Anda di halaman 1dari 9

JRGI

Klasifikasi Kualitas Massa Batuan Dengan Metode Rock Mass Rating


(Rmr) Terhadap Kestabilan Lereng Pada Kecamatan Wolasi, Konawe
Selatan, Sulawei Tenggara
Hasria1*, Erwin Anshari2, Harziman Ningrat1
1Jurusan
Teknik Geologi, Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia
2Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia

Email : hasriageologi@gmail.com

ABSTRAK

Secara administrasi daerah penelitian terletak di Kecamatan Wolasi, Kabupaten Konawe Selatan
Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis daerah penelitian terletak pada koordinat 04ᵒ 08' 49,7"-
04 09' 26,5"LS dan 122ᵒ 29'58,0"- 122 29' 32.2"BT. Daerah penelitian termasuk dalam Kompleks
Meluhu yang berumur Trias (TRJm) yang tersusun atas sekis mika dan batusabak. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menentukan kualitas massa batuan berdasarkan metode RMR. Metode RMR mengacu
pada 5 parameter utama yaitu kuat tekan batuan utuh, Rock Quality Designation, spasi diskontinuitas,
kondisi diskontinuitas, dan luahan airtanah. Berdasarkan 5 (lima) parameter tersebut, maka dapat
ditentukan kelas massa batuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stasiun 1 memiliki nilai RMR 68,
stasiun 2 memiliki nilai RMR 61, stasiun 3 memiliki RMR 57, dan stasiun 4 memiliki RMR 60.
Berdasarkan nilai RMR tersebut, maka dapat diklasifikasikan bahwa stasiun 1 dan stasiun 2 termasuk
dalam kelas II dengan massa batuan baik, sedangkan stasiun 3 dan stasiun 4 termasuk dalam kelas III
dengan massa batuan sedang. Suatu lereng yang mempunyai kelas II dengan massa batuan yang baik,
maka diidentifikasikan sebagai lereng yang relatif stabil, sedangkan apabila mempunyai kelas III dengan
massa batuan yang sedang, maka diidentifikasi sebagai lereng yang kurang stabil sehingga rawan
terjadinya longsor.
Kata kunci :RMR, massa batuan, kestabilan lereng, Wolasi.

Abstract. Administratively the research area lies on Wolasi Sub District, South of Konawe Regency,
Southeast Sulawesi Province. Geographically the research area located at 04ᵒ 08' 49,7"- 04 09' 26,5"LS
and122ᵒ 29'58,0"- 122 29' 32.2"BT. Research area included to Meluhu Complex geologic map of Kolaka
sheet which Triassic Meluhu age (TRJm) with consist of mica schist and slate. The purpose of this study
was to determine rock mass quality based on the RMR method. The RMR method refers to 5 parameters
namely uniaxial compressive strength, Rock Quality Designation, space of discontinuity, discontinuity
conditions, and groundwater seepage. Based on these parameters the rock mass class can be determined.
According to RMR evaluation, station 1 has 68, station 2 has 61, station 3 has 57, station 4 has 60 of
rock mass class. Based on that value, it can be classified that station 1 and station 2 belong to class II
with good rock mass, while station 3 and station 4 are included in class III with medium rock mass.
Slope with good rock mass identified as a relatively stable slope, whereas slope with medium rock mass
identified as a less stable slope that it can produce mass wasting.
Keywords : RMR, rock mass, slope stability, Wolasi.

