Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEARIFAN BUDAYA LOKAL DALAM MENGHADAPI


PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh :
RAHMAT HIDAYAT BARI
NIM : 191022066

Dosen Pembimbing :
HASYIM MAHMUD WANTU, S.Ag., M.Pd

Diajukan Sebagai Prasyarat Ujian Akhir Semester 2 (Genap)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


KELAS 2 C
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SULTAN AMAI GORONTALO
TAHUN AKADEMIK 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Kearifan Budaya Lokal
Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19”. Walaupun beberapa hambatan yang saya
alami selama proses pengerjaannya, tapi saya berhasil menyelesaikan makalah ini
tepat waktu.
Dan tidak luput saya sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing,
yang telah ikut serta membantu dan membimbing saya dalam mengerjakan
makalah. Saya ucapkan terima kasih juga terhadap teman-teman mahasiswa yang
sudah ikut memberi kontribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam
proses makalah ini.
Suatu hal yang ingin saya berikan kepada masyarakat atas hasil dari
makalah. Karena itu saya berharap semoga makalah ini memberikan dampak baik
dan berguna bagi kita semua.
Saya pun menyadari di dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh
dari kata sempurna, maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat positif untuk mencapai sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca.

Gorontalo, Agustus 2020


Penyusun

Rahmat Hidayat Bari

i
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan .................................................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Teori.................................................................................... 4
2.2 Hakikat Teori ........................................................................................ 4
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Menghadapi Pandemi Melalui Kearifan Lokal Indonesia ................ 9
3.2 Kajian Dalam Metode........................................................................... 14
3.3 Hasil Dan Pembahasan Kebudayaan Lokal ....................................... 14
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 17
4.2 Saran ...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 18

ii
BAB I

PENDAHULUA

1.1 Latar Belakang

Mencari sebuah jalan keluar mutakhir terhadap permasalahan solidaritas


sosial dengan memanfaatkan nilai budaya lokal yang ada diIndonesia. Penulis
mengambil periode masa pandemi karena kecenderungan individualitas yang
terjadi terkait dengan pemenuhan kebutuhan pribadi tentu sangat tinggi
presentasinya di Indonesia. Pembahasan mengenai solidaritas sosial atau sebuah
sistem kerja sama yang didasari oleh rasa sepenanggungan bersama telah diteliti
oleh berbagai tokoh. Emile Durkheim membagi solidaritas menjadi dua bentuk,
yaitu solidaritas mekanik dan organik. Masyarakat yang di tandai oleh solidaritas
mekanik menjadi satu karena mereka memiliki aktivitas, pekerjaan dan tanggung
jawab yang sama. Sebaliknya, masyarakat yang ditandai oleh solidaritas organik
bertahan bersama justru karena adanya perbedaan di dalamnya, dengan fakta
bahwa semua orang memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda.1

Di Indonesia penelitian tentang solidaritas sosial ataupun perilaku kolektif


telah dilakukan oleh Piet H. Khaidir. Ia mengatakan bahwa kesadaran kolektif
penting untuk menjadi sebuah dasar atau landasan, karena bagaimanapun ia
inspiratif bagi lahirnya komunitas yang plural tanpa memandang kelas, strata
ekonomi, dan budaya. Yeng terpenting mereka bisa menjadi personal atau
komunitas kreatif yang berpartisipasi aktif mendorong terciptanya gerakan kreatif
dan progresif ketika bersinggungan dengan kepentingan bersama.2 Lebih dalam
daripada itu, IzakLattu dalam tulisannya mengatakan bahwa kesadaran kolektif
yang dapat menjadi alasan sebuah solidaritas sosial dapat muncul karena adanya
1
Ritzer,Indonesia dalam Pusaran Masa Pandemi: Strategi Solidaritas Sosial Berbasis Nilai
Tradisi Lokal, 2012, hal. 108
2
Khaidir, Indonesia dalam Pasaran Masa Pandemi: Strategi Solidaritas Sosial Berbasis Nilai
Tradisi Lokal,2006, hal. 108

1
pertemuan dengan yang berbeda. Hal tersebut kemudian dapat membentuk sebuah
frame berpikir yang baru bagi individu atau komunitas. 3
Namun, penelitian-
penelitian tersebut masih meninggalkan cela karena belum melihat bagaimana
solidaritas sosial yang didasari oleh nilai-nilai kebudayaan lokal tidak hanya dapat
menjadi localresistence, tetapi juga dapat menciptakan ruang negosiasi dan
elaborasi guna mencari jalan keluar di tengah masa pandemi saat ini. Cela tersebut
yang secara khusus akan dieksplorasi oleh penulis dalam penulisan ilmiah ini.
Sehingga tulisan ini nantinya akan mencapai tujuan penulisan berupa menganalisa
nilai budaya lokal Indonesia untuk mengatasi retakan relasi sosial masyarakat di
tengah masa pandemi yang sedang terjadi.

Jika kita melihat ke belakang, banyak contoh kasus yang telah


membuktikan bahwa nilai budaya lokal bisa di jadikan salah satu solusi terdekat
dalam menghadapi masa pandemi, beberapa diantaranya adalah Praktik isolasi
yang biasa dilakukan oleh suku Merangin di Jambi. Suku Merangin percaya orang
sakit atau keno isi tanah diyakini sangat terkait dengan dinamika alam sehingga
mereka akan diberi tempat tinggal sebuah pondok di hutan, dan semua kebutuhan
pokoknya akan dipenuhi oleh masyarakat setempat. Di samping itu, ada juga
masyarakat merapu yang membagikan hasil panen mereka kepada masyarakat
sekitar setelah dipersembahkan kepada Yang Maha Kuasa. Hal tersebut dilakukan
karena mereka percaya sistem tersebut merupakan bagian dari bahu-membahu
orang Sumba sesuai dengan filosofi lokal (“Program Peduli,” n.d.).

Untuk melihat kekuatan dalam aspek kebudayaan, teori Michael D.


Jackson akan membantu penulis untuk membedah topik tersebut, ia mengatakan
bahwa gaya pemikiran yang harus ditinggalkan saat ini adalah metode generalisasi
yang berlaku untuk semua konteks permasalahan. Ia menambahkan bahwa setiap
daerah memiliki dimensi sosial, budaya, dan adat yang berbeda. Jadi sudah
seharusnya dieksplorasi agar ada kesinambungan yang jelas antara kenyataan dan

3
I. Lattu, Indonesia dalam Pusaran Masa Pandemi: Strategi Solidaritas Sosial Berbasis Nilai
Tradisi Lokal,2016, hal. 108

2
taraf pemikiran.4 Hal ini menjadi penting karena tidak seperti banyak negara di
mana diskusi tekstual mendominasi wacana di ruang publik, banyak daerah di
Indonesia menggunakan bentuk kultural atau kebudayaan sebagai sarana wacana
di ruang publik. Didaerah-daerah Maluku, Toraja, dan Jawa Tengah, meskipun
orang memiliki bahan yang ditulis dengan baik, keaksaraan hanya berfungsi untuk
mendukung proses komunikasi lisan dalam kebudayaan setempat. Fakta tersebut
dibenarkan oleh IzakLattu. Ia menambahkan bahwa orang dapat berkomunikasi
dengan lebih efektif melalui bentuk lisan: ritual, simbol, dan narasi verbal dalam
bingkai kebudayaan lokal masing-masing daerah.5

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana menghadapi pandemi melalui kearifan lokal Indonesia?
2. Bagaimana kajian dalam metode ini?
3. Bagaimana hasil dan pembahasankebudayaan lokal?
1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah iniuntuk menciptakan sebuah


ruang transformasi dalam kehidupan masyarakat di tengahpusaran pandemi Covid
19 saat ini

4
Jackson, Indonesia dalam Pusaran Masa Pandemi: Strategi Solidaritas Sosial Berbasis Nilai
Tradisi Lokal, 2016, hal. 109
5
I. Y. M. Lattu, Indonesia dalam Pusaran Masa Pandemi: Strategi Solidaritas Sosial Berbasis
Nilai Tradisi Lokal, 2019, hal. 110

3
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Teori

Virus Corona atau severeacuterespiratorysyndromecoronavirus 2 (SARS-


CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi
virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan
pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. SARS-
CoV-2 yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari
coronavirus yang menular ke manusia. Walaupun lebih bayak menyerang lansia,
virus ini sebenarnya bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak,
hingga orang dewasa, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui. Infeksi virus Corona
disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di
kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat
cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya
dalam waktu beberapa bulan. Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus
yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah virus penyebab
SevereAcuteRespiratorySyndrome (SARS) danvirus penyebab Middle-
EastRespiratorySyndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus dari kelompok
yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa perbedaan dengan
SARS dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keparahan
gejala.6

2.2 Hakikat Teori


1. Cara Virus Corona Menyebar

Penyakit ini menyebar selama kontak dekat, sering kali oleh tetesan kecil
yang dihasilkan selama batuk, bersin, atau berbicara. Tetesan ditularkan, dan
menyebabkan infeksi baru, ketika dihirup oleh orang-orang dalam kontak dekat (1

6
Nazwa Dwi Archika, Makalah CoronVirus Disease, 2019, hal. 6

4
hingga 2 meter, 3 hingga 6 kaki).Mereka diproduksi selama bernafas,
namunkarena mereka relatif berat, mereka biasanya jatuh ke tanah atau
permukaan. Berbicara dengan suara keras melepaskan lebih banyak tetesan dari
pada pembicaraan normal. Sebuah penelitian di Singapura menemukan bahwa
batuk yang tidak tertutup dapat menyebabkan tetesan mencapai 4,5 meter (15
kaki).

Setelah tetesan jatuh ke lantai atau permukaan, mereka masih dapat


menginfeksi orang lain, jika mereka menyentuh permukaan yang terkontaminasi
dan kemudian mata, hidung atau mulut mereka dengan tangan yang tidak dicuci.
Pada permukaan, jumlah virus aktif berkurang dari waktu ke waktu hingga tidak
lagi menyebabkan infeksi. Namun, secara eksperimental, virus dapat bertahan di
berbagai permukaan selama beberapa waktu, (misalnya tembaga atau kardus
selama beberapa jam, dan plastik atau baja selama beberapa hari).

Virus ini paling menular selama tiga hari pertama setelah timbulnya
gejala, meskipun penyebaran diketahui terjadi hingga dua hari sebelum gejala
muncul (penularan secaraasimptomatik) dan pada tahap selanjutnya dari penyakit.

2. Gejala COVID-19

Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala
flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah
itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan
gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah,
sesak napas, dan nyeri dada.

3. AlasanMengapa COVID-19 MenjadiPandemi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menyatakan Virus Corona


COVID-19 sebagai pandemi pada Rabu (11/03/2020). Ini disebabkan karena
terjadi setelah wabah mirip SARS itu menjangkiti semakin banyak orang di mana
pada Kamis pagi angkanya mencapai 126.063 kasus. Dengan total korban tewas

5
sebanyak 4.616 orang dan sembuh sebanyak 67.071 orang,
meburutWorldometers.WHO menekankan bahwa penggunaan istilah pandemi
tidak berarti ada anjuran yang berubah. 7
Semua negara tetap diminta untuk
mendeteksi, mengetes, merawat, mengisolasi, melacak, dan mengawasi
pergerakan masyarakatnya.

4. Awal Mula Penyebaran Virus

Berawal dari kasus lokal, Covid-19 menyebar ke seluruh dunia silih


berganti dengan cara penularan yang disebut kasus impor dari luar wilayah asal
atau transmisi lokal antar penduduk. Sejauh ini, berbagai peristiwa yang pertama
kali terjadi berkaitan dengan Covid-19 agaknya belum memberikan gambaran
utuh tentang virus ini.

Virus ini juga lebih rentan menyebabkan kematian pada penduduk usia
lanjut. Namun, ada juga penduduk di kelompok usia ini yang berhasil sembuh dan
seorang bayi juga meninggal karena Covid-19.

5. Pengobatan virus Corona


 Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi
penderita
 Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi mandiri dan
istirahat yang cukup
 Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk
menjaga kadar cairan tubuh
6. Komplikasi virus Corona
 Pneumonia (infeksi paru-paru)
 Infeksi sekunder pada organ lain
 Gagal ginjal
 Acutecardiacinjury

7
Nazwa Dwi Archika, Makalah CoronVirus Disease, 2019, hal. 8-10

6
 Acuterespiratorydistresssyndrome
 Kematian
7. Pencegahan Virus Corona

Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona
atau COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan
menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini,
yaitu:

 Terapkanphysicaldistancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari


orang lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan
mendesak.
 Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian
 Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau handsanitizer yang
mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar
rumah atau di tempat umum.
 Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
 Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.
 Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif
terinfeksi virus Corona, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau
pilek.
 Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian
buang tisu ke tempat sampah.
 Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan,
termasuk kebersihan rumah.

Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk kategori ODP
(orang dalam pemantauan) maupun PDP (pasien dalam pengawasan), ada
beberapa langkah yang bisa dilakukan agar virus Corona tidak menular ke orang
lain, yaitu:

 Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang lain untuk
sementara waktu.

7
 Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
 Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya hubungi
dulu pihak rumah sakit untuk menjemput.8
 Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda
sampaiAnda benar-benar sembuh.
 Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang
sedang sakit.
 Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta
perlengkapan tidur dengan orang lain.
 Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau
sedang bersama orang lain.

8
Nazwa Dwi Archika, Makalah CoronVirus Disease, 2019, hal. 13-14

8
BAB III

PEMBAHASA

3.1 Menghadapi Pandemi Melalui Kearifan Lokal Indonesia

Negara Indonesia memiliki tantangan tersendiri untuk mengatasi Covid-


19. Daerah-daerah terpencil dan tertinggal juga memiliki resiko yang besar
apabila terpapar Covid-19, karenasulitnya mengakses layanan kesehatan di
daerah-daerah tersebut (Djalanteetal., 2020). 9
Meskipun terdapat tantangan
tersendiri, daerah-daerah terpencil di Indonesia biasanya memiliki kearifan lokal
yang memiliki cara tersendiri dalam mitigasi bencana. Hal tersebut dibuktikan
oleh Prasetyo (2019) bahwa kearifan lokal pada masyarakat tradisional di
Indonesia merupakan alternatif dalam mencegah bencana ataupun dalam
penanganan pasca bencana, sehingga kearifan lokal memiliki peran penting dalam
memitigasi bencana yang terjadi di Indonesia. Sehingga Pemerintah dapat
memanfaatkan nilai-nilai kearifan lokal sebagai langkah dalam mitigasi bencana
di negara tesebut.

Kebermanfaatan kearifan lokal dalam mitigasi bencana, disebut Triana


(2018) sebagai “pendekatan kultural”. Salah satu masyarakat tradi-sional yang
dapat digambarkan dalam makalah ini dalam mitigasi pandemi Covid-19 adalah
Masyarakat Baduy. MasyarakatBaduy merupakan sebuah masyarakat adat yang
terletak di Provinsi Banten, tepatnya di Desa Kanekes, Kecamatan Leu-widamar,
Kabupaten Lebak. Bagi mereka sendiri dan masyarakat sekitar lebih senang
disebut Urang Kanekes (orang Kanekes) (Erwinantu, 2012). Desa ini memiliki
dua kelompok besar yakni Baduy Luar dan Baduy Dalam. Di Baduy Dalam
terdapat 3 kampung yakni Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Sedangkan di
Baduy Luar terdiri dari 55 kampung (Permana etal., 2017). Suku ini masih sangat
memegang teguh pikukuh (aturan) adat istiadat yang menjadi falsafah hidup
masyarakatnya. Sebagian pikukuh tersebut yakni lojorteumeunang dipotong,

9
Aji Satria Nugraha, Kearifan Lokal dalam Menghadapi Pandemi…, 2020, hal. 746

9
pondok teumeunangdisambungan (Panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak
boleh disambung). Pikukuh ini memiliki makna bahwa masyarakat Baduy tidak
boleh mengubah sesuatu yang telah ada di dalamnya dan masyarakat harus
menerima apa adanya (Suparmini etal., 2013, 2014). Dengan memegang teguh
pikukuh tersebut hingga kini masyarakat Baduy masih hidup bersahaja dengan
menjaga kelestarian alamnya. Di dalam kehidupan bersahajanya ini, dapat
ditemukan tiga hal utama dalam kesehariannya yakni kesederhanaan, bersahabat
dengan alam, dan spirit kemandirian dapat terlihat bahwa mereka sangat jauh
bahkan pantang terhadap kehidupan modern (Suparmini etal., 2013). Tetapi tidak
serta merta seluruh masyarakat Baduy masih me-megang teguh falsafah dari
pikukuh tersebut.

Karena yang masih benar-benar memegang teguh pikukuh adalah


masyarakat Baduy Dalam. Berbeda dengan masyarakat Baduy Luar yang telah
terkontaminasi kehidupan modern. Hal ini pula yang membedakan antara Baduy
Luar dan Baduy dalam. Meski terdapat perbedaan, Baduy Luar dan Baduy Dalam
masih sama-sama berada dalam satu pimpinan tertinggi yakni Puun yang dapat
mengatur semua aspek kehidupan yang di-percaya memiliki hubungan dengan
leluhurnya (karuhun).

Pada masa pandemi ini, ternyata Masyarakat Baduy masih terhindar dari
paparan Covid- 19. Dikonfirmasi oleh Kabid Pencegahan Penyakit Menular Dinas
Kesehatan Kabupaten Lebak dr. Firman Rahmatullah, ia menyatakan bahwa
sampai saat ini belum ada warga Baduy yang terpapar Covid-19 (Muhammad,
2020). Hal ini rupanya terdapat peran kearifan lokal Baduy yang menjadi
penyebab Suku tersebut hingga kini masih belum terpapar virus Covid- 19. Ini
mendukung hasil penelitian mitigasi bencana berbasis kearifan lokal masyarakat
Baduy yang pernah dilakukan oleh Suparmini etal. (2014). Dikatakan sebagai
bencana, karena Covid- 19 tergolong ke dalam kategori bencana menurut Undang-
undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana. Menurut Suparmini etal. (2014) kearifan merupakan pemahaman,

1
pengetahuan, hingga ke-bijakan kolektif yang berpengaruh dalam
memenyelesaikan dan menanggulangi permasalahan kehidupan. Sejalan dengan
pernyataan tersebut, Prasetyo (2019) menyatakan bahwa kearifan tradisional yang
berkembang di ke-hidupan sosial merupakan solusi konstruktif jangka panjang
untuk permasalahan kehidupan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal
merupakan pandangan hidup, pengetahuan, kemampuan, dan kebiasaan yang telah
dipraktikkan secara turun-temurun, sehingga dapat menjadi pedoman manusia
dalam berprilaku serta menjalani aktivitas hingga menghadapi berbagai masalah
kehidupan, dengan adanya pedoman tersebut maka sebuah komunitas dapat
memiliki ketahanan di wilayah komunitas tersebut berada (Permana etal., 2012;
Suparmini etal., 2013, 2014).

Dengan memiliki kearifan lokal dalam menjalankan kehidupannya, tidak


mengherankan bahwa Masyarakat Baduy dapat tetap menjalankan kehidupannya
dengan normal meskipun sedang sama-sama terancam oleh penyebaran virus
Covid-19. Hal ini karena Masyarakat Baduy tetap mempertahankan kearifan
lokalnya sejak dulu. Kepatuhannya dalam mempercayai pikukuhlah yang
menjadikan masyarakat Baduy tetap mempertahankan kearifan lokalnya. Dengan
melihat jauh ke masa depan, menjadikan cara hidup masyarakat Baduy lebih me-
mentingkan kesederhanaan, toleran, dan menjaga alam (Suparmini etal., 2013,
2014), se-hingga mereka tidak terlalu khawatir dengan pandemi Covid- 19.
Kearifan lokal masyarakat Baduy dalam mitigasi pandemi Covid-19 masih
tercermin pada beberapa kearifan lokal yang pernah dikaji sebelumnya oleh
(Suparmini etal., 2014). Berikut pemaparannya:

1. TRADISI PERLADANGAN

Menanam padi (huma) merupakan kegiatan utama masyarakat Baduy sebagai


mata pencahariannya untuk memenuhi makanan pokok, selain itu menanam padi
juga sekaligus kegiatan ibadah mereka kepada Dewi Padi atau masyarakat Baduy
menyebutnya Nyi PohaciSanghyang Asri (Permana etal., 2017; Suparmini etal.,

1
2013). Sistem per-tanian padi yang mereka lakukan sangatlah sederhana, karena
hanya mengenali perladangan, yakni menanam padi tanpa menggunakan
air.Tradisiperladangan sebagai mata pencaharian masyarakat Baduy hingga kini
tidak terganggu dengan adanya pandemi Covid-19. Hal ini dibuktikan bahwa
masyarakat Baduy masih merasa aman bahkan pada saat yang sama di wilayah
Baduy sedang musim panen dan musim pergi ke ladang (Banten Hits, 2020).
Berbeda dengan di perkotaan, terdapat pemutusan kerja secara besar-besaran
akibat adanya pandemi Covid-19. Sembiring (2020) menyatakan bahwa akibat
Covid-19, 1,5 juta orang di Indonesia telah kehilangan pekerjaannya. Maka dari
itu masyarakat Baduy lebih merasa aman karena masih dapat bekerja secara
normal meskipun dunia sedang dilanda Covid-19.10

2. ATURAN DALAM MEMBUATBANGUNAN

Atas kepatuhannya terhadap pikukuhBaduy, masyarakat Baduy membuat


bangunan tetapi tidak menggunakan alat bantu dan benda-benda modern. Untuk
membuat bangunan seperti rumah, leuwit, jembatan, dan lainnya, masyarakat
Baduy menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu sebagai tiangnya, bambu
sebagai dindingnya, kiray atau ijuk sebagai atapnya (Permana etal., 2012;
Suparmini etal., 2014). Rumah-rumah di Baduy Dalam tidak menggunakan lampu
penerangan dari listrik, melainkan masyarakat lebih setia dengan hanya
menggunakan lampu damar (Erwinantu, 2012). Menurut Erwinantu apabila
masyarakat Baduy menerima aliran listrik, maka akan menghilangkan entitas
budaya yang khas pada masyarakatnya. Kesederhanaan yang dimiliki masyarakat
Baduy ini merupakan cerminan dari mitigasi penyebaran Covid-19 selanjutnya.
Berbanding terbalik dengan masyarakat perkotaan saat ini, semenjak terjadinya
pandemi Covid-19. Banyak masyarakat pengguna listrik pada masa pandemi
Covid-19 ini mengeluhkan tarif listrik meningkat drastis dibandingkan pada
kondisi normal, hal ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat
dalam menggunakan listrik dirumah (Wareza, 2020). Dengan bercermin pada
10
Aji Satria Nugraha, Kearifan Lokal dalam Menghadapi Pandemi…, 2020, hal 747

1
kearifan lokal masyarakat Baduy, kesederhanaan hidup yang dilakukan oleh
masyarakat tersebut dapat berbuah ketentraman dan terhindar dari keluh kesah
kehidupan.

3. HUTAN SEBAGAI WUJUD PELESTARIAN EKOSISTEM DAN


TEMPAT BERLINDUNG

Masyarakat Baduy sangat arif sekali dalam menjaga kelestarian alam


sekitarnya. Tidak heran bahwa wilayah adat Baduy dikelilingi dengan hutan-hutan
dan hutan merupakan sumber daya yang paling penting bagi masyarakatnya.
“Segala sesuatu yang alami merupakan sahabat masyarakat Baduy” (Suparmini
etal., 2013). Bagi masyarakat Baduy pula hutan layaknya sebuah “apotek hidup”
(Permana etal., 2012). Hutan di Baduy terbagi menjadi tiga, diantaranyaleweung
kolot (hutan tua), leweungreuma (hutan ladang), leuweung lembur (hutan
kampung) (Permana etal., 2012). Berdasarkan fungsinya hutan juga dibagi tiga
jenis, diantaranya hutan larangan, hutan dudungusan, dan hutan garapan (Permana
etal., 2012; Suparmini etal., 2014). Melihat dari jenis dan fungsi hutan yang
dimiliki Baduy, menggambarkan bahwa kawasan adat Baduy dikelilingi berlapis-
lapis hutan yang luas. Sehingga untuk mengaksesnya hanya dapat melalui
beberapa jalan setapak yang dikelilingi oleh hutan. Hal ini menjadi suatu
keuntungan dalam mitigasi pandemi Covid-19, karena dapat meminimalisir
mobilitas manusia agar terhindar dari contagious dari penyebaran virus Covid-19.
Berbeda dengan di perkotaan yang sulit menerapkan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) sehingga pada akhirnya penyebaran virus Covid-19 masih saja
terjadi. Dengan sedikitnya akses menuju wilayah Baduy, sangat mudah menutup
jalan menuju wilayah tersebut. Atas musyawarah yang dilakukan tetua adat Baduy
dan berdasarkan penetapan Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Gubernur Banten
maka akses pariwisata menuju wilayah adat Banten untuk sementara ditutup,
selain itu juga masyarakat Baduy yang berada diluar wilayah diminta untuk
kembali serta tidak bepergian keluar wilayah Baduy (Anwar, 2020; CNN

1
Indonesia, 2020a; Muhammad, 2020; Nazmudin, 2020; Rifa’i, 2020).11 Di luar
dari pada itu, sejak tiga bulan sebelum penutupan Baduy akibat pandemi ini
memang sudah ditutup terlebih dahulu. Mudahnya penutupan akses menuju dan
dari kawasan Baduy inilah yang menjadi salah satu faktor Masyarakatnya
terhindar dari penyebaran pandemi Covid-19.

3.2 Kajian Dalam Metode

Metode dalam kajian ini menggunakan studi literatur dengan pendekatan


deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan dengan mengumpulkan data-
datasebagai fakta yang benar melalui sumber-sumber literatur. Lebih lanjut,
penulis juga akan menggunakan data pelengkap berupa realitas sosial yang sedang
terjadi, baik secara langsung maupun melalui surat kabar, ataupun diskusi.
Pertama-tama dipaparkan perspektif kajian entografi dan ranah-ranah kebudayaan.
Hal ini dilakukan untuk memberi gambaran tentang adanya keunikan dan
kekhasan nilai kebudayaan setiap daerah yang ada di Indonesia. Bagian terakhir
menguraikan sejumlah perspektif serta menarik benang merah antara teori,
analisis data, dan temuan-temuan yang dihasilkan. Setelah melakukan dan
menghubungkan langkah-langkah di atas, tulisan ini diharapkan memberi bingkai
elaborasi yang ideal dan dapat di relevansikan dengan konteks permasalahan yang
sedang dihadapi.12

3.3 Hasil dan Pembahasan Kebudayaan Lokal


1. Memilah Aspek Positif dalam Kebudayaan Lokal

Dalam skema berpikir Jackson, ada beberapa poin penting yang dapat
dijadikan landasan pijak guna meletakan sebuah teori kebudayaan. Salah satunya
adalah mengangkat cara hidup masyarakat lokal sebagai sebuah teori ritual
eksistensial yang mengatur moral dan tindakan manusia berbasis mitos dan ritus
adat (Jackson, 2016). Langkah ini menjadi penting karena setiap individu yang
11
Aji Satria Nugraha, Kearifan Lokal dalam Menghadapi Pandemi…, 2020, hal. 748-749
12
Yaspis Edgar N. Funay: Indonesia dalam Pusaran Masa Pandemi: Strategi Solidaritas Sosial
Berbasis Nilai Tradisi Lokal, 2020, hal. 110

1
ada di Indonesia sudah tentu akan sangat kental dengan tradisi kebudayaannya
masing-masing. Oleh karena itu, dengan tetap menggunakan pemikiran kritis,
eksistensi kebudayaan lokal dapat dijadikan sebuah tongkat pembimbing atau
penunjuk arah untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Poin selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah memperbaiki dan


menghidupkan kembali paradigma berpikir yang mengambil konsep dasar dari
pengalaman hidup lokal (kondisi eksistensial) sebagai sebuah proses yang sadar
dan disengaja (Jackson, 2016).Dengan adanya upaya menjadikan kebudayaan
lokal sebagai sebuah paradigma berpikir baru diharapkan dapat menjadi sebuah
ruang berkumpul bersama yang “asli” karena memiliki tujuan dan musuh bersama
yang harus segera dihadapi.

2. Indonesia dalam balutan kebudayaan

Elaborasi nilai-nilai kebudayaan guna menyelesaikan suatu permasalahan


umum memang bukan hal baru dalam realitas sosial di Indonesia. Dari
Masyarakat Merapu di Sumba mari beralih ke Bali, di masa pandemi covid-19
saat ini, Bali menjadi salah satu wilayah yang berhasil menekan laju penyebaran
virus tersebut. Mengutip dari laman Liputan 6, keberhasilan Bali menanggulangi
penyebaran covid-19 dikarenakan hasil sinergisitas antara penanganan virus
dengan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Bali. Lebih lanjut, Gubernur Bali
Wayan Koster mengatakan bahwa ritual adat lokal dan keagamaan sangat
membantu masyarakat akar rumput untuk tetap terkoordinasi dengan program
kesehatan dan keamanan yang diarahkan oleh pemerintah setempat. Hal inilah
yang kemudian menjadi faktor utama keberhasilan penanganan covid-19 berjalan
sesuai dengan arahan dan instruksi pemerintah pusat.

3. Restorasi Sosial Berbasis Nilai Tradisi Lokal

Elaborasi sosial yang bersifat etis ini tampaknya menjadi strategi terbaik
yang dapat diambil oleh pemerintah melihat konteks masyarakat di masing-
masing tempat. Hal inilah yang sebelumnya digunakan oleh Wayan Koster

1
sebagai gubernur Bali, memanfaatkan nilai-nilai kebudayaan lokal masyarakat
untuk mengerakkan masyarakat (akar rumput) untuk menekan laju perkembangan
covid-19 di wilayahnya. Fakta yang tidak jauh berbeda juga terjadi di Sumba,
masyarakat adat Marapu membagi-bagikan hasil panen yang lebih kepada
masyarakat sekitar bahkan di tengah masa pandemi karena adanya kesadaran dan
ajaran kecintaan terhadap semua makhluk ciptaan termasuk sesamanya manusia.
Tidak hanya itu, memanfaatkan nilai-nilai kebudayaan Jawa, Toraja, Maluku, dan
lain-lain dengan kritis kemungkinan besar bisa diterapkan dalam setiap konteks
masyarakat di masing-masing wilayah Indonesia. Solidaritas sosial jelas tidak
hanya menjadi khayalan semata walaupun nilai mulkulturalisme dalam solidaritas
sosial yang membuka ruang bagi presentasi perbedaan dalam ruang publik hanya
dapat terjadi ketika negara mendorong pendidikan warga negara
(citizenshipeducation) untuk memahami nilai etis yang lebih tinggi, tetapi
masyarakat secara mandiri juga dapat mengusahakannya jika ruang-ruang
elaborasi diusahakan masuk dalam realitas sosial di masyarakat. hal ini nantinya
dapat mendorong Multikulturalisme tidak hanya berhenti pada keterbukaan
struktur politik terhadap perbedaan, tetapi ruang kehidupan sehari-hari menjadi
pentas hubungan warga lintas agama dan budaya terutama dalam masa pandemi
yang tidak jelas kapan berakhirnya.13

13
Yaspis Edgar N. Funay: Indonesia dalam Pusaran Masa Pandemi: Strategi Solidaritas Sosial
Berbasis Nilai Tradisi Lokal, 2020, hal. 110-117

1
BAB IV

PENUTU

4.1 Kesimpulan

Perhatian terhadap adanya suatu permasalahan dan musuh bersama seperti


masa pandemi covid-19 saat ini, harus menjadi perhatian semua kalangan dalam
seluruh tingkatan dalam masyarakat Indonesia. Dengan adanya penggabungan
nilai kebudayaan lokal dan kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah, maka
akan menciptakan visi bersama serta memicu setiap orang untuk berpikir secara
kritis dan progresif tentang penanganan permasalahan pandemi yang sedang
terjadi saat ini. Sudah saatnya kebudayaan lokal tidak hanya dipandang hanya
sebagai sebuah identitas primordial saja, tetapi lebih daripada itu sebagai jalan
keluar yang ramah, dekat dan mudah dipahami masyarakat untuk tetap
melanjutkan kehidupan di masing-masing wilayah Indonesia. Sehingga bisa
menekan kecenderungan individualitas yang terjadi terkait dengan pemenuhan
kebutuhan pribadi di tengah masa pandemi yang belum diketahui kapan
beberakhirnya

Masyarakat Baduy yang sangat jauh dan menghindari modernitas, pada


nyatanya lebih dapat mempertahankan diri dan terhindar dari tersebarnya virus
Covid-19. Kearifan lokalnya masih menjadi solusi terbaik bagi masyarakat Baduy
dalam mitigasi terhadap pandemi Covid-19 ini. Beberapa kearifan lokal yang
dapat memitigasi kasus tersebut tergambarkan pada tradisi perladangan, aturan
dalam membuat bangunan, dan Hutan sebagai tempat perlindungan.

4.2 Saran

Dengan ditulisnya makalah ini, diharapkan dapat menjadi salah satu acuan
dalam mitigasi pandemi Covid-19, sekaligus cerminan untuk menghadapi
pembangunan yang akan datang.

1
DAFTAR PUSTAKA

Erwinantu. (2012). Saba Baduy: Sebuah Perjalanan Wisata Budaya Inspiratif.


Gramedia Pustaka Utama.

Anindita, P. D., Sasaki, M., Setiyono, A., Handharyani, E., Orba, Y., Kobayashi,
S., Rahmadani, I., Taha, S., Adiani, S., Subangkit, M., Nakamura, I.,
Sawa, H., &Kimura, T. (2015). Detectionofcoronavirusgenomes in
Moluccannaked-backedfruitbats in Indonesia.ArchivesofVirology, 160(4),
1113–1118. https://doi.org/10.1007/s00705- 015-2342-1

Anwar, K. (2020, May 19). Destinasi Wisata Baduy Tutup untuk Cegah
Penyebaran Virus Corona. IDN TIMES.
https://www.idntimes.com/news/indonesia/khaerul-anwar-2/ada-wabah-
virus-corona-destinasi-wisata-baduy-tutup-nasional/1

Arcana, P. F. (2020, March 3). Wawancara Khusus ”Kompas”: Pasien Covid-19


Mengaku Tertekan. Kompas. https://kompas.id/baca/bebas-
akses/2020/03/03/wawancara-khusus- kompas-pasien-covid-19-mengaku-
tertekan/

Arum, R. (2020). Pembatasan Sosial Di Indonesia Akibat Virus Corona Ditinjau


Dari Sudut Pandang Politik.https://doi.org/10.31228/osf.io/g8ny3

Khaidir, P. H. (2006). Nalar kemanusiaan, nalar perubahan sosial (Cet. 1).


Teraju.

Lattu, I. (2016). PerformativeInterreligiousEngagement: Memikirkan Sosiologi


Hubungan Lintas Agama. In Sosiologi Agama Pilihan berteologi di
Indonesia (p. 278). Fakultas Teologi UKSW.

1
Lattu, I. (2018). Halal Bihal in JavaneseInterreligious Family Perspective.
Seminar the Center forthe Study ofReligion, PluralismandDemocracy,
Satya Wacana University.

Retnowati. (2016). Agama dan Kebudayaan Bangsa Sebagai Kekuataun


Nasional:Refleksi Terhadap Dinamika Perjalanan Bangsa Indonesia
dalam Merawat Kemajemukan Suku Bangsa. In Sosiologi Agama Pilihan
Berteologi di Indonesia (p. 90). Fakultas Teologi UKSW.

Sutrisno, M. (2009). Ranah-ranah kebudayaan: Dalam esai. Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai