A. PENGERTIAN
Bronkitis adalah infeksi pada saluran pernafasan yang menyebabkan
inflamasi yang terjadi pada brokus yang kebanyakan kasus disebabkan oleh
virus RSV, Virus influenza, virus parainfluensa dengan tanda dan gejala
timbulnya suara nafas yang berat dan kasar, demam dan produksi dahak yang
berlebihan . (Nanda, 2014)
Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki.
Peradangan tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi udara
(Samer Qarah, 2007).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh
sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya
penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa
bersifat serius. Kebanyakan bronkitis pada lansia disebabkan oleh faktor
merokok (Marni,2014).
C. ETIOLOGI
1. Merokok
Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting pada
kejadian bronkitis pada lansia. Peningkatan resiko mortalitas akibat
bronkitis hampir berbanding lurus dengan jumlah rokok yang dihisap setiap
hari (Rubenstein, et al., 2007).
2. Lingkungan
Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi
rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat
kimia yang dapat juga menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O,
hidrokarbon, aldehid, ozon.
3. Virus
Sebagian besar disebabkan oleh virus, antara lain yaitu Rhinovirus, RSV,
Virus Influenza, Virus para influenza, Adenovirus, virus rubeola dan
paramyxovirus. Tetapi zat iritan seperti asam lambung, atau polusi
lingkungan.
4. Bakteri
Jumlah bronkitis akut bacterial jauh lebih sedikit dari pada bronkitis akut
viral. Invasi bakteri ke bronkus dapat merupakan infeksi sekunder setelah
terjadi kerusakan permukaan mukosa oleh virus sebelumnya. Bakteri
penyebabnya diantaranya staphylococcus aureus, streptococcus pnumoniae
dan haemophilus influenza.
5. Riwayat infeksi saluran napas.
Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada penderita bronkitis hampir
selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabkan
kerusakan paru bertambah.
D. PATOFISIOLOGI
Serangan bronkitis terjadi karena tubuh terpapar oleh agen infeksi seperti
virus maupun bakteri atau oleh agen non infeksi seperti asap rokok. Virus
masuk melalui saluran pernafasan, masa intubasi virus ini adalah selama 5
sampai 8 hari, setelat itu akan timbul gejala infeksi, agen infeksi ini akan
menyebabkan iritasi akan timbul respons inflamasi yang akan menyebabkan
edema mukosa yang akan mengganggu system pembersihan di paru.
Normalnya paru - paru memiliki kemampuan pembersihan yaitu kemampuan
yang dilakukan oleh mukus dan silia, namun pada pasien dengan bronkitis
kemampuan ini akan mengalami kerusakan sehingga saluran pernafasan mudah
terkena infeksi. Kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasi saat
terjadi infeksi hal ini akan menyebabkan produksi mukus yang meningkat,
infeksi juga menyebabkan dinding bronchial meradang, menebal dan
mengeluarkan mukus kental. Peradangan pada bronchial juga memicu tubuh
Produksi mukus kental dari peradangan dinding bronchial ditambah dengan
peningkatan mukus dari kelenjar mukus akan mengakibatkan terhambatnya
beberapa saluran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar yang akan
mengakibatkan obstruksi jalan nafas terutama selama ekspirasi, sehingga
sering kali terjadi kekurangan oksigen tubuh dengan munculnya tanda sianosis
dan juga keletihan karena penggunaan otot bantu pernafasan yang berlebihan.
(IDAI 2010 dan Nanda 2014)
Masuknya infeksi viral, bakteri, polutan, merokok dan malnutrisi dapat
mengakibatkan terjadinya hiperemia membran mukosa pada dinding bronchus
dan terjadi desquamasi mukosa yang dapat mengakibatkan udem pada dinding
bronchus. Selanjutnya, dapat mengakibatkan infiltrasi leukosit dari submukosa
bronchus. Dan akan terjadi produksi eksudat mucopurelent pada proses ini
ditandai dengan batuk-batuk kecil ini sebagai respon tubuh.
Silia bronchus berfungsi untuk sel fagosit memfagosit dari sel-sel yang
rusuk dan dapat mengakibatkan pembesaran pada limfe dimana sebagai tanda
adanya peradangan. Dimana terjadi gangguan limfe. Bakteri yang masuk dapat
menginfeksi bronchus yang dapat mengakibatkan akumulasi sel dan eksudat
mucopurulent dan dapat terjadi obstruksi jalan nafas.
PATHWAY
Infeksi bakteri, virus, Polutan, Merokok, Malnutrisi
Desquamasi mukosa
Gangguan limfe
F. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara
lain:
1. Bronchitis kronik
2. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami
infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas
bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang
baik.
3. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya
pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
4. Efusi pleura atau empisema
5. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi
supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
6. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri
pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh
darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan
tindakan beah gawat darurat
7. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
8. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang
arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous
shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral,
selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi
pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung
kanan.
9. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis
yang berat da luas
10. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai
komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami
komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta
proteinurea.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Rontgen Thorax : Dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya
diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode
remisi.
2. Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi,
memperkirakan derajat disfungsi.
3. Pemeriksaan Darah : Kemungkinan adanya peningkatan leukosit
4. Bronchogram : Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi,
pembesaran duktus mukosa.
5. Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi,
mengidentifikasi patogen.
6. Analisa gas darah memperlihatkan penurunan oksigen arteri dan
peningkatan karbon dioksida arteri.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita
dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak
sebaiknya hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan
minum banyak cairan.
Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan
bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau
hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki
penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprim-
sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun
dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita
anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan
antibiotik.
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat,
maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan
apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik.
1. Pengelolaan umum
a. Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis, meliputi :
Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien :
Contoh :
- Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.
- Mencegah / menghentikan rokok
- Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.
b. Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan
adalah sebagai berikut :
- Melakukan drainase postural
Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga
dapat dicapai drainase sputum secara maksimum. Tiap kali melakukan
drainase postural dilakukan selama 10 – 20 menit, tiap hari dilakukan
2 sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini adalah usaha
mengeluarkan sputum ( secret bronkus ) dengan bantuan gaya
gravitasi. Posisi tubuh saat dilakukan drainase postural harus
disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan dapat dibantu
dengan tindakan memberikan ketukan padapada punggung pasien
dengan punggung jari.
- Mencairkan sputum yang kental
Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas,
mengguanakan obat-obat mukolitik dan sebagainya. Mengatur posisi
tepat tidur pasien sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk
memudahkan drainase sputum.
- Mengontrol infeksi saluran nafas.
- Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan
jalan mencegah penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu
adanya antibiotic yang sesuai agar infeksi tidak berkelanjutan.
2. Pengelolaan khusus.
a. Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin mengganggu
atau mebahayakan pasien.
b. Pengobatan obstruksi bronkus
Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji
faal paru (%FEV 1 < 70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.
c. Pengobatan hipoksia.
Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen.
d. Pengobatan haemaptoe.
Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan
perdarahan. Dari berbagai penelitian pemberian obat-obatan hemostatik
dilaporkan hasilnya memuaskan walau sulit diketahui mekanisme kerja
obat tersebut untuk menghentikan perdarahan.
e. Pengobatan demam.
Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering terdapat
demam, lebih-lebih kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini selain
diberikan antibiotic perlu juga diberikan obat antipiretik.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang dapat diangkat pada kasus bronkitis sesuai SDKI 2017:
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d Hipersekresi jalan nafas
b. Pola nafas tidak efektif b/d perubahan membran alveolus kapiler
c. Keletihan b/d kondisi fisiologis (bronkitis)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d Hipersekresi jalan nafas
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan bersihan jalan nafas meningkat
Dengan kriteria hasil:
- Produksi sputum dari meningkat jadi menurun
- Keluhan wheezing dari meningkat jadi menurun
- Batuk efektif dari menurun jadi meningkat
INTERVENSI
Manajemen Jalan Nafas
Observasi
- Monitor pola nafas
- Monitor bunyi nafas
- Monitor sputum
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada
- Berikan oksigen
Edukasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
DAFTAR PUSTAKA