Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 3

SISTEM UTILITAS BANGUNAN

Disusun oleh :
Melkias Loho
201820201014

TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2020
 PRESENTASI KULIAH SISTEM UTILITAS BANGUNAN

1. Absensi 30%
2. Quis / Tugas 20%
3. Kreativitas 20%
4. Uts 15%
5. Uas 15%
100%

 TUGAS 3
1. Gambar denah bangunan rumah tempat tinggal anda atu yang anda ketahui beserta
instalasi listrik beban yang terpasang dan system pentanahannya, hitunglah nilai
batang pentanahan yang terpasang dan system pencahayaan bangunan tersebut ! ?
2. Apabila bangunan tersebut tidak terdapat system pentanahan, maka rencanakan
system pentanahan yang seharusnya pada bangunan tersebut ?
3. Buat rangkuman tentang standarisasi pentanahan dan pencahayaan pada bangunan
gedung sesuai dengan SNI ?
1. DENAH BANGUNAN RUMAH TINGGAL PRIBADI BESERTA
INSTALASINYA
Utuk mengukur arus yang mengalir di sebuah rumah tinggal dengan rumus:

PERHITUNGAN NILAI BATANG PENTANAHAN INSTALASI BANGUNAN

Rbt =
Rho
2 PhiL (
+ ln
4L
a
−1 )
Rbt =
30
2 x 3,14 x 3 (
+ ln
4x3
1,59 cm
−1 )
Rbt =
250
157 (
+ ln
347
53 )
Rbt =3,47139 ohm

Rbt =3,47 ohm

Jadi nilai batang pentanahan instalasi bangunan rumah tersebut adalah 3,47 ohm . jadi
terbilang bagus dan cukup baik. Karena nilai tahannya lebih kecil dari 5 ohm menurut
stabdart SNI PUIL 2000.

SISTEM PENCAHAYAAN BANGUNAN RUMAH

Jumlah lampu pada suatu ruangan di tentukan dengan rumus

EXA
N=
Q X LLF X CU
Kuat penerangan ( E )

Q=W X LUMEN /WATT

Untuk lampu SL 15 W dengan tipe Hannochs 18 W CDL E27 220 – 240V Mempunyai
lumninous Efficacy Lamp sebesar 65 Lm/W, jadi :

Q=W X LUMEN /WATT


Q=1 5 X 65
Q=975lumen

 PERHITUNGAN PENCAHAYAAN

1. Ruang Tamu
F xk
total p x kd
Erata-rata = (lux)
A

975 X 0,9 X 0,8


E rata rata=
12
E rata rata=58.5 lux

a. Jumlah armatur

EXA
N=
Q X LLF X CU
60 X 12
N=
975 X 0,8 X 50 %

720
N=
390

N=1 , 84

= 1 titik lampu

Menurut SNI untuk penerangan rumah tidak melebihi 10W/M2 , maka :

jumlah titik lampu x watt lampu


jumlah W / M 2=
luas ruangan

1x15
¿
12
¿ 1. 25 w /m2

2. Ruang Keluarga
F xk
Erata-rata = total p x kd (lux)
A

975 X 0,9 X 0,8


E rata rata=
16
E rata rata=43 . 87 lux

a. Jumlah armatur

EXA
N=
Q X LLF X CU
60 X 16
N=
96 0 X 0,8 X 50 %

960
N=
384

N=2.5

= 1 titik lampu

Menurut SNI untuk penerangan rumah tidak melebihi 10W/M2 , maka :

jumlah titik lampu x watt lampu


jumlah W / M 2=
luas ruangan

1x15
¿
12

¿ 1.25 w /m 2

3. Kamar 1
a. Tingkat pencahayaan rata rata
F xk
total p x kd
Erata-rata = (lux)
A

975 X 0,9 X 0,8


E rata rata=
12
E rata rata=58.5 lux

b. Jumlah armatur

EXA
N=
Q X LLF X CU
60 X 12
N=
975 X 0,8 X 50 %

72 0
N=
390
N=1 , 84

= 1 titik lampu

Menurut SNI untuk penerangan rumah tidak melebihi 10W/M2 , maka :

jumlah titik lampu x watt lampu


jumlah W / M 2=
luas ruangan

1x15
¿
12
¿ 1.25 w /m 2

4. Kamar 2
a. Tingkat pencahayaan rata rata
F xk
p x kd
Erata-rata = total (lux)
A

975 X 0,9 X 0,8


E rata rata=
9
E rata rata=78 lux
b. Jumlah armatur / titik lampu
EXA
N=
Q X LLF X CU
60 X 9
N=
975 X 0,8 X 50 %

540
N=
390

N=1 , 38

= 1 titik lampu

Menurut SNI untuk penerangan rumah tidak melebihi 10W/M2 , maka :

jumlah titik lampu x watt lampu


jumlah W / M 2=
luas ruangan

1x15
¿
9
¿ 1.66 w /m2

5. Dapur
a. Tingkat pencahayaan rata rata
F xk
total p x kd
Erata-rata = (lux)
A
975 X 0,9 X 0,8
E rata rata=
8
E rata rata=87.75 lux
b. Jumlah lampu
EXA
N=
Q X LLF X CU
120 X 8
N=
975 X 0,8 X 50 %

96 0
N=
390

N=2.46

= 2 titik lampu

Menurut SNI untuk penerangan rumah tidak melebihi 10W/M2 , maka :

jumlah titik lampu x watt lampu


jumlah W / M 2=
luas ruangan

2 x 15
¿
10
¿ 3 w /m2

6. Kamar Mandi
c. Tingkat pencahayaan rata rata
F xk
total p x kd
Erata-rata = (lux)
A

975 X 0,9 X 0,8


E rata rata=
5
E rata rata=351lux
d. Jumlah lampu
EXA
N=
Q X LLF X CU
120 X 5
N=
975 X 0,8 X 50 %

6 00
N=
390

N=1.53

= 1 titik lampu

Menurut SNI untuk penerangan rumah tidak melebihi 10W/M2 , maka :


jumlah titik lampu x watt lampu
jumlah W / M 2=
luas ruangan

1 x 15
¿
10
¿ 1.5 w /m2

Rangkuman Standarisasi Pentanahan Dan Pencahayaan Pada Bangunan


Gedung Sesuai Dengan Sni

Pengertian Grounding
 grounding adalah suatu jalur langsung dari arus listrik menuju bumi atau koneksi fisik
langsung ke bumi. Dipasangnya koneksi grounding pada instalasi listrik adalah sebagai
pencegahan terjadinya kontak antara makhluk hidup dengan tegangan listrik berbahaya yang
terekspos akibat terjadi kegagalan isolasi.” untuk menambah pemahaman.
Dalam PUIL 2000 (PUIL : Persyaratan Umum Instalasi Listrik, saat ini edisi terakhir adalah
tahun 2000), dipakai istilah pembumian, dan memiliki pengertian sebagai “penghubungan
suatu titik sirkit listrik atau suatu penghantar yang bukan bagian dari sirkit listrik, dengan
bumi menurut cara tertentu”
(PUIL adalah ketentuan atau persyaratan teknis yang diterapkan di Indonesia, dengan
mengacu kepada standard internasional, dan dibuat sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pekerjaan instalasi listrik)
koneksi ke tanah dapat juga membatasi kenaikan dari tegangan listrik statis ketika menangani
produk yang mudah terbakar atau ketika memperbaiki perangkat elektronik. Contohnya
adalah saat pengisian BBM di SPBU dari truk tangki pengangkut ke tangki penyimpanan
SPBU, dimana truk tangki itu harus disambungkan kabel grounding agar mencegah
timbulnya listrik statis yang dapat menimbulkan percikan api sehingga mengakibatkan
kebakaran.
Pengertian listrik statis secara singkat adalah kumpulan muatan listrik yang terdiri dari unsur
positif dan negatif, dalam keadaan “diam” (secara teknis elektron bergerak mengelilingi inti
atom) dan dapat secara tiba-tiba bergerak atau terjadi loncatan bila didekati oleh suatu unsur
penghantar listrik seperti logam atau kabel listrik. Loncatan ini kadang-kadang dapat
menimbulkan percikan api bila muatannya besar. Contoh paling mudah adalah petir.

Fungsi Grounding
Sebagai bagian dari proteksi instalasi listrik rumah, grounding ini mempunyai beberapa
fungsi sebagai berikut :
1. Untuk tujuan keselamatan, seperti yang dijelaskan sebelumnya, grounding berfungsi
sebagai penghantar arus listrik langsung ke bumi atau tanah saat terjadi tegangan listrik
yang timbul akibat kegagalan isolasi dari system kelistrikan atau peralatan listrik.
Contohnya, bila suatu saat kita menggunakan setrika listrik dan terjadi tegangan yang
bocor dari elemen pemanas di dalam setrika tersebut, maka tegangan yang bocor tersebut
akan mengalir langsung ke bumi melalui penghantar grounding. Dan kita sebagai
pengguna akan aman dari bahaya kesetrum. Perlu diingat, peristiwa kesetrum terjadi bila
ada arus listrik yang mengalir dalam tubuh kita.
2. Dalam instalasi penangkal petir, system grounding berfungsi sebagai penghantar arus
listrik yang besar langsung ke bumi. Dalam prakteknya, pemasangan grounding untuk
instalasi penangkal petir dan instalasi listrik rumah harus dipisahkan.
3. Sebagai proteksi peralatan elektronik atau instrumentasi sehingga dapat mencegah
kerusakan akibat adanya bocor tegangan.
Bila ditinjau lebih luas lagi, pengertian dan fungsi grounding akan berbeda bila
diterapkan pada system transmisi tenaga listrik, tujuan pengukuran, pesawat terbang atau
pesawat ruang angkasa.
1. Untuk rangkaian system transmisi tenaga listrik yang besar, bumi itu sendiri dapat
digunakan sebagai salah satu penghantar bagi jalur kembali dari rangkaian tersebut,
dimana dapat menghemat biaya bila dibandingkan pemasangan satu penghantar fisik
sebagai saluran kembali. Perlu diketahui, arus listrik yang mengalir ke beban akan
mengalir kembali ke sumber arus listrik tersebut.
2. Untuk tujuan pengukuran, bumi dapat berperan sebagai tegangan referensi yang relatif
cukup konstan untuk melakukan pengukuran sumber tegangan lain.
3. Pada pesawat terbang, saat beroperasi tentu tidak memiliki koneksi fisik yang langsung ke
bumi. Karena itu pada pesawat udara, terdapat suatu konduktor besar yang berfungsi sama
seperti grounding, sebagai jalur kembali dari berbagai arus listrik. Selain itu pesawat udara
memiliki static discharge system yang dipasang pada ujung-ujung sayap, yang gunanya

Anda mungkin juga menyukai