Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA

OLEH
NI PUTU SONIYA DARMAYANTI
NIM. P07120319018
PRODI NERS

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS
2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya
disebabkan oleh agens infeksius (Keperawatan Medikal-Bedah, 2002).
Pneumonia adalah suatu peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan
pengisian rongga alveoli oleh eksudat  (Askep Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan). Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan
oleh bermacam-macam sebab seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing  ( Kapita Selekta Kedokteran edisi kedua). Pneumonia adalah peradangan
yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan gangguan pertukaran gas setempat. ( Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2 edisi
ketiga).
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi
yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak
dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan
kesekitar alveoli yang tidak berfungsi. Hipoksia dapat terjadi tergantung
banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Irman Somantri, 2008: 67).Pneumonia
adalah proses peradangan pada parenkim paru-paru, yang biasanya dihubungkan
dengan meningkatnya cairan pada alveoli (Santa Manurung, 2009:
93).Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi
dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur dan benda – benda asing (Arif Muttaqin, 2008: 98).
Pneumonia dikelompokkan berdasarkan agen penyebabnya dan
dikategorikan sebagai pneumonia bakterialis dan pneumonia atipikal. Pneumonia
juga mungkin disebabkan oleh terapi radiasi, bahan kimia, dan aspirasi. Jika suatu
bagian substansial dari satu lobus atau lebih yang terkena, penyakit ini disebut
sebagai Pneumonia Lobaris. Istilah Bronkopneumonia digunakan untuk
menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran bercak, teratur
dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim
paru yang berdekatan di sekitarnya.
Secara umum, pasien dengan pneumonia bakterialis biasanya mempunyai
penyakit dasar akut atau kronis yang menggangu daya tahan hospes. Lebih sering,
pneumonia timbul akibat flora normal yang ada pada pasien yang daya tahan
tubuhnya telah terganggu, atau terjadi akibat aspirasi flora normal yang terdapat
didalam mulut. Meski sebagian besar pneumonia tidak tipikal, seperti yang
disebabkan oleh infeksi virus, terjadi pada individu yang sebelumnya sehat
biasanya yang terdapat riwayat penyakit virus yang mendahuluinya.
2. Etiologi
Menurut Misnadiarly. (2008), Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat
umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peraliha antara
bakteri dan virus) dan protozoa.
a. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai
usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah
Streptococcus pneumonia sudah ada di kerongongan manusia sehat. Begitu
pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi
pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut
jantungnya meningkat cepat.
b. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.
Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus
(RSV). Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan
bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada
umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam
waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza
gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian.
c. Mikoplasma
Mikoplasia adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit
pada manuai. Mikoplasia tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri,
meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya
berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia.,
tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat
rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.
d. Protozoa
Pneumonia yang disebabhkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia
(PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang premature.
Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa
bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika
ditemukan P. Carini pada jaringan paru atau specimen yang berasal dari paru.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Misnadiarly. (2008), tanda dan gejala pneumonia adalah sebagai
berikut:
a. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas
atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat mencapai 40o celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak
kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita
juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.
b. Tanda-tanda pneumonia antara lain :
1) Batuk nonproduktif 2) Ingus (nasal discharge)
3) Suara napas lemah 4) Penggunaan otot bantu napas
5) Demam 6) Sianosis (kebiru-biruan)
7) Thorax photo menunjukkan 8) Sakit kepala
infiltrasi melebar
9) Kekakuan dan nyeri otot 10) Sesak napas
11) Menggigil 12) Berkeringat
13) Lelah 14) Terkadang kulit menjadi
lembab
15) Mual dan muntah
4. Klasifikasi
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2003) pneumonia dapat
diklasifikasikan berdasarkan klinis, penyebab dan predileksi infeksi.
a. Berdasarkan klinis dan epidemiologis
Berdasarkan klinis dan epidemiologis, pneumonia terdiri dari :
1) Pneumonia komuniti (comunity aquired pneumonia)
Community acquired pneumonia(CAP) adalah pneumonia infeksius
pada seseorang yang tidak menjalani rawat inap di rumah sakit baru-baru
ini.CAP adalah tipe pneumonia yang paling sering. Penyebab paling sering