38
JRGI | Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia.
Edisi Mei 2019
JRGI
1. Pendahuluan
Tanah longsor adalah proses transportasi atau pergerakan sebagian massa penyusun lereng yang
diikuti oleh proses pengendapan (sedimentasi) material yang tertransport (Karnawati, 2007).
Dalam dua tahun terakhir di Desa Matawolasi, Kecamatan Wolasi, Kabupaten Konawe Selatan,
Provinsi Sulawesi Tenggara seringkali terjadi longsor. Dampak nyata yang terlihat dari
longsoran tersebut menyebabkan tebing longsor menutupi badan jalan sehingga ruas jalan
mengalami kerusakan, terutama di ruas Pegunungan Wolasi hingga pendakian Gunung Anduna
yang memiliki tiga titik longsor (Putera, 2018). Lokasi penelitian merupakan salah satu jalur
lintas yang terpadat di Sulawesi Tenggara Tenggara karena kendaraan yang menuju ke
Kabupaten Bombana, Muna, Buton Tengah dan Kota Baubau umumnya melewati jalur tersebut
sebelum melakukan penyeberangan Feri dari Torobulu menuju Tampo. Hal tersebut
menyebabkan pentingnya dilakukan penelitian tentang kualitas massa batuan penyusun lereng.
Rock Mass Rating (RMR) adalah salah satu metode klasifikasi massa batuan yang digunakan
untuk mengetahui kualitas suatu massa batuan (Bieniawski, 1989). Klasifikasi dengan metode
ini dapat digunakan dalam banyak hal yakni untuk studi penyelidikan terowongan,
penambangan, stabilitas lereng, dan pondasi sehingga klasifikasi ini dapat digunakan karena
bersifat praktis dan global (Bieniawski dan Lowson, 2013). Bobot penilaian RMR didasarkan
lima parameter (Tabel 1) yakni kekuatan batuan utuh, Rock Quality Designation, spasi
diskontinuitas, kondisi diskontinuitas (persistensi kekar, bukaan kekar, kekasaran kekar, isian
dan tingkat pelapukan), serta luahan air tanah (Bieniawski, 1989). Pembobotan dari lima
parameter tersebut akan diakumulasikan dengan nilai pada interval 0-100, lalu diklasifikasikan
menjadi kelas tertentu yang menunjukkan kualitas massa batuan.
.

Tabel 1. Parameter dan bobot dalam klasifikasi Rock Mass Rating (Bieniawski, 1989)
No Parameter Pembobotan
Point – load
Strenght >10 Mpa 4-10 Mpa 2-4 Mpa 1-2 Mpa
Kekuatan
Index
Massa
1 Unixal
Batuan 100 – 200 50 – 100 5-25 1-5
Compressive >250 Mpa 25 – 50 Mpa
Mpa Mpa Mpa Mpa
Strenght
Bobot 15 12 7 4 2 1
RQD 90 – 100 % 75 – 90 % 50 – 75 % 25 – 50 % <25 %
2
Bobot 20 17 13 8 3
200 – 600
Jarak Diskontinuitas >2m 0.6 – 2 m 60-200 mm <60 mm
3 mm
Bobot 20 15 10 8 5
KondisinDiskontinuitas
<1m 1–3m 3 – 10 m 10 – 20 m >20 m
Kemenerusan kekar
Bobot 6 4 2 1 0
0.1 – 1.0
Bukaan Kekar Tidak ada <0.1 m 1 – 5 mm >5 mm
mm
Bobot 6 5 4 1 0
4
Sedikit
Kekasaran Kekar Sangat Kasar Kasar Halus Slickensided
Kasar
Bobot 6 5 3 1 0
Keras <5 Keras >5
Material Pengisi Tidak ada Lunak <5 mm Lunak >5 mm
mm mm
Bobot 6 4 2 2 0

39
JRGI | Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia.
Edisi Mei 2019
JRGI
Sedikit
Pelapukan Tidak Lapuk Lapuk Sangat Lapuk Hancur
Lapuk
Bobot 6 5 3 1 0
Kondisi Air Tanah Kering Lembab Basah Menetes Mengalir
5
Bobot 15 10 7 4 0

Tabel 2. Kelas Massa Batuan RMR(Bieniawski, 1989)


Bobot 100-81 80-61 60-41 40-21 <21
Kelas I II III IV V
Batuan Batuan Batuan Sangat
Deskripsi Baik Batuan Sedang
Sangat Baik Lemah Lemah

2 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sepanjang jalur lintasan yang berada pada area tepi jalan Desa
Matawolasi dengan jumlah titik pengamatan sebanyak 4 stasiun (Gambar 1). Metode penelitian
dibagi dalam dua tahap utama yaitu pekerjaan lapangan, uji laboratorium, dan analisis data.

2.1 Pekerjaan Lapangan


Pekerjaan lapangan meliputi desain peta lintasan, pemgamatan geometri lereng, deskripsi
batuan penyusun lereng, pengambilan sampel batuan representatif, dan survey scanline.
Geometri lereng mencakup deskripsi jejak gerakan tanah yang telah terjadi sebelumnya, tinggi
dan panjang lereng, serta jurus dan kemiringan lereng. Format data survey scanline merujuk
pada (Wyllie dan Mah, 2004) yang memuat berbagai parameter diskontinuitas yang mencakup
kedudukan, jarak semu, persistensi, bukaan, profil kekasaran, tingkat pelapukan dan kondisi
keluahannya.

2.2 Pengujian Laboratorium


Pengujian yang dilakukan adalah uji Uniaxial Compressive Strength (UCS) batuan utuh
yang bertujuan untuk menentukan nilai kuat tekan kompresif pada sampel batuan utuh. Uji ini
menggunakan alat uji kuat tekan sederhana yang dilakukan di Laboraorium Survei dan
Konstruksi Bahan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.

2.3 Analisis Data


Analisis data mencakup pembuatan peta lintasan dan titik pengambilan data scanline,
rekapitulasi data scanline yang dilanjutkan dengan pembobotan kualitas massa batuan
berdasarkan klasifikasi RMR. Tahap selanjutnya, pembuatan peta zonasi sebaran kualitas
massa batuan dan analisis implikasinya terhadap kestabilan lereng. Analisis ini dilakukan untuk
empat titik stasiun pada lokasi survey scanline.

3 Hasil Dan Pembahasan


3.1 Stasiun 1
Pada stasiun 1, goemetri lereng N70°E/50°SE, tersusun atas sekis mika (Gambar 1)
berwarna abu-abu terang kecoklatan dengan muskovit dan klorit membentuk tekstur
lepidoblastik, dan kuarsa yang membentuk tekstur granuloblastik. Pembobotan Klasifikasi
RMR menunjukkan nilai 68 yang diklasifikaan termasuk dalam kelas II dengan massa batuan
yang baik (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa pada stasiun 1, mempunyai batuan yang relatif

40
JRGI | Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia.
Edisi Mei 2019
JRGI
stabil yang diindikasikan sebagai lereng yang juga relatif stabil sehingga peluang terjadinya
longsor relatif lebih kecil.

Gambar 1. Sekis mika pada stasiun 1

Tabel 1. Pembobotan RMR pada massa batuan di Stasiun 1


No Parameter Nilai Bobot

1 UCS 62,76 MPa 7

2 RQD 95% 20

Jarak 0,29 m 10
3
diskontinuitas

Kondisi Kemenerusan kekar, bukaan kekar, kekasaran 21


4
Diskontinuitas kekar, material pengisi, pelapukan.

5 Kondisi Air Tanah Lembab 10

Total Bobot 68

Kelas Massa Batuan Baik (II)

3.2 Stasiun 2
Stasiun 2 mempunyai geometri lereng N210°E/51°NW, tersusun atas sekis mika berwarna abu-
abu cokelat kekuningan (Gambar 2) dengan tekstur lepidoblastik oleh muskovit dan klorit.
Pembobotan klasifikasi RMR menunjukkan nilai 61 yang diklasifikan termasuk dalam kelas II
dengan massa batuan yang baik (Tabel 2). Hal ini mengindikasikan bahwa pada stasiun 2,
41
JRGI | Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia.
Edisi Mei 2019
JRGI
mempunyai batuan yang relatif stabil yang dapat diindikasikan bahwa lerengnya juga relatif
stabil sehingga peluang terjadinya longsor relatif lebih kecil.

Gambar 2. Kondisi lereng yang tersusun atas sekis mika pada stasiun 2.

Tabel 2. Pembobotan RMR pada massa batuan di Stasiun 2


No Parameter Nilai Bobot

1 UCS 27,49 MPa 2

2 RQD 95% 20

Jarak 0,29 m 10
3
diskontinuitas

Kondisi Kemenerusan kekar, bukaan kekar, kekasaran 17


4
Diskontinuitas kekar, material pengisi, pelapukan.

5 Kondisi Air Tanah Lembab 10

Total Bobot 61

Kelas Massa Batuan Baik (II)

3.3 Stasiun 3
Stasiun 3 geometri lereng N123°E/71°SW yang tersusun atas sekis mika dan batusabak
(Gambar 3). Sekis mika berwarna abu-abu gelap kekuningan, struktur foliasi, muskovit
membentuk tekstur lepidoblastik. Batusabak berwarna abu-abu gelap kecoklatan, berstruktur
menyabak oleh kehadiran mineral lempung yang sebagian telah terubah menjadi klorit.
Pembobotan Klasifikasi RMR menunjukkan nilai 57 yang diklasifikasikan termasuk dalam
42
JRGI | Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia.
Edisi Mei 2019
JRGI
kelas III dengan kualitas massa batuan sedang (Tabel 3). Hal ini mengindikasikan bahwa pada
stasiun 3, mempunyai kualitas massa batuan yang relatif rendah, sehingga material penyusun lereng
dapat berpotensi longsor.

Gambar 3. Kondisi lereng yang tersusun atas sekis mika dan batusabak pada stasiun 3.

Tabel 3. Pembobotan RMR pada massa batuan di Stasiun 3.


No Parameter Nilai Bobot

1 UCS 7,84 MPa 2

2 RQD 97% 20

Jarak 0,37 m 10
3
diskontinuitas

Kondisi Kemenerusan kekar, bukaan kekar, kekasaran 15


4
Diskontinuitas kekar, material pengisi, pelapukan.

5 Kondisi Air Tanah Lembab 10

Total Bobot 57

Kelas Massa Batuan Sedang


(III)

43
JRGI | Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia.
Edisi Mei 2019
JRGI
3.4 Stasiun 4
Pada stasiun 4 geometri lereng N101°E/51°SW yang tersusun atas batusabak. Batusabak
berwarna abu-abu terang kecoklatan dengan struktur menyabak oleh mineral lempung yang
telah menunjukkan kilap kaca (Gambar 4). Kuarsa dan muskovit juga hadir dalam jumlah yang
kecil. Pembobotan Klasifikasi RMR menunjukkan nilai 60 yang diklasifikasikan sebagai massa
batuan kelas III dengan kualitas massa batuan sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa lereng
pada stasiun 4, tersusun atas batuan yang relatif berkualitas rendah yang mengindikasikan
potensi terjadinya longsor.

Gambar 4. Kondisi lereng yang tersusun atas batusabak pada stasiun 4.

Tabel 4. Pembobotan RMR pada massa batuan di Stasiun 4.


No Parameter Nilai Bobot

1 UCS 19,61 MPa 2

2 RQD 94% 20

3 Jarak diskontinuitas 0,23 m 10

Kondisi Kemenerusan kekar, bukaan kekar, kekasaran 16


4
Diskontinuitas kekar, material pengisi, pelapukan.

5 Kondisi Air Tanah Lembab 10

Total Bobot 60

Kelas Massa Batuan Sedang (III)

44
JRGI | Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia.
Edisi Mei 2019
JRGI
Berdasarkan interpretasi nilai RMR pada tiap stasiun, diperoleh bahwa batuan penyusun
lereng memiliki kualitas massa batuan pada kategori baik hingga sedang (Gambar 5). Stasiun 1
dan 2 termasuk dalam massa batuan berkategori baik dengan nilai RMR 61-68, sedangkan
stasiun 3 dan 4 termasuk dalam massa batuan berkategori sedang dengan nilai RMR 57-60.
Perbedaan kelas massa batuan dipengaruhi oleh jenis batuan penyusun lereng yang
menunjukkan nilai UCS yang berbeda, seperti yang terlihat pada sekis mika stasiun 1 dan
stasiun 2. Perbedaan nilai UCS ini diakibatkan oleh kondisi diskontinuitas akibat tingkat
pelapukan batuan yang berbeda. Di sisi lain, batusabak juga cenderung menghasilkan nilai UCS
lebih rendah dibanding sekis mika yang terlihat dari stasiun 3 dan stasiun 4. Hasil ini
menunjukkan bahwa sekis mika pada dasarnya lebih resisten terhadap pelapukan dibanding
batusabak karena sekis mika merupakan proses metamorfisme lanjut dari batusabak (Philpotts
dan Ague, 2009).

Gambar 5. Zonasi kualitas massa batuan berdasarkan pembobotan RMR pada seluruh stasiun.

Selain variasi batuan penyusun lereng, kondisi diskontinuitas juga turut mempengaruhi
kualitas massa batuan. Diskontinuitas pada stasiun 1 memiliki profil kasar dengan kondisi lapuk
sedang, sedangkan diskontinuitas pada stasiun 2 memiliki profil sedikit kasar dengan
pelapukan intens. Diskontinuitas pada stasiun 3 dan stasiun 4 dengan kualitas sedang memiliki
profil kekasaran diskontinuitas yang halus (planar) dengan kondisi sangat lapuk. Diskontinutas
dengan profil planar akan lebih mudah menjadi bidang gelincir longsoran dibanding
diskontinuitas dengan profil kasar (Giani, 1992). Pada lereng dengan kualitas massa batuan
45
JRGI | Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia.
Edisi Mei 2019
JRGI
sedang; ditunjukkan dengan rendahnya nilai UCS batuan, profil diskontinuitas planar, dengan
tingginya tingkat pelapukan perlu mendapatkan penanganan terkait analisis kestabilan lereng
lanjutan. Kualitas massa batuan yang relatif lebih rendah memberikan potensi terjadinya
longsor lebih besar. Analisis knematika pada lereng batuan (Hudson dan Harrison, 2000) dan
klasifikasi Slope Mass Rating (Romana, 1993) dapat digunakan sebagai metode lanjutan dalam
mengidentifikasi tipe longsoran dan rekomendasi perkuatan lereng yang diperlukan.

4 Kesimpulan
Kualitas massa batuan pembentuk lereng berdasarkan metode Rock Mass Rating (RMR) pada
stasiun 1 dan staiun 2 termasuk dalam kelas II dengan kategori massa batuan baik, sedangkan
stasiun 3 dan stasiun 4 termasuk dalam kelas III dengan massa batuan sedang. Perbedaan
kualitas ini disebabkan oleh perbedaan jenis batuan penyusun lereng dan kondisi diskontinuitas
yang berbeda, khususnya pada aspek profil kekasaran dan tingkat pelapukan diskontinuitas.
Diperlukan analisis lebih lanjut pada lereng pada stasiun 3 dan stasiun 4 karena kualitas massa
batuan yang relatif lebih rendah.

5 Daftar Pustaka
Bieniawski, Z.T., 1989. Engineering Rock Mass Classifications. John Wiley & Sons, Kanada.

Bieniawski, Z.T., Lowson, A.R., 2013. Critical Assessment of RMR based Tunnel Design
Practices: a Practical Engineer’s Approach, in: Rapid Excavation & Tunneling
Conference. hal. 180–198.

Giani, G.P., 1992. Rock slope stability analysis, 1 ed. Taylor and Francis, Turin.

Hudson, J.A., Harrison, J.P., 2000. Engineering Rock Mechanics: An Introduction to


Principles, 2 ed. Pergamon, London. doi: 10.1016/B978-008043864-1/50021-5

Karnawati, D., 2007. Mekanisme gerakan massa batuan akibat gempabumi; Tinjauan dan
analisis geologi teknik. J. Din. Tek. Sipil 7, 179–190.

Philpotts, A.R., Ague, J.J., 2009. Principles of Igneous and Metamorphic Petrology, 2 ed.
Cambridge University Press, New York.

Putera, 2018, URL https://kendaripos.co.id/2018/07/enam-titik-jalan-konsel-longsor/


(07.11.2018).

Romana, M., 1993. A Geomechanical Classification for Slope: Slope Mass Rating, in:
Hudson, J.A. (Ed.), Comprehensive Rock Engineering Principles, Practice, and Projects.
Pergamon Press, Oxford, hal. 575–598. doi: 10.1016/S0146-6453(12)00004-8

Wyllie, D.C., Mah, C.W., 2004. Rock Slope Engineering: Civil and Mining, 4 ed. Spon Press,
New York. doi: 10.2113/gseegeosci.13.4.369

46
JRGI | Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia.
Edisi Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai