struktur organisasi dalam apotek maka setiap pegawai memiliki tugas dan tangung
mencegah tumpang tindih kewajiban serta wewenang maka dengan adanya suatu
elemen orang.
3. Apoteker pendamping
7. Kasir
8. Admin
9. Bagian umum
1. Apoteker Penangung jawab Apotek (APA)
e. Menandatangani semua surat baik surat pesanan, laporan-laporan serta salinan resep.
b. Memberikan gaji kepada karyawan sesuai dengan profesi dan tugas masing-masing.
yang dibuat
Pengelola Apotek dan/atau menggantikannya pada jam–jam tertentu pada hari buka apotek.
d. Menerima dan menyiapkan obat-obat sesuai dengan resep dokter serta pelayanan obat
bebas.
a. Menentukan dan melakukan negoisasi harga beli barang dan masa pembayaran dengan
supplier.
e. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua tugas yang diberikan oleh atasannya
c.Mengetik surat pesanan, laporan obat narkotika, obat psikotropika dan obat generik serta
sekaligus mengantarnya.
Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan atau di lakukan oleh pimpinan.
4. Admin
5. Kasir
Pengertian STRTTK,SIPA,SIA
Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian, yang selanjutnya disingkat STRTTK adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah
diregistrasi.
Surat Izin Praktik Apoteker, yang selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin yang diberikan
kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan praktik kefarmasian pada fasilitas pelayanan
kefarmasian.
Surat Izin Apotek yang selanjutnya disingkat SIA adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Apoteker sebagai izin untuk menyelenggarakan
Apotek.
Kartu stok apotek menjadi barang yang wajib ada karena sebagai pengendali persediaan obat
yang dimiliki. Kartu ini harus selalu diupdate secara berkala setiap ada pergerakan obat. Agar
lebih memahami peran penting kartu stok di apotek
Kartu stok memuat nama obat, satuan, asal (sumber) dan diletakkan bersama obat pada lokasi
penyimpanan.
Bagian judul pada kartu Stok diisi dengan dengan :
a. Nama obat.
b. Kemasan
c. Isi kemasan
Kolom-kolom pada Kartu Stok diisi sebagai berikut :
a. Tanggal penerimaan atau pengeluaran.
b. Nomor dokumen penerimaan atau pengeluaran.
c. Sumber asal obat atau kepada siapa obat dikirim.
d. No. Batch/No. Lot.
e. Tanggal kadaluwarsa
f. Jumlah penerimaan
g. Jumlah pengeluaran
h. Sisa stok
i. Paraf petugas yang mengerjakan
Faktur
Copy resep
SOP
- Pengelolaan obat yang perlu perhatiaan khusus atau hight alert medication
- Penerimaan resep
- Pelayanan swamedikasi
- PIO
- Konseling
- Pembersihan alat
- Pengelolaan resep
- Pembuataan Pmr
- Pemusnahan resep
Penggolongan obat ini terdiri dari: obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat
keras, psikotropika dan narkotika.
a. Obat bebas Obat golongan ini termasuk obat yang relatif paling aman, dapat
diperoleh tanpa resep dokter, selain di apotek juga dapat diperoleh di warung-
warung. Obat bebas dalam kemasannya ditandai dengan lingkaran berwarna hijau.
Contohnya adalah parasetamol, vitamin c, asetosal (aspirin), antasida daftar obat
esensial (DOEN), dan obat batuk hitam (OBH) (Priyanto, 2010).
b. Obat bebas terbatas Obat bebas terbatas atau obat yang masuk dalam daftar “W”
menurut bahasa Belanda “W” singkatan dari “Waarschung” artinya peringatan.
Jadi maksudnya obat yang bebas penjualannya disertai dengan tanda peringatan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obat-obatan kedalam
daftar obat “W” memberikan pengertian obat bebas terbatas adalah Obat Keras
yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya
memenuhi persyaratan yang sebagaimana telah datur dalam PERMENKES
NOMOR : 919/MENKES/PER/X/1993 pasal 2. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 2380/A/SK/VI/83, tanda khusus untuk obat bebas terbatas
berupa lingkaran warna biru dengan garis tepi berwarna hitam. Tanda khusus
harus diletakan sedemikian rupa sehingga jelas terlihat dan mudah dikenal
sebagaimana yang dijelaskan pada gambar 2 di bawah. Contohnya obat flu
kombinasi (tablet), chlorpheniramin maleat (CTM), dan mebendazol (Priyanto,
2010).
c. Obat keras Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda “G” singkatan
dari “Gevaarlijk” artinya berbahaya maksudnya obat dalam golongan ini
berbahaya jika pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan RI yang menetapkan/memasukan obat-obatan kedalam daftar
obat keras, memberikan pengertian obat keras, memberikan pengertian obat keras
adalah obat-obat yang ditetapkan sebagai berikut:
1) Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan bahwa obat
itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.
2) Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk
dipergunakan secara parental, baik degan cara suntikan maupun dengan cara
pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli dari jaringan.
3) Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah
dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan
manusia.
4) Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras: obat itu sendiri dalam
substansi dan semua sediaan yang mengandung obat itu, terkecuali apabila
dibelakang nama obat disebutkan ketentuan lain, atau ada pengecualian Daftar
Obat Bebas Terbatas.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 02396/A/SK/VIII/1986
tentang tanda khusus Obat Keras daftar G adalah lingkaran bulatan warna merah
dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi lihat
gambar 3. Contoh obat ini adalah amoksilin, asam mefenamat (Priyanto, 2010).
Obat keras Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda “G” singkatan
dari “Gevaarlijk” artinya berbahaya maksudnya obat dalam golongan ini
berbahaya jika pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan RI yang menetapkan/memasukan obat-obatan kedalam daftar
obat keras, memberikan pengertian obat keras, memberikan pengertian obat keras
adalah obat-obat yang ditetapkan sebagai berikut:
1) Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan bahwa
obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.
2) Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk
dipergunakan secara parental, baik degan cara suntikan maupun dengan
cara pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli dari jaringan.
3) Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah
dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan
kesehatan manusia.
4) Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras: obat itu sendiri
dalam substansi dan semua sediaan yang mengandung obat itu, terkecuali
apabila dibelakang nama obat disebutkan ketentuan lain, atau ada
pengecualian Daftar Obat Bebas Terbatas. Berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor : 02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda
khusus Obat Keras daftar G adalah lingkaran bulatan warna merah dengan
garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi lihat
gambar Contoh obat ini adalah amoksilin, asam mefenamat (Priyanto,
2010).
Obat keras dibedakan menjadi beberapa golongan, yaitu Obat Wajib Apotek (OWA), obat daftar
G, dan psikotropika :
1) Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
apoteker di apotek kepada pasien tanpa resep dokter (Keputusan Menteri
Kesehatan No : 347/MENKES/VII/1990). Contoh : Antiparasit (obat
cacing, mebendazol); Obat Kulit Topikal (antibiotik, tetrasiklin); Obat
Saluran Napas (obat asma, ketotifen). Daftar ini menetapkan obat-obat
keras yang dapat dibeli di apotek tanpa resep dokter dalam jumlah dan
potensi terbatas. Pasien diharuskan memberikan nama dan alamatnya
yang didaftarkan oleh apoteker bersama nama obat yang diserahkan.
Daftar tersebut meliputi antara lain pil anti-hamil, obat-obat lambung
tertentu, obat antimual metokolpramid, laksan bisakodil, salep sariawan
triamsinolon, obat-obat pelarut dahak bromheksin, asetil- dan karbo-
sistein, obat-obat nyeri atau demam asam mefenamat, glisfenin dan
metamizol. Disamping itu daftar tersebut juga mencakup sejumlah obat
keras dalam bentuk salep atau krim, antibiotik, seperti kloramfenikol,
eritromisin, tetrasiklin, dan gentamisin, dan zat-zat antijamur (mikonazol,
ekonazol, nistatin dan tolnaftat) .
2) Obat G mencakup semua obat keras yang hanya dapat dibeli di apotek
berdasarkan resep dokter, seperti antibiotika, hormon kelamin, obat
kanker, obat penyakit gula, obat malaria, obat jiwa, jantung, tekanan
darah tinggi, obat anti-pembekuan darah dan semua sediaan dalam bentuk
injeksi
3) Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Psikotropika dibagi menjadi :
a) Psikotopika golongan 1 adalah psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, dan mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan ketergantungan.
Contohnya : brolamfetamin (DOB), tenamfetamin (MDA), dan lisergida
(LSD).
b) Psikotropika golongan II dapat digunakan untuk pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan ketergantungan. Contohnya :
amfetamin, deksamfetamin, dan metamfetamina.
c) Psikotropika golongan III dapat digunakan untuk pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan ketergantungan.
Contohnya : katina, amobarbital, buprenofrina, dan pentobarbital.
d) Psikotropika golongan IV dapat digunakan untuk pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contohnya : alprazolam, barbital, diazepam dan
fenobarbital (Undang – Undang RI No : 3 tahun 2017).
4) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebebkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongan–golongan (Undang – Undang RI No : 2
tahun 2017). Dalam kemasannya narkotika ditandai dengan lingkaran
berwarna merah sebagaimana gambar 4. Narkotika dibagi menjadi 3
golongan, yaitu:
a) Narkotika golongan I, digunakan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk
reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah
mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Contohnya: heroina,
katinona, amfetamin dan metamfetamin.
b) Narkotika golongan II dan III, yang berupa bahan baku, baik
alami maupun sintetis, yang digunakan untuk produksi obat diatur
dengan Peraturan Menteri. Contohnya : fentanil, morfina,
petidina, dan kodeina. Gambar 2.4 Penandaan Obat Narkotika
(Sumber: Priyanto, 2010) 10 mempunyai potensi kuat
mengakibatkan ketergantungan. Contohnya : amfetamin,
deksamfetamin, dan metamfetamina.
c) Psikotropika golongan III dapat digunakan untuk pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
ketergantungan. Contohnya : katina, amobarbital, buprenofrina,
dan pentobarbital.
d) Psikotropika golongan IV dapat digunakan untuk pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contohnya : alprazolam, barbital, diazepam dan
fenobarbital (Undang – Undang RI No : 3 tahun 2017).
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebebkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
yang dibedakan ke dalam golongan–golongan (Undang – Undang RI No : 2 tahun 2017). Dalam
kemasannya narkotika ditandai dengan lingkaran berwarna merah sebagaimana gambar 4.
Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
MINGGU KEDUA
F. Pelayanan Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan Farmasi Klinis menurut Permenkes No.73 Tahun
2016 meliputi :
klinis. Kajian administratif meliputi: nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan; nama
dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf; dan tanggal penulisan
Resep. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi: bentuk dan kekuatan sediaan; stabilitas; dan
kompatibilitas (ketercampuran obat). Serta pertimbangan klinis meliputi: ketepatan indikasi dan
dosis obat; aturan, cara dan lama penggunaan obat; duplikasi dan/atau polifarmasi; reaksi obat
yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain); kontra indikasi; dan
interaksi.
1. Harga (Price)
Harga obat di apotek tergantung pada kebijakan apotek itu sendiri dalam hal mengenai
keuntungan dan modal dari apotek tersebut. Untuk apotek besar dapat membeli obat dalam
jumlah besar sehingga memperoleh keuntungan yang lebih besar biasanya pembelian obat dalam
jumlah banyak dapat diberikan diskon. Sebaliknya, apotek yang membeli dalam skala kecil
diskon yang akan diberikan pun berbeda dan dapat mempengaruhi harga jual apotek. Disamping
itu harga jual juga dipengaruhi sukarnya suatu obat diperoleh. Secara teoritis penetapan harga
G. Pengelolaan Apotek
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pengelolaan apotek terdiri dari pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang meliputi:
1. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan
masyarakat.
2. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi harus
melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. yaitu Suatu proses kegiatan
yang bertujuan agar tersedia sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan
kebutuhan pelayanan. Pengadaan yang efektif merupakan suatu proses yang mengatur berbagai cara,
teknik dan kebijakan yang ada untuk membuat suatu keputusan tentang obat-obatan yang akan diadakan,
baik jumlah maupun sumbernya. Kriteria yang harus dipenuhi dalam pengadaan sediaan farmasi dan
a. Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diadakan memiliki izin edar atau nomor
registrasi.
b. Mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan dapat
dipertanggung jawabkan.
c. Pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan berasal dari jalur resmi.
d. Dilengkapi dengan persyaratan administrasi.
Pengadaan di apotek dapat dilakukan dengan cara pembelian (membeli obat ke PBF) atau
dengan cara konsinyasi (dimana PBF menitipkan barang di apotek dan dibayar setelah laku
terjual). Proses pengadaan barang dengan cara pembelian dilakukan melalui beberapa tahap,
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Persiapan
b. Pemesanan
Pemesanan dapat dilakukan jika persediaan barang habis, yang dapat dilihat dari
buku defektan. Pemesanan dapat dilakukan langsung kepada PBF melalui telepon
3. Penerimaan
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang
diterima.
4. Penyimpanan
a. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian
atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
b. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin
c. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang
menyebabkan kontaminasi
d. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi
e. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First
Out)
a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan.
Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika
Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin
sebagaimana terlampir.
b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
c. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary
e. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang
6. Pengendalian
kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu
stok sekurang- kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan
yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan
lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban
Di apotek masih proses dengan mengunakan kartu member untuk menginput data pasien pada
setiap kunjungan obat yang dibeli
Resep narko dan psikotropika disimpan di tempat yang sama tetapi tidak dicampur dengan resep
umum dan pada resep narkotika dan psikotropika ditandai
Faktur
- nomor
- Kode barang
- Batch
- Exp date
- Quantity
- Satuan
- Harga satuan
- Harga netto
Pengadaan obat
Mengunakan metode “ konsep pareto” obat yang menyumbangkan omset besar harus
diperhatikan jangan sampai kosong
Resep lebih mahal karena membutuhkan meracik dan ada uang resep,embalase,jasa profesi
Obat kadaluwarsa
Pada obat kadaluwarsa biasanya diretur PBF kalau tidak bisa diretur obat tersebut dimusnahkan
dan tergantung pada distributor
Menghitung HJA
Prinsip penyimpanan
FIFO + FEFO
suhu ruangan