Anda di halaman 1dari 51

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah cacing sering digunakan untuk pengertian hewan kecil bertubuh
memanjang dan tidak mampunyai kaki, memang, dulupun para ahli hewan
menganggap bahwa semua cacing memiliki persamaan-persamaan yang khas
sehingga mereka menggolongkanya kedalam satu filum vermes. Vermes (kata
vermes berasala dari bahasa latin yang artinya cacing), ujung posterior (ujung
belakan, ekor), permukaan dorsal (perut) permukaan ventral (permukaan bawah
perut), sedangkan tubuhnya dibagi menjadi bagian kanan dan bagian kiri yang
sama, dengan kata lain tubuh cacing itu simetrs bilateral. Sekarang para ahli
sepakat  bahwa cacing- cacing tidak dapat digolongkan dalam satu filum karna
ada ada tiga filum yaitu; Plathyhelmites, Nermathelminthes dan Annelida.
Filum Platyhelminthes Platyhelminthes disebut cacing pipih.
Platyhelminthes mempunyai tubuh lunak  berbentuk pipih seperti pita atau daun.
Tubuh cacing ini berukuran sangat kecil, namun  panjangnya dapat mencapai
beberapa mater. Hidup di air tawar serta di tempat lembab. Anggota
platyhelminthes banyak yang hidup sebagai parasit. Platyhelminthes mempunyai
alat penghisap. Filum Platyhelminthes dibagi dalam 3 kelas, yaitu Kelas
Turbelaria, Kelas Trematoda dan Kelas Cestoda.
Filum Nemathelminthes  Nemathelminthes disebut juga cacing benang.
Tubuh tidak beruas-ruas, ukuran tubuh mikroskopis, tetapi ada yang makroskopis.
Tubuh bagian luar ditutupi selapis kutikula. Kutikula ini lebih kuat pada cacing
parasit yang hidup pada inangnya dari pada cacing yang hidup bebas. Filum
Nemnathelminthes terbagi menjadi dua kelas, yaitu Kelas Nematoda dan Kelas
Nematomorpha.
Filum Annelida Annelida disebut cacing cincin, cacing gelang, atau cacing
bersegmen. Annelida mempunyai saluran pencernaan yang sudah sempurna,
namun tidak mempunyai rangka luar. Bentuk tubuh bulat panjang dan bersegmen-
segmen seolah-olah seperti sederetan cincin memanjang. Segmen-segmen tidak
hanya terdapat pada tubuh bagian luar, tetapi juga pada tubuh bagian dalam.
2

Berdasarkan jumlah seta, Annelida dikelompokkan ke dalam 3 kelas yaitu


Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana Ciri Umum Filum Plathyhelmintes ?
2. Bagaimana Anatomi dan Morfologi tubuh hewan yang termasuk Filum
Plathyhelmintes ?
3. Bagaimana proses fisiologi dalam tubuh Filum Plathyhelmintes?
4. Bagaimana klasifikasi Filum Plathyhelmintes?
5. Bagaimana Manfaat Filum Plathyhelmintes?
6. Bagaimana Ciri Umum Filum Nematelminthes?
7. Bagaimana Anatomi dan Morfologi tubuh hewan yang termasuk Filum
Nematelminthes?
8. Bagaimana proses fisiologi dalam tubuh Filum Nematelminthes?
9. Bagaimana habitat dan Daur Hidup hewan yang termasuk Filum
Nematelminthes?
10. Bagaimana klasifikasi Filum Nematelminthes?
11. Bagaimana Ciri Umum Filum Nematelminthes?
12. Bagaimana Anatomi dan Morfologi tubuh hewan yang termasuk Filum
Nematelminthes?
13. Bagaimana proses fisiologi dalam tubuh Filum Nematelminthes?
14. Bagaimana habitat dan Daur Hidup hewan yang termasuk Filum
Nematelminthes?
15. Bagaimana klasifikasi Filum Nematelminthes?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini secara umum adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui Ciri Umum Filum Plathyhelmintes .
2. Mengetahui Anatomi dan Morfologi tubuh hewan yang termasuk Filum
Plathyhelmintes .
3

3. Mengetahui proses fisiologi dalam tubuh Filum Plathyhelmintes.


4. Mengetahui habitat dan Daur Hidup hewan yang termasuk Filum
Plathyhelmintes..
5. Mengetahui klasifikasi Filum Plathyhelmintes.
6. Mengetahui Ciri Umum Filum Nematelminthes.
7. Mengetahui Anatomi dan Morfologi tubuh hewan yang termasuk Filum
Nematelminthes.
8. Mengetahui proses fisiologi dalam tubuh Filum Nematelminthes.
9. Mengetahui habitat dan Daur Hidup hewan yang termasuk Filum
Nematelminthes.
10. Mengetahui klasifikasi Filum Nematelminthes.
11. Mengetahui Ciri Umum Filum Nematelminthes.
12. Mengetahui Anatomi dan Morfologi tubuh hewan yang termasuk Filum
Nematelminthes.
13. Mengetahui proses fisiologi dalam tubuh Filum Nematelminthes.
14. Mengetahui klasifikasi Filum Nematelminthes.
15. Mengetahui manfaat Filum Nematelminthes.
4

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Karakteristik Plathyhelmintes.


Platyhelmintes merupakan cacing yang mempunyai simetri bilateral dan
tubuhnya pipih secara dorsoventral (Kastawi et. all., 2003). Platyhelminthes
berasal dari Bahasa Yunani, dari kata Platy = pipih dan helminthes = cacing. Jadi
berarti cacing bertubuh pipih. Filum Platyhelminthes terdiri dari sekitar 13,000
species, terbagi menjadi tiga kelas; dua yang bersifat parasit dan satu hidup bebas.
Filum Platyhelminthes dibagi menjadi 3 kelas yaitu: Tubellaria, Trematoda dan
Cestoda (Sutarno, 2009). Planaria dan kerabatnya dikelompokkan sebagai kelas
Turbellaria. Cacing hati adalah parasit eksternal atau internal dari Kelas
Trematoda. Cacing pita adalah parasit internal dari kelas Cestoda. Umumnya,
golongan cacing pipih hidup di sungai, danau, laut, atau sebagai parasit di dalam
tubuh organisme lain. Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut,
dan tempat-tempat yang lembab, sedangkan Platyhelminthes yang parasit hidup di
dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.
Cacing golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya. Beberapa contoh
Platyhelminthes adalah Planaria yang sering ditemukan di balik batuan (panjang
2-3 cm), Bipalium yang hidup di balik lumut lembab (panjang mencapai 60 cm),
Clonorchis sinensis, cacing hati, dan cacing pita.

Gambar 1 : Bagian Turbellaria


(sumber :www.google.com/platyhelmites)
5

2.2 Morfologi dan Anatomi


Platyhelminthes memiliki bentuk tubuh pipih memanjang, seperti pita, dan
sperti daun. Panjang tubuhnya berfariasi ada yang beberapa millimeter dan ada
yang sampai belasan meter. Platyhelmintes tidak memiliki rongga tubuh (selom)
sehingga disebut hewan aselomata. Tubuh pipih dorsoventral, tidak berbuku-
buku, simetri bilateral, serta dapat dibedakan antara ujung anterior dan posterior.
Lapisan tubuh tersusun dari 3 lapis (triploblastik) yaitu ektoderm yang akan
berkembang menjadi kulit, mesoderm yang akan berkembang menjadi otot – otot
dan beberapa organ tubuh dan endoderm yang akan berkembang menjadi alat
pencernaan makanan. Walaupun cacing pipih mengalami perkembangan
triploblastik, mereka merupakan aselomata (hewan yang tidak memiliki rongga
tubuh) (Campbell, 2008).

Gambar 2 : Lapisan Tubuh Platyhelmintes


(Sumber : www.schoolbag.info)
System ekresi terdiri atas satu atau sepasang protonefridia dengan sel api.
System syaraf pada hewan ini masih primitive dan disebut dengan system tangga
tali. Organ sensori umum dijumpai pada turbellaria, tetapi pada hewan parasitt
organ tersebut mereduksi. Reseptor kimia dan peraba pada umumnya berbentuk
lubang atau lekukan yang bersilia. Platyhelmintes bersifat hemafrodit dan system
reproduksinya berkembang serta kompleks. Menurut Kastawi (2003 : 117),
reproduksi aseksual dengan cara memotong tubuh dialami oleh turbellaria pada air
tawar. Secara seksual terjadi dengan pembuahan, pembuahan silang sering terjadi
6

pada trematode dan pembuahan sendiri sering terjadi pada cestoda. Fertilsasi
terjadi secara internal dan siklus hidupnya melibatkan banyak inang.

2.3 Fisiologi
2.3.1 Sistem Gerak
Cacing yang hidup bebas dapat bergerak aktif. Planaria meskipun hidup di
air tidak bergerak dengan cara berenang, tetapi bergerak dengan cara meluncur
dan merayap. Gerakan meluncur terjadi akibat adanya gerakan silia pada bagian
ventral tubuh serta lender yang disekresikan oleh kalenjar lender yang terletak di
tepi tubuh planaria. Gerakan merayap terjadi akibat dari memanjangnya tubuh
cacing yang merupakan akibat dari kontraksi otot sirkular dan dorsoventral.
Kemudian bagian depan tubuh akan mencengkeram pada subtract dengan mukosa
atau alat pelekat khusus. Beberapa Turbellaria yang juga menggunakan otot-
ototnya untuk berenang melalui air dengan gerakan berdenyut (Campbell, 2008)..
Dengan mengkontraksikan otot longitudinal maka bagian tubuh belakang akan
tertarik ke depan (Kastawi et. all., 2003). Sedangkan cacing trematode dan cestoda
parasite dewasa tidak bergerak aktif dan umumnya menetap pada organ tubuh
tertentu dari inang

2.3.2 Sistem Respirasi dan Degesti


Sistem respirasi Platyhelminthes melalui permukaan tubuhnya secara
difusi dan belum memiliki alat pernafasan khusus. Sedangkan yang hidup sebagai
endoparasit bernafas secara anaerob. Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring,
dan usus (tanpa anus), usus bercabang-cabang ke seluruh tubuhnya. Planaria dapat
hidup tanpa makanan dalam waktu yang lama dengan jalan melarutkan organ
reproduksi, parenkim dan ototnya sendiri sehingga ukurannya akan menyusut.
Pada trematode memiliki alat pengisap pada mulutnya. Makanan
trematode bisa berupa darah, sel yang rusak, cairan empedu dan cairan limfa.
Makanan yang tidak tercerna akan dimuntahkan lewat mulut. Sedangkan cacing
cestoda tidak memiliki alat percernaan sama sekali. Makanan yang berupa sari
sari makanan langsung diserap dari intestine inang melalui seluruh permukaan
tubuh.
7

2.3.4 Sistem Ekresi dan Koordinasi


Platyhelminthes tidak memiliki sistem peredaran darah (sirkulasi) dan alat
ekskresinya berupa sel-sel api. Sel sel api mengumpulkan kelebihan air dan
kotoran yang bersifat cair. Di dalam rongga sel api terdapat silian yang dapat
menggerakkan zat buangan pembuluh yang ujungnya terbuka pada permukaan
tubuh. Kelompok Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali.
Sistem saraf tangga tali terdiri dari sepasang simpul saraf (ganglia) dengan
sepasang tali saraf yang memanjang dan bercabang-cabang melintang seperti
tangga.

2.3.5 Sistem Reproduksi


Cacing pipih dapat berkembangbiak dengan cara seksual dan aseksual.
Menurut Kastawi (2003: 127), perkembangbiakan secara aseksual sering terjadi
pada sebagian besar trematode. Cacing Dugestia mempunyai dua strain yang
bersifat seksual dan aseksual. Pembelahan akan terjadi jika cacing telah mencapai
ukuran maksimal. Pada strain yang bersifat seksual, keberadaan alat reproduksi
hanya bersifat sementara yaitu pada saat musim kawin. Sesudah itu alat
reproduksinya akan mengalami degenerasi dan hewan menjadi strain yang bersifat
seksual.
Cacing hati bersifat hemafrodit dan dapat melakukan pembuahan sendiri.
Meskipun demikian fertilisasi sering terjadi secara silang. Sedangkan pada
cestoda, proglotid yang menyusun tubuh cacing mempunyai kemampuan untuk
melakukan reproduksi. Fertilisasi terjadi dengan sendirinya pada satu proglotid,
akan tetapi lebih sering terjadi adalah fertilisasi antar proglotid yang berbeda daric
acing yang sama.

2.3.6 Habitat dan Habitus


Hewan yang tergolong kelas turbelaria umumnya hidup bebas di
lingkungan yang berair. Cacing pipih yang tergolong trematoda kebanyakan
bersifat parasit yang membutuhkan inang untuk kelangsungan hidupnya. Cacing
dewasa hidup di hewan sebagai inang definitive. Sedangkan kelompok cestoda
kebanyakan juga hidup parasit di hewan vertebrata (Kastawi, 2003).
8

Gambar 3 : kelompok platyhelmintes (sumber : academia.edu)


2.4 Klasifikasi
2.4.1 Turbellaria
Keberadaan: 4000+ spesies di seluruh dunia; hidup di batu dan permukaan
sedimen di air, di tanah basah, dan di bawah batang kayu. Hampir semua
Turbellaria hidup bebas (bukan parasit). Kebanyakan turbellaria berwarna bening,
hitam, atau abu-abu. Ciri khas turbellaria adalah adanya sel kelenjar khusus yang
jumlahnya banyak dan terletak di epidermis. Kalenjar ini berfungsi untuk
menghasilkan mukosa untuk melekat, untuk menutup subtract yang dilalui dan
untuk melibas mangsa. Kelas turbellaria memiliki 5 ordo yaitu Aceola,
Rhabdocoeala, Alloecoela, Tricladida dan Polikladida.
Planaria sp
Cacing ini dipakai sebagai contoh yang mewakili anggota kelas
Turbellaria pada umumnya. Anggota genus Dugesia, yang umumnya dikenal
sebagai Planaria, berlimpah dalam kolam dan aliran sungai yang tidak terpolusi.
Planaria mempunyai kebiasaan berlindung di tempat-tempat yang teduh, misalnya
di balik batu-batuan, di bawah daun yang jatuh ke dalam air. Bentuk tubuh
9

anggota ini adalah pipih dorsoventral, dengan bagian kepala yang berbentuk
seperti segitiga, sedangkan bagian ekornya berbentuk meruncing yang panjang
tubuh sekitar 5-25 mm. Planaria memangsa hewan yang lebih kecil atau memakan
hewan-hewan yang sudah mati. Planaria dan cacing pipih lainnya tidak memiliki
organ yang khusus untuk pertukaran gas dan sirkulasi. Bentuk tubuhnya yang
pipih itu menempatkan semua sel-sel berdekatan dengan air sekitarnya, dan
percabangan halus rongga gastrovaskuler mengedarkan makanan ke seluruh
hewan tersebut. Menurut Jasin (1984), Di sepanjang tubuh Planaria sp bagian
ventral diketemukan zona adesif yang berfungsi menghasilkan lendir liat yang
berfungsi untuk melekatkan tubuh Planaria ke permukaan benda yang
ditempelinya. Di permukaan ventral tubuh planaria ditutupi oleh rambut-rambut
getar halus, berfungsi dalam pergerakan.
Sistem saluran pencernaan makanan terdiri dari mulut, faring, esofagus,
dan usus. Mulut, terletak di bagian ventral dari tubuh, yaitu kira-kira dekat dengan
pertengahan agak ke arah ekor. Lubang mulut ini dilanjutkan oleh kantung yang
bentuknya silindris memanjang yang disebut rongga mulut (Faring). Esofagus
merupakan persambungan daripada faring yang langsung bermuara kedalam usus;
ususnya bercabang tiga, yaitu menuju ke arah anterior, sedang yang dua lagi
sejajar menuju ke arah posterior. Seperti halnya hewan tingkat rendah lainnya,
Planaria juga belum mempunyai alat pernafasan yang khusus. Pengambilan O2
maupun pengeluaran CO2 secara osmosis langsung melalui seluruh permukaan
tubuh.
Sistem ekskresi terdiri dari 2 tabung ekskresi longitudinal yang mulai dari
sel-sel nyala (flame cells) yang di bagian anteriornya berhubungan silang. Seluruh
sistem ini terbuka ke luar melalui porus ekskretorius. Flame cells atau sel-sel api
berfungsi sebagai alat ekskresi yang membuang zat-zat sampah yang merupakan
sisa-sisa metabolisme dan juga sebagai alat osmoregulasi dalam arti ikut
membantu mengeluarkan ekses-ekses penumpukan air di dalam tubuh, sehingga
nilai osmosis tubuh tetap dapat dipertahankan seperti ukuran normal.
Sistem saraf terdiri dari 2 batang saraf yang membujur memanjang, yang
di bagian anteriornya berhubungan silang, dan 2 ganglion anterior yang terletak
dekat di bawah mata. Ganglion berfungsi sebagai otak dalam arti bertindak
10

sebagai pusat susunan saraf serta mengkoordinir aktivitas-aktivitas anggota tubuh.


Seonggok ganglion tersebut letaknya di bagian kepala persis di bawah lapisan
epidermis agak di sebelah bintik mata. Ganglion ini karena terletak di bagian
kepala dan berfungsi sebagai otak maka biasa disebut ganglion kepala atau
ganglion cerebral. Dari ganglin cerebral ini keluarlah cabang-cabang urat saraf
secara radier menuju ke arah lateral, anterior, dan pasterior. Cabang anterior
menuju ke bagian bintik mata, cabang lateral menuju ke alat indera cemoreseptor,
sedangkan cabang posterior ada satu pasang kanan kiri yang saling bersejajar yang
membentang di bagian ventral tubuh yang disebut tali saraf.
Planaria sudah mempunyai alat indera yang berupa bintik mata, dan indera
aurikel, yang kedua-duanya terletak di bagian kepala. Bintik mata merupakan titik
hitam yang terletak di bagian dorsal daripada bagian kepala. Masing-masing
bintik mata terdiri dari sel-sel pigmen yang tersusun dalam bentuk mangkok yang
dilengkapi dengan sel-sel saraf sensorik yang sangat sensitif terhadap sinar. Bintik
mata itu sekedar dapat membedakan gelap dan terang saja.
Planaria bersifat hermafrodit, terdapat alat kelamin jantan dan betina. Alat
kelamin jantan terdiri dari:
1. Testis, yang berjumlah ratusan, berbentuk bulat tersebar di sepanjang sisi
tubuh keduanya.
2. Vasa eferensia, yang merupakan pembuluh yang menghubungkan testis
dengan bagian pembuluh lainnya.
3. Vasa deferensia, merupakan pembuluh berjumlah dua buah yang masing-
masing membentang di setiap sisi tubuh yang kedua-duanya saling
bertemu dan bermuara ke dalam suatu kantung yang disebut vesiculus
seminalis.
4. Vesiculus seminalis, berfungsi untuk menampung sperma dan
menyalurkan sperma menuju ke penis.
5. Penis, yang merupakan alat pentransfer ke tubuh waktu mengadakan
kopulasi pada perkawinan silang.

Sistem alat kelamin betina terdiri dari atas bagian-bagian seperti berikut:
11

1. Ovari, berjumlah dua buah, berbentuk bulat terletak di bagian anterior


tubuh.
2. Oviduct, dari setiap ovarium akan membentang ke arah posterior sebuah
saluran yang disebut oviduct (saluran telur). Antara saluran telur kanan
dan kiri saling bersejajar yang masing-masing dilengkapi dengan kelenjar
yang menghasilkan kuning telur.
3. Kelenjar kuning telur, menghasilkan kuning telur yang akan disediakan
bagi sel telur bila telah diproduksi oleh ovarium.
4. Vagina, merupakan suatu aliran yang berfungsi untuk menerima transfer
spermatozoid dari cacing planaria lain.
5. Uterus, merupakan ruangan yang bentuknya menggelembung yang
berfungsi untuk menyimpan spermatozoid. Uterus juga biasa disebut
receptaculus seminalis.
6. Genital atrium (ruang genitalis) yaitu muara antara kedua buah saluran
telur.

Gambar 4 : Alat reproduksi planaria (Sumber


www.google.com/planaria_reproduction)
Planaria berkembang biak dengan cara seksual maupun aseksual. Menurut
Radiopoetro (1988: 192), Planaria akan menghindarkan diri bila terkena sinar
yang kuat, oleh karena itu pada siang hari cacing itu melindungkan diri di bawah
naungan batu-batu atau daun atau di bawah objek yang lain. Pada waktu istirahat
biasanya Planaria melekatkanatau menempelkan diri pada suatu objek dengan
bantuan zat lendir yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar lendir. Planaria
melakukan dua macam gerak, yaitu gerak merayap dan meluncur. Menurut
12

Rusyana (2011) Planaria sp memiliki daya regenerasi yang sangat tinggi, bila
hewan ini dipotong-potong, maka bagian yang hilang akan tumbuh kembali dan
menjadi individu utuh seperti sebelumnya

2.4.2 Thrematoda
Gambar 5 : Bagian tubuh trematode
(sumber : www.bio.miami.edu)
Trematode hidup di dalam atau pada tubuh hewan lain. Semua cacing
hisap adalah parasit, berbentuk silinder atau seperti daun. Panjang berkisar 1 cm
hingga 6 cm. Cacing ini memiliki penghisap untuk menempelkan diri ke organ
internal atau permukaan luar inangnya. Sebagai suatu kelompok, cacing trematoda
memparasiti banyak sekali jenis inang, dan sebagian besar spesies memiliki siklus
hidup yang kompleks dengan adanya pergiliran tahap seksual dan aseksual.
Banyak trematoda memerlukan suatu inang perantara atau intermediet tempat
larva akan berkembang sebelum menginfeksi inang terakhirnya (umumnya
vertebrata), tempat cacing dewasa hidup. Sebagai contoh, trematoda yang
memparasati manusia menghabiskan sebagian dari hidupnya di dalam bekicot.
Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru,
ginjal, dan pembuluh darah vertebrata. Trematoda berlindung di dalam tubuh
inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula dan permukaan
tubuhnya tidak memiliki silia (Kastawi, 2003)
Trematoda tidak mempunyai rongga badan dan semua organ berada di
dalam jaringan parenkim. Tubuh biasanya pipih dorsoventral, dan biasanya tidak
bersegmen dan seperti daun. Mereka mempunyai dua alat penghisap, satu
mengelilingi mulut dan yang lain berada di dekat pertengahan tubuh atau pada
ujung posterior.
13