dari CAP berbeda tergantung usia seseorang,tetapi mereka termasuk
Streptococcus pneumoniae,virus,bakteri atipikal dan Haemophilus
influenzae.Di atas semuanya itu , Streptococcus pneumoniae adalah
penyebab paling umum dari CAP seluruh dunia.Bakteri gram negatif
menyebabkab CAP pada populasi beresiko tertentu.
2) Pneumonia nosokomial (hospital aquired pneumonia/sosicomial pneumonia)
Pneumonia yang didapat di rumah sakit cenderung bersifat lebihserius
karena pada saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan
tubuh penderita untuk melawan infeksi seringkali terganggu. Selain
itu, kemungkinannya terjadinya infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap
antibiotik adalah lebih besar.
3) Pneumonia aspirasi
4) Pneumonia pada penderita immunocompromised
b. Berdasarkan bakteri penyebab
Berdasarkan bakteri penyebab, pneumonia terdiri atas :
1) Pneumonia bakterial / tipikal
Pneumonia bakterial meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan
pneumonia streptokokus, manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia
lain, mikro-organisme individual menghasilkan gambaran klinis yang
berbeda. Awitannya tiba-tiba, biasanya didahului dengan infeksi virus,
toksik, tampilan menderita sakit yang akut , demam, malaise, pernafasan
cepat dan dangkal, batuk, nyeri dada sering diperberat dengan nafas dalam,
nyeri dapat menyebar ke abdomen, menggigil, meningismus.
2) Pneumonia atipikal disebabkan mycoplasma, legionella dan chlamydia
Agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi terutama di musim gugur
dan musim dingin, lebih menonjol di tempat dengan konsidi hidup yang
padat penduduk. Mungkin tiba-tiba atau berat. Gejala sistemik umum seperti
demam, mengigil (pada anak yang lebih besar), sakit kepala, malaise,
anoreksia, mialgia. Yang diikuti dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk
kering, keras. Pada awalnya batuk bersifat tidak produktif, kemudian
bersputum seromukoid, sampai mukopurulen atau bercak darah. Krekels
krepitasi halus di berbagai area paru.
3) Pneumonia virus
Lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakterial. Terlihat pada
anak dari semua kelompok umur, sering dikaitkan dengan ISPA virus, dan
jumlah RSV untuk persentase terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya
bervariasi, dari ringan seperti demam ringan, batuk sedikit, dan malaise.
Berat dapat berupa demam tinggi, batuk parah, prostasi. Batuk biasanya
bersifat tidak produktif pada awal penyakit. Sedikit mengi atau krekels
terdengar auskultasi.
4) Pneumonia jamur
Pneumonia juga bisa terjadi setelah pembedahan (terutama
pembedahan perut) atau cedera (terutama cedera dada), sebagai akibat dari
dangkalnya pernafasan, gangguan terhadap kemampuan batuk dan lendir
yang tertahan. Yang sering menjadi penyebabnya adalah Staphylococcus
aureus, pneumokokus, Hemophilus influenzae atau kombinasi ketiganya.
Pneumonia pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh bakteri, yang
tersering yaitu bakteri Streptococcus pneumoniae pneumococcus.
Pneumonia pada anak-anak paling sering disebabkan oleh virus pernafasan,
dan puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun. Pada usia sekolah, pneumonia
paling sering disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae.
c. Berdasarkan predileksi infeksi
Berdasarkan predileksi infeksi pneumonia terdiri atas :
1) Pneumonia lobaris
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan
sekunder oleh obstruksi bronkus. Bila kedua paru terkena, maka dikenal
sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
2) Bronkopneumonia
Ditandai dengan bercak – bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat
disebabkan oleh bakteri maupun virus. Terjadi pada ujung akhir bronkiolus,
yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak
konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.
3) Pneumonia interstitialis
Proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar (interstisium)
dan jaringan peribronkial serta interlobular.
5. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada
beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh
mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai
paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga
dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama
kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi
imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak
mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran
napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat
mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang
normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus
tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme
pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran
napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan
normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari
satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang
pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus
Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen
baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah
mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang
meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di
alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan
konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia
menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur
submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam
saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2003).
6. Pohon Masalah

Etiologi (virus, bakteri, mokoplasma, protozoa)

Bersihan Jalan Nafas


Droplet terhirup Tidak Efektif
Merangsang IL-1
Masuk pada alveoli Sesak, ronkhi

Zat endogen pyrogen


Reaksi peradangan Obstuksi saluran nafas

Prostaglandin
PMN (leukosit & Konsolidasi-
makrofag penumpukkan
Berdistribusi ke meningkat) eksudat di alveoli
hipotalamus

Gangguan difusi O2
Suhu tubuh
meningkat Konfusi, iritabilitas,
sianosis, dispneu, BGA abnormal
pernafasan cuping
Hipertermi
hidung
Respon batuk
Gangguan
Pertukaran Gas

Gambar 1. “Pohon Masalah Pneumonia”


Sumber : Misnadiarly (2008)., NANDA (2015-2017)

7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Misnadiarly (2008), pemeriksaan diagnostik pada klien pneumonia
yaitu sebagai berikut :
a. Sinar X : mengidentifikasi distribusi structural (missal : lobar,
bronchial) dapat juga menyatakan abses
b. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis
c. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah : untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada
d. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis
organism khusus
e. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru – paru, menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan
f. Spirometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
g. Bronkostopsi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing.
8. Penatalaksanaan Medis
Menurut Misnadiarly. (2008) dan Effendy. (2001), penatalaksanaan
pneumonia dilakukan berdasarkan penentuan klasifikasi yaitu :
a. Pneumonia Berat
Tanda : tarikan dinding dada ke dalam
Penderita pneumonia berat juga mungkin disertaii tanda lain, seperti :
1) Nafas cuping hidung
2) Suara rintihan
3) Sianosis
Tindakan : cepat dirujuk ke rumah sakit ( diberikan satu kali dosis antibiotika dan
kalau ada demam atau wheezing diobati lebih dahulu)
b. Pneumonia
Tanda : tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, disertai nafas cepat
Tindakan :
1) Nasehati untuk tindakan perawatan di rumah
2) Beri antibiotik selama 5 hari
3) Anjurkan ibu untuk kontrol 2 hari atau lebih cepat apabila keadaan
memburuk
4) Bila demam, obati
5) Bila ada wheezing, obati
WHO menganjurkan penggunaan antibiotika untuk pengobatan pneumonia yakni
dalam bentuk tablet atau sirup ( kortimoksazol, amoksisilin, ampisilisn ) atau
dalam bentuk suntikan intra muskuler ( prokain penisilin )
c. Bukan Pneumonia
Tanda : tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, tidak ada nafas cepat
Tindakan :
1) Bila batuk > 30 hari, rujuk
2) Obati penyakit lain bila ada
3) Nasehati untuk perawatan di rumah
4) Bila demam, obati
5) Bila ada wheezing, obati
Selain penatalaksanaan diatas ada beberapa penatalaksaan pada penderita
pneumonia, diantaranya:
a. Oksigen 1-2L/menit
b. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100mmhg atau saturasi 95-96%
berdasarkan pemeriksaan AGD
c. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak
d. Fisioterapi dada untuk mengeluarkan dahak , khususnya dengan clapping dan
vibrasi
e. Pemberian kortikosteroid , diberikan pada fase sepsis
f. Ventilasi mekananis , indikasi intubasi dan pemasangan ventilator
dilakukanbila terjadi hipoksemia persisten, gagal nafas yang disertai
peningkatan respiratory distress dan respiratory arrest
g. IVFD Dextrose 10% : NaCl 0,9%=3:1,+KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai BB, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
h. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat di mulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
i. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
j. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
k. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia Community base :
1) Ampisilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2) Kloramfenikol 75mg/Kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia Hospital base :
1) Sefotaksim 100mg/Kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
2) Amikasin 10-15mg/Kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
3) Antipiretik : Paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri
4) Mukolitik : Ambroxol 1,2 -1,6 mg/kgBB/2 dosis/ oral
Tabel 1. Pemilihan Antibiotika berdasarkan Etiologi
Mikroorganisme Antibiotika
Streptococcus dan Penisilin G 50.000 unit/hari IV atau
staphylococcus Penisilin Prokain 600.000U/kali/hari IM atau
Ampisilin 100mg/Kg BB/hari atau
Seftriakson 75-200 mg/Kg BB/hari
M.Pnemoniae Eritromisin 15mg/Kg BB/hari atau derivatnya
H.Influenzae Kloramfenikol 100mg/Kg BB/hari atau
Klebsiella Sefalosforin

9. Komplikasi Pneumonia
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis
purulenta, pneumothoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis
purulenta. Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada
pneumonia bakteri. Komplikasi miokarditis (tekanan sistolik ventrikel kanan
meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi
pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan. Oleh karena miokarditis merupakan
keadaan yang fatal, maka di anjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik
noninvasif seperti EKG, ekokardiografi, dan pemerikasaan enzim. (Said M, 2015)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medik, alamat, semua data mengenai identitas klien tersebut untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
2) Identitas Penanggung Jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan
jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul
meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan
alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan klien,
quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh klien,
regional (R) yaitu nyeri menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang
bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau klien merasa nyaman dan
Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri tersebut.
3) Riwayat kesehatan dahulu
a) Prenatal (masa ibu mengandung)
b) Prenatal dan Postnatal (masa ibu melahirkan)
c) Penyakit yang diderita
d) Hospitalisasi/tindakan operasi
e) Injuri/kecelakaan
f) Pengobatan
g) Imunisasi
4) Riwayat pertumbuhan anak
5) Riwayat sosial
a) Siapa yang mengasuh anak dalam keluarga?
b) Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga?
c) Bagaimana hubungan dengan teman sebaya?
6) Riwayat keluarga
a) Sosial ekonomi
b) Lingkungan rumah
c) Penyakit keluarga
d) Genogram

c. Pengkajian tingkat perkembangan anak saat ini


1) Motorik kasar
2) Motorik halus
3) Bahasa
4) Personal sosial
d. Pengkajian pola kesehatan
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi
kesehatan (Potter, Patricia. A. 1996) :
1) Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan
Pada pasien pneumonia pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
yang dikaji mengenai :
a) Apakah orang tua pasien mengetahui tentang penyakit pneumonia?
b) Apakah orang tua memahami keadaan kesehatan anaknya?
c) Apakah jika sakit pasien segera berobat ke dokter, ataukah
menggunakan obat tradisional?
2) Pola Nutrisi
Pada pola ini, untuk pasien pneumonia fokus yang dapat dikaji mengenai :
a) Apakah pasien mengalami kehilangan nafsu makan (anoreksia)?
b) Apakah pasien mengalami penurunan atau peningkatan berat badan?
c) Apakah pasien mangalami mual muntah?
d) Apakah terjadi penimbunan cairan di perut pasien?
3) Pola Eliminasi
Pada pola pengkajian pasien pneumonia, fokus yang dikaji mengenai :
a) Apakah urine pasien berwarna bening kekuningan?
b) Apakah pasien mengalami konstipasi atau diare?
c) Bagaimana konsistensi dari feses pasien?
d) Apakah feses pasien berwarna seperti kuning kecoklatan?
4) Aktivitas dan Latihan
Pada pola ini pasien pneumonia, fokus yang dikaji mengenai :
Kemampuan perawatan diri
Tabel 2. Skor Kemampuan Perawatan Diri
Skor: 0 = mandiri 3 = dibantu orang lain & alat
SMRS MRS
Aktivitas
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/berdandan
Eliminasi/toileting
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Berjalan
Naik tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah
1 = alat bantu 4 = tergantung/tidak mampu
2 = dibantu orang lain
Aktivitas sehari-hari
a) Apakah tanda gejala dari penyakit pneumonia mengganggu
aktifitasnya?
b) Apakah pasien mengalami kelemahan, kelelahan dan malaise umum
selama beraktifitas?
Olah raga
a) Apakah pasien suka melakukan kegiatan olah raga? Jika iya, jenis olah
raga apa yang dilakukan pasien?
5) Tidur dan Istirahat
Pada pola pengkajian pasien pneumonia, fokus yang dikaji mengenai:
a) Bagaimanakah pola tidur pasien selama sakit? Yang digambarkan
dengan pukul berapa pasien mulai tidur dan sampai pukul berapa pasien
tidur saat malam hari?
b) Bagaimana frekuensi tidur pasien selama sakit? Yang digambarkan
dengan berapa lama pasien tidur malam?
c) Apakah pasien mengalami pola tidur NREM (Non-Rapid Eye
Movement)? Ataukah pasien mengalami pola tidur REM (Rapid Eye
Movement)?
6) Sensori, Presepsi dan Kognitif
Pada pola ini pneumonia, fokus yang dikaji mengenai :
a) Bagaimana cara pembawaan pasien saat bicara? Apakah normal, gagap,
atau berbicara tak jelas?
b) Bagaimanakah tingkat ansietas pada pasien?
7) Konsep diri
Pada pola ini pasien pneumonia pada umumnya dikaji mengenai :
Body image/gambaran diri
a) Adakah prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat tubuh?
b) Apakah pasien memiliki perubahan ukuran fisik?
c) Adakah perubahan fisiologis tumbuh kembang?
d) Apakah pernah operasi?
e) Bagaimana proses patologi penyakit?
f) Apakah fungsi alat tubuh pasien terganggu?
g) Adakah keluhan karena kondisi tubuh?
Role/peran
a) Apakah pasien mengalami overload peran?
b) Adakah perubahan peran pada pasien?
Identity/identitas diri
a) Apakah pasien merasa kurang percaya diri?
Self esteem/harga diri
a) Apakah pasien menunda tugas selama sakit?
Self ideals/ideal diri
a) Apakah pasien tidak ingin berusaha selama sakit
8) Seksual dan Repruduksi
Pada pola ini pasien pneumonia pada umumnya dikaji mengenai :
a) Apakah ada riwayat penyakit sebelumnya?
b) Apakah orang tau rajin membersihkan alat genetalia anak?
9) Pola Peran Hubungan
Pada pola ini pasien pneumonia pada umumnya dikaji mengenai :
a) Apakah pasien sudah sekolah?
b) Bagaimanakah pasien berhubungan dengan orang lain?
10) Manajemen Koping Stress
Pada pola ini pasien pneumonia pada umumnya dikaji mengenai
bagaimana orang tua pasien menangani masalah yang dimiliki anaknya
dan bagaimana cara orang tua pasien menggunakan system pendukung
dalam menghadapi masalah.
11) Sistem Nilai Dan Keyakinan
Pada pola ini pasien pneumonia pada umumnya dikaji mengenai
bagaimana orang tua pasien memandang secara spiritual serta
keyakinannya masing-masing.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum (kesadaran, BB, TB, suhu, nadi, pernapasan, tekanan
darah)
2) Kepala (bentuk, keadaan rambut dan kepala, adanya kelainan)
3) Mata (bentuk bola mata, pergerakan, keadaan pupil, konjungtiva,dll)
4) Hidung (adanya secret, pergerakan cuping hidung, adanya suara napas
tambahan, dll)
5) Telinga (kebersihan, keadaan alat pendengaran)
6) Mulut (kebersihan daerah sekitar mulut, keadaan selaput lender, keadaan
gigi, keadaan lidah)
7) Leher (pembesaran kelenjar/pembuluh darah, kaku kuduk, pergerakan
leher)
8) Thoraks (bentuk dada, irama pernapasan, tarikan otot bantu pernapasan,
adanya suara napas)
9) Jantung (bunyi, pembesaran)
10) Persarafan ( reflex fisiologis, reflex patologis)
11) Abdomen ( bentuk, pembesaran organ, keadaan pusat, nyeri pada
perabaan, distensi)
12) Ekstremitas (kelainan bentuk, pergerakan, reflex lutut, adanya edema )
13) Alat kelamin
14) Anus
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2016), diagnosa keperawatan pada pasien dengan
pneumonia adalah sebagai berikut :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif

b. Gangguan pertukaran gas

c. Hipertermia

d. Pola napas tidak efektif


3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Indonesia
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif SLKI : SIKI
Penyebab : Respirasi Latihan batuk efektif
Fisiologis Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi
o Spasme jalan napas selama …. X…. jam, maka bersihan o Identifikasi kemampuan batuk
o Hipersekresi jalan napas jalan nafas meningkat dengan kriteria o Monitor adanya retensi spuntum
o Disfungsi neuromuskuler hasil : o Monitor tanda dan gejala infeksi
o Benda asing dalam jalan napas
o Adanya jalan napas buatan o Monitor input dan output cairan (mis.
o Batuk efektif meningkat
o Sekresi yang tertahan Jumlah dan karakteristik)
o Produksi spuntum menurun
o Hyperplasia dnding jalan napas 2. Terapeutik
o Mengi menurun
o Proses infeksi o Atur posisi semi fowler
o Wheezing menurun
o Respon alergi o Buang secret pada tempat spuntum
o Efek agen farmakologi (misal. o Meconium (pada neonates)
3. Edukasi
Anastesi) menurun
o Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
Situasional o Frekusni nafas membaik efektif
o Merokok aktif o Pola nafas membaik 4. Kolaborasi
o Merokok pasif o Kolaborasi pemberian mukolitik atau
o Terpajan polutan ekspektoran, jika perlu
Gejala dan tanda :
a. Mayor Manajemen jalan nafas
Subjektif 1. Observasi
Tidak tersedia o Monitor pola nafas (frekuensi,
Obyektif
o Batuk tidak efektif kedalaman, usaha nafas)
o Tidak mampu batuk o Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
o Sputum berlebih Gurgling,mengi,wheezing,ronkhi)
o Mengi, wheezing dan/atau ronkhi 2. Terapeutik
kering o Posisikan semi fowler
o Meconium di jalan napas (pada
o Berikan minuman hangat
neonatus)
b. Minor o Berikan oksigen
Subyektif 3. Edukasi
o Dispnea o Anjurkan asupan cairan 200 ml/hari,
o Sulit bicara jika tidak kontraindikasi
o Ortopnea o Ajarkan teknik batuk efektif
Obyektif 4. Kolaborasi
o Batuk tidak efektif
o Kolaborasi pemberian bronkodilator,
o Tidak mampu batuk
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
o Bunyi napas menurun
o Frekuensi napas berubah Pemantauan respirasi
o Pola napas berubah
1. Observasi
o Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
Kondisi klinis terkait
o Gullian barre syndrome dan upaya nafas
o Sclerosis multiple o Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
o Myasthenia gravis takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
o Prosedur diagnostic (mis. cheyne-stokes, ataksisk)
Bronkoskopi, o Monitor saturasi oksigen
transesophageal o Auskultasi bunyi nafas
echocardiography [TEE])
o Depresi system saraf pusat o Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
o Cedera kepala o Monitor nilai AGD
o Stroke o Monitor hasil x-ray thoraks
o Kuadriplegia
1. Terapeutik
o Sindrom aspirasi meconium
o Atur interval pemantauan respirasi
o Infeksi saluran napas
sesuai kondisi pasien
o Dokumentasikan hasil
pemantauandukasi
o Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
o Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
2. Ganggguan pertukaran gas SLKI : SIKI
Penyebab Respirasi Respirasi
o Ketidakseimbangan ventilasi- Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan respirasi
perfusi ….. x…. jam, maka Gangguan 1. Observasi
o Penurunan membrane alveolus- pertukaran gas meningkat dengan kriteria o Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
kapiler hasil : dan upaya nafas
o Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
Gejala dan tanda : o Dispnea menurun
takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
a. Mayor o Bunyi nafas tambahan
cheyne-stokes, ataksisk)
Subjektif menurun o Monitor saturasi oksigen
o Dyspnea o Gelisah menurun
o Auskultasi bunyi nafas
Objektif o PCO2 membaik
o PCO2 meningkat/ menurun o Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
