Anda di halaman 1dari 3

A.

Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah perwujudan tingkah laku seorang pemimpin yang


menyangkut kemampuannya dalam memimpin dan mempengaruhi karyawannya
dalam menjalankan tugas (Jamaludin, 2017). Gaya kepemimpinan dibagi menjadi 3
jenis diantaranya gaya kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan demokrasi dan
gaya kepemimpinan bebas (Laizess Faire).
Ditinjau dari model gaya kepemimpinan BPOM Yogyakarta tersebut termasuk
kedalam model gaya kepemimpinan otoriter dikarenakan bersifat sentralisasi
wewenang. Kekuasaan atau wewenangnya berpusat pada pimpinan. Pimpinan
menetapkan dan memutuskan kebijakanmya sendiri tanpa mengikutsertakan bawahan
dalam memberikan ide, saran atau pertimbangan.

Ciri-ciri atau indikator kepemimpinan otoriter menurut Sutikno (2007):


1. Segala keputusan sendiri diambil oleh pemimpin.
2. Tugas-tugas bawahan diperinci oleh pemimpin.
3. Dalam bersikap kepada bawahan, pemimpin melibatkan perasaan pribadinya,
sehingga lebih bersifat subjektif.
4. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berpartisipasi atau mengajukan
pendapat, tetapi itu hanya sebagai lips service saja
5. Mengawasi pekerjaan bawahan dengan ketat.
Dampak dari kepemimpinan otoriter yang dilaksanakan pada titik ekstrim tertinggi
pada kehidupan organisasi sebagaimana diuraikan di atas adalah :
1. Anggota organisasi cenderung pasif, bekerja menunggu perintah, tidak berani
mengambil keputusan dalam memecahkan masalah.
2. Anggota organisasi tidak ikut berpartisipasi aktif bukan karena tidak mempunyai
kemampuan tetapi enggan menyampaikan inisiatif, gagasan, ide, saran, dan
pendapat karena merasa tidak dihargai dan bahkan dinilai sebagai
pembangkangan.
3. Kepemimpinan otoriter yang mematikan inisiatif, kreativitas dan lain-lain
4. Pemimpin otoriter tidak membina dan tidak mengembangkan potensi
kepemimpinan anggota organisasinya dalam arti pemimpin tidak melakukan
kegiatan sehingga sulit memperoleh pemimpin pengganti diantara anggota jika
keadaan mengharuskan.
5. Disiplin, rajin dan bersedia bekerja keras serta kepatuhan dilakukan dengan
berpura-pura, karena takut pada sanksi. Dalam situasi tersebut kerap kali muncul
tokoh pengambil muka atau penjilat yang tidak disukai anggota organisasi.
6. Secara diam-diam muncul kelompok penantang yang menunggu kesempatan
untuk melawan, menghambat, menyabot, atau melakukan tindakan-tindakan yang
merugikan organisasi terutama pimpinan.
7. Tidak ada rapat, diskusi atau musyawarah karena dianggap membuang-buang
waktu.
8. Disiplin diterapkan secara ketat dan kaku, sehingga iklim keerja menjadi tegang,
saling mencurigai dan tidak mempercayai sesama anggota organisasi
9. Pemimpin cenderung tidak menyukai dan menghalangi terbentuknya kelompok
atau serikat pekerja yang dibentuk organisasi.
Sehingga dapat disimpulkan kelebihan dan kekurangan dari penerapan gaya
kepemimpinan otoriter sebagai berikut:
 Kelebihan dari gaya kepemimpinan otoriter diantaranya:
1. Keputusan dapat diambil secara cepat,
2. Mudah melakukan pengawasan,
3. Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin.

 Kekurangan dari gaya kepemimpinan otoriter yaitu:


1. Keberhasilan yang dicapai adalah karena ketakutan bawahan terhadap atasannya
2. Disiplin yang terwujud selalu dibayang-bayangi dengan ketakutan akan hukuman
3. Pemimpin yang otokratis tidak menghendaki adanya musyawarah
4. Kreativitas dan ide dari anggota sangat dibatasi
5. Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan

B. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses yang dinamis dan melibatkan banyak unsur atau
faktor. Kaitan antara satu unsur atau faktor dengan unsur atau faktor lainnya dapat
bersifat struktural atau fungsional. Dengan demikian, model-model komunikasi juga
memberikan gambaran kepada kita tentang struktur dan hubungan fungsional dan
unsur-unsur atau faktor-faktor yang ada dalam sistem.
Model komunikasi yang digunakan dalam organisasi BPOM Yogyakarta yaitu
model komunikasi defluer. Model komunikasi defluer merupakan pengembangan dari
model komunikasi yang dibuat oleh Shannon dan Weaver.
Model komunikasi ini menggambarkan model komuniksi massa ketimbang
komunikasi antarpribadi. Ia menggambarkan sumber (source), pemancar
(transmitter), penerima (receiver), dan sasaran (destination) sebagai fase-fase terpisah
dalam proses komunikasi massa. Serupa dengan fase-fase yang menggambarkan
Schramm (source, encorder, signal, decorder, destination) dalam proses komunikasi
massa. Fungsi receiver dalam model Defleur adalah menerima informasi dan
menyandi-baliknya-mengubah peristiwa fisik informasi menjadi pesan (sistem simbol
yang signifikan). Dalam percakapan biasa, receiver ini merujuk kepada alat
pendengaran manusia yang menerima getaran udara yang mengubahnya menjadi
impuls saraf, sehingga menjadi simbol verbal yang dapat dikenal. Dalam komunikasi
tertulis, mekanisme visual mempunyai fungsi yang sejajar.
Dapat disimpulkan kelebihan dan juga kekurangan dari model komunikasi defluer
diantaranya:

Kelebihan:
1. Bagi penerima informasi, mereka bisa terpengaruh oleh apa yang disampaikan
opinion leader.
2. Opinion leader akan menggunakan keuntungan ini untuk menebarkan kebaikan-
kebaikan sehingga nilai dan moral masyarakat bisa berkembang menjadi arah
yang lebih baik.
3. Model komunikasi De Fleur juga bisa mengubah mindset masyarakat yang
sebelumnya berupa keyakinan-keyakinan tertentu tanpa alasan yang jelas (mitos),
menjadi sebuah cakupan keyakinan yang berdasarkan pada fakta. Ini tentu saja
menjadi sebuah keunggulan tersendiri dari fungsi komunikasi tersebut.
4. Model komunikasi ini juga sangat efektif digunakan terutama ketika akan
mengubah suatu persepsi atau citra seseorang.
Kekurangan:
1. Individu penerima pesan menjadi kesulitan dengan pilihannya sendiri.
2. Seorang individu bisa menjadi cenderung mengalami kebingungan karena tidak
yakin terhadap persepsinya.
3. Individu bisa saja kehilangan cara dalam menggunakan fungsi komunikasi
ekspresif yang dimilikinya.

C. Penanganan stress dalam organisasi

Anda mungkin juga menyukai