LP Pneumonia
LP Pneumonia
OLEH
NI PUTU SONIYA DARMAYANTI
NIM. P07120319018
PRODI NERS
Prostaglandin
PMN (leukosit & Konsolidasi-
makrofag penumpukkan
Berdistribusi ke meningkat) eksudat di alveoli
hipotalamus
Gangguan difusi O2
Suhu tubuh
meningkat Konfusi, iritabilitas,
sianosis, dispneu, BGA abnormal
pernafasan cuping
Hipertermi
hidung
Respon batuk
Gangguan
Pertukaran Gas
7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Misnadiarly (2008), pemeriksaan diagnostik pada klien pneumonia
yaitu sebagai berikut :
a. Sinar X : mengidentifikasi distribusi structural (missal : lobar,
bronchial) dapat juga menyatakan abses
b. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis
c. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah : untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada
d. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis
organism khusus
e. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru – paru, menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan
f. Spirometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
g. Bronkostopsi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing.
8. Penatalaksanaan Medis
Menurut Misnadiarly. (2008) dan Effendy. (2001), penatalaksanaan
pneumonia dilakukan berdasarkan penentuan klasifikasi yaitu :
a. Pneumonia Berat
Tanda : tarikan dinding dada ke dalam
Penderita pneumonia berat juga mungkin disertaii tanda lain, seperti :
1) Nafas cuping hidung
2) Suara rintihan
3) Sianosis
Tindakan : cepat dirujuk ke rumah sakit ( diberikan satu kali dosis antibiotika dan
kalau ada demam atau wheezing diobati lebih dahulu)
b. Pneumonia
Tanda : tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, disertai nafas cepat
Tindakan :
1) Nasehati untuk tindakan perawatan di rumah
2) Beri antibiotik selama 5 hari
3) Anjurkan ibu untuk kontrol 2 hari atau lebih cepat apabila keadaan
memburuk
4) Bila demam, obati
5) Bila ada wheezing, obati
WHO menganjurkan penggunaan antibiotika untuk pengobatan pneumonia yakni
dalam bentuk tablet atau sirup ( kortimoksazol, amoksisilin, ampisilisn ) atau
dalam bentuk suntikan intra muskuler ( prokain penisilin )
c. Bukan Pneumonia
Tanda : tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, tidak ada nafas cepat
Tindakan :
1) Bila batuk > 30 hari, rujuk
2) Obati penyakit lain bila ada
3) Nasehati untuk perawatan di rumah
4) Bila demam, obati
5) Bila ada wheezing, obati
Selain penatalaksanaan diatas ada beberapa penatalaksaan pada penderita
pneumonia, diantaranya:
a. Oksigen 1-2L/menit
b. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100mmhg atau saturasi 95-96%
berdasarkan pemeriksaan AGD
c. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak
d. Fisioterapi dada untuk mengeluarkan dahak , khususnya dengan clapping dan
vibrasi
e. Pemberian kortikosteroid , diberikan pada fase sepsis
f. Ventilasi mekananis , indikasi intubasi dan pemasangan ventilator
dilakukanbila terjadi hipoksemia persisten, gagal nafas yang disertai
peningkatan respiratory distress dan respiratory arrest
g. IVFD Dextrose 10% : NaCl 0,9%=3:1,+KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai BB, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
h. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat di mulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
i. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
j. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
k. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia Community base :
1) Ampisilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2) Kloramfenikol 75mg/Kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia Hospital base :
1) Sefotaksim 100mg/Kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
2) Amikasin 10-15mg/Kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
3) Antipiretik : Paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri
4) Mukolitik : Ambroxol 1,2 -1,6 mg/kgBB/2 dosis/ oral
Tabel 1. Pemilihan Antibiotika berdasarkan Etiologi
Mikroorganisme Antibiotika
Streptococcus dan Penisilin G 50.000 unit/hari IV atau
staphylococcus Penisilin Prokain 600.000U/kali/hari IM atau
Ampisilin 100mg/Kg BB/hari atau
Seftriakson 75-200 mg/Kg BB/hari
M.Pnemoniae Eritromisin 15mg/Kg BB/hari atau derivatnya
H.Influenzae Kloramfenikol 100mg/Kg BB/hari atau
Klebsiella Sefalosforin
9. Komplikasi Pneumonia
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis
purulenta, pneumothoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis
purulenta. Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada
pneumonia bakteri. Komplikasi miokarditis (tekanan sistolik ventrikel kanan
meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi
pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan. Oleh karena miokarditis merupakan
keadaan yang fatal, maka di anjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik
noninvasif seperti EKG, ekokardiografi, dan pemerikasaan enzim. (Said M, 2015)
c. Hipertermia
Terapi relaksasi
Observasi
o Identifikasi penurunan energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengangu kemampuan kognitif
o Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
efektif digunakan
o Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
penggunaan teknik sebelumnya
o Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
o Ciptakan lingkungan yang tenang dan
tenang tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruangan nyaman,
jika memungkinkan
o Gunakan pakaian longgar
o Gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat dan berirama
o Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain , jika sesuai
Edukasi
o Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang tersedia
o Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
o Anjurkan mengambil posisi nyaman
o Anjurkan rileks dan merasakan sensai
relaksasi
o Anjurkan sering mengulamgi atau
melatih teknik yang dipilij
o Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi
2. Pola nafas tidak efektif SIKI SIKI
Penyebab Respirasi : Manajemen jalan nafas
Depresi pusat pernapasan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
Hambatan upaya napas keperawatan ...x... jam, maka pola nafas Monitor pola nafas (frekuensi,
Deformitas dinding dada tidak efektif menigkat dengan kriteria kedalaman, usaha nafas)
Deformitas tulang dada hasil : Monitor bunyi nafas tambahan
Gangguan neuromuscular Penggunaan otot bantu nafas (mis. Gurgling, mengi,
Gangguan neurologis menurun wheezing, ronkhi)
Penurunan energy Dispnea menurun 2. Terapeutik
Obesitas Pemanjangan fase ekspirasi Posisikan semi fowler
menurun Berikan minuman hangat
Posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru Frekuensi nafas membaik Berikan oksigen
Sindrom hipoventilasi Kedalaman nafas membaik 3. Edukasi
Kerusakan inervasi diafragma Anjurkan asupan cairan 200 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
Cedera pada medulla spinalis
Ajarkan teknik batuk efektif
Efek agen farmakologis
4. Kolaborasi
Kecemasan
Kolaborasi pemberian
Gejala dan tanda mayor
bronkodilator, ekspektoran,
Subjektif
mukolitik, jika perlu
Dyspnea
Objektif
Pemantauan respirasi
Penggunaan otot bantu
pernafasan 1. Observasi
Fase ekspirasi memanjang Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
Pola nafas abnormal dan upaya nafas
Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes, ataksisk)
Gejala dan tanda minor Monitor saturasi oksigen
Sujektif Auskultasi bunyi nafas
Ortopnea Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Objektif
Monitor nilai AGD
Pernafasan pursed lips
Pernapasan cuping hidung Monitor hasil x-ray thoraks
Diameter thoraks anterior 2. Terapeutik
posterior meningkat Atur interval pemantauan respirasi
Ventilasi semenit menurun sesuai kondisi pasien
Kapasitas vital menurun Dokumentasikan hasil pemantauan
Tekanan ekspirasi menurun 3. Edukasi
Tekanan inspirasi menurun Jelaskan tujuan dan prosedur
Ekskursi dada berubah pemantauan
Kondisi klinis terkait Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
Depresi system saraf pusat
Cedera kepala
Trauma thoraks
Gullian bare syndrome
Multiple sclerosis
Myasthenia gravis
Stroke
Kuadriplegia
3. Intoksikasi alcohol
DAFTAR PUSTAKA
Said, M. 2015. Pneumonia. In : Rahajoe N.N., Supriyatno B., Setyanto D.B. (eds).
Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi I. Jakarta : Badan Penerbit IDAI
WHO. 2003. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara
Berkembang. Pedoman Untuk Dokter Dan Petugas Kesehatan Senior. Alih
Bahasa; C. Anton Wijawa.. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Zul Dahlan. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI