Anda di halaman 1dari 20

1

PERAN DAN DINAMIKA KELOMPOK DALAM KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI NELAYAN


(Studi Kasus di Desa Citemu Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Syipah Khoeril Mala


syifakhoerilmala@gmail.com

Abstract

The coastal communities are formed in different social groups. Social groups of fishermen
have a role as group dynamics in social and economic life . This study aims to determine and
describe the role and dynamics of fishing groups in social and economic life in fishing
communities. This study used a qualitative approach by observation method, interview and
literature study. The results indicate that the social group of fishermen in the dynamic of
community of Citemu village in its role as a forum to gain access economic or carrying
capacity, as a medium for self-actualization, as a place for the purpose, and as a medium to
gain access to the power of the government or the company.
Key words: Group dynamic, fisherman, social roles

PENDAHULUAN
Secara umum, kondisi sosial ekonomi Berdasarkan penelitian dan pengamatan di
masyarakat nelayan atau masyarakat pesisir di lapangan, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh
berbagai kawasan ditandai oleh beberapa ciri, nelayan Desa Citemu adalah kekurangan modal
seperti kemiskinan, keterbelakangan sosial- untuk melaut maupun untuk kebutuhan sehari-hari.
budaya, dan lemahnya fungsi kelembagaan sosial Akibatnya para nelayan meminjam modal kepada
seperti Kelompok Usaha Bersama (KUB), para pemilik modal yang kemudian menjadi
Lembaga Keuangan Mikro (LKM), atau kapasitas tengkulak sang nelayan tersebut. Permasalahan
berorganisasi masyarakat (Kusnadi, 2006). kekurangan modal inilah yang menjadi awal
Beberapa hasil studi tentang masyarakat nelayan terbentuknya suatu sistem monopoli tengkulak
memberikan gambaran bahwa masyarakat nelayan kepada nelayan. Selain itu, nelayan Desa Citemu
identik dengan kemiskinan dan keterbelakangan, di pun kurang mendapatkan akses pendistribusian
tengah besarnya potensi perikanan yang dimiliki hasil tangkapan. Hal ini pun menjadi kendala para
wilayah pesisir, yang seharusnya dapat dikelola nelayan untuk meningkatkan perekonomian
untuk menyejahterakan masyarakat pesisir. mereka. Mereka hanya mengetahui bahwa
Permasalahan kemiskinan yang terjadi di wilayah penjualan hasil tangkapan disetorkan kepada
pesisir disebabkan oleh faktor-faktor kompleks tangkulak dan bos besar atau yang disebut dengan
yang saling terkait, di antaranya para nelayan suplayer. Ketiadaan akses pasar yang mereka
bukan saja harus berhadapan dengan dapatkan membuat mereka pun menjadi tergantung
ketidakpastian pendapatan dan tekanan musim kepada tengkulak yakni dengan hanya menjual
paceklik ikan, tetapi mereka juga dihadapkan pada hasil tangkapannya kepada tengkulak.
permasalahan sistem dan struktur ekonomi Kemiskinan dan kesulitan-kesulitan hidup
mengikat yang membuat mereka terbelenggu lainnya yang dihadapi oleh nelayan merupakan
dalam kemiskinan. peristiwa sosial ekonomi yang selalu berulang
Masyarakat nelayan di Desa Citemu, setiap tahun atau bahkan sepanjang tahun menimpa
Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon rumah tangga nelayan. Di samping persoalan
menghadapi permasalahan kemiskinan serupa di lingkungan pesisir dan laut, kemiskinan nelayan
atas. Masalah kemiskinan yang terjadi pada merupakan isu besar yang terjadi karena faktor-
masyarakat nelayan Citemu selain disebabkan oleh faktor yang kompleks (Kusnadi, 2002: 4-12).
faktor alam dan cuaca, mereka pun dihadapkan Melihat kemiskinan di wilayah pesisir, pemerintah
pada permasalahan sistem dan struktur ekonomi pun melakukan berbagai program pemberdayaan
yang menindas karena para pemilik modal atau untuk masyarakat pesisir agar masyarakat pesisir
tengkulak mengeksploitasi hasil tangkapan para bisa lebih sejahtera dan terbebas dari kemiskinan,
nelayan. Tengkulak mengklaim punya hak baik melalui pemberian bantuan peralatan
sebagai penjual ikan dari nelayan yang tangkap, kemudahan akses permodalan, maupun
meminjam uang kepadanya. Harga penjualan ikan melalui program pemberdayaan lainnya. Beberapa
pun ditentukan oleh tengkulak dengan harga yang program yang telah dilakukan pemerintah di
lebih rendah daripada harga pasar. antaranya Program Pemberdayaan Ekonomi
2

Masyarakat Pesisir (PEMP), Program Masyarakat Desa Citemu memiliki


Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT), kelembagaan sosial berupa kelompok nelayan,
Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Kelompok Masyarakat Pesisir (KMP), dan
Pantai (P2MPP) dan lain sebagainya. kelompok nadran. Kelompok nelayan adalah
Pada dasarnya, pemberdayaan masyarakat kumpulan nelayan yang didasarkan atas kesamaan,
nelayan bertujuan untuk meningkatkan keserasian satu lingkungan sosial budaya untuk
kesejahteraan sosial budaya dan ekonomi mencapai tujuan yang sama. Kelompok
masyarakat pesisir. Untuk mencapai tujuan ini Masyarakat Pesisir (KMP) adalah kelompok
diperlukan dukungan kualitas sumber daya masyarakat terpilih, baik laki-laki maupun
manusia (SDM), kapasitas, dan fungsi perempuan yang memperoleh dana ekonomi
kelembagaan sosial ekonomi yang optimal dalam produktif masyarakat untuk melaksanakan dan
kehidupan warga serta tingkat partisipasi politik mengembangkan usaha. KMP tersebut dibentuk
warga yang tinggi (Kusnadi, 2007: 21). Kegiatan atas dasar program Pengembangan Desa Pesisir
pemberdayaan berbasis kelembagaan sosial Tangguh (PDPT). Kelompok nadran adalah sebuah
ekonomi dan kerakyatan memiliki tujuan untuk kelompok budaya yang mengatur acara nadran.
memperkuat eksistensi kelembagaan atau Kelompok nadran memiliki peran sentral dalam
organisasi sosial-ekonomi. Organisasi sosial ini ritual adat istiadat masyarakat nelayan.
akan mampu memainkan peranan strategis untuk Keberadaan kelompok sosial nelayan
menampung aspirasi pembangunan dari tersebut dapat dimaksimalkan peranannya untuk
masyarakat, mengelola aspirasi tersebut, serta melakukan pemberdayaan serta dapat
merumuskan dan memutuskan program-program menanggulangi dan mengurangi kesulitan-
pembangunan wilayah ke depan. Dengan adanya kesulitan yang dihadapi nelayan. Terbentuknya
organisasi sosial, seluruh potensi sumber daya kelompok nelayan dapat memberikan pengaruh
sosial budaya dan ekonomi masyarakat dapat positif terhadap perekonomian masyarakat
dihimpun, dikelola, dan diberdayagunakan secara nelayan, dengan mengembangkan usaha
efektif untuk mendukung pemberdayaan kelembagaan sosial yang ada, sehingga masyarakat
masyarakat (Kusnadi, 2007: 26). memiliki kemampuan mengelola potensi sumber
daya ekonomi pesisir secara optimal.
Melihat studi penelitian yang dilakukan Sementara itu, kelompok-kelompok nelayan
oleh Dikrurahman1 dan Tubagus Furqon Sofhani2 yang ada di Desa Citemu tidak semua kelompok
mengenai kondisi kelompok nelayan di Pulau nelayan mampu mengembangkan usaha dan
Temoyong, Kecamatan Bulang, Kota Batam kegiatannya, bahkan ada beberapa yang tidak
menunjukan bahwa kondisi kelompok nelayan di mampu mempertahankan keberadaan
Pulau Temoyong mengalami perkembangan yang kelompoknya itu. Munculnya kelompok-kelompok
baik akibat dari pemberdayaan kelompok- sosial nelayan di Desa Citemu untuk menopang
kelompok nelayan. Semua kelompok nelayan telah kehidupan sosial-ekonomi nelayan. Terdapat satu
memiliki peralatan tangkap sendiri, seperti perahu, kelompok nelayan di Desa Citemu yang terbentuk
jaring, dan jenis alat tangkap lainnya. Serta semua untuk kepentingan lingkungan mangrove yakni
kelompok nelayan telah memiliki tabungan kelompok nelayan Segara Biru.
kelompok yang cenderung semakin meningkat. Kelompok nelayan Segara Biru merupakan
Selain itu, kegiatan lain pun sudah mulai sebuah kelompok yang terbentuk atas inisiatif lima
dilakukan, seperti membuat, menyediakan, dan tokoh nelayan yang berharap nelayan yang ada di
menjual sarana peralatan tangkap. Kelompok Desa Citemu bisa bersatu dan tergabung dalam
nelayan di Pulau Temoyong pun sudah melakukan sebuah kelompok.3 Pada awal terbentuknya
kemitraan dengan pihak lain di luar kelompok, kelompok nelayan ini, tujuan, peran dan
seperti dengan pemerintah dan kelompok lainnya. kegiatannya masih serabutan, tidak terfokus pada
Secara umum, keadaan kelompok nelayan Pulau satu tujuan melainkan semua sektor yang ketika
Temoyong saat ini lebih baik dibandingkan ada pekerjaan maka dikerjakan bersama. Namun,
sebelum berkelompok atau pada saat awal lambat laun tujuan kelompok nelayan saat ini
bergabung dengan kelompok. Kondisi yang adalah untuk kepentingan lingkungan yakni untuk
menunjukkan bahwa upaya pemberdayaan menjadikan Desa Citemu ini bisa memiliki hutan
masyarakat nelayan melalui pengembangan mangrove agar bisa menyeimbangkan kondisi
kelompok nelayan di Pulau Temoyong telah alam. Oleh karena itu, kelompok nelayan Segara
mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan. Biru ini merupakan kelompok nelayan berbasis
kepentingan pelestarian lingkungan.
1
Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur,
Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB
2
Kelompok Keahlian Perencanaan Wilayah dan Perdesaan,
3
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Lima orang tersebut yakni Pak Angga, Pak Carwita, Pak
Kebijakan, ITB Dara, Pak Warna, dan Pak Ronda.
3

Pada awalnya nelayan yang tergabung terjun langsung ke lapangan. Dengan metode ini
dalam kelompok ini berjumlah 127 nelayan. diharapkan dapat mengungkap berbagai informasi
Namun, seiring berjalannya waktu anggota kualitatif dengan deskripsi analisis yang teliti dan
kelompok nelayan ini berkurang hanya 15 orang penuh makna, yang juga tidak menolak informasi
saja.4 Setelah itu, mulailah muncul kelompok- kuantitatif dengan jumlah ataupun angka.
kelompok nelayan lainnya seperti kelompok Penelitian ini hendak menguraikan kelompok-
Makmur Jaya, Laut Jaya, dan Putra Bahari. kelompok sosial pada masyarakat nelayan Desa
Sebagian besar kelompok-kelompok bentukan Citemu Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon.
pemerintah tersebut dibentuk hanya untuk Penelitian ini mendeskripsikan peran dan
program, sehingga kegiatan kelompok pun tidak dinamika kelompok sosial nelayan di Desa Citemu
ada selain kegiatan program-program dari dengan pendekatan kualitatif. Peneliti
pemerintah atau instansi lain.5 menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
Dalam perspektif antropologis yang karena dalam topik ini peneliti hendak
didasarkan pada realitas sosial bahwa masyarakat menguraikan temuan-temuan secara natural yang
nelayan memiliki pola kebudayaan yang berbeda terjadi di lapangan. Pemaparan tersebut berangkat
dari masyarakat lain sebagai hasil dari interaksi dari suatu realita yang dapat ditangkap dan diamati
mereka dengan lingkungan serta sumber daya yang oleh peneliti berupa peran-peran kelompok sosial,
ada di dalamnya. Pola kebudayaan itu menjadi dinamika kelompok, cara hidup masyarakat
kerangka berfikir atau referensi perilaku nelayan dan segala yang mencakup dimensi
masyarakat nelayan dalam menjalani kehidupan kehidupan masyarakat nelayan.
sehari-hari. Modal budaya yang dimiliki oleh
masyarakat nelayan pun cukup besar, seperti etos Teknik Pengumpulan Data
kerja yang tinggi, kemandirian, dan kemampuan Teknik pengumpulan data yang digunakan
beradaptasi untuk menyikapi kesulitan ekonomi. dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik
Masyarakat nelayan Citemu pun selalu bekerja observasi partisipan di lapangan, wawancara
keras, termasuk beralih profesi pada musim mendalam serta tetap menggunakan sumber data
paceklik, demi untuk menghidupi keluarganya. tertulis atau dokumentasi. Observasi langsung
Etos kerja dan kemampuan mereka dalam yang dilakukan peneliti dengan cara memasuki
menyikapi kesulitan-kesulitan ekonomi, wilayah Desa Citemu, mengikuti aktivitas mereka,
merupakan strategi bertahan nelayan Citemu yang dan berkomunikasi dengan masyarakat Desa
menjadi penunjang untuk mempertahankan Citemu. Teknik wawancara mendalam yang
kehidupan mereka. Selain itu, faktor budaya yang dilakukan peneliti dengan cara tanya jawab, sambil
menjadi penghambatnya adalah kurangnya jiwa bertatap muka antara peneliti dan informan dengan
gotong royong mereka terhadap lingkungan sekitar menggunakan alat yang dinamakan interview
yang menjadikan mereka bersikap individualis, guide (panduan wawancara).
hanya memfokuskan diri untuk berkerja menafkahi Jenis sumber data yang digunakan dalam
keluarga. penelitian ini yaitu sumber data primer dan sumber
Keberadaan kelompok-kelompok nelayan data sekunder. Sumber data primer yaitu sumber
di Desa Citemu ini membuat peneliti tertarik untuk data yang langsung memberikan data kepada
mengetahui bagaimana peran kelompok-kelompok peneliti yakni ketua kelompok nelayan, anggota
sosial nelayan tersebut serta bagaimana dinamika kelompok nelayan dan beberapa keluarga nelayan.
kelompok sosial nelayan dalam kehidupan sosial Sedangkan sumber data sekunder yaitu sumber
ekonomi masyarakat nelayan. Tujuan dari data yang tidak langsung memberikan data kepada
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan peneliti misalnya dari notulensi, dokumentasi,
menggambarkan bagaimana peran dan dinamika buku, jurnal atau data penelitian sebelumnya.
kelompok sosial nelayan dalam kehidupan sosial- Teknik pengambilan sampel informan
ekonomi masyarakat nelayan di Desa Citemu penelitian yaitu dengan teknik snowball yaitu
Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon. teknik pengumpulan sampel secara berantai yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian besar.
METODE PENELITIAN Setelah pengambilan sampel dengan teknik
Pendekatan yang digunakan dalam snowball, peneliti melakukan pemilihan informan
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode yang dirasa akan memberikan informasi terkait
ini menitikberatkan pada observasi dan suasana topik penelitian dengan sistem purposive sampling.
alamiah. Dengan suasana alamiah berarti peneliti Kata purposive artinya sengaja. Berarti secara
sederhana purposive sampling berarti metode
4
pengambilan sampel secara sengaja ditentukan
Hasil wawancara dengan Pak Dara, Pak Dulhanda dan Pak
terlebih dahulu informannya. Peneliti menentukan
Wastara.
5
Hasil wawancara dengan nelayan pemilik perahu (Pa Wanda) sendiri sampel yang diambil karena pertimbangan
pada tanggal 20 Mei 2015. Dan hasil wawancara dengan ketua tertentu. Jadi teknik pengambilan sampel dalam
kelompok Segara Biru (Pak Angga) pada tanggal 6 Mei 2015.
4

