Cosmos - konstitusi
UUD l945dan amandemennya
5
Faktor-faktor yang Terlibat dalam Proses
Penegakan Hukum
Hukum
- UU No.20 Keadilan
Tahun 2001
Penegakan Hukum
Dar
i konstelasi tujuan untuk mencapai keadilan bagi negara
dan rakyat Indonesia, terlihat bagaimana misi yuridis
yang ada dalam ranah substansi hukum yaitu adanya
politik kriminal yang termuat dalam UU No. 20 tahun
6
2001 perubahan atas UU No. 31 tahun 1999 dapat terwujud
dalam penerapannya. Lebih dari itu, menuntut pula adanya
budaya hukum berupa kesadaran kolektif bangsa yang
sejatinya merupakan perangkat lunak (software) sistem
hukum. Begitu pula struktur hukum, perlu memberikan
fasilitas lorong keadilan bagi segenap warga negara.
Apalagi dimensi keadilan semakin bertambah, antara lain:
Total Justice, Global Justice, Cosmic Justice, sesuai
dengan fenomena global masyarakat modern dewasa ini.
Regulasi
Advokasi
AKSES KEADILAN
9
Litigasi
Adjudikasi
Akses terhadap keadilan memerlukan penguatan bidang
regulasi, advokasi, litigasi dan adjudikasi___yang mengarah
kepada perlindungan dan peningkatan martabat kemanusiaan
rakyat yang masih lemah secara sosial-ekonomi, sehingga
hukum harus memainkan fungsi dan peran protektifnya
bagi kewibawaan dan kedaulatan negara dan melindungi
sumber daya alam agar dapat dipergunakan bagi
kemakmuran rakyat.
11
3). Dinamika dan Spirit Hukum
Kosmos
Sosial
Yuridis Formal
Nilai:
Sosial Logis Etis Ekonomi
Estetis
Politik
Nilai logis=kebenaran
Nilai etis=keadilan
Nilai=keindahan, harmoni
NILAI
Ne bis in idem
ASAS Presumption of innovence
- Konstruksi hipotesis
- Formulasi kategori
UU20/2001 4545/2009
13
4. Karakteristik Putusan Pengadilan (Yurisprudensi)
1. Yurisprudensi Pengertian
Proses penerapan hukum dipandang sebagai tindakan kognitif
murni atau pengenalan murni dan penyelesaian kasus konkrit
dipandang sebagai proses silogisme.
*Proses Kognitif: proses berpikir---proses logika penalaran.
2. Yurisprudensi Asas
Proses penerapan hukum didasarkan kepada asas-asas atau
prinsip-prinsip dasar hukum yang memiliki persamaan hakiki,
seperti prinsip persamaan dihadapan hukum (equality before the
law), orang tidak bisa diadili untuk yang kedua kali dalam kasus
yang sama (non bis in idem), dan lain sejenisnya.
3. Yurisprudensi Volitief
Putusan pengadilan bukan sekedar pengenalan murni atau
mengetahui bunyi undang-undang kemudian menerapkan dalam
situasi konkrit, tetapi lebih dari itu yaitu merupakan tindakan
kehendak (volitief) berdasarkan pertimbangan nilai-nilai yang
dapat menuntun Hakim dalam memecahkan masalah yuridis.
*Proses Konatif: proses bersumber pada hati nurani, menyangkut
proses kimiawi dalam tubuh.
JUDICIAL ACTIVISM
14
Pengadilan di Indonesia berbeda dengan pengadilan di Negara
lain yang sekuler, karena dengan adanya irah-irah “Demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, berarti memiliki dimensi
Ilahiyah. Pengadilan di Indonesia tidak “Demi Ratu”, pengadilan di
Indonesia bukan pengadilan rakyat. Pengadilan di Indonesia adalah
pengadilan negara yang kemerdekaannya berkat Rahmat Allah yang
Maha Kuasa, mengakui dan mengikatkan diri kepada Allah Yang
Maha Adil. putusan pengan dilan menyangkut KEBENARAN dan
KEADILAN.
2. Teori Korespondensi
Jika ada fakta-fakta persidangan yang saling bersesuaian.
Misalnya persesuaian antara keterangan saksi dengan norma
atau ide. Jika keterangan saksi Mr X menyatakan bahwa
pembangunan Kantor DPRD yang dilaksanakan oleh Mr Y tidak
melalui proses lelang tetapi hanya dengan penunjukan langsung
15
PT Nilep, sehingga tidak melaksanakan fungsinya sesuai dengan
Keppres No. 18 Tahun 2000 pasal8 ayat (1) dan (2) Hubungan
fakta persidangan ini bersifat empiris a posteriori
3. Teori Utilitas
- progmatik, kegunaan yang bergantung pada :
a). manfaat (utility)
b). yang dapat dikerjakan (workability)
c). hasil yang memuaskan (satisfactory result)
Note:
*Unus testis nullus testis
*Salah satu dimensi kebenaran adalah pembenaran (Verification)
*Semakin banyak jumlah bukti yang obyektif/mandiri/ independen,
akan semakin tinggi derajat kebenaran tentang kejadian kasus yang
sebenarnya.
16
Note:
* Ada 3 komponen Legal Reasoning : a) Rules, b) Facts, c)
Jurisprudence/pecedence/Stare Decisis.
17
Posisi Hakim
3. Hakim
Pandangan obyektif dari posisi yang obyektif.
18
Keuangan Negara.
Secara yuridis, dalam penjelasan atas Undang-Undang
No.31 Tahun 1999 ditegaskan tentang keuangan negara
yaitu seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun,
yang dipisahkan atau tidak dipisahkan, termasuk di
dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak
dan kewajiban yang timbul karena : a) berada dalam
penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban
pejabat lembaga negara, baik di tingkat pusat maupun di
tingkat daerah; b) berada dalam penguasaan, pengurusan
dan pertanggung jawaban Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan, badan
hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal negara,
atau perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga
berdasarkan perjanjian dengan negara.
21
Atas dasar Berita Acara kemajuan pekerjaan dan
laporan, Terdakwa mengajukan Permintaan
Pembayaran ke KPKPN untuk termijn 100% dan
retensi 5 % padahal Terdakwa mengetahui pekerjaan
baru 11,970 % sesuai laporan Ir. SBH.
Atas dasar permintaan Terdakwa tersebut KPKPN
telah menerbitkan SPM sebesar Rp.1.387.784.543 ke
rekening Giro atas nama PT SAP, padahal seharusnya
ia hanya berhak atas pembayaran 11,970% sebesar
Rp.379.031.974 tersebut;
Adanya surat dari Menteri Tenaga Kerja dan Nota
Dinas Irjen Depnaker Trans tentang tidak adanya
kerugian keuangan negara proyek telah selesai 100 %
tidak menghilangkan sifat melawan hukum perbuatan
Terdakwa dan bukan merupakan alasan pembenar.
Seperti halnya juga kasus Adelin Lis, Surat Menteri
tidak dapat dijadikan dasar membebaskan terdakwa.
Harus dihindari terjadinya kesesatan relevansi---
argumentum ad verecundiam/auctoritatis.
23
mencukup untuk membayar uang pengganti tersebut
maka dipidana penjara 2 tahun.
Dari putusan tersebut di atas terlihat bahwa
kerugian keuangan negara dihitung berdasarkan
kerugian yang timbul sebagai akibat dari perbuatan
Terdakwa yaitu Rp.1.387.784.543 kemudian
dikurangai jumlah biaya proyek yang telah
dilaksanakan yaitu 11,970 % sebesar Rp.379.031.794.
Karena subyek hukum yang mengakibatkan keuangan
negara itu terdiri dari 3 orang, maka kewajiban
membayar uang pengganti tersebut harus ditanggung
oleh ketiga orang tersebut. Hal ini sesuai dengan
posisi peran dan porsi kerugian keuangan negara yang
menjadi tanggungjawabnya.
34
Konvensi Internasional tentang Tindak Pidana Korupsi
1. Postulat moral.
I. Ketentuan umum.
Tujuan konvensi:
35
a. Meningkatkan dan memperkuat upaya-upaya untuk
mencegah dan memberantas korupsi secara lebih
efisien dan efektif.
RUANG LINGKUP
1, Pencegahan, 2. Penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan korupsi, 3. Pembekuan, penyitaan,
perampasan, 4. Pengembalian hasil-hasil kejahatan.
(psl 3).
II. PENCEGAHAN:
(18)
V. Pengembalian Aset.
38
Pemeriksaan di Muka Persidangan.
Pengadilan memeriksa perkara berdasarkan SURAT
DAKWAAN, sesuai dengan jenis-jenis Dakwaan dan Surat
Dakwwan dususun berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan
(BAP) yang dibuat oleh Penyidik.
III. Corporate Criminal Responsibility
(Corporate Criminal Liability)
Pertanggungjawaban (Pidana) Korporasi
39
Exclusionary Rule = this rule commands that where
evidence has been obtained in violation of the search and
seizure protections guaranteed by the Constitution, the
illegally obtained evidence cannot be used at the trial.
Pertanggungjawaban Korporasi:
40
Korporasi dalam hukum perdata adalah subyek hukum yang
berwenang melakukan perbuatan hukum (misalnya : melakukan
kontrak, dll) adalah badan hukum (legal person).
Sedangkan dalam hukum pidana, tidak hanya badan hukum tetapi
juga (firma, CV, persekutuan,) yang tidak berbadan hukum atau
sekumpulan orang yang terorganisasi dan memiliki pimpinan dan
melakukan perbuatan hukum. Sebagaimana antara lain ditentukan
dalam UU No. 31 Tahun l999 yang telah diubah dengan UU No.
20 Tahun 2001 yang menyebutkan: korporasi adalah kumpulan
orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan
hukum atau bukan badan hukum.
42
Pertanggungjawaban dalam hubungannya Orang yang
menjalankan tugas yang ada hubungannya dengan misi
Korporasi.
43
Dalam pasal 51 KUHP Belanda;
6. Pelaku pidana ada 2 kategori, yaitu ; orang dan badan
hukum.
7. Apabila tindak pidana dilakukan oleh badan hukum, maka
tuntutan pidana dan hukuman pidana, dapat dikenakan;
d. Terhadap badan hukum; atau
e. Terhadap yang member perintah tindak pidana komisi,
dan terhadap yang memegang kendali atas tindakan
melawan hukum; atau
f. Terhadap pihak yang disebutkan point (1) dan (2)
secara bersama.
8. Dalam penerapan bagian-bagian sebelimnya, yang
disebutkan berikut ini dianggap setara dengan badan
hukum, yaitu: badan usaha non-badan hukum, firma,
perusahaan pemipik kapal dan dana khusus.
*. Butir-butir pokok.
45
Dalam pasal 3 ayat (2) (3) UU No. 48 Tahun 2009 tentang
kekuasaan Kehakiman dengan jelas ditentukan bahwa bahwa
segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain di
luar kekuasaan kehakiman dilarang; dan setiap orang yang dengan
sengaja melanggar dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
46
Kekuasaan dalam menjatuhkan pidana tidak lepas dari
faktor moral, politik, dan dasar kontitusional. Pada
dasarnya dalam kehidupan bermasyarakat terdapat alas an
pragmatis untuk menjaga ketertiban adan keamanan,
sehingga menuntut adanya otoritas kekuasaan Negara
untuk memberikan sanksi dan tidak tepat untuk diserahkan
kepada korban kejahatan.
48
Kepustakaan:
49
Friedman, Lawrence M, Total Justice, Beacon Press, Boston,
1985.
50