o PO2 membaik
o PO2 menurun o Takikardia membaik o Monitor nilai AGD
o Takikardia o pH arteri membaik o Monitor hasil x-ray thoraks
o pH arteri meningkat/menurun 2. Terapeutik
o bunyi napas tambahan o Atur interval pemantauan respirasi
b. Minor
sesuai kondisi pasien
Subjektif
o Dokumentasikan hasil pemantauan
o Pusing
o Penglihatan kabur 3. Edukasi
Objektif o Jelaskan tujuan dan prosedur
o Sianosis pemantauan
o Diaphoresis o Informasikan hasil pemantauan, jika
o Gelisah perlu
o Napas cuping hidung
o Pola nafas abnormal Terapi oksigen
o Warna kulit abnormal 1. Observasi
o Kesadaran menurun o Monitor kecepatan aliran oksigen
o Monitor alat terapi oksigen
Kondisi klinis terkait
o Monitor aliran oksigen secara periodic
o PPOK
o GJK dan pastikan fraksi yang diberikan
o Asma cukup
o Pneumonia o Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.
o Tuberkulosis paru Oksimetri, AGD), jika perlu
o Penyakit membrane hialin o Monitor kemampuan melepaskan
o Asfiksia oksigen saat makan
o PPHN o Monitor tanda tanda hipoventilasi
o Prematuritas o Monitor tanda dan gejala toksikasi
o Infeksi saluran nafas oksigen dan atelektasis
o Monitor tingkat kecemasan akibat terapi
oksigen
o Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
2. Terapeutik
o Bersihkan secret pada mulut, hidung,
dan trakea, jika perlu
o Siapkan dan atur peralatan pemberian
oksigen
o Berikan oksigen tambahan, jika perlu
o Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
o Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas pasien
3. Edukasi
o Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
4. Kolaborasi
o Kolaborasi penentuan dosis oksigen
o Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur
1. Hipertermia SLKI : SIKI
Penyebab Termoregulasi Nyeri dan Kenyamanan
o Dehidrasi Setelah dilakukan intervensi selama Manajemen Nyeri
o Terpapar lingkungan panas ….x…… jam, maka hipertermia Observasi
o Proses penyakit (mis. Infeksi dan menurun dengan keriteria hasil o Identifikasi lokasi, karakteristik,
kanker) durasi, frekuensi, kualitas,
o Ketidaksesuaian pakaian dengan o Menggigil menurun intensitas nyeri
suhu lingkungan o Tidak tampak kulit yang memerah o Identifikasi skala nyeri
o Peningkatan laju metabolissme o Tidak ada kejang o Identifikasi respons nhyeri non
o Respon trauma o Tidak tampak Akrosianosis verbal
o Aktivitas berlebih o Konsumsi oksigen menurun o Identifikasi faktor yang
o Penggunaan incubator o Piloereksi menurun memperberat dan memperingan
o Idak tampak pucat nyeri
Gejala dan tanda o Tidak terdapat takikardia o Identifikasi pengetahuan dan
a. Mayor o Tidak tampak takipnea keyaninan tentang nyeri
Subyektif o Tidak terdapat bradikardia o Identifikasi pengaruh budaya
Tidak tersedia o Tidak ada hipoksia terhadap respon nyeri
Obyektif o Suhu tubuh membaik o Identifikasi pengaruh nyeri pada
o Suhu tubuh diatas nilai normal o Suhu kulit membaik kualitas hidup
b. Minor o Monitor keberhasilan terapi
o Kadar glukosa membaik
Subyektif komplementer yang sudah
Tidak tersedia diberikan
Obyektif o Monitor efek samping
o Kulit merah penggunaan analgetik
o Kejang Terapeutik
o Takardi o Berikan teknik nonfarmakologis untuk
o Tachipnea mengurangi rasa nyeri
o Kulit terasa hangat o Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
Kondisi Klinis Terkait o Fasilitasi istirahat dan tidur
o Proses infeksi o Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
o Hipertiroid dalam pemilihan strategi meredakan
o Stroke nyeri
o Dehidrasi Edukasi
o Trauma o Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
o Prematuritas nyeri
o Jelaskan strategi meredakan nyeri
o Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
o Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
o Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

Terapi relaksasi
Observasi
o Identifikasi penurunan energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengangu kemampuan kognitif
o Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
efektif digunakan
o Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
penggunaan teknik sebelumnya
o Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
o Ciptakan lingkungan yang tenang dan
tenang tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruangan nyaman,
jika memungkinkan
o Gunakan pakaian longgar
o Gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat dan berirama
o Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain , jika sesuai
Edukasi
o Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang tersedia
o Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
o Anjurkan mengambil posisi nyaman
o Anjurkan rileks dan merasakan sensai
relaksasi
o Anjurkan sering mengulamgi atau
melatih teknik yang dipilij
o Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi
2. Pola nafas tidak efektif SIKI SIKI
Penyebab Respirasi : Manajemen jalan nafas
 Depresi pusat pernapasan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
 Hambatan upaya napas keperawatan ...x... jam, maka pola nafas  Monitor pola nafas (frekuensi,
 Deformitas dinding dada tidak efektif menigkat dengan kriteria kedalaman, usaha nafas)
 Deformitas tulang dada hasil :  Monitor bunyi nafas tambahan
 Gangguan neuromuscular  Penggunaan otot bantu nafas (mis. Gurgling, mengi,
 Gangguan neurologis menurun wheezing, ronkhi)
 Penurunan energy  Dispnea menurun 2. Terapeutik
 Obesitas  Pemanjangan fase ekspirasi  Posisikan semi fowler
menurun  Berikan minuman hangat
 Posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru  Frekuensi nafas membaik  Berikan oksigen
 Sindrom hipoventilasi  Kedalaman nafas membaik 3. Edukasi
 Kerusakan inervasi diafragma  Anjurkan asupan cairan 200 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
 Cedera pada medulla spinalis
 Ajarkan teknik batuk efektif
 Efek agen farmakologis
4. Kolaborasi
 Kecemasan
 Kolaborasi pemberian
Gejala dan tanda mayor
bronkodilator, ekspektoran,
Subjektif
mukolitik, jika perlu
 Dyspnea
Objektif
Pemantauan respirasi
 Penggunaan otot bantu
pernafasan 1. Observasi
 Fase ekspirasi memanjang  Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
 Pola nafas abnormal dan upaya nafas
 Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes, ataksisk)
Gejala dan tanda minor  Monitor saturasi oksigen
Sujektif  Auskultasi bunyi nafas
 Ortopnea  Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Objektif
 Monitor nilai AGD
 Pernafasan pursed lips
 Pernapasan cuping hidung  Monitor hasil x-ray thoraks
 Diameter thoraks anterior 2. Terapeutik
posterior meningkat  Atur interval pemantauan respirasi
 Ventilasi semenit menurun sesuai kondisi pasien
 Kapasitas vital menurun  Dokumentasikan hasil pemantauan
 Tekanan ekspirasi menurun 3. Edukasi
 Tekanan inspirasi menurun  Jelaskan tujuan dan prosedur
 Ekskursi dada berubah pemantauan
Kondisi klinis terkait  Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
 Depresi system saraf pusat
 Cedera kepala
 Trauma thoraks
 Gullian bare syndrome
 Multiple sclerosis
 Myasthenia gravis
 Stroke
 Kuadriplegia
3. Intoksikasi alcohol
DAFTAR PUSTAKA

Effendy. 2008. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan. Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta: EGC
NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA. Yogyakarta: Mediaction.

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumoniapada Balita,


OrangDewasa, Usia Lanjut. Pustaka. Jakarta: Obor Populer

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2003. Pedoman Diagnosis dan


Penatalaksanaan Pneumonia di Indonesia. Jakarta: Indonesia

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2016. Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta
Selatan : DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1
Cetakan II. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1 Cetakan II.
Jakarta Selatan : DPP PPNI

Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih


bahasa: Peter anugerah. Jakarta: EGC

Potter, P.A. 1996. Pengkajian Kesehatan Ed. 3. Jakarta:EGC

Said, M. 2015. Pneumonia. In : Rahajoe N.N., Supriyatno B., Setyanto D.B. (eds).
Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi I. Jakarta : Badan Penerbit IDAI

WHO. 2003. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara
Berkembang. Pedoman Untuk Dokter Dan Petugas Kesehatan Senior. Alih
Bahasa; C. Anton Wijawa.. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Zul Dahlan. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai