BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah cacing sering digunakan untuk pengertian hewan kecil bertubuh
memanjang dan tidak mampunyai kaki, memang, dulupun para ahli hewan
menganggap bahwa semua cacing memiliki persamaan-persamaan yang khas
sehingga mereka menggolongkanya kedalam satu filum vermes. Vermes (kata
vermes berasala dari bahasa latin yang artinya cacing), ujung posterior (ujung
belakan, ekor), permukaan dorsal (perut) permukaan ventral (permukaan bawah
perut), sedangkan tubuhnya dibagi menjadi bagian kanan dan bagian kiri yang
sama, dengan kata lain tubuh cacing itu simetrs bilateral. Sekarang para ahli
sepakat bahwa cacing- cacing tidak dapat digolongkan dalam satu filum karna
ada ada tiga filum yaitu; Plathyhelmites, Nermathelminthes dan Annelida.
Filum Platyhelminthes Platyhelminthes disebut cacing pipih.
Platyhelminthes mempunyai tubuh lunak berbentuk pipih seperti pita atau daun.
Tubuh cacing ini berukuran sangat kecil, namun panjangnya dapat mencapai
beberapa mater. Hidup di air tawar serta di tempat lembab. Anggota
platyhelminthes banyak yang hidup sebagai parasit. Platyhelminthes mempunyai
alat penghisap. Filum Platyhelminthes dibagi dalam 3 kelas, yaitu Kelas
Turbelaria, Kelas Trematoda dan Kelas Cestoda.
Filum Nemathelminthes Nemathelminthes disebut juga cacing benang.
Tubuh tidak beruas-ruas, ukuran tubuh mikroskopis, tetapi ada yang makroskopis.
Tubuh bagian luar ditutupi selapis kutikula. Kutikula ini lebih kuat pada cacing
parasit yang hidup pada inangnya dari pada cacing yang hidup bebas. Filum
Nemnathelminthes terbagi menjadi dua kelas, yaitu Kelas Nematoda dan Kelas
Nematomorpha.
Filum Annelida Annelida disebut cacing cincin, cacing gelang, atau cacing
bersegmen. Annelida mempunyai saluran pencernaan yang sudah sempurna,
namun tidak mempunyai rangka luar. Bentuk tubuh bulat panjang dan bersegmen-
segmen seolah-olah seperti sederetan cincin memanjang. Segmen-segmen tidak
hanya terdapat pada tubuh bagian luar, tetapi juga pada tubuh bagian dalam.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
pada trematode dan pembuahan sendiri sering terjadi pada cestoda. Fertilsasi
terjadi secara internal dan siklus hidupnya melibatkan banyak inang.
2.3 Fisiologi
2.3.1 Sistem Gerak
Cacing yang hidup bebas dapat bergerak aktif. Planaria meskipun hidup di
air tidak bergerak dengan cara berenang, tetapi bergerak dengan cara meluncur
dan merayap. Gerakan meluncur terjadi akibat adanya gerakan silia pada bagian
ventral tubuh serta lender yang disekresikan oleh kalenjar lender yang terletak di
tepi tubuh planaria. Gerakan merayap terjadi akibat dari memanjangnya tubuh
cacing yang merupakan akibat dari kontraksi otot sirkular dan dorsoventral.
Kemudian bagian depan tubuh akan mencengkeram pada subtract dengan mukosa
atau alat pelekat khusus. Beberapa Turbellaria yang juga menggunakan otot-
ototnya untuk berenang melalui air dengan gerakan berdenyut (Campbell, 2008)..
Dengan mengkontraksikan otot longitudinal maka bagian tubuh belakang akan
tertarik ke depan (Kastawi et. all., 2003). Sedangkan cacing trematode dan cestoda
parasite dewasa tidak bergerak aktif dan umumnya menetap pada organ tubuh
tertentu dari inang
anggota ini adalah pipih dorsoventral, dengan bagian kepala yang berbentuk
seperti segitiga, sedangkan bagian ekornya berbentuk meruncing yang panjang
tubuh sekitar 5-25 mm. Planaria memangsa hewan yang lebih kecil atau memakan
hewan-hewan yang sudah mati. Planaria dan cacing pipih lainnya tidak memiliki
organ yang khusus untuk pertukaran gas dan sirkulasi. Bentuk tubuhnya yang
pipih itu menempatkan semua sel-sel berdekatan dengan air sekitarnya, dan
percabangan halus rongga gastrovaskuler mengedarkan makanan ke seluruh
hewan tersebut. Menurut Jasin (1984), Di sepanjang tubuh Planaria sp bagian
ventral diketemukan zona adesif yang berfungsi menghasilkan lendir liat yang
berfungsi untuk melekatkan tubuh Planaria ke permukaan benda yang
ditempelinya. Di permukaan ventral tubuh planaria ditutupi oleh rambut-rambut
getar halus, berfungsi dalam pergerakan.
Sistem saluran pencernaan makanan terdiri dari mulut, faring, esofagus,
dan usus. Mulut, terletak di bagian ventral dari tubuh, yaitu kira-kira dekat dengan
pertengahan agak ke arah ekor. Lubang mulut ini dilanjutkan oleh kantung yang
bentuknya silindris memanjang yang disebut rongga mulut (Faring). Esofagus
merupakan persambungan daripada faring yang langsung bermuara kedalam usus;
ususnya bercabang tiga, yaitu menuju ke arah anterior, sedang yang dua lagi
sejajar menuju ke arah posterior. Seperti halnya hewan tingkat rendah lainnya,
Planaria juga belum mempunyai alat pernafasan yang khusus. Pengambilan O2
maupun pengeluaran CO2 secara osmosis langsung melalui seluruh permukaan
tubuh.
Sistem ekskresi terdiri dari 2 tabung ekskresi longitudinal yang mulai dari
sel-sel nyala (flame cells) yang di bagian anteriornya berhubungan silang. Seluruh
sistem ini terbuka ke luar melalui porus ekskretorius. Flame cells atau sel-sel api
berfungsi sebagai alat ekskresi yang membuang zat-zat sampah yang merupakan
sisa-sisa metabolisme dan juga sebagai alat osmoregulasi dalam arti ikut
membantu mengeluarkan ekses-ekses penumpukan air di dalam tubuh, sehingga
nilai osmosis tubuh tetap dapat dipertahankan seperti ukuran normal.
Sistem saraf terdiri dari 2 batang saraf yang membujur memanjang, yang
di bagian anteriornya berhubungan silang, dan 2 ganglion anterior yang terletak
dekat di bawah mata. Ganglion berfungsi sebagai otak dalam arti bertindak
10
Sistem alat kelamin betina terdiri dari atas bagian-bagian seperti berikut:
11
Rusyana (2011) Planaria sp memiliki daya regenerasi yang sangat tinggi, bila
hewan ini dipotong-potong, maka bagian yang hilang akan tumbuh kembali dan
menjadi individu utuh seperti sebelumnya
2.4.2 Thrematoda
Gambar 5 : Bagian tubuh trematode
(sumber : www.bio.miami.edu)
Trematode hidup di dalam atau pada tubuh hewan lain. Semua cacing
hisap adalah parasit, berbentuk silinder atau seperti daun. Panjang berkisar 1 cm
hingga 6 cm. Cacing ini memiliki penghisap untuk menempelkan diri ke organ
internal atau permukaan luar inangnya. Sebagai suatu kelompok, cacing trematoda
memparasiti banyak sekali jenis inang, dan sebagian besar spesies memiliki siklus
hidup yang kompleks dengan adanya pergiliran tahap seksual dan aseksual.
Banyak trematoda memerlukan suatu inang perantara atau intermediet tempat
larva akan berkembang sebelum menginfeksi inang terakhirnya (umumnya
vertebrata), tempat cacing dewasa hidup. Sebagai contoh, trematoda yang
memparasati manusia menghabiskan sebagian dari hidupnya di dalam bekicot.
Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru,
ginjal, dan pembuluh darah vertebrata. Trematoda berlindung di dalam tubuh
inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula dan permukaan
tubuhnya tidak memiliki silia (Kastawi, 2003)
Trematoda tidak mempunyai rongga badan dan semua organ berada di
dalam jaringan parenkim. Tubuh biasanya pipih dorsoventral, dan biasanya tidak
bersegmen dan seperti daun. Mereka mempunyai dua alat penghisap, satu
mengelilingi mulut dan yang lain berada di dekat pertengahan tubuh atau pada
ujung posterior.
13
2.4.4 Cestoda
Cestoda hidup sebagai parasit dalam tubuh hewan. Contoh cacing pita
adalah Taenia solium dan Taenia saginata yang parasit pada manusia. Taenia
terdiri dari sebuah kepala bulat yang disebut scolex, sejumlah ruas, yang sama
disebut disebut proglotid. Pada kepala terdapat alat hisap dan jenis Taenia solium
mempunyai kait (rostellum) yang sangat tajam untuk melekat pada inang. Di
belakang scolex terdapat leher kecil yang selalu tumbuh yang akan menghasilkan
proglotid . Panjang tubuh cacing pita dapat mencapai 2 m. Setiap proglotid
mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).
15
menjadi larva. Sapi mungkin akan memakan telur bersama rumput dan akan
menjadi inang sementara bagi cacing pita.
Cacing betina berukuran 20-29 cm dan dengan diameter 4-6 mm. Hewan
jantan berukuran lebih kecil, panjangnya 13-31 cm dengan diameter 2-4 mm.
Permukaan tubuh pada ummumnya tidak berwarna. Kutikula luar berwarna putih
kekuningan. Warna merah pada tubuhnya disebabkan oleh adanya hemoglobin.
Ujung anterior mempunyai bentuk yang sama pada kedua jenis kelamin.
Permukaan tubuh tertutup oleh kutikula yang halus, elastis, liat, membentuk garis-
garis melintang sehingga menampakkan ruas-ruas semu pada tubuh cacing. Pada
tubuhnya yang silindris terdapat empat tali epidermal yang tampak dari luar, dua
20
tali dorsal dan ventral lebih sempit, sedang yang lateral tebal (Kastawi, et.al.,
2003).
Mulut terdapat pada ujung anterior, mempunyai 3 buah bibir, pada
permukaan ventral di ujung posterior terdapat lubang eksresi, makanannya berupa
sari-sari makanan, sepanjang tubuhnya tampak empat garis longitudinal
(memanjang) ialah garis dorsal, garis ventral, dan 2 garis lateral. Saluran
pencernaan makanan terdiri atas : mulut, faring, usus panjang dan anus (Rusyana,
2011).
Mulut pada Ascaris menggabung menjadi satu, sehingga tinggal tiga bibir,
satu di bagian dorsal dan satu di bagian ventrolateral. Bibir dorsal mempunyai dua
pasang papila sensori, sedangkan masing-masing bibir ventrolateral mempunyai
satu pasang papila sensori. Keempat pasang papila sensori tersebut membentuk
lingkaran bibir luar (Kastawi, et.al., 2003).
Masing- masing bibir ventrolateral mempunyai satu papila latral yang
disebut “am-phid”, tetapi bagian ini mengalami reduksi pada nematoda parasit.
Amphid merupakan kemoreseptor olfaktorius (indra pembau). Bibir-bibir
memiliki gigi yang halus. Dibelakang bibir terdapat sepasang papila serviks,
masing-masisng terletak didekat cicin saraf. Semua papila berfungsi sebagai
sensori (Kastawi, et.al., 2003).
.
Pada Nemathelmintes jantan terdapat kloaka yang merupakan jalan
keluarnya spikula kitun atau seta pineal. Didekat kloaka terdapat penonjolan
kutikula yang berupa 50 pasang papila pre-anal dan 5 pasang post-anal yang
berfungsi untuk kopulasi. Pada bagian ujung posterior terdapat ekor post-anal ,
yang pada hewan betina lurus dan melengkung pada hewan jantan. Lubang
genetalia betina terdapat pada sisi ventral sepertiga dari bagian tubuh dari ujung
anterior. Di belakang bibir terdapat sebuah lubang eksresi yang terletak pada
bagian midventral (Kastawi, et.al., 2003).
Dinding tubuh terdiri dari lapisan kutikula,epidermis/ hipodermis/
subkutikula , dan otot. Kutikula membentuk lapisan paling luar, berkerut dan liat,
terbentuk dari 6 lapis protein albumin yang tahan terhadap enzim pencernaan
inang, tetapi bersifat premabel terhadap garam dan air. Bagian luar dari kutikula
21
mengandung keratin keras. Disebeah dalam terdapat lapisan serabut halus, dan
selanjutnya lapisan protein spons yang mengandung matrisin yang kaya dengan
sulfu. Bagian yang paling dalam tersusun oleh jaringan ikat padat yang
mengandung serabut kolagen. Lapisan kutikula mengalami pengelupasan selama
empat kali seumur hidup (Kastawi, et.al., 2003).
2.8.2 Respirasi
Cacing Ascaris tidak mempunyai alat respirasi. Respirasi terjadi secara an-
aerob. Energi diperoleh dengan cara mengubah gikogen menjadi CO2 dan asam
lemak yang di eks-kresikan melalui kutikula. Namun, sebenarnya Ascaris dapat
mengkonsumsi oksigen kalau di lingkungannya tersedia. Jika oksigen tersedia,
gas diambil oleh hemoglobin yang ada di dalam dinding tubuhdan cairan
pseudosoel (Kastawi, et.al., 2003).
mid-dorsal, satu erletak di mid-ventral, dan sisanya terletak pada tali dorsal dan
tali ventral. Saraf mid ventral merupaan saraf utam dan berhubungan dengan
ganglion pada bagian anterior. Saraf mid ventral ini disebut sebagai tali saraf
(Kastawi, et.al., 2003).
Didekat anus terdapat sebuah ganglion anal yang mengirim saraf ke ekor.
Keempat saraf posterior lainnya berukuran kecil. Saraf ini merupakan sepasang
saraf dorsolateral dan satu pasang saraf ventrolateral. Saraf tersebut terletak di
dekat saluran eskresi. Saraf dorasal dan ventral dihubungkan oleh sejumlah
komisura transversal. Sedangkan saraf ventral dan lateraldihubungkan oleh
komisura ventrolateral (Kastawi, et.al., 2003).
Ascaris lumbricoides memiliki empat papila labial, dua terletak pada bibir
dorsal dan masing-masing satu pada bibir ventrolateral. Tiap papila labial
merupakan organ indar ganda. Papila labial bersifat kutikula dan disarafi oleh satu
serabut saraf. Setiap bibir lateral dilengkapi oleh sebuah papila lateral yang
berfungsi sebagai indra, pada ujung anterior tiap sisi di dekat cincin saraf terdapat
sebuah papila servikal yang terletak dibawah kutikula. Papila servikal ini bersifat
sirkuler dan disarafi oleh cabang yang berasal dari saraf lateral (Kastawi, et.al.,
2003).
Tiap bibir ventrolateral mempunyai sebuah amphid yang terletak didekat
papila lateral. Amphid ini disarafi oleh saraf Amphidial yang berasal dari ganglion
lateral. Amphid merupakan kemoreseptor pembau. Pada setiap sisi pada ekor di
belakang anus anus terdapat satu kelenjar uniselluler yang disebut phasmid.
Kelenjar ini mempunyai saluran yang mengarah keluar dan berfungsi sebagai
glandula sensori (Kastawi, et.al., 2003).
Amphid merupakan alat indra yang sangat karakteristik pada Nematoda.
Amphid sangat jelas pada Nematoda aquatis, terutama yang hidup dilaut,
sedangkan pada yang bersifat terstial dan parasit, amphid mereduksi. Ada 3
macam bentuk Amphid yaitu:
a. Cyatiform
Amphid yang berbentuk seperti kantong atau saku berlubang atau
bercelah.
b. Spiral
26
Organ genetal betina bersifat “didefik” , artinya jumlahnya ada dua. Organ
ini terletak di dua pertiga bagian tubuh dari arah posterior. Ovarinya berjumlah
dua berbentuk benang yang menggulung. Ovari mempunyai saluran telur (oviduk)
yang berukuran lebar. Oviduk menuju ke uterus yang dindingnya berotot. Uterus
memiliki satu lapisan yang dalam dan tebal dan tersusun oleh otot sirkular,
sedangkan lapisan luar yang tipis tersusun oleh otot obliqs/ serong. Kedua uterus
bergabung dan bermuara pada lubang vagina (Kastawi, et.al., 2003).
Lubang vagina atu vulva terletak pada sepertiga bagian tubuh dar arah
antrior. Pada Nematoda tertentu bagian ujung vagina membentuk “ovoejektor”
yang bersifat muskular. Gerakan peristaltik ovoejektora akan menekan telur
keluar satu persatu melalui gonopor (Kastawi, et.al., 2003).
Gonad Nematoda ada yang bersifat “hologenik” dan “telogenik”. Pada
gonad hologenik terdapat sel-sel germ muncul di sepanjang gonad. Pada gonad
yang bersifat telogenik sel germ muncul hanya pada ujung proksimal yang disebut
zona germinal. Perkembangan sperma yang bersifat ameboid dalam testis,
dikemas di sekitar rakhis sentral. Pada bagian akhir gonad, gametosit terbentuk
dan terbebas dari rakhis. Pada tempat ini gametosit mengalami pematangan untuk
membentuk sel telur dan sperma (Kastawi, et.al., 2003).
2.8.7 Daur Hidup
Fertilisasi sel telur terjadi di dalam reseptakulum seminalis. Sel telur yang
sudah dibuahi menghasilkan sebuah cangkang dalam yang tebal dan jernih yang
28
tersusun dari lemak. Saat telur turun ke uterus dinding uterus mensekresikan
cangkang luar yang berupa protein albumin. Cangkang ini keras karena tersusun
oleh khitin dan berwarna kuning. Sel telur yang telah dibuahi diletakkan di dalam
usus halus inangnya dan keluar bersama feses. Telur yang keluar dari usus belum
bersegmen (Kastawi, et.al., 2003).
ke organ lain dengan cara menembus dinding usus halus dan masuk kedalam
sistem peredaran darah menesenterik. Selanjutnya masuk kedalam hati melalui
vena porta hepatik, kemudian masuk ke vena hepatik dan selanjutnya akan masuk
ke vena kava inferior untuk mencapai sisi kanan jantung. Dari bagian jantung
cacing ikut mengeliingi bagian tubuh hingga pada akhirnya kan masuk ke paru-
paru melalui arteria pulmonalis (Kastawi, et.al., 2003).
Cacing masuk kedalam alveolus dengan cara menembus dinding kapiler
darah dan menetap selama beberapa hari. Cacing akan tumbuh dan mengelupas
kulitnya untuk ketiga kalinya. Dari alveolus cacing menuju bronkiolus, bronkus,
trachea, dan glotis. Dari faring cacing akan masung ke esofagus untuk sampai ke
usus halus kedua kalinya (Kastawi, et.al., 2003).
Selama perjalanan mengelilingi tubuh inang cacing mengalami
pertumbuhan 10 kali lipat drai panjang semula. Cacing mengalami pengelupasan
kulit sekali lagi dalam usus halus dan dalam jangka waktu 60-70 hari cacing
tumbuh menjadi dewasa dengan umur dalam tubuh inang 9 bulan sampai 1 tahun
(Kastawi, et.al., 2003).
2.9 Habitat dan Habitus
Ascaris lumbricoides merupakan cacing yang bersifat endo parasit di
dalam usus halus manusia. Cacing ini hidup bebas dalam rongga usus. Cacing
parasit ini tersebar secara kosmopolit. Selain dalam usus manusia, cacing ini juga
terdapat pada usus sapi dan babi (Jasin, 1984).
Varietas yang hidup dalam usus manusia dan babi mempunyai morfologi
yang sama, tetapi secara fisiologi berbeda, karena cacing dalam tahap incektif
tidak dapat berkembang pada tubuh inangnya. Ascaris lumbricoides var. Summ
mrupakan varietas yang hidup dalam usus babi. Varietas tersebut dapat
menginfeksi tubuh manusi, tetapi infeksinya akan hilang setelah 1-2 bulan
(Kastawi, et.al., 2003).
2.10 Klasifikasi
Diatas telah dijelaskan karakteristik yang dimiliki oleh Nematelminthes
atau Nematoda, berikut akan dijelaskan sistem klasiikasai dari filum
Nematelminthes (Kastawi, et.al., 2003).
30
2.10.1 Rotifera
Rotifera merupakan hewan yang berukuran mikroskopis, panjangnya
kurang dari 1 mm. Habitat hewan ini berada di air tawar, air asin, tetapi sering
dijumpai pada pangkal daun lumut. Kebanyakan hidup bebas namun ada juga
yang hidup sebagai parasit eksternal dan internal.
Tubuh Rotifera berbentuk silindris, tidak bersegmen. Pada bagian anterior
terdapat mahkota berbentuk cakram yang bersilia, bagian posteriornya berbentuk
kaki yang menggarpu. Adanya silli pada bagian anterior dan adanya gerakan
faring ini yang dapat membedakan Rotifera dengan hewan aquatik lainnya.
Gambar.14 Rotifera
Sumber: www. Lifeeart.net
2.10.2 Gastrotricha
Gastrotricha merupakan hewan yang berukuran mikroskopis (0,07-2 mm)
yang biasanya hidup di endapan dasar air tawar dan air laut. Bentuk tubuh seperti
cacing, kecil. Pada permukaan anterior tubuh datar dan terdapat silia. Permukaan
luar tubuh tertutup lapisan kutikula yang dilengkapi duri, sisik, atau sisir.
Epidermis bersifat sinsitial (sitoplasma yang memilki banyak inti).
Pseudosoelumnya menyusut menjadi sebuah rongga kecil diantara dinding tubuh
dan saluran pencernaan yang dilengkapi dengan faring berotot, lambung dan
intestinnya lurus, dan berakhir pada anus di bagian posterior.
Sistem eksresi terdiri dari dua pronefridia yang masing-masing dilengkapi
dengan satu bola api, atau kelenjar ventral yang jumlahnya satu atau ldua buah.
Pada permukaan tubuh dijumpai “tubus adesiv” dengan berbagai macam bentuk.
Alat kelamin menjadi satu (Monosious), tetapi ada yang hanya dijumpai betinanya
saja karena kelamin jantannya menghilang. Telur bersifat amictic dan berkembang
secara partenogenesis. Pembelahan sel telur hanya terjadi secara mitosis. Jika sel
telur tidak dibuahi akan menghasilkan jantan secara partenogenesis. Jika dibuahi
akan menghasilkan sel telur dorman. Hewan yang termasuk dalam Gastrotricha
meliputi, Chepalodasys, Macrodays, Chaetonathus, Lepidodermella, dan
Neodasys.
2.10.3 Nematomorpha
Cacing memiliki tubuh panjang dan ramping. Cacing muda hidup sebagai
parasit pada insekta dan krustasea, sedangkan cacing dewasa hidup bebas.
Panjang tubuh bervariasi antara 10-700mm, dengan diameter 0,3-2,5 mm. Cacing
dewasa sering ditemui di dalam air kolam, parit, dan pipa air minum. Semua
spesies hidup di air tawar kecuali Nectonema yang hidup dia air laut.
Secara umum karakteristik dari Nematomorpha, berbentuk silindris,
simetri bilateral, ujung tumpul dan membulat dan tidak bersegmen. Permukaan
tubuh dilapisi kutikula terdiri dari lempeng-lempeng atau papila. Tubuhnya
dilapisi otot longitudinal. Pseudosoelnya ada yang kosong ada yang berisi.
2.10.5 Kinorhycha
Ciri tubuhnya simetri bilateral, tersusun 13-14 zonites (ruas-ruas yang
saling tumpang tindih). Ruas anterior pertama membentuk kepala, dan ruas kedua
membentuk leher. Panjang tubuhnya kurang dari 1 mm. Tubuhnya tertutup
kutikula yang tersusun dari kitin, bagian dorsal dan lateralnya mempunyai banyak
duri tetapi tidak memilki silia. Mulut terletak pada bagian anterior kepala,
dilanjutkan ke faring, esofagus, lambung dan anus. Mempunyai dua saluran
eksresi berbentuk tabung, masing-masing memiliki sel api yang berflagel,
bermuara pada ruas tubuh kesembilan. Sistem saraf terdapat pada epidermis.
Cincin saraf mengelilingi faring berhubungan dengan tali saraf midventral. Organ
sensori berupa bintik mata.
Alat kelamin terpisah dan masing-masing memiliki dua gonad yang
lubangnya terdapat pada sisi ventral tubuh di sisi anus. Sistem kelamin jantan
dilengkapi dengan duri kopulasi. Terjadi beberpa kali pengelupasan kulit pada
hewan muda. Hewan yang termasuk didalamnya ialah ordo Homalorhagida dan
ordo Cyclorhagida
bagian tubuh yang menonjol ke lateral, atau lobi lateralis yang disebut parapodia.
Tubuh tertutup oleh kutikula yang licin yang yang terletak diatas epithelium yang
bersifat glanduler. Dinding tubuh dan saluran pencernaan dengan lapisan-lapisan
otot sirkuler dengan longitudinal; sudah mempunyai rongga tuhuh (coelom) dan
umumnya terbagi oleh septa; saluran pencernaan lengkap, tubuler, memanjangh
sesuai dengan sumbu tubuh. Sistem cardiovasculare adalah sistem tertutup,
pembuluh-pembuluh dan membujur, dengan cabang-cabang kecil (kapiler) pada
tiap segmen (metameter); plasma darah mengandung hemoglobin. Respirasi
dengan kulit, atau dengan branchia. Organ eksresi terdiri atas sepasang nephridia
pada tiap segmen. Sistem nervosum terdiri atas sepasang ganglia cerebrales pada
ujung dorsal otak yang berhubungan dengan berkas saraf medio-ventral yang
memanjang sepanjang tubuh, dengan ganglia pada tiap segmen; terdapat juga sel-
sel tangoreceptor dan photoreceptor. Kebanyakan bersifat hermaprodhit dan
perkembangan secara langsung bersifat gonochoristis dan perkembangan melalui
stadium larva. Reproduksi dengan membentuk tunas terjadi pada beberapa
spesies. Salah satu contoh Annelida adalah Lumbricus terrestris (cacing tanah)
(Kastawi et al, 2005).
Banyak tipe cacing tanah, tetapi Lumbricus terrestris adalah merupakan
salah satu contoh spesies yang baik atau representatif bagi Filum Annelida.
Cacing ini sering juga cacing malam. Lumbricus terrestris ini, akan digunakan
sebagai contoh dalam pembahsan-pembahasan selanjutnya. Menurut Kastawi
(1994), ciri umum dari Anndelida yaitu:
a. Tubuh simetris bilateral, memanjang dan bersegmnen-segmen.
b. Tripoblastik, jadi disamping mempunyai lapisan ektodermis dan endodermis
juga memiliki lapisan mesodermis.
c. Golongan cacing ini sudah memiliki coelom. Sedangkan pada
Plathyhelmintes dan Nemathelmintes masih berupa pseudocoelom (rongga
tubuh palsu). Coelom (rongga tubuh sebenarnya) ini, terbentuk akibat
perkembangan lapisan mesodermis. Akibatnya terbentuk rongga ditengah-
tengah mesodermis yang disebut coelom.
d. Saluran pencernaan berupa pembuluh, memanjang sumbu badan: mulut-
usus-anus.
35
e. Umumnya pada sisi lateral tubuh pada tiap segmen terdapat alat gerak
berbulu-bulu kaku (setae).
f. Tubuh cacing ini tertutup oleh kutikula yang licin.
g. Memiliki “jantung pembuluh” dan peredaran darah sistem tertutup. Plasma
darah mengandung hemoglobin.
h. Tiap segmen terdapat sepasang nehridia sebagai alat eksresi.
i. Kebanyakan cacing ini hermaprodit.
2.12 Anatomi
Bentuk tubuh Lumbricus terrestris panjang silindris, dengan ±2/3 bagian
posteriornya sedikit memipih ke arah dorsoventral. Tubuh bersegmen-segmen
dan jelas annuli external bersesuaian dengan jumlah segmen dalam, yaitu ±150
segmen dalam seluruh tubuh. Warna tubuh: permukaan atas (Facies dorsalis)
berwarna merah sampai biru kehijau-hijauan dan dari luar aorta dorsalis kelihatan
jelas; permukaan bawah (faies ventralis) lebihpucat, umunya merah jambu dan
kadang-kadang putih. Mulut terdapat diujung anterior pada bagian yang disebut
prostomium, yang merupakan segmen utama. Anus terletak pada ujung segmen
yang terakhir.
Pada segmen-segmen ke 32—37, terdapat penebalan kulit clitellum.
Clitellum ini jelas pada bagian dorsal dan lateral, dimana disini tidak terdapat
anuli. Pada tiap-tiap segmen terdapat 4 padang setae kecuali segmen pertama dan
terakhir; dua pasang di lateral dan dua pasang lainnya di ventro-lateral. Setae
berguna sebagai alat gerak bagi cacing tanah, yang digerakkan oleh musculus
retractor. Pada permukaan tubuh cacing tanah terdapat beberapa lubang-lubang
muara keluar dari berbagai alat atau organ atau tubuh. Lubang-lubang tersebut
ialah:
a. mulut, berbentuk bulan sabit, terletak di medio ventral segmen pertama
b. anus, terletak pada segmen terakhir
c. lubang muara keluar ductus spermaticus, atau vasdeferens, terletak pada
segmen ke-15,
d. lubang muara keluar oviduct, terletak pada segmen ke 14,
36
e. lubang muara keluar receptaculum seminalis berupa dua pasang pori yang
terletak diantara segmen ke-9 dan ke-10, dan diantara segmen ke-10 dan ke-
11; receptaculum seminalis adalah tempat penyimpanan sperma; pori ini
tidak mudah terlihat,
f. pori dorsales merupakan lubang muara keluar coelom; pori ini terlertak di
medio dorsal pad tepi anterior pada tiap segmen, segmen ke-8 atau ke-9,
sampai ujung posterior tubuh;
g. nephridiopor, merupakan lubang muara keluar dari saluran ekskresi dan
terletak pada tiap segmen, kecuali segmen terakhir dan tiga segmen pertama
(Radiopoetro, 1983: 289).
Jika tubuh cacing tanah dipotong membujur melalui dinding tubuh bagian
dorsal, akan nampak bahwa diantara saluran pencernaan dan diding tubuh terdapat
rongga tubuh atau coelom. Coelom terbagi menjadi bagian-bagian kecil oleh
septa. Bagian-bagian kecil disebut segmen. Tetapi diantara segmen 1 dan 2 tidak
terdapat septum, sedang diantara segmen 3 dan 4 segmen tidak lengkap, demikian
juga septum diantar segmen 17 dan 18. Dinding coelom dipahami oleh suatu
epithelium yang disebut: peritoneum. Suatu cairan yang tidak berwarna mengisi
coelom ini dan mengalir dari satu segmen ke segmen yang lain. Saluran
pencernaan lurus dan menembus septa. Disebelah dorsal saluran pencernaan
terdapat aorta dorsalis, sedangkan disebelh ventralnya terdapat aorta ventralis.
Penampang membujur tubuh Lumbricus terrestris tampak pada gambar....
(Kastawi et al, 2005).
37
Darah terdiri atas bagian cair yang disebut plasma, dan sel-sel darah atau
korpuskula. Korpuskula terdapat di dalam plasma darah. Eritrosit mengandung
hemoglobin (Haima=darah; globus=butir); yang mempunyai kemampuan
mengikat oksigen (Radiopoetro, 1988: 290).
Pembuluh-pembuluh darah terdiri atas aorta dorsalis, aorta ventralis. Aorta
dosalis terletak disebelah saluran pencernaan dan mudah terlihat dari luar pada
cacing hidup sebab tubuh cacing sedikit transparan. Di daerah esophagus 5 pasang
cabang-cabang aorta dorsaalis membesar dan berfungsi sama dengan cor (jantung)
pada hewan-hewan tinggi. Jantung cacing ini meneglilingi esophagus dan
berhubungan dengan aorta ventralis yang terletak disebelah ventral saluran
pencernaan dan disebelah dorsal truncus nervosus. Disamping aorta tersebut
masih ada tiga pembuluh darah, ialah dua pembuluh yang masing-masing terletak
di lateral trunchus nervosus dan satu pembuluh disebelah ventral trunchus itu.
Kelima pembuluh darah tersebut dengan banyak cabang -cabang beberapa rongga
lympha membentuk sistem cardiovasculare cacing tanah (Radiopoetro, 1988:
291).
Darah dalam aorta dorsalis terdorong ke anterior oleh kontraksi dinding
aorta itu. Di dalam aorta ini terdapat valvula berfungsi untuk mencegah
mengalirnya kembali darah itu dari ujung anterior. Dari aorta dorsalis darah
mengalir kedalam cor (jantung), kemudian ke aorta ventralis. Di dalam jantung
juga terdapat valvula, sehingga darah hanya mengalir ke satu arah saja. Dari aorta
ventralis, darah mengalir menuju ke dinding tubuh dan nephridia. Karena cacing
tanah mempergunakan kulitnya sebagai alat respirasi maka CO 2 dieluarkan dan O2
di ambil oleh darah yang mengalir dalam kapiler-kapiler dalam kulit. Darah dari
dinding tubuh atau kulit, melalui pembuluh-pembuluh darah parietalis masuk ke
dalam aorta dorsalis (Radiopoetro, 1988: 291).
Darah berfungsi untuk mengangkut oksigen, sari-sari makanan, sisa-sisa
metabolisme, dan substansi-substansi lain. Pada saat darah mengalir menuju ke
kulit, hemoglobin mengikat CO2, CO2 keluar melalui kulit sedangkat O2 dari udara
masuk ke dalam tubuh cacing tanah melalui kulit sedangkan O2 dari udara masuk
ke dalam tubuh cacing tanah melalui kulit dan bersenyawa dengan hemoglobin,
membentuk oxyhemoglobin. Dalam proses respirasi, jaringan-jaringan
42
b. Regenerasi
Kebanyakan Avertebrata mempunyai kemampuan regenerasi dan begitu
pula cacing tanah dari genus Lumbricus dan Pharetima. Kemampuan
regenerasi ini tergantung pada bagian tubuh cacing yang dipotong. Bila
seekor cacing tanah dipotong menjadi 2 bagian, maka pada potongan bagian
anterior akan segera terbentuk ekor baru, tetapi prosesnya lebih lambat.
Banyak segmen-segmen yang terjadi pada regenerasi, umumnya lebih
sedikit daripada jumlah segmen yang hilang. Contohnya: bila 18 segmen
dari bagian anterior dipisahkan, ternyata hanya segmen-segmen ke-1 sampai
ke-5 saja yang mengalami regenerasi (Kastawi, 2003:175).
2.14 Habitat
Cacing hidup di dalam liang dalam tanah yang lembab, subur dan
suhunya tidak rendah. Cacing-cacing ini keluar ke permukaan hanya pada saat-
saat yang tertentu saja. Pada siang hari, mereka tidak pernah keluar ke permukaan
tanah, kecuali jika pada saat itu hujan, yang cukup menggenangi liang itu. Mereka
akan keluar terutama pada pagi hari sesudah hujan. Dalam keadaan normal
mereka akan pergi ke permukaan tanah pada malam hari. Dalam keadaan yang
sangat dingin atau sangat kering mereka masuk ke dalam liang seringakali sampai
kedalaman 8 kaki (±240 cm), dan dalam keadaan ini beberapa cacing seringkasli
terdapat melingkar bersama-sama. Dengan di atasnya terdapat lapisan tanah yang
bercampur dengan lendirnya (Kastawi, 2003:176).
2.15 Klasifikasi
Filum Annelida terdiri atas 3 kelas, yaitu: 1). Kelas Polycaeta, 2) Kelas
Oligochaeta, dan 3) Kelas. Hirudinae.
1. Kelas Polychaeta
Polychaeta tubuhnya jelas beregmen-segmen, baik bagian luar maupun
bagian dalamnya; coelom umumnya terbagi oleh septa intersegmental; hidupnya
di laut; segmen tubuh banyak; mempunyai banyak setae (poli=banyak, setae-
rambut-rambut kaku). Setae terjadi dari bagian dinding tubuh yang spesial yang
47
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
51
DAFTAR RUJUKAN
Kastawi, Y., Indriwati, Endah, S., Ibrohim, Masjhudi. 2005. Zoologi Avertebrata.
Malang : UM PRESS
Kastawi, Y., Indriwati, Endah, S., Ibrohim,. Masjhudi,. & Rahayu, Sofia Ery.
2003. Zoologi Avertebrata. Malang : JICA
Kastawi, Yusuf. 1994. Keanekaragaman Hewan Tingkat Rendah (Avertebrata).
Jilid II. Malang: IKIP Negeri Malang.
Radiopoetro. 1983. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Rusyana, Adun. 2013. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Jakarta:
Alfabeta.
Sutarno, Nono. 2009. Platyhelminthes. Website: http :// file. upi. edu/ Direktori/
FPMIPA/ JUR._PEND._ BIOLOGI/ 194808181974121
NONO_SUTARNO/ZOOIN/ PLATYHELMINTHES.pdf. Diakses Selasa,
2 Januari 2016 pukul 12.27 WIB
Suwignyo, S ., Wardianto, Y., Widigdo, B. & Krisanti, M. 2015. Avertebrata Air
Jilid 1. Jakarta : Penebar Swadaya