penelitian menggunakan teknik snowball Sebagian besar wilayah Citemu berada di wilayah
kemudian dilanjut dengan teknik purposive pesisir, sedangkan sebagian kecil berada di
sampling. wilayah pertanian yang dibatasi oleh jalan raya
pantura dan rel kereta api. Wilayah Citemu yang
Metode Analisis ditempati oleh pertanian hanya satu rukun tetangga
Dalam penelitian kualitatif, analisis data (RT) yaitu masyarakat sekitar menyebutnya
dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, dengan Blok Cantilan. Batas-batas Desa Citemu
selama dan setelah melakukan pengumpulan data. adalah sebelah Utara berbatasan dengan Laut
Teknik analisis data yang digunakan pada Jawa, sebelah Barat berbatasan dengan Desa
penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis Bandengan, sebelah Selatan berbatasan dengan
data model Miles dan Huberman. Dalam model Desa Luwung, dan sebelah Timur berbatasan
analisis ini terdapat tiga komponen analisis yaitu dengan Desa Waruduwur.
reduksi data, display data dan kesimpulan atau Mayoritas masyarakat Desa Citemu
verifikasi (penarikan kesimpulan). Mereduksi data bermata pencaharian sebagai nelayan.
berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, Sebagaimana nelayan pada umumnya, mereka
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari berlayar dari daratan ke laut lepas mencari hasil
tema dan polanya serta membuang yang tidak laut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis-
perlu. Setelah itu, langkah selanjutnya adalah jenis nelayan yang ada di Desa Citemu di
display data (penyajian data). Dengan mendisplay antaranya nelayan jaring kejer, nelayan garok,
data akan memudahkan untuk memahami apa yang nelayan wadong dan nelayan udang. 6 Pola
terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya kehidupan masyarakat nelayan berbeda dengan
berdasarkan apa yang telah dipahami. Kemudian masyarakat lain pada umumnya. Rutinitas
setelah data tersusun rapi, langkah ketiga dalam keseharian masyarakat nelayan Citemu lebih
analisis data kualitatif adalah penarikan monoton dibanding dengan masyarakat lainnya.
kesimpulan dan verifikasi. Pola hidup keseharian mereka tidak banyak
Adapun validasi data penelitian ini berubah, mulai dari bangun tidur sampai tidur
menggunakan triangulasi dan member checking. kembali. Bagi nelayan jaring mereka pergi melaut
Triangulasi adalah proses penguatan bukti dari harian yang disebut dengan istilah miang, yang
individu-individu yang berbeda, jenis data, dalam biasanya melaut dari pukul 2 pagi sampai pukul 10
deskripsi dan tema-tema dalam penelitian siang. Sedangkan bagi nelayan wadong mereka
kualitatif. Member checking adalah suatu proses melaut mingguan yaitu empat sampai lima hari di
dimana peneliti menanyakan pada seorang atau laut dan disebut dengan istilah babang. Pada
lebih partisipan dalam studi untuk mengecek bulan-bulan tertentu antara bulan Agustus sampai
keakuratan dari keterangan tersebut. November, para nelayan merantau ke daerah
Muara Angke, Jakarta. Istilah merantau ini disebut
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan bawa. Pada saat merantau, kondisi sumber
A. Potret Kehidupan Masyarakat Nelayan daya ikan di laut sekitar Desa Citemu sedang
Citemu mengalami masa paceklik, sehingga para nelayan
Wilayah pesisir yang menjadi lokasi merantau agar tetap bisa menafkahi keluarganya.
penelitian ini adalah sebuah desa yang berbatasan Mekanisme berlayar harian (miang)
langsung dengan Laut Jawa yang berada di menggunakan perahu kecil yang terdiri atas satu
Kabupaten Cirebon, tepatnya di Desa Citemu sampai tiga awak perahu (juragan dan bidak)
Kecamatan Mundu. Desa Citemu merupakan dengan membawa peralatan berupa jaring kejer,
sebuah desa yang terletak di dataran rendah, jaring garok ataupun jaring kantong, tergantung
pinggir pantai Laut Jawa. Secara geografis Desa peralatan yang dimiliki oleh nelayan. Bidak adalah
Citemu berada di atas ketinggian 0,50 M di atas istilah yang digunakan bagi nelayan buruh dan
permukaan laut. Sebagian besar wilayah Desa tidak memiliki perahu. Juragan adalah istilah yang
Citemu adalah pesisir pantai dengan memiliki
sumber daya laut yang melimpah sehingga 6
Jaring kejer, garok dan wadong merupakan alat tangkap
sebagian besar masyarakat Desa Citemu rajungan yang banyak digunakan oleh masyarakat desa
bermatapencaharian sebagai nelayan. Seperti Citemu. Nelayan kejer, dan garok termasuk nelayan dengan
nelayan tradisional pada umumnya, nelayan yang perahu kecil yang melaut dengan sistem harian. Sedangkan
nelayan wadong termasuk nelayan yang lebih besar dari pada
ada di Desa Citemu setiap harinya bekerja
nelayan jaring dengan sistem melaut mingguan yakni empat
menangkap ikan atau binatang laut lainnya dengan sampai lima hari berada di tengah-tengah laut. Nelayan
menggunakan perahu dan peralatan tangkap yang wadong menggunakan perahu yang lebih besar dari perahu
masih bersifat tradisional seperti menggunakan jaring untuk menjaga keseimbangan agar bertahan bermalam-
malam di tengah lautan. Istilah lain dari alat wadong adalah
jaring.
alat bubu yang sering disebut oleh masyarakat desa Citemu.
Wilayah Desa Citemu dibagi ke dalam dua Nelayan wadong bisa pula disebut nelayan besar karena melaut
wilayah yakni wilayah pesisir dan pertanian. menggunakan wadong membutuhkan modal yang lebih besar
daripada nelayan jaring.
5

digunakan bagi nelayan yang memiliki perahu, Rajungan yang ditangkap menggunakan
walaupun modal perahu tersebut berasal dari wadong lebih murah dari rajungan jaring kejer
pinjaman ataupun modal juragan sendiri. Sebagian karena proses penangkapan selama empat hari
besar nelayan juragan yang ada di Desa Citemu bermalam di tengah laut sehingga ketika sampai di
memiliki perahu dari modal pinjaman kepada darat, kesegaran rajungan tersebut berkurang.
tengkulak atau bakul. Bakul atau tengkulak adalah Akibatnya, pihak pabrik memberi harga untuk
istilah yang digunakan bagi pedagang perantara rajungan wadong lebih rendah. Sedangkan
hasil tangkapan nelayan. Bakul merupakan kelas rajungan dengan alat garok akan mendapat harga
sosial yang tinggi dibanding juragan dan bidak. paling kecil karena rajungan yang di dapat masih
Bakul memiliki modal sangat besar untuk kecil-kecil dan aroma rajungan pun bau lumpur
memberikan pinjaman kepada nelayan. Sebagian karena saat menangkap rajungan, alat garok
besar nelayan meminjam modal kepada bakul tersebut menyapu dasar laut sehingga lumpur dan
untuk keperluan melaut dan kebutuhan sehari-hari. sampah lainnya bercampur dengan rajungan. Itulah
Mekanisme berlayar babang, hanya yang menyebabkan perbedaan harga rajungan
dilakukan oleh nelayan wadong/bubu. Wadong menggunakan alat tangkap.8
merupakan jenis alat tangkap rajungan7 yang Sumber daya laut merupakan potensi utama
cukup mahal dan memerlukan ratusan bahkan yang menggerakan kegiatan perekonomian
ribuan wadong dalam sekali melaut. Dengan masyarakat nelayan Citemu. Secara umum
demikian, nelayan wadong ini disebut dengan kegiatan perekonomian nelayan bersifat fluktuatif
nelayan besar karena membutuhkan modal yang karena sangat bergantung pada tinggi-rendahnya
sangat besar dan penghasilanya pun lebih besar di produktivitas perikanan. Jika produktivitas tinggi
banding nelayan jaring. Perahu yang digunakan maka tingkat penghasilan nelayan akan meningkat.
ketika berlayar babang lebih besar dibanding Sebaliknya, jika produktivitas rendah maka tingkat
perahu jaring, dikarenakan peralatan yang dibawa penghasilan nelayan akan menurun. Sumber daya
saat babang lebih banyak dan besarnya perahu laut Desa Citemu berupa rajungan, udang dan ikan.
dapat menopang keseimbangan perahu dari ombak. Tingkat produktivitas perikanan juga tergantung
Berlayar babang membutuhkan awak kapal sampai pada musim. Musim hasil laut rajungan yaitu
lima orang. Biasanya juragan menyewa bidak mulai dari bulan November sampai januari, musim
untuk membantu proses penangkapan. hasil laut Ikan mulai dari bulan Maret sampai Mei.
Setiap jenis alat tangkap rajungan yang Untuk musim hasil laut Udang mulai dari bulan
digunakan nelayan Desa Citemu memiliki Maret sampai Mei, sedangkan musim untuk
perbedaan penghasilan. Penangkapan rajungan jika merantau mulai dari bulan Juli sampai Oktober.9
menggunakan jaring kejer akan menghasilkan Menurut penuturan beberapa nelayan
rajungan yang berukuran besar dan harganya pun seperti Pak Ronda, Pak Saiman dan nelayan
lebih mahal. Jika menggunakan wadong akan lainnya saat ini musim ikan tidak bisa di prediksi
menghasilkan rajungan yang berukuran sedang dan oleh nelayan karena faktor alam yang tidak
besar tetapi harganya lebih rendah daripada menentu, yang seharusnya pada bulan Januari
rajungan jaring kejer. Serta jika menggunakan angin kencang, tiba-tiba setengah bulan angin
garok akan menghasilkan rajungan kecil dan berhenti. Hal itu mengakibatkan penghasilan
harganya lebih rendah daripada rajungan jaring nelayan menjadi melunjak tidak menentu. Bahkan
kejer atau rajungan wadong. kalender musim di atas pun tidak secara paten bisa
Perbedaan ukuran rajungan dan harga terjadi. Dengan bukti bahwa pada bulan sekarang
rajungan itu dikarenakan sistem penggunaan alat- (Maret-Mei) merupakan musim udang, tetapi
alat tangkap yang memiliki kelemahan dan kenyataannya udang gagal panen. Pada waktu dulu
kelebihannya masing-masing. Tingkatan pertama setiap bulan nelayan bisa memprediksi musim ikan
harga rajungan yang paling tinggi adalah yang dengan tepat tetapi saat ini alam sedang tidak
ditangkap menggunakan jaring kejer. Tingkatan menentu sehingga kalender musim tersebut tidak
kedua adalah menggunakan wadong dan tingkatan pasti sesuai dengan kenyataan.
ketiga menggunakan jaring garok. Harga rajungan Komoditas utama hasil laut yang diperoleh
yang ditangkap menggunakan jaring kejer lebih nelayan Citemu adalah rajungan, karena
mahal karena proses penangkapan rajungannya penghasilan rajungan lebih besar di bandingkan
dengan sistem harian sehingga aroma rajungan udang dan ikan. Maka dari itu, mayoritas
masih segar dan rajungan yang masuk kedalam masyarakat Citemu lebih memilih menangkap
jaring merupakan rajungan sehat yang sedang rajungan ketika melaut. Hasil tangkapan berupa
berenang lalu tersangkut pada jaring. rajungan atau udang direbus terlebih dahulu lalu

