Hipersekresi jalan nafas
b. Pola nafas tidak efektif b/d perubahan membran alveolus kapiler
c. Keletihan b/d kondisi fisiologis (bronkitis)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d Hipersekresi jalan nafas
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan bersihan jalan nafas meningkat
Dengan kriteria hasil:
- Produksi sputum dari meningkat jadi menurun
- Keluhan wheezing dari meningkat jadi menurun
- Batuk efektif dari menurun jadi meningkat
INTERVENSI
Manajemen Jalan Nafas
Observasi
- Monitor pola nafas
- Monitor bunyi nafas
- Monitor sputum
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada
- Berikan oksigen
Edukasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik

b. Pola nafas tidak efektif b/d perubahan membran alveolus kapiler


Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas membaik
Dengan kriteria hasil:
- Keluhan dispnea dari meningkat jadi menurun
- Frekuensi nafas dari memburuk jadi membaik
INTERVENSI
Manajemen Jalan Nafas
Observasi
- Monitor pola nafas
- Monitor bunyi nafas
- Monitor sputum
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada
- Berikan oksigen
Edukasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik

c. Keletihan b/d kondisi fisiologis (bronkitis)


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan tingkat keletihan menurun
Dengan kriteria hasil:
- Pola nafas dari memburuk jadi membaik
- Keluhan mengi dari meningkat jadi menurun
INTERVENSI
Edukasi aktivitas/istirahat
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik / olahraga secara rutin
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat
- Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan

DAFTAR PUSTAKA

Hartono, 2015. Peningkatan Kapasitas Vital Paru pada pasien PPOK


menggunakan metode pernapasan pursed Lips. Jurnal Terpadu Ilmu
kesehatan. Volume 4 Nomor 1, Mei 2015. Hal 62
Ikawati Zullies, 2011. Penyakit sistem pernafasan dan tatalaksana terapinya.
Yogyakarta: Bursa Ilmu
Parker, Steve. 2007. Ensiklopedia Tubuh Manusia. Di alihbahasakan oleh
Winardini. Jakarta: Penerbit Erlangga
Putri H dan Soemarno S. 2013. Perbedaan Postural Drainage dan Latihan Batuk
Efektif pada Intervensi Nebulizer Terhadap Frekuensi Batuk. Jurnal
Fisioterapi. Volume 13 Nomor 1, April 2013. Hal: 7
Ringel Edward. 2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. Dialihbahasakan oleh
DanielK. Onion. Jakarta Barat: Permata Putri Media
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standan Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1, Cetakan III. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : DPP
PPNI

Anda mungkin juga menyukai