8
Wawancara dengan Pak Durman pada tanggal 7 Januari
2016.
7 9
Rajungan adalah sejenis kepiting yang menjadi varietas Wawancara dengan Pak Darsono, Pak Kuraji dan Pak Waran
unggulan bagi nelayan Citemu pada tanggal 11 Desember 2014
6

dikupas, dipisahkan antara daging dan mendapat gelar juragan itu adalah nelayan pemilik
cangkangnya. Setelah itu, daging rajungan kapal dan kaya raya, sehingga sangat disegani.
diserahkan ke tengkulak atau bakul (dalam istilah Seperti halnya Bapak H. Suwita yang dulunya dia
masyarakat nelayan Citemu). Bagi nelayan yang adalah seorang juragan pemilik perahu yang kaya
memiliki ikatan pinjaman (hutang) kepada raya, dia sangat dihormati dan disegani sampai
tengkulak, maka hasil tangkapan itu harus sekarang dia menjadi sesepuhnya para nelayan di
diserahkan kepada tengkulaknya itu dan dikenakan Desa Citemu. Akan tetapi, saat ini yang mendapat
potongan harga sebesar Rp. 10.000,- sampai Rp. gelar juragan dipegang oleh semua pemilik perahu
20.000,- per kilogram. Bagi nelayan yang tidak atau pemimpin kapal. Perahu tersebut entah dari
memiliki pinjaman ikatan kepada tengkulak, maka hasil uangnya sendiri atau dari hutang kepada
nelayan bisa secara bebas menjual tangkapannya bakul (tengkulak) tetap dikatakan sebagai juragan.
kepada pedagang ikan manapun. Biasanya bagi Saat ini banyak bidak (buruh nelayan) ingin
nelayan yang bisa bebas menjual tangkapannya, memiliki perahu sendiri dan menjadi juragan.
akan memilih pedagang atau bakul yang membeli Akibatnya, walaupun nelayan itu tidak mempunyai
tangkapannya dengan harga yang lebih tinggi dari uang yang banyak, mereka bisa memiliki perahu
pada bakul lainnya. Salah satu contoh kasusnya hasil meminjam modal dari tengkulak. Dari sinilah
nelayan Pak Dara10. Menurut pengakuannya, ia awal terjadinya keterikatan dan ketergantungan
tidak memiliki pinjaman ikatan ke bakul sehingga nelayan kepada tengkulak. Menurut penuturan Pak
ia bisa menjual tangkapannya kepada bakul yang Sage, seorang nelayan Citemu dan juga panitia
membeli dengan harga lebih tinggi walaupun nadran Citemu, menyatakan bahwa mayoritas
hanya berbeda seribu sampai lima ribu rupiah saja. juragan/nelayan pemilik perahu, bisa membeli
Nelayan jaring melakukan proses melaut perahu 30 persen modal nelayan sendiri dan 70
biasanya pada pukul 02.00 WIB sampai 10.00 persen modal pinjaman dari bakul. Menurut Pak
WIB. Nelayan garok biasanya melaut setelah Takub seorang nelayan dan panitia nadran juga
subuh sampai pukul sebelas. Sedangkan untuk mengatakan bahwa juragan Citemu yang memiliki
nelayan bubu atau wadong selama 4-5 hari berada perahu modal sendiri hanya sekitar 40 persen saja
dilaut. Mulai hari senin-kamis berada di laut untuk dari jumlah nelayan Citemu.
mencari rajungan dengan alat bubu. Sistem Alur pendistribusian hasil tangkapan dari
penggunaan alat ini dengan di tenggelamkan ke nelayan atau juragan di setorkan ke bakul, dari
dalam laut dengan kedalaman 40-50 meter lalu di bakul ke bos besar atau supalyer dan dari suplayer
tunggu beberapa agar bubu ini tidak hilang dan di jual ke pabrik dan diekspor.
tidak terbawa arus ombak. Sedangkan nelayan Mereka yang menempati lapisan sosial atas
jaring melakukan proses melaut setiap hari. adalah pedagang ikan yang sukses, lapisan tengah
Hasil tangkapan nelayan jaring dengan ditempati oleh juragan laut atau pemimpin awak
nelayan bubu itu berbeda. Nelayan bubu perahu, dan lapisan terbawah ditempati oleh
mendapatkan hasil yang lebih tinggi daripada nelayan buruh. Mereka yang menempati lapisan
nelayan jaring. Oleh karena itu, nelayan bubu bisa atas hanya sebagian kecil dari masyarakat nelayan,
disebut sebagai nelayan besar dan nelayan jaring sedangkan yang berada pada lapisan terbawah
disebut dengan nelayan kecil. Meskipun demikian, adalah sebagian besarnya dari warga masyarakat
biaya produksi untuk nelayan bubu lebih besar nelayan. Pelapisan sosial ekonomi ini
daripada nelayan jaring. Ukuran perahu yang mencerminkan bahwa penguasaan alat-alat
digunakan oleh kedua jenis nelayan tersebut produksi perikanan, akses modal, dan akses pasar
berbeda, untuk menjaga keseimbangan perahu saat hanya menjadi milik sebagain kecil dari
berada di lautan. Untuk perahu bubu memiliki masyarakat nelayan.
lebar 2,90 meter atau 3 meter dan panjang 12 Sebagaimana hasil penelitian yang telah
meter. Sedangkan untuk perahu jaring berukuran 2 dilakukan, mobiltas vertikal nelayan dapat terjadi
meter lebar dan 12,5 meter panjang. berkat dukungan para istri nelayan dan anak-anak
Ketika pergi melaut di dalam satu perahu mereka. Keterlibatan istri dalam kegiatan
kecil terdapat 3 orang yang terdiri dari satu orang perekonomian sangat terbuka lebar karena adanya
juragan (nelayan pemilik perahu) dan dua orang pembagian kerja sesuai dengan geososial
bidak (buruh nelayan). Buruh nelayan berfungsi masyarakat nelayan. Sistem pembagian kerja ini,
untuk membantu juragan dalam proses nelayan bertanggungjawab dalam urusan
penangkapan hasil laut. Terkadang bidak pun menangkap ikan (ranah laut), sedangkan kaum
membawa alat tangkapnya sendiri dan ia hanya perempuan bertanggungjawab dalam urusan
perlu membayar solar ke juragan. Dahulu, yang domestik dan publik (ranah darat). Bahkan, anak-
anak mereka pun terlibat dalam sistem
10
Pak Dara adalah seorang nelayan juragan (atau nelayan yang perekonomian untuk menambah pendapatan
memiliki perahu) yang mempunyai seorang istri dan empat keluarga. Bagi anak laki-laki akan menjadi nelayan
orang anak. Beliau berusaha untuk tidak memiliki hutang dan ikut bersama ayahnya melaut, sedangkan bagi
kepada tengkulak agar tidak terikat pada tengkulak tertentu.
7

anak perempuan akan membantu ibunya dalam substitusi teknik produksi, dari cara-cara
mengupas rajungan atau pekerjaan akternatif tradisional beralih kepada cara-cara yang lebih
lainnya. rasional (modern). Kebijakan modernisasi
perikanan diarahkan untuk meningkatkan produksi
perikanan nasional serta diharapkan dapat
B. Kondisi Kemiskinan Nelayan Citemu memperbaiki kualitas kesejahteraan kehidupan
Intensitas tekanan sosial ekonomi dan nelayan. Dalam menyikapi kebijakan modernisasi
kemiskinan yang membawa akibat dan perikanan tersebut, tidak semua lapisan nelayan
mempersulit kehidupan rumah tangga nelayan dapat memanfaatkan peluang-peluang yang ada.
disebabkan oleh faktor-faktor yang sangat Hanya sebagian kecil nelayan yang dapat
kompleks. Kemiskinan dan tekanan kehidupan memanfaatkan kemudahan akses sumber daya
yang dihadapi oleh nelayan dipengaruhi oleh ekonomi dan politik yang tersedia. Akibatnya
dampak negatif kebijakan motorisasi perahu dan terjadi ketimpangan pemilikan alat-alat produksi
modernisasi peralatan tangkap, fluktuasi musim dan tingkat kecanggihannya. Sebagian besar
ikan, keterbatasan kemampuan teknologi nelayan, kurang mampu memanfaatkan perluang
penangkapan dan konservasi hasil ikan, daya serap yang tersedia, disebabkan oleh berbagai faktor
pasar lokal yang terbatas, jaringan pemasaran yang seperti tidak respon dan aktif-dinamis terhadap
dianggap merugikan nelayan sebagai produsen, peluang yang ada (Kusnadi 2000: 182).
sistem bagi hasil yang timpang, serta organisasi Peningkatan produksi tersebut hanya memberikan
koperasi yang tidak berfungsi dengan baik keuntungan ekonomi kepada sebagian kecil
(Kusnadi, 2000: 10). nelayan yaitu pemilik alat-alat produksi modern.
Dari masa ke masa, pergulatan masyarakat Dampak negatif dari modernisasi peralatan
nelayan melawan ketidakpastian kehidupan, terus tangkap yang terjadi pada nelayan Citemu, terlihat
menggeliat. Masa-masa keemasan nelayan dalam pada kuantitas hasil tangkapan yang semakin
kegiatan penangkapan, berlangsung pada tahun menurun.12 Alat tangkap garok yang digunakan
1965-an sampai pada tahun 1998 hingga sekarang oleh nelayan merusak terumbu karang sebagai
hasil tangkapan nelayan semakin menurun akibat habitat ikan dan mengeruk ikan-ikan kecil yang
dari dampak negatif modernisasi peralatan tangkap belum waktunya diambil. Paradigma nelayan
yang tidak ramah lingkungan dan motorisasi mengenai alat tangkap garok itu bervariasi. Bagi
perahu.11 Banyak di antara nelayan Citemu yang nelayan pengguna alat garok, menganggap bahwa
menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan ikan-ikan kecil yang ditangkap itu tidak akan
itu, seperti alat tangkap garok. Kuantitas pemilikan berpengaruh pada kuantitas ikan di masa
perahu nelayan pada masyarakat Citemu juga mendatang, karena setiap satu ekor ikan dapat
semakin banyak, tetapi banyaknya perahu di Desa memproduksi ribuan telur.13 Selain itu, ada pula
Citemu tidak sepadan dengan jumlah nelayan yang nelayan garok yang menyadari akan kerusakan
ada. Dahulu, para nelayan berebut mencari yang ditimbulkan oleh alat garok tetapi mereka
tumpangan pada juragan atau pemilik perahu. tidak bisa menghentikan penggunaannya karena
Namun saat ini perahu-perahulah yang terpaksa harus mendapatkan ikan untuk memenuhi
membutuhkan tumpangan. kebutuhan keluarga. Sementara itu, menurut
Isu-isu tentang kerusakan lingkungan sebagian nelayan lainnya (nelayan jaring kejer),
pesisir yang berimplikasi luas terhadap kehidupan penggunaan alat garok selain merusak habitat ikan
masyarakat nelayan mulai dirasakan sejak awal juga dapat menguras sumber daya laut, mulai dari
tahun 1980-an. Berbagai pihak mengkritik operasi ikan yang kecil-kecil hingga yang besarnya.
peralatan tangkap trawl yang dianggap merusak Pada dasarnya, ketidakpastian hidup dan
lingkungan dan menimbulkan kemiskinan nelayan, kesenjangan sosial-ekonomi yang melanda
sebagai responnya pemerintah mengeluarkan kehidupan nelayan Citemu tidak hanya berkaitan
Kepres No. 39 tahun1980 yang melarang operasi dengan dampak negatif dari modernisasi perikanan
peralatan tangkap tersebut di wilayah Indonesia yang mendorong terjadinya pengurasan sumber
Barat (Rice, dalam Kusnadi, 2008: 24). Sekalipun daya laut secara berlebihan. Melainkan
demikian, para nelayan tetap mengoperasikannya dipengaruhi juga oleh fluktuasi musim,
dengan cara sembunyi-sembunyi. Sebagian dari keterbatasan sumber daya manusia, modal serta
nelayan melakukan modofikasi peralatan tangkap akses dan jaringan perdagangan ikan yang
sejenis. Penegakan hukum terhadap pelarangan eksploitatif terhadap nelayan sebagai produsen.
alat tangkap trawl, garok ataupun sejenisnya, tidak Proses demikian berjalan terus menerus, sehingga
mudah dilakukan. mengurangi hasil tangkapan dan tingkat
Salah satu aspek yang penting dari pendapatan nelayan semakin menurun. Kondisi
modernisasi di bidang perikanan adalah proses
12
Wawancara dengan pak Ronda 7 Januari 2016
13
Wawancara dengan nelayan garok (pak Saiman, pak H.
11
Wawancara dengan Pak Ronda 56 tahun) Suwita)
8

tersebut diperparah juga dengan fluktuasi harga dasar, atau kalaupun lulus ia tidak akan
ikan yang semakin rendah, sedangkan biaya melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih atas.
operasi melaut semakin tinggi. Kesulitan-kesulitan kehidupan seperti
Kemudian, sistem perekonomian yang kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi yang
terjadi pada nelayan Citemu juga memberi dihadapi oleh nelayan, membuat nelayan harus
kontribusi pada kemiskinan struktural masyarakat memiliki strategi bertahan hidup untuk
nelayan. Sistem perekonomian yang dibangun oleh menghadapi atau mengatasi tekanan-tekanan
masyarakat nelayan merupakan konsekuensi dari sosial-ekonomi. Strategi bertahan hidup nelayan
relasi antara nelayan buruh, juragan dan juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan modal
pedagang perantara (bakul). Relasi ini sosial, ekonomi, politik dan modal budaya yang
menyebabkan masyarakat nelayan membangun mereka miliki. Modal sosial yang berkaitan dengan
jaring-jaring perekonomian yang justru merugikan hubungan-hubungan sosial yang lebih luas dan
nelayan. Lalu, kondisi tersebut ditambah pula berpengaruh. Modal ekonomi berkaitan dengan
dengan ikatan pinjaman (hutang) nelayan kepada pemilikan usaha ekonomi yang bseskala besar dan
tengkulak. Ikatan pinjaman ini membuat nelayan beragam, misalnya kepemilikan beberapa perahu,
sulit bergerak memasarkan hasil tangkapan kepada usaha pengolahan hasil tangkap, rumah megah,
tengkulak lain. Karena nelayan yang berhutang, emas dan lain-lain. Modal budaya berkaitan
harus menjual hasil tangkapannya kepada dengan pemilikan simbol-simbol kesolehan
tengkulaknya dengan potongan harga 10 sampai beragama, misalnya yang sudah menunaikan
20ribu perkilogram. ibadah haji, dermawan, memiliki kepedulian besar
Dalam bukunya, Kusnadi (2000:185) terhadap berbagai persoalan masyarakat dan
mengungkapkan bahwa gambaran umum yang bergaya hidup yang lebih dari kebiasaan lokal.
pertama kali bisa dilihat dari kondisi kemiskinan Modal politik berkaitan dengan pemilikan akses
dan kesenjangan sosial-ekonomi dalam kehidupan kekuasaan oleh seseorang senantiasa
masyarakat nelayan adalah fakta-fakta yang diperhitungkan aspirasi dan pemikirannya dalam
bersifat fisik berupa kualitas pemukiman. penentuan kebijakan politik lokal atau ia bisa
Pemukiman nelayan miskin mudah diidentifikasi mempengaruhi kebijakan pemerintah setempat.
dari kondisi hunian mereka. Rumah-rumah yang (Kusnadi, 2007: 107).
sangat sederhana adalah tempat tinggal para Sebagai kelompok masyarakat yang hidup
nelayan buruh atau nelayan tradisional. dari kegiatan penangkapan dan setiap hari harus
Sebaliknya, rumah-rumah megah dengan segenap berhadapan dengan ketidakpastian pendapatan,
fasilitas yang memadai adalah tempat tinggal nelayan memiliki institusi atau kelompok-
pemilik perahu, pedagang perantara (ikan), atau kelompok sosial ekonomi yang kompleks.
pedagang ikan berskala besar, dan pemilik toko. Keberadaan institusi atau kelompok-kelompok
Melihat kondisi pemukiman pada tesebut merupakan bagian dari strategi adaptasi
masyarakat Citemu, bagi keluarga nelayan buruh terhadap kondisi kehidupan mereka. Terbentuknya
kondisi rumah mereka sangat miskin hanya institusi tersebut harus dikerangkai oleh institusi
berdinding anyaman bambu, berlantai tanah, dan yang sudah ada lebih dulu, yang sesuai dengan
keterbatasan pemilikan perabotan rumah tangga. kondisi sosial-budaya masyarakat nelayan. Sebagai
Sedangkan kondisi nelayan juragan cukup bagus, contoh, kasus pembentukan kelompok nelayan
berdinding tembok, beralas keramik, dan Makmur Jaya yang seharusnya bantuan modal
pemilikan perabotan rumah tangga cukup lengkap. tersebut diberdayakan dengan sistem simpan
Kemudian, pada tingkat lebih atasnya lagi rumah pinjam, tetapi tidak berjalan sesuai dengan yang
tengkulak lebih megah dan perabotan rumah diharapkan karena tidak adanya kesepahaman yang
tangga pun sangat lengkap. Namun, pada keluarga sama antar anggota kelompok.14 Untuk mendapat
tengkulak juga terdapat jenis tengkulak besar yang kelompok yang solid, saling membantu, dan saling
memiliki 10-30 nelayan dan ada pula tengkulak percaya dalam kerja sama ekonomi tidak mudah
kecil yang hanya mampu memiliki 5-10 nelayan. dilakukan. Oleh karena itu, pembentukan
Rumah tengkulak kecil hampir sama kondisinya kelompok untuk pemberdayaan nelayan perlu
dengan nelayan juragan pemilik perahu. Dan dikerangkai oleh sosial-budaya yang ada pada
tengkulak besar secara umum rumah mereka masyarakat.
bertingkat dan besar. Pada dasarnya, pemberdayaan masyarakat
Selain gambaran fisik di atas, untuk nelayan bertujuan untuk meningkatkan
mengidentifikasi kehidupan nelayan miskin dapat kesejahteraan sosial budaya dan ekonomi
dilihat dari tingkat pendidikan anak-anaknya, pola masyarakat pesisir. Untuk mencapai tujuan ini
konsumsi sehari-hari, dan tingkat pendapatannya. diperlukan dukungan kualitas sumber daya
Tingkat pendapatan nelayan rendah, sebanding manusia (SDM), kapasitas, dan fungsi
dengan tingkat pendidikan anak-anak yang rendah
juga. Banyak anak yang harus berhenti sekolah 14
Wawancara dengan Pak Saiman 17 Juni 2015
9

kelembagaan sosial ekonomi yang optimal dalam kebiasaan masyarakat nelayan yang selalu
kehidupan warga serta tingkat partisipasi politik cenderung dengan hiburan.
warga yang tinggi (Kusnadi, 2007: 21). Penguatan Selain pengelompokan warga masyarakat
sosial, budaya, ekonomi, dan politik pada unit-unit dengan istilah orang darat dan orang laut,
terkecil dalam kehidupan masyarakat ini masyarakat nelayan juga memiliki beberapa jenis
diharapkan akan memperkokoh integrasi sosial dan kelompok masyarakat baik yang formal maupun
komitmen kolektif terhadap pembangunan yang informal. Kelompok-kelompok tersebut dapat
masyarakat nelayan. Di tengah-tengah kesibukan disimpulkan menjadi tiga kategori yaitu kelompok
nelayan, mereka berhadapan dengan kelompok- laut, kelompok darat, dan kelompok darat dan laut.
kelompok sosial nelayan disekelilingnya. Lalu 1. Kelompok Laut
bagaimana mereka berkontestasi, bersaing dan Kelompok laut adalah suatu kelompok
memberikan pengaruh serta akses terhadap sumber masyarakat yang beranggotakan nelayan dan
daya yang ada. memiliki peran di sektor kelautan atau untuk
C. Keberagaman Kelompok Sosial Nelayan kepentingan nelayan. Kelompok laut terdiri dari
Citemu kelompok nelayan dan Kelompok Masyarakat
Masyarakat pesisir Desa Citemu memiliki Pesisir (KMP). Kelompok nelayan dan KMP
karakteristik yang menarik dibanding masyarakat merupakan suatu kelompok yang beranggotakan
lainnya. Dalam konteks social-ekonomi nelayan dan memiliki peran untuk pengembangan
masyarakat pesisir di Desa Citemu dibedakan atas dan pemberdayaan nelayan. Namun, terdapat
dua istilah yakni “orang darat” dan “orang laut”. perbedaan antara kelompok nelayan dan KMP.
Orang laut adalah warga masyarakat yang sebagian Kelompok nelayan dibentuk atas dasar
besar aktifitas kehidupannya dihabiskan di lautan kepentingan dan kesadaran nelayan itu sendiri, dan
dan „orang darat‟ adalah mereka yang sebagian sepenuhnya beranggotakan nelayan. Sedangkan
besar aktivitasnya dihabiskan di daratan, baik itu KMP terbentuk dilatarbelakangi oleh adanya
warga yang sama sekali tidak pernah beraktivitas program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh
di laut maupun warga yang dahulu pernah „melaut‟ (PDPT)15 yang digulirkankan oleh pemerintah, dan
tetapi lalu beralih profesi dengan mencari KMP ini beranggotakan nelayan dan orang darat
penghidupan di daratan (Syatori, 2014: 61). juga.
Orang laut cenderung kurang Yang termasuk dalam jenis kelompok
memperhatikan aktivitas darat seperti keagamaan, nelayan yaitu kelompok nelayan Segara Biru,
pendidikan, politik, dan bahkan mereka cenderung kelompok nelayan Makmur Jaya, kelompok
apatis pada persoalan pemerintahan. Sementara nelayan Putra Bahari dan kelompok nelayan Laut
orang darat menguasai penuh segala aktivitas Jaya. Kegiatan dari kelompok nelayan Segara Biru
pendidikan, keagamaan, pemerintahan dan apalagi adalah menanam Mangrove, sedangkan kelompok
sektor politik yang mana setiap pihak berusaha Makmur Jaya, Laut Jaya, dan Putra Bahari adalah
untuk mendapatkan keuntungan dari setiap untuk mendapatkan bantuan alat tangkap dari
kesempatan yang ada. pemerintah DKP (dinas kelautan dan perikanan)
Orang laut merupakan masyarakat yang untuk para nelayan.
memiliki kemandirian dan etos kerja yang tinggi. Sementara itu, KMP yang merupakan
Pekerjaan utama mereka berada di lautan, kelompok penerima dan pelaksana PDPT tahun
sedangkan daratan merupakan tempat mereka 2013 di Desa Citemu terdiri atas sepuluh KMP
beristirahat dan tempat mereka bersosialisasi yaitu KMP Mujaer, Ombak Samudra, Kepiting,
dengan masyarakat sekitar. Sehingga orang laut Toya Adem, Bakti Mandiri, Griya Asri, Sumber
cenderung tidak banyak peduli soal urusan politik Makmur, Tambang Emas, Segara Biru, dan Putra
yang mayoritas diperebutkan oleh orang darat. Bahari.
Sementara orang darat yang kesibukannya berada Kelompok Putra Bahari di dalam KMP
di darat, cenderung memiliki motivasi tinggi untuk berbeda dengan kelompok Putra Bahari di dalam
memikirkan urusan politik, pendidikan dan kelompok nelayan. KMP Putra Bahari yang
keagamaan. Tetapi mayoritas masyarakat desa diketuai oleh Bapak Ato Sunarto, memiliki
Citemu adalah masyarakat laut. program penyediaan alat bengkel perahu dari
Orang laut yang memiliki kesibukan yang program PDPT. Sedangkan kelompok nelayan
sangat padat dalam mengurusi pekerjaannya Putra Bahari yang diketuai oleh Bapak Sadila,
mengakibatkan mereka tidak memiliki waktu
untuk beribadah ataupun menjalankan berbagai
15
ajaran agama yang lainnya. Bagi orang darat yang PDPT. Program ini merupakan program yang diprakarsai
cenderung memiliki pengetahuan agama lebih oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
melalui Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau
tinggi hal tersebut adalah sesuatu yang Kecil (KP3K). program ini bertujuan untuk menata dan
menyimpang dan harus dibenahi terutama berbagai meningkatkan kehidupan desa pesisir/nelayan berbasis
masyarakat dan memfasilitasi peran dan fungsi masyarakat
sebagai agen pembangunan kelautan dan perikanan.
10

memiliki program bantuan modal alat tangkap dari Para tokoh agama seperti Pak Mahfud,18 Pak
pemerintah DKP. Sementara itu, kelompok Segara Akrom19 dan Pak Supardi20 berusaha untuk
Biru baik dalam KMP maupun kelompok nelayan menghentikan perilaku tersebut dan mengajak
merupakan kelompok yang sama. Istilah KMP di mereka untuk berperilaku lebih baik.
dalam kelompok Segara Biru hanya sebagai Pada aspek pendidikan dan keagamaan,
kebutuhan administrasi program PDPT.16 kelompok keagamaan ini berhasil mengubah
Latar belakang terbentuk kelompok paradigma masyarakat nelayan akan pentingnya
masyarakat pesisir (KMP) di desa Citemu bersifat pendidikan dan keagamaan khususnya untuk anak-
top down dan sentralis. Strategi pembangunan anak mereka sebagai generasi penerus. Masyarakat
yang bersifat top down dan sentralistis cenderung yang menyekolahkan anaknya ke pendidikan
menampakkan diri dalam bentuk program-program sekolah dasar atau Madrasah Ibtidaiyyah semakin
pembangunan yang dirancang pada tingkat pusat, bertambah, serta memasukan anakya pada lembaga
kemudian diterapkan di seluruh masyarakat yang pendidikan kegamaaan di mushola-mushola di
ada. antaranya di mushola Pak Supardi, di mushola
Sedangkan kelompok nelayan Segara Biru Nurul Iman yang dibimbing oleh Pak Atta Suparta,
terbentuk terbentuk atas inisiatif dan kesadaran dan di mushola Al-Iklas yang di bimbing oleh Pak
para nelayan. Inisiatif tersebut berawal dari lima Aziz. Selain itu, digalakkan pula pengajian di
tokoh nelayan yang berharap nelayan-nelayan masjid Citemu dan pada even-even tertentu seperti
yang ada di desa Citemu ini bisa bersatu dan hari-hari besar Islam dan pada acara nadran.
tergabung dalam sebuah kelompok untuk bisa 3. Kelompok Laut dan Darat
mengatasi persoalan nelayan secara bersama. Lima Kelompok darat dan laut adalah suatu
orang tersebut yakni Pak Angga, Pak Carwita, Pak kelompok masyarakat yang menggabungkan peran
Dara, Pak Warna, dan Pak Ronda. Mereka pada ranah laut dan darat. Kelompok laut dan darat
mengajak semua nelayan untuk bergabung dalam ini adalah kelompok nadran. Kelompok nadran
kegiatan menanam mangrove di tepi laut Citemu. adalah sebuah kelompok sosial nelayan yang
Lalu, sekitar 35 nelayan tergabung dalam sebuah berfungsi untuk mengurus dan mengatur kegiatan
kelompok.17 sedekah laut atau upacara adat nelayan. Kelompok
2. Kelompok Darat nadran ini yang berperan dominan adalah para
Kelompok darat adalah suatu kelompok nelayan, namun kelompok ini memiliki peran yang
masyarakat yang memiliki peran kelompok di besar untuk menyatukan seluruh masyarakat desa
ranah darat. Yang termasuk ke dalam kelompok Citemu baik itu orang laut maupun orang darat.
darat salah satunya adalah kelompok keagamaan. Nadran adalah salah satu adat tradisi
Kelompok keagamaan beranggotakan orang-orang masyarakat pesisir sebagai bentuk syukur dan doa
darat yang memiliki kepentingan pengembangan kepada Yang Maha Pencipta. Nadran dikenal pula
dan peningkatan keagamaan masyarakat setempat dengan makna sedekah laut. Nadran merupakan
seperti para kiyai, ustad, dan orang-orang masjid adat masyarakat desa Citemu yang rutin dilakukan
yakni Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), remaja setiap tahun sebagai wujud sedekah laut dengan
masjid dan lain-lain. Aktivitas kelompok harapan keselamatan dan kesejahteraan bagi
keagamaan ini yaitu pengajian anak-anak di masyarakat desa Citemu khususnya bagi nelayan
mushola-mushola, pengajian orang dewasa ibu-ibu Citemu.
dan bapak-bapak, memakmurkan masjid dan Kelompok nadran ini memiliki peran besar
mushola-mushola dengan kegiatan solat untuk mengatur segala kegiatan dan keperluan
berjamaah, marhabanan, mengaji, dan lain-lain. dalam acara nadran yang merupakan upacara
Menurut Pak Mahfud sebagai salah satu tradisi masyarakat nelayan. Kelompok ini memiliki
tokoh keagamaan dan pendidikan di desa Citemu peran yang signifikan dan urgen bagi seluruh
menyatakan bahwa kelompok keagamaan memiliki
tiga peran utama dalam mengubah kondisi sosial- 18
budaya masyarakat nelayan. Tiga peran itu adalah Pak Mahfud adalah seorang tokoh pendidikan dan
keagamaan yang berprofesi sebagai guru Madrasah Ibtidaiyah
dalam aspek sosial, pendidikan, dan keagamaan. (MI) Citemu dalam dua tahun terakhir ini dan sebelumnya
Pada aspek sosial peran mereka adalah mengubah beliau sebagai kepala sekolah di Madrasah Ibtidaiyyah (MI)
perilaku masyarakat terutama para pemuda yang Citemu tersebut.
19
bertindak di luar ajaran dann tuntunan agama. Pak Akrom adalah seorang mantan nelayan yang kini
berprofesi sebagai pengusaha alat tangkap wadong. Pak
Contohnya adalah perilaku mabuk-mabuk dan Akrom memiliki motivasi tinggi untuk mengubah perilaku
bentrok atau perang antar blok yang sering tejadi. masyarakat Citemu yang melawan norma-norma sosial dan
agama. Ia aktif dalam organisasi Karang Taruna dan sebagai
pengurus DKM At-Tuqo.
20
Pak Supardi adalah seorang tokoh agama yang latar
belakang pendidikannya hingga lulus SMA dan beliau juga
16
Wawancara dengan Pak Angga, 9 November 2015. pernah mengenyam pendidikan pondok pesantren di Buntet.
17
Wawancara dengan Pak Dulhanda, Pak Wastara dan Pak Pak Supardi memiliki santri/anak-anak belajar mengaji yang
Dara. kegiatannya berlangsung setiap hari di mushola Pak Supardi.
11

masyarakat nelayan. Siapapun yang sudah terpilih perusahaan dan pada tokoh-tokoh petinggi
menjadi panitia nadran ini, seluruh nelayan akan ataupun pengusaha-pengusaha besar lainnya.
mematuhi apapun yang sudah dipersiapkan oleh Usaha nelayan yang dilakukan oleh
mereka dalam acara sedekah laut tersebut. Setiap masing-masing anggota kelompok nelayan,
tahun orang-orang yang berada di dalam panitia secara keseluruhan harus dipandang sebagai
nadran ini terus berganti dengan sistem suatu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan
musyawarah para nelayan. untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang
Pemilihan ketua dan panitia nadran dari segi kuantitas, kualitas maupun
diadakan satu tahun sebelum nadran itu kontinuitas.
dilaksanakan.21 Pemilihan tersebut berlangsung Nelayan merupakan suatu kelompok
dalam musyawarah di kantor desa Citemu, dengan masyarakat yang dipandang sebagai kelompok
dihadiri oleh nelayan-nelayan. Mereka mengatur masyarakat yang miskin dan keadaan mereka
pendanaan, kegiatan, dan hal-hal lain yang sangat fluktuatif mulai dari musim, cuaca, serta
berkaitan dengan acara nadran. ketimpangan-ketimpangan yang menimpa
keluarga nelayan. Untuk mengatasi persoalan
D. Peran dan Dinamika Kelompok Sosial tersebut, kelompok nelayan difungsikan
Nelayan sebagai wadah unit produksi yang mendukung
1. Optimalisasi Kelompok Nelayan dalam mereka memperoleh sumber daya dan daya
Akses Ekonomi dukung alat yang menunjang kehidupan
Akses ekonomi yang dimaksud di sini ekonomi mereka seperti alat tangkap, APO
adalah akses mendapatkan modal ataupun daya (Alat Pemecah Ombak), liyer (alat penarik
dukung alat sesuai tujuan kelompok. Masalah perahu), akses jalan yang nyaman menuju tepi
akses ekonomi bagi masyarakat nelayan laut dan lain-lain.
merupakan hal yang sangat penting dalam Upaya kelompok nelayan
pengembangan usaha. Apalagi dengan melihat mengoptimalkan perannya untuk mencapai
kondisi kemiskinan dan ketidakpastian hidup segala tujuannya adalah dengan bentuk
yang melanda masyarakat nelayan. Nelayan kerjasama antar anggota dan hubungan sosial
dapat bertahan dan berkembang dengan baik mereka. Dalam hubungan sosial, individu atau
serta dinamis jika diiringi dengan akses kelompok merupakan simpul-simpul yang satu
ekonomi. Modal yang minim akan dengan lainnya saling terkait. Bentuk hubungan
mempengaruhi proses produksi, pembelian alat sosial kelompok nelayan adalah suatu struktur
tangkap, mempengaruhi serta menghambat sosial yang didalamnya terdapat ikatan
proses kerja, dan akan terbengkalainya hubungan baik hubungan sesama nelayan
kegiatan usaha bagi masyarakat nelayan. Oleh ataupun antara kelompok nelayan maupun
karena itu, dapat diperhitungkan pula bahwa lembaga lain yang memiliki keterkaitan dalam
aspek ekonomi akan menjadi strategi eksternal bidang perikanan.
bagi masyarakat nelayan dalam mendukung Kelompok nelayan merupakan tempat
usahanya. untuk memperkuat kerjasama diantara sesama
Kelompok nelayan, Kelompok nelayan dalam kelompok nelayan dan antar
Masyarakat Pesisir (KMP), kelompok nadran kelompok nelayan serta dengan pihak lain.
bahkan kelompok keagamaan pun berusaha Melalui kerjasama ini diharapkan usaha lainnya
mengoptimalkan fungsi kelompoknya untuk akan lebih efisien serta lebih mampu
memperoleh akses ekonomi bagi tercapainya menghadapi ancaman, tantangan, hambatan
kepentingan mereka. Kelompok nelayan dan gangguan. Pemerintah dan pihak swasta
mendapat akses modal bantuan alat tangkap dapat bekerjasama dengan nelayan melalui
melalui pemerintah desa, yang didukung oleh kemitraan dengan kelompok nelayan.
status ketua kelompok nelayan memiliki posisi 2. Akses Kekuasaan Kelompok Nelayan
sebagai ketua RT. Posisi tersebut memudahkan Surbakti (dalam Basrowi, 2014: 109)
kelompok nelayan untuk mendapatkan akses mengatakan bahwa kekuasaan adalah
ekonomi melalui jalur pemerintahan. kemampuan menggunakan sumber-sumber
Kelompok nadran juga mengoptimalkan pengaruh yang dimiliki untuk mempengaruhi
peran kelompoknya untuk mendapatkan akses pihak lain sehingga pihak lain berperilaku
dana. Apalagi kegiatan dalam acara nadran sesuai dengan kehendak pihak yang
menghabiskan dana yang cukup besar. Oleh mempengaruhi. Soekanto (dalam Basrowi,
karena itu, kelompok nadran memiliki jaringan 2014: 110) mendefinisikan kekuasaan sebagai
luas pada pemerintahan, perusahaan- suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak
lain menurut kehendak yang ada pada
pemegang kekuasaan.
21
Wawancara dengan Pak Takub 22 Oktober 2015
12

Dalam kekuasaan terdapat dua unsur PDPT merupakan program yang


pokok yaitu interaksi dan pengaruh. diprakarsai oleh Kementerian Kelautan dan
Maksudnya, bahwa kekuasaan hanya akan ada Perikanan Republik Indonesia melalui
bila terdapat interaksi antara individu dengan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan
individu lain ataupun kelompok satu dengan Pulau-pulau Kecil (KP3K). Secara umum,
kelompok lainnya, dan terdapat pihak yang program ini bertujuan untuk menata dan
menginginkan adanya pengaruh pada pihak lain meningkatkan kehidupan desa pesisir atau
dari sesuatu yang telah direncanakan. nelayan berbasis masyarakat dan memfasilitasi
Dalam hal ini individu atau kelompok peran dan fungsi masyarakat sebagai agen
yang ingin mendapatkan akses dana lebih besar pembangunan kelautan dan perikanan.
atau akses kekuasaan lainnya maka ia akan Program PDPT dicanangkan sebagai
merapat kepada kekuasaan, baik itu kekuasaan upaya meningkatkan ketangguhan wilayah-
terhadap pejabat publik (pemerintah), tokoh- wilayah pesisir yang mengalami kerentanan
tokoh setempat, corporate (perusahaan), baik pada aspek ekonomi, sosial, pendidikan
ataupun dari para konglomerat atau partai dan kesiapsiagaan terhadap bencana dan
politik. menjadikan wilayah pesisir yang tangguh dari
Pemerintah sebagai lembaga yang bencana sosial maupun bencana alam.
mengurus dan mengatur kehidupan masyarakat Program PDPT di Desa Citemu
memiliki perhatian khusus bagi pemberdayaan merupakan bagian integral dari program PDPT
dan pengembangan masyarakat, dan corporate yang dicanangkan oleh Dinas Kelautan dan
juga memiliki tanggung jawab dalam Perikanan (DKP) Kabupaten Cirebon. Dalam
pemberdayaan masyarakat di sekitarnya. program PDPT dibentuk kelompok masyarakat
Dengan demikian, kelompok nelayan sebagai pesisir (KMP) sebagai kelompok yang
wadah organisasi kemasyarakatan dapat melaksanakan program tersebut di lapangan.
mendekatkan dirinya kepada pihak-pihak Pembentukan KMP dilakukan melalui
tersebut untuk mendapatkan kebutuhan dan musyawarah pada tingkat desa dengan dihadiri
kepentingan mereka. oleh tim fasilitator, aparat desa, tokoh
Kekuasaan merupakan suatu masyarakat beserta perwakilan masyarakat
kemampuan untuk mempengaruhi aliran energi nelayan yang berjumlah 3 orang dari masing-
dan dana yang tersedia untuk mencapai suatu masing RT.
tujuan. Orang-orang yang memiliki akses Kelompok nelayan yang ingin
terhadap sumber kekuasaan dalam suatu mendapatkan banyak bantuan dari PDPT, maka
kelompok tertentu akan mengendalikan atau kelompok perlu melakukan interaksi dan
memimpin kelompok itu. Seperti dalam memberikan pengaruhnya terhadap pemerintah
kelompok nelayan, akses terhadap kekuasaan desa. Jika kelompok ingin mendapatkan
dipegang oleh ketua pada setiap kelompok bantuan dari PDPT tetapi ia tidak memiliki
tersebut. hubungan baik dengan pemerintah desa, maka
Pak Angga sebagai ketua kelompok perlu strategi khusus untuk bisa mendapatkan
Segara Biru memiliki akses kekuasaan yang akses kekuasaan pada PDPT tersebut. Program
berhubungan dengan pemerintah, corporate, PDPT disalurkan melalui KMP yang masing-
dan lembaga-lembaga masyarakat. Dan masing terdiri atas ketua, sekertaris, bendahara
kelompok nelayan lainnya juga memiliki akses dan anggota-anggota. Perekrutan anggota KMP
terhadap kekuasaan pemerintah dan corporate. berasal dari masing RT dan tentu saja yang
Pada studi ini, peneliti menemukan memimpin kelompok tersebut adalah ketua RT
akses kekuasaan kelompok nelayan Desa atau tokoh masyarakat yang memiliki interaksi
Citemu terhadap pemerintahan yakni dalam yang baik dengan pemerintah desa.
program PDPT (Pengembangan Desa Pesisir KMP yang diketuai oleh tokoh-tokoh
Tangguh). Sedangkan kekuasaan kelompok masyarakat dan pejabat RT, mereka memiliki
nelayan Citemu terhadap corporate melalui hubungan yang baik dengan pemerintah desa
perusahaan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga setempat. Salah satu contoh kasusnya, KMP
Uap) yang ada di wilayah Desa Citemu. Bakti Mandiri yang diketuai oleh Bapak
Sebagai sebuah pabrik, PLTU harus Mahfud yang basis kegiatan perbaikan jalan
menjalankan tanggung jawab sosialnya untuk lingkungan (pembuatan paving blok). Pak
masyarakat sekitar atas dampak yang Mahfud adalah seorang tokoh pendidikan yang
ditimbulkan oleh perusahaan atau pabrik memiliki kedekatan dan hubungan baik dengan
tesebut. kepala desa Citemu.22 Pak Mahfud memiliki
a. Kekuasaan Kelompok Nelayan dalam
Program PDPT
22
Kepala Desa Citemu ini adalah Bapak Saerun seorang
kepala Desa Citemu pada periode sebelumnya. Sementara itu,
13

kedekatan hubungan emosional dengan kepala bagi kelompok nelayan untuk mendukung
Desa Citemu sehingga peluang tersebut kegiatan kelompok.
membuka akses kekuasaan kelompok untuk b. Kekuasaan kelompok nelayan terhadap
mendapatkan bantuan pemerintah. PLTU
Selain KMP Bakti Mandiri, secara Di sekitar Desa Citemu terdapat pabrik
keseluruhan kelompok-kelompok tersebut Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
diketuai oleh tokoh-tokoh masyarakat seperti Perusahaan PLTU ini sudah berdiri sejak tahun
Pak Akrom, Pak Sadila, Pak Awid, Pak 2008 dan mulai beroperasi pada tahun 2009.
Kamim, Pak Ato, dan sebagainya, memiliki Sebelum PLTU ini berdiri, banyak perlawanan
status sosial yang baik dan memberikan akses dari masyarakat sekitar karena dampak
kepada mereka dalam hal khususnya lingkungan yang akan terjadi dan akhirnya
mendapatkan dana program PDPT. pembebasan lahan PLTU pada tahun 2006.
Pada sisi lain, kelompok Segara Biru Proyek PLTU pun beroperasi sejak tahun 2007
yang sudah terbentuk lama dan atas inisiatif sampai 2008 dan pada tahun 2009 mulailah
nelayan itu sendiri, mereka mengalami PLTU beroperasi. PLTU ini memberikan
kesulitan-kesulitan saat mengadakan kegiatan. dampak bagi masyarakat desa Citemu dan
Terutama kesulitan untuk mendapat dukungan sekitarnya.
dari pemerintah desa. Dukungan yang kurang Sebagai sebuah perusahaan, PLTU
dari pemerintah tidak membuat kelompok mengeluarkan dana tanggung jawab sosial
segara biru menyerah untuk membentuk (CSR: Corporate Social Responsibility) untuk
komunitas dan melaksanakan kegiatan- masyarakat sekitar. Hal itu berdampak pada
kegiatan. Pak Angga sebagai ketua kelompok perebutan atau persaingan kelompok-kelompok
Segara Biru memiliki strategi lain untuk masyarakat untuk mendapatkan dana CSR dari
mendapat akses kekuasaan yang mendukung PLTU. Termasuk pula kelompok nelayan yang
terealisasinya aktivitas kelompok nelayan. aktif terhadap akses kekuasaan dalam ranah
Kelompok Segara Biru sebelum PLTU.
mendapat respon dari pemerintah, Pak Angga yang merupakan ketua
memperjuangkan kepentingannya bergerak kelompok nelayan Segara Biru memiliki
secara independen. Mereka melakukan kekuasaan yang kuat untuk berinteraksi dengan
aktivitas kelompok dengan swadaya mereka pihak PLTU dan bahkan akses kekuasaan
dan bantuan dari lembaga-lembaga lain di luar untuk mendapatkan dana dari PLTU. Pak
pemerintah desa. Angga dengan LSM GMBI-nya dapat
Menurut hasil wawancara dengan Pak mengakses dana dari PLTU dengan mudah
Ronda dan Pak Angga bahwa kelompok segara tanpa harus melalui pemerintah desa setempat.
biru awalnya tidak mendapat respon dari LSM GMBI merupakan sebuah organisasi
pemerintah desa setempat karena Pak Angga gerakan masyarakat yang bermitra dengan
tidak memiliki hubungan yang cukup baik PLTU dan juga mendapat dana dari PLTU.24
dengan pemerintah desa.23 Pada suatu masa, Pak Angga dengan kekuasaan memiliki
pihak DKP merespon kegiatan kelompok jaringan dengan pihak PLTU. GMBI
Segara Biru dan mendukungnya dengan mendukung kegiatan PLTU sehingga PLTU
memberikan akses permodalan untuk aktivitas juga mendukung kegiatan PLTU. Sebagai
kelompok nelayan. Setelah itu kelompok ini ketua kelompok Segara Biru, Pak Angga juga
mendapat respon pula dari pemerintah desa. membawa kelompok nelayan ini menuju
Pada akhirnya, kelompok Segara mendapatkan kegiatan-kegiatan yang aktif dengan akses
perhatian dari pemerintah dan memperoleh permodalan yang di dapat dari PLTU.
kesempatan program PDPT pada tahun 2013. Berbeda dengan tokoh-tokoh di dalam
Pak Angga sebagai tokoh muda yang kelompak nelayan lainnya yang tidak
memiliki jaringan dan kerjasama yang luas, berorganisasi, maka untuk mendapatkan dana
berusaha untuk memanfaatkan jaringan dari PLTU, andalan mereka adalah merapat
tersebut untuk mendukung kegiatan kelompok. dengan pemerintah desa. Pemerintah Desa
Pak Angga bergabung ke dalam LSM Citemu setiap tahunnya juga mendapatkan dana
(Lembaga Swadaya Masyarakat) Gerakan CSR dari PLTU.25 Kelompok nelayan yang
Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) dan ingin mendapatkan dana dari PLTU perlu
bermitra dengan para akademisi salah satunya membawa dukungan pemerintah desa untuk
adalah pada mahasiswa biologi Universitas dapat melaksanakan kegiatannya. Kelompok-
Indonesia. Jaringan tersebut membuka akses kelompok nelayan itu memiliki akses

24
kepala desa saat ini baru menjabat beberapa bulan terakhir Wawancara dengan Pak Angga (ketua kelompok nelayan
sejak awal 2016. dan anggota LSM GMBI)
23 25
Wawancara dengan Pak Angga, 6 Mei 2015. Wawancara dengan Pak Angga dan Pak Mahfud.
14

kekuasaan dengan pemerintah desa. Karena berkontestasi menampilkan kreatifitas mereka di


tokoh-tokoh di dalam ketua kelompok tersebut hadapan seluruh masyarakat Desa Citemu.
adalah pejabat RT, tokoh pendidikan, dan Selain itu, setiap nelayan juga memiliki
tokoh masyarakat yang dekat dengan kesempatan untuk bisa masuk ke dalam kelompok
pemerintah desa. budaya ini dan mengaktualisasikan dirinya dalam
Bantuan dana dari PLTU melalui mengatur dan mempersiapkan acara nadran. Di
pemerintah Desa Citemu lebih banyak mengalir dalam kelompok budaya, bukanlah hal yang
ke arah sektor pendidikan dan keagamaan, mudah untuk mengatur dan mempersiapkan acara
seperti beasiswa sekolah, pembangunan masjid nadran, melainkan mereka harus mampu berperan
dan mushola, pembangunan Sekolah Dasar dalam menyatukan setiap perbedaan yang ada.
(SD), dan Madrasah Ibtidaiyah (MI).26 Menyatukan perbedaan dari setiap kelompok-
kelompok sosial, tokoh-tokoh masyarakat dan
3. Kontestasi Kelompok Nelayan Dalam Arena sesepuh-sesepuh masyarakat Desa Citemu.
Nadran Pada kelompok keagamaan juga
Nadran adalah sebuah adat istiadat merealisasikan kepentingannya dalam arena
masyarakat nelayan yang dilaksanakan setiap nadran. Mereka memiliki kepentingan untuk
tahun. Masyarakat mempercayai nadran sebagai membimbing masyarakat menuju jalan yang telah
warisan dari leluhur yang tidak boleh dihilangkan. diatur oleh norma-norma agama. Dalam kegiatan
Karena bagi masyarakat nelayan, nadran memiliki nadran, kelompok keagamaan ini melihat adanya
makna sebagai bentuk rasa syukur terhadap Allah penyimpangan masyarakat yang bertindak di luar
SWT. yang telah melimpahkan rezeki melalui norma dan nilai-nilai agama. Penyimpangan
sumber daya laut dan sebagai bentuk permohonan tersebut berupa perilaku mabuk-mabukan,
kepada Allah agar diberikan keselamatan dan pergaulan bebas lawan jenis, dan narkoba. Demi
mendapatkan hasil yang berlimpah ketika untuk merubah tradisi budaya nadran, kelompok
melakukan penangkapan. Masyarakat nelayan keagamaan juga berkontestasi di dalamnya.
percaya bahwa ritual nadran akan memberikan Berbagai strategi yang dilakukan oleh para
keselamatan dan rezeki yang melimpah ketika tokoh agama ini untuk berdakwah pada masyarakat
ritual tersebut dilaksanakan oleh karenanya sekitar salah satu strateginya adalah berdakwah
masyarakat nelayan sangat takut jika ritual nadran melalui budaya nadran. Strategi pertama yang
tersebut tidak dilakukan. mereka lakukan adalah melalui strategi internal
Nadran merupakan arena kepentingan kelompok budaya itu sendiri. Tokoh agama
setiap kelompok-kelompok karena nadran memasuki kelompok nadran dan memberikan
merupakan simbol budaya yang penting bagi usulan, nasehat dan tausiah kepada anggota di
seluruh masyarakat pesisir/nelayan. Dalam dalam kelompok nadran tersebut bahwa tradisi
kegiatan budaya nadran, terdapat satu kelompok yang selama ini dilakukan oleh masyarakat sudah
budaya yang mengatur kegiatan nadran tersebut. di luar ajaran agama Islam.
Kelompok budaya ini memiliki pengaruh besar Pak Akrom adalah salah satu tokoh agama
bagi masyarakat nelayan maupun masyarakat darat yang masuk ke dalam kelompok nadran dan
karena kelompok ini memegang peran sentral memberikan nasehat untuk meluruskan niat
untuk kegiatan budaya yang bersangkutan dengan pecunan atau melarung kepala kerbau ke tengah
adat istiadat dan ritual kepercayaan masyarakat laut bukan untuk memberikan sedekah pada dewa
nelayan. Pengaruh nadran bagi seluruh masyarakat melainkan memberi sedekah pada penghuni atau
mengarah pada persaingan kepentingan kelompok- ekosistem di dalam laut, serta niat sedekah itu
kelompok sosial yang ada di sekitarnya. karena Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT.
Baik itu kelompok nelayan, kelompok Kemudian tokoh keagamaan mencoba untuk
keagamaan, ataupun kelompok budaya memasukan acara tahlilan dan pengajian dalam
merealisasikan kepentingannya pada acara nadran. kegiatan nadran. Hal itu dilakukan agar kegiatan
Kelompok nelayan baik secara individu ataupun nadran bisa lebih bermanfaat daripada hanya
berkelompok, menjadikan nadran sebagai ajang dihambur-hamburkan untuk acara hiburan yang
kontestasi mereka untuk bisa mengaktualisasikan terkesan penuh kemaksiatan.
dirinya dalam arena nadran. Pada acara nadran, Peran selanjutnya yang dilakukan oleh
setiap kelompok masyarakat nelayan membuat kelompok keagamaan adalah berdialog dengan
kreatifitas seni patung berbentuk perahu, rajungan, sesepuh27 nelayan Desa Citemu, untuk
burok dan lain-lainnya. Pada ajang ini dapat menghilangkan pecunan kepala kerbau karena
membuktikan kemampuan kreatifitas kelompok dianggap mubadzir (sia-sia) dan melarang
mereka sampai para taraf mana. Setiap kelompok warganya meminum-minuman keras pada saat

27
yaitu Pak H. Suwita usianya 75 tahun. Beliau juga
merupakan orang yang memiliki kemampuan supranatural dan
26
Wawancara dengan Pak Mahfud, 11 Mei 2016 dipercaya dapat menyembuhkan orang yang sakit.
15

nadran karena itu awal dari terjadinya perilaku- kehidupan sehari-hari (Narwoko dan Suyanto,
perilaku menyimpang lainnya seperti pergaulan 2011: 241-242). Di dalam agama terdapat nilai-
bebas dan perkelahian. Tetapi menghilangkan adat nilai, norma, tradisi dan keyakinan yang dianut
pecunan sangat sulit dilakukan karena menurut oleh masyarakat. Unsur kepercayaan tersebut
pemikiran nelayan, pecunan itu adalah tradisi mempengaruhi pembentukan kepribadian dan
utama dan penting dalam acara nadran dan acara perilaku ritual pemeluknya. Agama juga ikut
lainnya hanya tambahan saja. Tokoh agama yang mengambil peran dalam menciptakan jenis-jenis
melakukan dialog-dialog itu salah satunya adalah kebudayaan.
Ust. Supardi. Ia berdialog dengan sesepuh nelayan Mayoritas masyarakat Desa Citemu adalah
dan juga dengan para pemuda pelaku penganut agama Islam. Agama menjadi salah satu
penyimpangan tersebut untuk menghentikan simbol dan kekuatan tersendiri bagi masyarakat
perilaku yang di luar ajaran agama. nelayan. Dalam konteks ini, agama tidak
Selain itu, para tokoh agama pun secara sepenuhnya bisa diwujudkan dalam kehidupan
terang-terangan melarang warganya untuk mabuk- sehari-hari. Yang sering terjadi adalah hadirnya
mabukan terutama pada saat nadran dan pada sikap-sikap ambiguitas dan ketidakutuhan dalam
kegiatan sehari-hari pun di larang. Namun, tidak mengartikulasi ajaran agama sebagai pemandu
mudah kelompok agama berhasil dalam kehidupan duniawi. Dalam konteks demikian,
menyelesaikan penyimpangan-penyimpangan yang orientasi hidup yang bersifat ritual dan dosa dan
terjadi pada masyarakatnya. pahala bisa berjalan beriringan.
Seiring perkembangan waktu, tanpa rasa Melihat kondisi sosial-keagamaan
lelah para tokoh agama terus berusaha dan lambat masyarakat nelayan yang masih rendah, kelompok
laut pendapat kelompok agama ini sedikit di darat atau lebih khususnya adalah kelompok
dengar oleh masyarakat. Pada saat itu, para tokoh keagamaan melakukan berbagai intervensi dalam
mencoba memasukan kembali ide-ide baru untuk mempengaruhi masyarakat nelayan untuk merubah
acara nadran yaitu dengan menyediakan dana perilaku dan budaya mereka sesuai ajaran agama.
untuk santunan anak yatim dan untuk jompo. Sama halnya dengan wilayah lainnya, kelompok
Makna dari tindakan tersebut adalah para tokoh keagamaan memiliki kepentingan untuk
agama ingin memberikan makna penting akan arti meningkatkan nilai-nilai keagamaan masyarakat.
dari sedekah laut. Sedekah laut bukan sebatas Kelompok keagamaan mengambil peran
membuang makanan ke tengah laut tetapi yang sangat besar dalam proses pewarisan nilai-
bersedekah pada masyarakat yang membutuhkan nilai dan ajaran agama Islam. Menurut penuturan
seperti anak yatim dan jompo. Pak Mahfud (seorang tokoh kegamaan dan
Dana kegiatan nadran juga tidak hanya pendidikan) mengungkapkan bahwa kelompok
dihabiskan untuk acara hiburan yang kurang keagamaan menfokuskan diri dalam tiga aspek
bermanfaat, tetapi digunakan pada hal yang sangat kehidupan masyarakat yaitu aspek sosial,
bermanfaat. Kemudian acara nadran pun semakin pendidikan, dan keagamaan. Pak Ust. Supardi
banyak diisi oleh kegiatan keagamaan seperti memiliki fokus kegiatan pada ranah keagamaan
tahlilan, pengajian, sholawatan, santunan anak anak-anak melalui kegiatan di mushola dan
yatim dan jompo, tetapi tidak mengurangi acara madrasah, karena beliau adalah salah satu ustad
adat yang sudah menjadi tradisi masyarakat yang dipercaya oleh masyarakat Desa Citemu. Pak
nelayan. Mahfud memiliki fokus kegiatan dalam ranah
Berdasarkan temuan diatas dapat pendidikan umum dan agama anak-anak melalui
disimpulkan bahwa nadran merupakan arena untuk Madrasah Ibtidaiyah karena beliau adalah kepala
ajang kontestasi kelompok-kelompok sosial sekolah dan guru Madrasah Ibtidaiyyah. Pak
masyarakat Citemu baik itu kelompok nelayan, Akrom fokus kegiatannya dalam masjid yang
kelompok budaya, dan kelompok keagamaan. sasarannya pemuda dan masyarakat dewasa.
Nadran tidak hanya berpengaruh bagi kelompok- Karena Pak Akrom sebagai pengurus DKM At-
kelompok sosial masyarakat. Melainkan, Tuqo Citemu dan pernah aktif dalam kegiatan
kelompok-kelompok tersebut juga memberikan karang taruna.28
pengaruhnya terhadap tradisi nadran. Pada awalnya, Pak Supardi membangun
4. Kiprah Kelompok Keagamaan dalam kegiatan pendidikan agama anak-anak nelayan di
Kehidupan Bermasyarakat sekitar rumahnya. Pada waktu itu, Pak Supardi
Agama merupakan salah satu aspek yang belum memiliki mushola, lalu tempat belajar
dapat mempengaruhi pola interaksi dan pemikiran mengaji anak-anak di dalam rumah beliau. Anak-
masyarakat. Dalam kontek kajian sosiologi, agama anak yang mengaji pun hanya kurang dari sepuluh
tidak dilihat berdasar apa dan bagaimana isi ajaran orang. Mereka berasal dari sanak saudara Pak
dan doktrin keyakinannya, melainkan bagaimana Supardi. Kemudian saat generasi pertama anak
ajaran dan keyakinan agama itu dilakukan dan
mewujud dalam perilaku para pemeluknya dalam 28
Wawancara dengan Pak Mahfud, 11 Mei 2016
16

didik beliau sudah khatam Alquran, Pak Supardi Pak Mahfud adalah seorang tokoh
mengadakan acara khataman di muka umum pendidikan yang berprofesi sebagai guru Madrasah
dengan menampilkan para peserta didiknya Ibtidaiyah (MI) Citemu dalam dua tahun terakhir
mampu membaca Alquran. kegiatan tersebut ini dan sebelumnya beliau sebagai kepala sekolah
membuat masyarakat lainnya terkesan dan berniat di Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Citemu tersebut.
untuk memasukan anaknya ke lembaga pendidikan Beliau ingin penerus baru untuk memajukan MI ini
agama informal yang di bangun oleh pak Supardi. sehingga memajukan Pak Imron sebagai kepala
Seiring perkembangannya, peserta didik sekolah baru. Yayasan MI ini adalah milik orang
Pak Supardi semakin meningkat. Para orang tua tuanya pak Mahfud yaitu Pak Iksan yang sudah
semakin percaya bahwa anak mereka meninggal dunia. Pak Iksan merupakan sesepuh
membutuhkan pendidikan untuk merubah nasib masyarakat Citemu yang dihormati oleh
mereka agar lebih baik daripada orang tuanya. masyarakat sekitar. Dengan statusnya itu, Pak
Dalam lingkungan sosialnya, Pak Supardi, Pak Mahfud merupakan orang yang berpengaruh bagi
Mahfud, Pak Akrom dan tokoh agama lainnya, masyarakat sekitar dan juga berpengaruh terhadap
berusaha untuk mengajak dan merubah paradigma pemerintahan desa. Beliau memiliki hubungan
masyarakat agar mengutamakan pendidikan untuk yang dekat kepala desa sehingga memudahkan
anak-anak mereka. Melalui strategi sosialisasi, beliau untuk mengimplementasikan
berkawan, dan berinteraksi dengan masyarakat kepentingannya dalam kekuasaan pemerintah.
lebih efektif dibandingkan dengan kegiatan Pak Supardi adalah seorang tokoh agama
ceramah pada pengajian umum. Bahkan, pak yang latar belakang pendidikannya hingga lulus
Mahfud berkata bahwa strategi efektif yang dia SMA dan beliau juga pernah mengenyam
lakukan dalam merubah kondisi sosial masyarakat pendidikan pondok pesantren di Buntet. Dengan
Citemu adalah dengan “warung kopi” maksudnya latar belakang pendidikannya yang bagus, beliau
hanya cukup dengan mengobrol dan membangun lembaga pendidikan keagamaan di
berkomunikasi dengan masyarakat. musolanya dan bahkan saat ini sudah ada
Salah satu contoh kasusnya adalah saat Madrasah Diniyah (MD) yang baru didirikan awal
merubah perilaku pemuda Citemu yang sering tahun 2016. Banyak masyarakat nelayan yang
bentrok dan perang antar blok. Pak Mahfud semakin percaya kepada beliau sehingga peserta
melakukan strategi “warung kopi” yang cukup didiknya semakin meningkat dari tahun ke tahun. 29
dengan modal rokok dan kopi saja. Beliau Berbeda halnya dengan Pak Akrom,
mengundang setiap profokator yang ada pada seorang mantan nelayan yang pendidikannya
masing-masing blok yang sedang bertikai. Lalu hanya sampai sekolah dasar lalu putus sekolah dan
beliau membimbing mereka untuk berbincang- menjadi seorang nelayan sejak kelas lima SD. Saat
bincang membahas permusuhan yang terjadi ini beliau beralih profesi dari seorang nelayan
diantara mereka. Pada situasi tersebut, beliau menjadi pengrajin wadong. Pak Akrom bukanlah
memasukan nasihat-nasihat baik dan seorang tokoh yang berpendidikan tinggi seperti
mempengaruhi mereka untuk merubah perilaku Pak Mahfud dan Pak Supardi. Tetapi beliau
buruk tersebut. Di luar itu, Pak Mahfud dan tokoh memiliki motivasi yang sama untuk membangun
lainnya berusaha untuk membuat kedua profokator masyarakat nelayan Citemu dalam aspek
itu berkawan baik. Kemudian, beliau lakukan itu pendidikan dan keagamaan. Pak Akrom aktif
pada pemuda-pemuda bertikai lainnya. Dan pada membangun kegiatan keagamaan masyarakat
akhirnya, masing-masing blok jadi berteman dan Citemu seperti pengajian-pengajian dan lain-lain.
mencegah terjadinya bentrok diantara mereka. Beliau merupakan pengurus dewan kemakmuran
Pak Mahfud juga melakukan strategi masjid (DKM) Citemu sehingga statusnya itu
komunikasi dan interaksi yang baik dengan berpengaruh besar untuk menciptakan kegiatan-
masyarakat sekitarnya untuk merubah paradigma kegiatan keagamaan. Selain itu, beliau juga pernah
masyarakat nelayan tentang arti penting menjabat sebagai ketua karang taruna sehingga
pendidikan. Lambat laut, masyarakat mulai beliau memiliki hubungan yang dekat dengan para
percaya dan banyak yang memasukan anak-anak pemuda Citemu dan berdakwah dengan mereka
mereka ke lembaga pendidikan sekolah dasar secara internal. Para pemuda Citemu yang identik
ataupun ke madrasah ibtidaiyah. Sebelum, dengan perilaku buruk, minum minumah keras,
masyarakat percaya kepada pak Mahfud, pak pergaulan bebas dan lain-lain. Pak Akrom
Supardi dan tokoh lainnya, para tokoh ini juga berusaha untuk merubah tradisi tersebut dengan
harus mendekatkan diri dengan masyarakat jalan memasuki kelompok nadran dan
melalui persoalan-persoalan kecil yang sedang menciptakan tradisi baru sesuai ajaran dan
mereka hadapi. Para tokoh secara individu tuntunan agama.
mencoba membantu masyarakat dalam
memecahkan persoalan kecilnya seperti masalah
29
komunikasi keluarga yang kurang baik. Wawancara dengan orang tua santri Pak Supardi (ibu
Atikah)
17

Kelompok keagamaan melakukan berbagai


upaya pendalaman nilai-nilai keagamaan
masyarakat nelayan melalui pengajian-pengajian di
masjid, mushola dan even-even tertentu, merubah
tradisi nadran dengan nuansa keislaman, merubah
generasi muda dan sebagainya. Peran-peran
tersebut berpengaruh bagi seluruh masyarakat Gambar 02: Garok
nelayan Citemu. Dalam kegiatan-kegiatan
keagamaan tersebut, kelompok nelayan ikut
berkiprah dalam membangun gerenasi muda
menjadi lebih berpendidikan dan beragama.
Kelompok keagamaan mampu mempengaruhi
kelompok nelayan dan masyarakat nelayan pada
umumnya. Pengaruh tersebut menciptakan
keberhasilan kelompok kegamaan dalam kegiatan
pendidikan dan keagamaan. Lembaga pendidikan Gambar 03: Jaring
di sekolah dan lembaga keagamaan di mushola-
mushola semakin ramai diisi oleh anak-anak
nelayan. Dan acara pengajian-pengajian pun
semakin banyak diisi oleh orang-orang nelayan.
Salah satu contoh anggota kelompok
nelayan yang berkiprah dalam kegiatan keagamaan
adalah pak Waran. Beliau adalah seorang nelayan Gambar 04: Rajungan Brangkas
juragan dan salah satu anggota kelompok nelayan.
Beliau memasukan anak-anak ke lembaga
pendidikan agama Pak Pardi. Anak pertamanya
saat ini kelas 3 SMK dan berencana melanjutkan
ke jenjang pesantren. Dan keduanya saat ini kelas
dua SD dan sudah aktif mengikuti kegiatan
mengaji di mushola Pak Pardi. Ketika anak-anak
mereka malas untuk mengaji, ibu Atika (istri Pak Gambar 05: Rajungan Daging
Waran) akan memarahi dan menasehati mereka.
Saat ini kondisi keagamaan dan pendidikan
anak-anak nelayan semakin meningkat dari tahun
Tabel 01: Alur Hasil Tangkapan Nelayan
ke tahun.30 Di samping itu, walaupun masyarakat
nelayan memiliki keislaman yang kuat, mereka
tetap melakukan berbagai upacara/ritual
tradisional, seperti upacara tolak-balak, ritual
memandikan perahu, dan sebagainya. Agama dan
kepercayan lokal bisa tumbuh seperti ini karena
medan kerja yang dihadapi oleh nelayan sangat
berat dan berbahaya, sehingga memerlukan
dukungan kekuatan ghaib untuk memperlancar
kegiatan penangkapan.

Gambar atau Foto dan Tabel/Grafik

Sumber: data primer peneliti

Tabel 02: Kategorisasi Kelompok Sosial


Nelayan

Gambar 01: Wadong atau Bubu

30
Wawancara dengan Pak Mahfud, 11 Mei 2016
18

Desa Citemu dan minimnya keluarga yang


memiliki MCK, dapat diminimalkan dengan
kegiatan pengadaan air bersih dan MCK oleh
kelompok masyarakat pesisir (KMP). Walaupun
program tersebut bersifat top down dari pemerintah
pusat, tetap memberikan implikasi yang baik bagi
warga masyarakat Desa Citemu.
Keempat, peran kelompok sosial nelayan
sebagai media untuk memperoleh akses
kekuaasaan terhadap pemerintah ataupun
perusahaan. Akses kekuasaan itu memberikan
jalan bagi kelompok untuk mencapai tujuan
mereka. Selain itu, individu di dalam kelompok
juga dapat saling berinteraksi lebih intens satu
Sumber: Data Primer sama lain dan berinteraksi dengan para penguasa
seperti pemerintah dan pemilik perusahaan.
KESIMPULAN
Kelompok nelayan yang memiliki interaksi yang
Kelompok sosial nelayan di Desa Citemu baik dan akses keluasaan dengan pihak PLTU
Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon sebagai misalkan, akan mendapat akses modal dari mereka.
media warga masyarakat untuk beraktualisasi diri Sementara kelompok nelayan yang tidak memiliki
memperoleh harapan dan keinginan masyarakat akses kekuasaan dengan pihak PLTU tidak akan
memperoleh akses yang mendukung aktivitas mudah mendapatkan modal dari perusahaan. Oleh
keseharian mereka. Berbagai kelompok sosial karena itu, keberadaan kelompok nelayan
nelayan yang ada di Desa Citemu dapat menguatkan posisi tawar mereka di hadapan
dikategorikan menjadi kelompok laut, kelompok seluruh elemen masyarakat.
darat dan kelompok laut-darat. Kelompok sosial Pada peran-peran kelompok sosial nelayan
nelayan tersebut berdinamika dan berproses di atas, setiap kelompok berproses dan
melalui perannya dalam berbagai arena seperti berdinamika untuk mencapai tujuan mereka
arena budaya nadran, pemerintah, perusahaan, dan masing-masing. Dinamika yang terjadi pada
agama. kelompok nelayan dan KMP, berupaya untuk
Peran kelompok sosial nelayan di Desa mendapatkan akses ekonomi dan akses kekuasaan
Citemu dapat disimpulkan bahwa pertama, dari pihak-pihak penyandang dana, seperti halnya
kelompok sosial nelayan sebagai wadah untuk pada program PDPT (Pengembangan Desa Pesisir
mendapatkan akses daya dukung alat bagi Tangguh). Kelompok yang ingin mendapatkan
masyarakat untuk mendukung segala aktivitas banyak bantuan dari program PDPT maka
nelayan seperti alat tangkap melaut, pengadaan kelompok perlu kekuasan dekat dengan
alat bengkel perahu, alat pemecah ombak, pemerintah. Sementara kelompok yang tidak
pembuatan alat penarik perahu, pengerasan jalan memiliki hubungan yang baik dengan pemerintah
menuju laut, dan sebagainya. Kedua, kelompok desa, perlu strategi lain untuk memperoleh akses
nelayan sebagai media untuk beraktualisasi diri kekuasaan. Salah satu contoh kelompok Makmur
seperti pada acara nadran yang melibatkan seluruh Jaya yang dipimpin oleh Pak Saiman sebagai ketua
elemen masyarakat untuk berpartisipasi dalam RT, akan lebih dilihat dari pada kelompok Segara
acara tersebut. Setiap nelayan memiliki Biru yang di ketuai oleh Pak Angga yang bukan
kesempatan yang sama untuk menjadi kelompok merupakan tokoh RT, perlu memiliki strategi lain
nadran dan berperan mengsukseskan acara untuk memperoleh akses yakni dengan
tersebut. Pada kelompok nadran, kemampuan diri mengandalkan kekuataannya sebagai aktivis LSM
mereka bisa diaktualisasikan dalam mengatur GMBI (Lembaga Swadaya Masyarakat Gerakan
segala kegiatan di dalamnya. Individu yang berada Masyarakat Bawah Indonesia). Dengan kekuatan
di dalam kelompok nadran ini mendapat status itu, kelompok Segara Biru tetap bisa menjalannya
sosial yang baik dari seluruh elemen masyarakat aktivitasnya dengan dukungan dari pihak PLTU
Desa Citemu. Mereka terlibat langsung dengan dan pihak petinggi lainnya.
sesepuh Desa Citemu, aparat pemerintah desa, Kemudian, proses dinamika yang terjadi
tokoh-tokoh masyarakat, para petinggi pada kelompok keagaaman yang memiliki tujuan
pemerintahan kabupaten dan para konglomerat meningkatkan nilai dan norma-norma agama
penyandang dana. kepada warga masyarakat, memberikan hasil yang
Ketiga, peran kelompok sosial nelayan baik. Kuantitas anak-anak untuk bersekolah dan
sebagai wadah untuk mencapai segala tujuan yang belajar keagamaan semakin meningkat. Serta nilai-
diharapkan oleh warga masyarakat. Kesulitan nilai agama dapat diterapkan melalui tradisi
dalam memperoleh air bersih bagi masyarakat budaya nadran dengan kegiatan tahlilan, pengajian,
19

santunan anak yatim, dan ceramah. Kelompok ---------- (Ed.). 2007b. Strategi Hidup Masyarakat
keagamaan berupaya untuk merubah nilai budaya Nelayan. Yogyakarta: LKiS
nadran yang dipandang jauh dari ajaran agama Yogyakarta.
seperti mabuk minuman keras dan pergaulan bebas
serta tawuran antar blok yang dilakukan oleh para ----------. 2008. Akar Kemiskinan Nelayan.
pemuda. Berbagai strategi yang dilakukan para Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
tokoh agama untuk merubah perilaku tersebut
dengan sistem komunikasi antar pribadi dan La Sara. 2014. Pengelolaan Wilayah Pesisir.
dengan mempengaruhi para tokoh yang
Bandung: Alfabeta Bandung.
berpengaruh bagi warga misalnya sesepuh Desa
Citemu dan panitia nadran.
Latifah, Siti. 2015. Paradoks Program
Pengembangan Desa Pesisir Tangguh
(Pdpt) Di Tengah-Tengah Persoalan
Kemiskinan Nelayan Desa Citemu.
DAFTAR PUSTAKA Skripsi Jurusan Pengembangan
Ali Aziz, Mod, dkk (Ed). 2005. Dakwah Masyarakat Islam Fakultas Dakwah
Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma IAIN Syekh Nurjati Cirebon (belum
Aksi Metodologi. Yogyakarta: Pustaka diterbitkan).
Pesantren.
Liliweri, Alo. 2014. Sosiologi dan Komunikasi
Ari Dwipayana, AAGN. 2003. Membangun Good Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Governance di Desa. Yogyakarta: IRE
Press. Muhadam Labolo (Ed). 2011. Kepemimpinan
Bahari. Bogor: Ghalia Indonesia.
Basrowi. 2014. Pengantar Sosiologi. Bogor:
Ghalia Indonesia. Nazir, Moh. 2014. Metode Penelitian. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Dikrurahman dan Tubagus Furqon Sofhani. 2013.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto (Ed.). 2011.
Pengembangan Kelompok Nelayan Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan.
Dalam Upaya Pemberdayaan Jakarta: Kencana.
Masyarakat Nelayan. Dalam Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota. Volume Soetomo. 2013. Strategi-strategi Pembangunan
2 nomor 1: Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka
http://sappk.itb.ac.id/jpwk2/?p=346 Pelajar.
(diunduh 14 Mei 2015 pukul 11.00
WIB).
Sri Nuryanti dan Dewa K.S. Swastika. 2011.
Peran Kelompok Tani dalam Penerapan
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Teknologi Pertanian. Pusat Sosial
Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers. Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Bogor.
Irawan, Dedy. 2016. Hubungan Antara Etnisitas, http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdf
Status Sosial Ekonomi Dan Religiusitas files/FAE29-2d.pdf (diakses pada 11
Dengan Persepsi Terhadap Tradisi November 2015 pukul 03:53 WIB).
Nadran. Skripsi Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan:
Universitas Lampung. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Kusnadi. 2000. Nelayan, Strategi Adaptasi dan
Jaringan Sosial. Bandung: Humaniora Syatori, A. 2014. Efektifitas Program
Utama Press. Pengembangan Desa Pesisir Tangguh
(PDPT) dan Signifikansinya Terhadap
----------. 2007a. Jaminan Sosial Nelayan. Peningkatan Kesejahteraan Sosial-
Yogyakarta: LKiS Yogyakarta. Ekonomi Masyarakat. Cirebon: IAIN
Syekh Nurjati.
20

Wahyudi, Achmad Eko. 2013. Pemberdayaan Winaningsih Syam, Nina. 2012. Sosiologi Sebagai
Masyarakat Nelayan Oleh Kelompok Akar Ilmu Komunikasi. Bandung:
Nelayan di Desa palang Kecamatan Simbiosa Rekatama Media.
Palang Kabupaten Tuban. Skripsi
Jurusan Pengembangan Masyarakat Zulkarnain, Wildan. 2013. Dinamika Kelompok:
Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Latihan Kepemimpinan Pendidikan.
Ampel Surabaya. Jakarta: Bumi Aksara.

Wibowo, Hendro. 2013. Studi Kelompok Nelayan


Tradisional Pada Wilayah Pesisir di
Kecamatan Buleleng. Jurnal Jurusan
Pendidikan Geografi. Volume 3, nomor
1:
http://ejournal.undiskha.ac.id/index.php/
JJPG/article/view/1102. (diunduh 14
Mei 2015 pukul 10.00 WIB).

Anda mungkin juga menyukai