Sistem pencernaan makanan sangat sederhana. Terdapat mulut pada ujung


anterior, yang dikelilingi oleh sebuah alat penghisap. Makanan dari mulut melalui
faring yang berotot ke esofagus dan kemudian ke usus, yang terbagi menjadi dua
sekum yang buntu. Sekum ini kadang bercabang, dan percabangan ini kadang-
kadang sedikit rumit. Kebanyakan trematoda tidak mempunyai anus, dengan
demikian sisa bahan makanan harus diregurgitasikan. Sistem reproduksinya
kompleks. Sebagian besar dari trematoda hermafrodit, atau mempunyai organ
jantan dan betina.

a. Siklus Fasciola hepatica


14

Gambar 6 : Siklus Hidup Fasciola hepatica


(Sumber www.cdc.com)

ZygotLarva Myrasidium Sporosit  Redia Sercaria Metacercaria 


Cacing dewasa.

2.4.4 Cestoda
Cestoda hidup sebagai parasit dalam tubuh hewan. Contoh cacing pita
adalah Taenia solium dan Taenia saginata yang parasit pada manusia. Taenia
terdiri dari sebuah kepala bulat yang disebut scolex, sejumlah ruas, yang sama
disebut disebut proglotid. Pada kepala terdapat alat hisap dan jenis Taenia solium
mempunyai kait (rostellum) yang sangat tajam untuk melekat pada inang. Di
belakang scolex terdapat leher kecil yang selalu tumbuh yang akan menghasilkan
proglotid . Panjang tubuh cacing pita dapat mencapai 2 m. Setiap proglotid
mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).
15

Gambar 7 : Bagian tubuh Taenia solium

Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri. Proglotid yang dibuahi


terdapat di bagian posterior tubuh cacing. Setelah reproduksi seksual, proglotid
yang penuh dengan ribuan telur yang terfertilisasi dilepaskan dari ujung posterior
dan meninggalkan tubuh inang bersama feses (Campbell, 2008). Proglotid dapat
melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan
tinja dengan membawa ribuan telur. Jika termakan hewan lain, telur akan
berkembang dan memulai siklus hidup barunya. Menurut Suwignyo (2005:45)
cacing pita tidak memiliki saluran pencernaan. Cacing pita menyerap makanan
yang telah dicerna terlebih dahulu oleh inang.
Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus
inangnya. Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya
karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus) ( Kastawi, 2003).
Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak
tidak sempurna. Inang perantara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan
babi pada taenia solium.
a. Siklus Hidup Taenia sp
Larva, yang dilengkapi dengan scolex akan berkembang menjadi kista
pada jaringan tubuh inang, misal pada otot. Manusia yang memakan daging yang
terinfeksi, akan menyebabkan kista berkembang menjadi cacing pita dewasa
Cacing pita dewasa terdiri dari scolex dan proglotid. Proglotid pada bagian ujung
mengandung telur yang telah dibuahi yang siap dikeluarkan bersama feses untuk
menginfeksi kembali Di dalam telur yang telah dibuahi, embrio berkembang
16

menjadi larva. Sapi mungkin akan memakan telur bersama rumput dan akan
menjadi inang sementara bagi cacing pita.

Gambar. 8 Siklus Hidup Taenia sp


Sumber : www.dpd.cdc.gov/dpdx
2.5 Manfaat
Adapun peranan Platyhelminthes dalam kehidupan adalah sebagai berikut:
1. Planaria menjadi salah satu makanan bagi organisme lain.
2. Cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit pada manusia
Schistosoma sp, dapat menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang
ditularkan melalui siput air tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut
berkembang di tubuh manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti
kandung kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia.Kerusakan tersebut
disebabkan perkembangbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh.
Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia
dan hewan mamalia lainnya, spesies ini dapat menghisap darah manusia.
Paragonimus sp, parasit pada paru-paru manusia. dapat menyebabkan gejala
17

gangguan pernafasan yaitu sesak bila bernafas, batuk kronis, dahak/sputum


becampur darah yang berwarna coklat (ada telur cacing).
Fasciolisis sp, parasit di dalam saluran pencernaan. Terjadinya radang di
daerah gigitan, menyebabkan hipersekresi dari lapisan mukosa usus sehingga
menyebabkan hambatan makanan yang lewat. Sebagai akibatnya adalah ulserasi,
haemoragik dan absces pada dinding usus. Terjadi gejala diaree kronis.
Taeniasis, penyakit yang disebabkan oleh Taenia sp. Cacing ini menghisap
sari-sari makanan di usus manusia. Fascioliasis, disebabkan oleh Fasciola
hepatica. Merupakan penyakit parasit yang menyerang semua jenis ternak. Hewan
terserang ditandai dengan nafsu makan turun, kurus, selaput lendir mata pucat dan
diare.
2.6 Ciri Umum Filum Nematelminthes
Cacing yang tergolong Nematoda mempunyai tubuh yang berbentuk
silinder, tidak beruas-ruas, tidak berapendiks, dan tidak memiliki probosis. Tubuh
tertutup kutikula yang elastis dan tersusun oleh protein. Simetri tubuhnya adalah
bilateral memiliki tiga lapisan germinal (Kastawi, et.al., 2003).
Tubuhnya bulat dan memanjang dengan suatu rongga di antara dinding
tubuh dan intestin (usus) yang disebut pseudosol tidak mempunyai segmen tubuh,
terdapat mulut dan anus, hidup di dalam tanah, air tubuh manusia, hewan, dan
tumbuhana. Diduga ada 100.000 spesies (Rusyana, 2011).
18

Gambar 9. Gambar Salah Satu Nematelminthes


Sumber: www.nematelminthes.com
Epidermisnya tipis tetapi membentuk empat tali longitudinal. Di bawah
epidermis terdapat satu lapis serabut otot yang terbentang secara longitudinal dan
dibagi oleh tali menjadi 4 kuadrans. Saluran pencernaan makananannya lengkap,
lurus, mulut dan anusnya terdapat pada ujung yang berbeda. Diantara dinding
tubuh dan saluran pencernaan terdapat ruangan atau rongga yang disebut
pseudosoel. Tidak memiliki organ sirkulasi dan respirasi. Organ eksresinya
sederhana (Kastawi, et.al., 2003).
Sistem saraf terdiri atas cincin saraf yang mengelilingi esofagus. Cincin
saraf itu berhubungan dengan enam saraf aneterior dan beberapa saraf posterior.
Alat kelamin terpisah, hewan jantan lebih kecil daripada yang betina. Gonad
berbentuk pembuluh dan berlanjut dengan saluran-salurannya. Alat kelamin betina
umumnya berpasangan dan bermuara pada vulva. Alat kelamin jantan biasanya
tunggal dan bermuara pada kloaka. Pembelahan dan deferensiasi embrio sangat
jelas (Kastawi, et.al., 2003).
Adapun ciri umum menurut Kastawi (1995) adalaha sebagi berikut:
1. Bentuk tubuh gilik (bulat panjang) dan tak bersegmen. Sebelah luar
epidermis terdapat lapisan kutikula, licin, elastis sedikit kaku.
2. Hanya memiliki otot longitudinal saja.
3. Rongga tubuh berupa rongga tubuh semu (pseudocoel) yaitu rongga tubuh
tidak dilapisi otot peritonium.
4. Saluran makanan sudah komplit, ada mulut, usus, dan anus. Saluran
pencernaan berbentuk pembuluh.
5. Tidak memiliki sistem peredaran darah. Makanan diedarkan oleh cairan di
dalam pseudocoel.
6. Termasuk hewan diocious, berarti ada yang jantan ada yang betina.
7. Susunan saraf betbentuk cincin yang melingkari oesophagus, dengan enam
tali saraf ke anterior dan ke posterior.
2.7 Anatomi dan Morfologi Tubuh Hewan Yang Termasuk Filum
Nematelminthes
19

Tubuh Nematelmintes pada umumnya gilik (silindris) ini dibagian luar


(dinding tubuh) berupa kutikula yang bersifat agak kaku namun lentur.
Pergerakan tubuh karena adanya kontraksi otot longitudinal pada dinding tubuh
dan dibantu oleh adanya cairan pseudocoel serta elastis dari kutikula. Pada
umumnya dibagian ekor cacing nematoda ini terdapat sepasang kelenjar yang
disebut phasmid yang berfungsi sebagai reseptor kimiawi. Pada cacing yang
bersifat parasit, phasmit ini berkembang lebih baik ( Kastawi, 1995).
Salah satu contoh Filum Nematelminthes yang akan dibahas secara detail
adalah cacing perut (Ascaris lumbricoides). Ascaris lumbricoides mempunyai
tubuh yang panjang, berbentuk silinder, dan runcing pada kedua ujungnya. Hidup
pada usus manusia. Dinding tubuh tersusun dari kutikula, epidermis dan lapisan
otot yang memanjang dimana terdapat saluran ekskersi lateral, tali-tali syaraf
dorsal dan ventral yang dihubungkan oleh cincin syaraf anterior (Rusyana, 2011).

Gambar. 10 Bagian Tubuh Ascaris lumbricoides


Sumber : Jasin, 1984

Cacing betina berukuran 20-29 cm dan dengan diameter 4-6 mm. Hewan
jantan berukuran lebih kecil, panjangnya 13-31 cm dengan diameter 2-4 mm.
Permukaan tubuh pada ummumnya tidak berwarna. Kutikula luar berwarna putih
kekuningan. Warna merah pada tubuhnya disebabkan oleh adanya hemoglobin.
Ujung anterior mempunyai bentuk yang sama pada kedua jenis kelamin.
Permukaan tubuh tertutup oleh kutikula yang halus, elastis, liat, membentuk garis-
garis melintang sehingga menampakkan ruas-ruas semu pada tubuh cacing. Pada
tubuhnya yang silindris terdapat empat tali epidermal yang tampak dari luar, dua
20

tali dorsal dan ventral lebih sempit, sedang yang lateral tebal (Kastawi, et.al.,
2003).
Mulut terdapat pada ujung anterior, mempunyai 3 buah bibir, pada
permukaan ventral di ujung posterior terdapat lubang eksresi, makanannya berupa
sari-sari makanan, sepanjang tubuhnya tampak empat garis longitudinal
(memanjang) ialah garis dorsal, garis ventral, dan 2 garis lateral. Saluran
pencernaan makanan terdiri atas : mulut, faring, usus panjang dan anus (Rusyana,
2011).
Mulut pada Ascaris menggabung menjadi satu, sehingga tinggal tiga bibir,
satu di bagian dorsal dan satu di bagian ventrolateral. Bibir dorsal mempunyai dua
pasang papila sensori, sedangkan masing-masing bibir ventrolateral mempunyai
satu pasang papila sensori. Keempat pasang papila sensori tersebut membentuk
lingkaran bibir luar (Kastawi, et.al., 2003).
Masing- masing bibir ventrolateral mempunyai satu papila latral yang
disebut “am-phid”, tetapi bagian ini mengalami reduksi pada nematoda parasit.
Amphid merupakan kemoreseptor olfaktorius (indra pembau). Bibir-bibir
memiliki gigi yang halus. Dibelakang bibir terdapat sepasang papila serviks,
masing-masisng terletak didekat cicin saraf. Semua papila berfungsi sebagai
sensori (Kastawi, et.al., 2003).
.
Pada Nemathelmintes jantan terdapat kloaka yang merupakan jalan
keluarnya spikula kitun atau seta pineal. Didekat kloaka terdapat penonjolan
kutikula yang berupa 50 pasang papila pre-anal dan 5 pasang post-anal yang
berfungsi untuk kopulasi. Pada bagian ujung posterior terdapat ekor post-anal ,
yang pada hewan betina lurus dan melengkung pada hewan jantan. Lubang
genetalia betina terdapat pada sisi ventral sepertiga dari bagian tubuh dari ujung
anterior. Di belakang bibir terdapat sebuah lubang eksresi yang terletak pada
bagian midventral (Kastawi, et.al., 2003).
Dinding tubuh terdiri dari lapisan kutikula,epidermis/ hipodermis/
subkutikula , dan otot. Kutikula membentuk lapisan paling luar, berkerut dan liat,
terbentuk dari 6 lapis protein albumin yang tahan terhadap enzim pencernaan
inang, tetapi bersifat premabel terhadap garam dan air. Bagian luar dari kutikula
21

mengandung keratin keras. Disebeah dalam terdapat lapisan serabut halus, dan
selanjutnya lapisan protein spons yang mengandung matrisin yang kaya dengan
sulfu. Bagian yang paling dalam tersusun oleh jaringan ikat padat yang
mengandung serabut kolagen. Lapisan kutikula mengalami pengelupasan selama
empat kali seumur hidup (Kastawi, et.al., 2003).

Gambar 11. Bagian-bagian tubuh Nematelminthes


Sumber : Sumber: www.nematelminthes.com
Bagian bawah kutikula terdapat lapisan epidermis yang mengalami sisitum
sehingga sel terlihat memiliki banyak inti. Intisel terletak pada tali epidermal
longitudinal. Jumlah sel epidermal sedikit . lapisan epidermis mensekresikan
kutikula dan membentuk empat tali epidermal ( dua garis lateral, dua di bagian
dorsal dan ventral) di bagian longitudinal yang tebal.tali lateral emngandung
saluran eksresi, dan tali dorsal ventral mengandung saraf (Kastawi, et.al., 2003).
Diatara tali epidermis terdapat lapisan otot yang tersusun oleh selapis
serabut longitdinal yang merentang sepanjang tubuh. Tipel sel otot ada dua yaitu:
a. Zona luar
Bersifat fibrial, bergaris melintang, dan merupakan bagian otot yang
bergelendong yang bersifat kontraktil.
b. Zona bagian lebih dalam (zona protoplasmik)
Berbentuk seperti batang dan merupakan masa protoplasma dengansatu
nukleus yang berfungsi sebagai jaringan serabut penguat.
22

Pada potongan melintang otot longitudinal menunjukkan suatu daerah serabut


perifer yang berbebtuk “U” menutup Zona protoplasmik yang berbentuk batang.
Sealin pada dinding tubuh terdapat pula pada faring, vagina, dan daerah spikula.
Rongga tubuh (pseudosoel) merupakan ruangan yang terletak antara
dinding tubuh dengan saluran pencernaan . pseudosoel dibatasi oleh otot-otot
dibagian luar dan kutiiula usus dibagian dalam. Pseudosoel terbentuk dari puing-
puing jaringan ikat. Pada hewan muda pseudosoel terbentuk dari jaringan
parenkim. Sedangkan pada hewan dewasa parenkim tidak ada lagi sehingga organ
tubuh terlihat menggantung (Kastawi, et.al., 2003).
Pseudosoel memiliki jaringan fibrous dan sel-sel tetap yang disebut
soelomosit atau pseudoselosit. Pseudosoel merupakan rongga intraseluler.
Pseoudoseoel terisis oleh suatu cairan jernih yang mengandung banyak protein .
cairan itu mendistribusikan makanan yang tercena dan mengumpulkan sisa-sisa
makanan. Organ reproduksi terletak bebas di dalam pseudosoel. Pada cacing yang
hidup bebas pseudosolitnya berukuran kecil dan berjumlah banyak (Kastawi,
et.al., 2003).

2.8 Proses Fisiologi dalam Tubuh Filum Nematelminthes


2.8.1 Sistem Gerak
Gerak Nematoda disebabkan oleh adanya otot-otot yang terdapat di
dinding tubuh. Otot-otot itu terletak diantara tali epidermal, dan membujur
sepanjang tubuh. Otot-otot itu terbagi menjadi empat kuadran, dua kuadran
terletak pada sisi dorsal dan dua kuadran terletak pada sisi ventral. Kontraksi dan
relaksasi dari otot-otot menyebabkan tubuh memende dan memanjang. Koordinasi
gerak dari keempat kuadran otot menyebabkan cacing bergerak dengan cara
meliuk-liuk.
Nematoda hanya mempunyai musculus longitudinalis. Dengan
kontraksinya otot ini, tubuh cacing dapat memendek dan membelok ke lateral, dan
relaksasinya dipengaruhi oleh kutikula yang elastis. Karena adanya kontraksi dan
relaksasi ini cacing dapat bergerak dan gerakannya disebut geraka
menggelombang (undulasi) (Radiopoetro, 1990).
23

2.8.2 Respirasi
Cacing Ascaris tidak mempunyai alat respirasi. Respirasi terjadi secara an-
aerob. Energi diperoleh dengan cara mengubah gikogen menjadi CO2 dan asam
lemak yang di eks-kresikan melalui kutikula. Namun, sebenarnya Ascaris dapat
mengkonsumsi oksigen kalau di lingkungannya tersedia. Jika oksigen tersedia,
gas diambil oleh hemoglobin yang ada di dalam dinding tubuhdan cairan
pseudosoel (Kastawi, et.al., 2003).

2.8.3 Sistem Digesti (Pencernaan)


Truncus digestivum adalah merupaan saluran sederhana, yang memanjang
mulai dari mulut sampai ke anus, yang bermuaran keluar, pada bagian ventral.
Mulut umumnya dibatasi oleh labia atau papille dan pada beberapa spesies
dilengkapi dengan gigi chitin. Mulut melanjutkan diri ke dalam cavum buccale
yang berbentuk corong. Esofagus tertup oleh lanjutan cuticula cavum buccale, dan
dindingnya bersifat muscullar. Jika esofagus di potong melintang, ternya
lumennya berbentuk triradial. Bagian ujung posterior esofagus membesar dan
mempunyai vulvula yang kuat. Intestinum merupakan saluran pipih dan
melanjutkan diri sebagai rectum, dindingnya terdiri dari selapis sel epitelium
columner (Radiopoetro, 1990).
Diding dalam d batasi oleh kutikula yang tipis, dan tidak tertutup oleh
lapisan otot. Bagian akhir dari saluran pencernaan makanan (proktodeum) yang
merupakan kelanjurtan dari intestin adalah rektum. Bagian ini pendek dan sempit,
dindingnya mengandung serabut-serabut otot, dan dilapisi oleh kutikula. Didalam
rektum terdapat kelenjar rekatal uniseluler yang berukuran besar, berjumlah tiga
pada betina dan enam pada jantan. Bagian ujung rektum atau anus mempunyai
bibir yang tebal. Pada hewan jantan terdapat sebuah kloaka. (Kastawi, et.al.,
2003).
Pada Ascaris sistem pencernaan tidak dilengkapi kelenjar pencernaan.
Makanan masuk ketubuh merupakan makanan setengah jadi yang berasal dari
inangnya. Cacing Ascaris juga menggigit membran mukosa dengan bibir
membran mukosa dengan bibirnya untuk menghisap darah dan cairan jaringan
inangnya.
24

Makanan dihisap oleh faring. Sel kelenjar pada faring menghasilkan


enzim, dan intestinnya menyerap makanan serta melaksanakan pencernaan secara
intraseluler. Kelebihan makanan akan disimpan sebagai cadangan glikogen dan
lemak di dalam intestin, otot dan epidermis (Kastawi, et.al., 2003).

2.8.4 Sistem Eskresi


Organ eskresi terdiri atas dua canalis lateralis. Organ ini dimulai dengan
pipa-pipa buntu di bagian posterior badan, melanjutkan diri ke anterior dan
bersatu dibagian medioventral dan akhirnya bermuara keluar pada porus
excretorius, yang terletak didaerah esofagus (Radiopoetro, 1990).
Pada Ascaris lumbricoides terdapat sebuah saluran ekskresi longitudinal
pada setiap tali lateral. Rusuk anterior dari sel yang berbentuk H mengalami
reduksi, dan kanal transversal bercabang membentuk satunjaringan darimana
muncul saluran eksresi umum yang pendek. Saluran umum itu berakhir pada
lubang eksresi yang terletak dibagian ventral di belakang bibir. Sistem eskresi
pada cacing ini tidak dilengkapi dengan lubang-lubang internal, silia, dan sel api
(Kastawi, et.al., 2003).

2.8.5 Sistem Koordinasi

Sistem saraf meliputi sebuah cincin sirkum faringeal yang mengelilingi


faring. Cincin saraf itu tersusun oleh serabut saraf dan sel saraf difus. Cicin saraf
sirkum-faringeal itu berhubungan dengan banyak ganglion, ada gangliom dorsal
yang tidak berpasangan dan ada ganglion subdorsal yang berpasangan. Pada tiap
sisi dari cicin saraf sirku-faringeal terdapat sebuah ganglion lateral yang terbagi
menjadi enam ganglion. Pada sisi bawah dari cincin saraf terdapat satu pasang
ganglio ventral yang berukuran besar, masing-masing gangion mempunyai sel
saraf yang jumlanhya tetap (Kastawi, et.al., 2003).
Dari cincin sirkum-faringeal keluar enam saraf kecil ke arah anterior,
masingmasing mempunyai sebuah ganglion dan tersusun secara radial menuju ke
organ-organ sensorik yang terdapat pada ujung anterior. Dari cicin
sirkumfaringeal juga keluar enam serabut saraf posterior yang membentang
sampai ke ujung posterior. Antara keenam serabut saraf tersebut , satu terletak di
25

mid-dorsal, satu erletak di mid-ventral, dan sisanya terletak pada tali dorsal dan
tali ventral. Saraf mid ventral merupaan saraf utam dan berhubungan dengan
ganglion pada bagian anterior. Saraf mid ventral ini disebut sebagai tali saraf
(Kastawi, et.al., 2003).
Didekat anus terdapat sebuah ganglion anal yang mengirim saraf ke ekor.
Keempat saraf posterior lainnya berukuran kecil. Saraf ini merupakan sepasang
saraf dorsolateral dan satu pasang saraf ventrolateral. Saraf tersebut terletak di
dekat saluran eskresi. Saraf dorasal dan ventral dihubungkan oleh sejumlah
komisura transversal. Sedangkan saraf ventral dan lateraldihubungkan oleh
komisura ventrolateral (Kastawi, et.al., 2003).
Ascaris lumbricoides memiliki empat papila labial, dua terletak pada bibir
dorsal dan masing-masing satu pada bibir ventrolateral. Tiap papila labial
merupakan organ indar ganda. Papila labial bersifat kutikula dan disarafi oleh satu
serabut saraf. Setiap bibir lateral dilengkapi oleh sebuah papila lateral yang
berfungsi sebagai indra, pada ujung anterior tiap sisi di dekat cincin saraf terdapat
sebuah papila servikal yang terletak dibawah kutikula. Papila servikal ini bersifat
sirkuler dan disarafi oleh cabang yang berasal dari saraf lateral (Kastawi, et.al.,
2003).
Tiap bibir ventrolateral mempunyai sebuah amphid yang terletak didekat
papila lateral. Amphid ini disarafi oleh saraf Amphidial yang berasal dari ganglion
lateral. Amphid merupakan kemoreseptor pembau. Pada setiap sisi pada ekor di
belakang anus anus terdapat satu kelenjar uniselluler yang disebut phasmid.
Kelenjar ini mempunyai saluran yang mengarah keluar dan berfungsi sebagai
glandula sensori (Kastawi, et.al., 2003).
Amphid merupakan alat indra yang sangat karakteristik pada Nematoda.
Amphid sangat jelas pada Nematoda aquatis, terutama yang hidup dilaut,
sedangkan pada yang bersifat terstial dan parasit, amphid mereduksi. Ada 3
macam bentuk Amphid yaitu:
a. Cyatiform
Amphid yang berbentuk seperti kantong atau saku berlubang atau
bercelah.
b. Spiral
26

Berbentuk spiral atau melingkar hingga membentuk beberapa putaran


hingga bulat sabit
c. Circuler
Berbentuk discus. (Radiopoetro, 1990).

2.8.6 Sistem Reproduksi


Nematoda merupaan hewan berkelamin tunggal (dioseus), artinya dapat
dibekan antara jantan dan betina berdasarkan penampakan luar. Hewan jantan
memiliki ukuran yang lebih kecil dari hewan betina,dan mempunyai ekor
melengkung. Gonad berbentuk pembuluh dan dilanjutkan dengan saluran-
salurannya. Gonad terletak dibagian pseudosoel yang menggantung secara bebas.
Sistem kelamin jantan mereduksi sehingga berjumlah satu dan sistem kelamin
betina ada dua (Kastawi, et.al., 2003).
Alat reproduksi jantan terdiri dari satu testis dengan saluran berbentuk
benang kusut. Kemudian saluran vasa deferensia yang nmenuju ke vesicula
seminalis dan berakhir pada saluran ejakulasi (Jasin, 1984).
Oragan kelamin jantan terletak pada sparo bagian tubuh posterior.
Testesnya satu, panjang, menngulung dan berlanjut menjadi vas deferens. Vas
deferens menggabung dengan vesikula seminalis, yang dindingnya berotot dan
terletak pada sepertiga tubuh bagian posterior. Vesikula seminalis tersalur ke
saluran ejakulasi yang pendek, sempit, dan bermuara di kloaka. Kloaka membuka
ke arah luar tubuh oleh apertura kloaka (Kastawi, et.al., 2003).
Didekat bagian anal pada hewan jantan terdapat penonjolan yang disebut
pineal setae yang digunakan ketika berhubungan seks. Pineal setae terdapat di
dalam kantung spikula. Pineal setae merupakan spikula yang bersifat kutikular
dengan inti sitoplasma. . Pineal setae digunakan ketika kopuasi yaitu untuk
membuka lubang genita betina dan membantu menyalurkan sperma. Penyaluran
sperma dibantu oleh guberkhulum, suatu lempengan khitin yang terletak pada
dinding kloaka (Jasin, 1984).
27

Gambar 12. Nemathelmintes Jantan dan Betina


Sumber : www. biologi-invertebrata.com

Organ genetal betina bersifat “didefik” , artinya jumlahnya ada dua. Organ
ini terletak di dua pertiga bagian tubuh dari arah posterior. Ovarinya berjumlah
dua berbentuk benang yang menggulung. Ovari mempunyai saluran telur (oviduk)
yang berukuran lebar. Oviduk menuju ke uterus yang dindingnya berotot. Uterus
memiliki satu lapisan yang dalam dan tebal dan tersusun oleh otot sirkular,
sedangkan lapisan luar yang tipis tersusun oleh otot obliqs/ serong. Kedua uterus
bergabung dan bermuara pada lubang vagina (Kastawi, et.al., 2003).
Lubang vagina atu vulva terletak pada sepertiga bagian tubuh dar arah
antrior. Pada Nematoda tertentu bagian ujung vagina membentuk “ovoejektor”
yang bersifat muskular. Gerakan peristaltik ovoejektora akan menekan telur
keluar satu persatu melalui gonopor (Kastawi, et.al., 2003).
Gonad Nematoda ada yang bersifat “hologenik” dan “telogenik”. Pada
gonad hologenik terdapat sel-sel germ muncul di sepanjang gonad. Pada gonad
yang bersifat telogenik sel germ muncul hanya pada ujung proksimal yang disebut
zona germinal. Perkembangan sperma yang bersifat ameboid dalam testis,
dikemas di sekitar rakhis sentral. Pada bagian akhir gonad, gametosit terbentuk
dan terbebas dari rakhis. Pada tempat ini gametosit mengalami pematangan untuk
membentuk sel telur dan sperma (Kastawi, et.al., 2003).
2.8.7 Daur Hidup
Fertilisasi sel telur terjadi di dalam reseptakulum seminalis. Sel telur yang
sudah dibuahi menghasilkan sebuah cangkang dalam yang tebal dan jernih yang
28

tersusun dari lemak. Saat telur turun ke uterus dinding uterus mensekresikan
cangkang luar yang berupa protein albumin. Cangkang ini keras karena tersusun
oleh khitin dan berwarna kuning. Sel telur yang telah dibuahi diletakkan di dalam
usus halus inangnya dan keluar bersama feses. Telur yang keluar dari usus belum
bersegmen (Kastawi, et.al., 2003).

Gambar 13. Siklus Hidup Ascaris lumbricoides


Sumber http:// www.dpd.cdc.gov/dpdx
Telur yang keluar bersam feses akan tetap hidup di lingkungan tanah yang
lembab selama berbulan-bulan. Suhu yang sesuai adalah 85o F. Segmentasi
bermula di dalam tanah kemudian akan terbentuk larva di dalam cangkang selama
10-14 hari. Hewan muda akan mengalami pengelupasan sebanyak sekali dalam
jangka waktu satu minggu berikutnya di dalam cangkang. Setelah pengelupasan
dua kali cacing muda bersifat infektif (Kastawi, et.al., 2003).
Kemudian larva yang bersifat infektif akan tertelan manusia melalui
lumpur, air, atau sayuran. Cacing muda yang tertelan masuk kedalam usus halus,
dan menetas. Ukurannya 0,2-0,3 mm denhgan susunan tubuh sama dengan cacing
dewasa kecuali pada alat reproduksinya. Setelah menetas cacing akan bermigrasi
29

ke organ lain dengan cara menembus dinding usus halus dan masuk kedalam
sistem peredaran darah menesenterik. Selanjutnya masuk kedalam hati melalui
vena porta hepatik, kemudian masuk ke vena hepatik dan selanjutnya akan masuk
ke vena kava inferior untuk mencapai sisi kanan jantung. Dari bagian jantung
cacing ikut mengeliingi bagian tubuh hingga pada akhirnya kan masuk ke paru-
paru melalui arteria pulmonalis (Kastawi, et.al., 2003).
Cacing masuk kedalam alveolus dengan cara menembus dinding kapiler
darah dan menetap selama beberapa hari. Cacing akan tumbuh dan mengelupas
kulitnya untuk ketiga kalinya. Dari alveolus cacing menuju bronkiolus, bronkus,
trachea, dan glotis. Dari faring cacing akan masung ke esofagus untuk sampai ke
usus halus kedua kalinya (Kastawi, et.al., 2003).
Selama perjalanan mengelilingi tubuh inang cacing mengalami
pertumbuhan 10 kali lipat drai panjang semula. Cacing mengalami pengelupasan
kulit sekali lagi dalam usus halus dan dalam jangka waktu 60-70 hari cacing
tumbuh menjadi dewasa dengan umur dalam tubuh inang 9 bulan sampai 1 tahun
(Kastawi, et.al., 2003).
2.9 Habitat dan Habitus
Ascaris lumbricoides merupakan cacing yang bersifat endo parasit di
dalam usus halus manusia. Cacing ini hidup bebas dalam rongga usus. Cacing
parasit ini tersebar secara kosmopolit. Selain dalam usus manusia, cacing ini juga
terdapat pada usus sapi dan babi (Jasin, 1984).
Varietas yang hidup dalam usus manusia dan babi mempunyai morfologi
yang sama, tetapi secara fisiologi berbeda, karena cacing dalam tahap incektif
tidak dapat berkembang pada tubuh inangnya. Ascaris lumbricoides var. Summ
mrupakan varietas yang hidup dalam usus babi. Varietas tersebut dapat
menginfeksi tubuh manusi, tetapi infeksinya akan hilang setelah 1-2 bulan
(Kastawi, et.al., 2003).

2.10 Klasifikasi
Diatas telah dijelaskan karakteristik yang dimiliki oleh Nematelminthes
atau Nematoda, berikut akan dijelaskan sistem klasiikasai dari filum
Nematelminthes (Kastawi, et.al., 2003).
30

2.10.1 Rotifera
Rotifera merupakan hewan yang berukuran mikroskopis, panjangnya
kurang dari 1 mm. Habitat hewan ini berada di air tawar, air asin, tetapi sering
dijumpai pada pangkal daun lumut. Kebanyakan hidup bebas namun ada juga
yang hidup sebagai parasit eksternal dan internal.
Tubuh Rotifera berbentuk silindris, tidak bersegmen. Pada bagian anterior
terdapat mahkota berbentuk cakram yang bersilia, bagian posteriornya berbentuk
kaki yang menggarpu. Adanya silli pada bagian anterior dan adanya gerakan
faring ini yang dapat membedakan Rotifera dengan hewan aquatik lainnya.

Gambar.14 Rotifera
Sumber: www. Lifeeart.net

Dinding tubuhnya berupa sel sinsitium tertutup oleh kutikulayang keras.


Saluran pencernaan makanan memiliki “ mastax” yaitu bagian yang selalu
bergerak aktih. Tubuhnya dilengkapi dengan dua protonefridia yang memiliki sel
api. Sistem sarafnya berupa satu ganglion dorsal dan beberapa macam saraf.
Organ sensorinya berupa bintik mata.
Organ seksualnya terpisah, hewan jantan biasanya kecil, jumlahnya tidak
banyak. Hewan betina mempunyai ovari, kelenjar kuning telur dan oviduk.
31

Perkembangbiakan secara partenogenesis dan seksual, dan bersifat ovipar dan


tidak memiliki stadia larva.

2.10.2 Gastrotricha
Gastrotricha merupakan hewan yang berukuran mikroskopis (0,07-2 mm)
yang biasanya hidup di endapan dasar air tawar dan air laut. Bentuk tubuh seperti
cacing, kecil. Pada permukaan anterior tubuh datar dan terdapat silia. Permukaan
luar tubuh tertutup lapisan kutikula yang dilengkapi duri, sisik, atau sisir.
Epidermis bersifat sinsitial (sitoplasma yang memilki banyak inti).
Pseudosoelumnya menyusut menjadi sebuah rongga kecil diantara dinding tubuh
dan saluran pencernaan yang dilengkapi dengan faring berotot, lambung dan
intestinnya lurus, dan berakhir pada anus di bagian posterior.
Sistem eksresi terdiri dari dua pronefridia yang masing-masing dilengkapi
dengan satu bola api, atau kelenjar ventral yang jumlahnya satu atau ldua buah.
Pada permukaan tubuh dijumpai “tubus adesiv” dengan berbagai macam bentuk.
Alat kelamin menjadi satu (Monosious), tetapi ada yang hanya dijumpai betinanya
saja karena kelamin jantannya menghilang. Telur bersifat amictic dan berkembang
secara partenogenesis. Pembelahan sel telur hanya terjadi secara mitosis. Jika sel
telur tidak dibuahi akan menghasilkan jantan secara partenogenesis. Jika dibuahi
akan menghasilkan sel telur dorman. Hewan yang termasuk dalam Gastrotricha
meliputi, Chepalodasys, Macrodays, Chaetonathus, Lepidodermella, dan
Neodasys.

Gambar 15. Chepalodasys, Macrodays, Chaetonathus


32

Sumber www. Lifeearth.,net

2.10.3 Nematomorpha
Cacing memiliki tubuh panjang dan ramping. Cacing muda hidup sebagai
parasit pada insekta dan krustasea, sedangkan cacing dewasa hidup bebas.
Panjang tubuh bervariasi antara 10-700mm, dengan diameter 0,3-2,5 mm. Cacing
dewasa sering ditemui di dalam air kolam, parit, dan pipa air minum. Semua
spesies hidup di air tawar kecuali Nectonema yang hidup dia air laut.
Secara umum karakteristik dari Nematomorpha, berbentuk silindris,
simetri bilateral, ujung tumpul dan membulat dan tidak bersegmen. Permukaan
tubuh dilapisi kutikula terdiri dari lempeng-lempeng atau papila. Tubuhnya
dilapisi otot longitudinal. Pseudosoelnya ada yang kosong ada yang berisi.

Gambar 16. Irisan Melintang Bagian Tubuh Nematomorpha


Sumber : www. Lifeeart.,net
Saluran pencernaan terdegradasi, organ sirkulasi dan eksresi tidak ada.
Sistem saraf terdiri dari cicin saraf yang mengelilingi esofagus. Cincin saraf
berhubungan dengan tali midventral. Alat kelaminya terpisah. Gonad berjumlah
satu atau dua, saluran reproduksinya berpasangan, dan bermuara pada kloaka,
tidak memiliki spikula kopulasi. Hewan yang termasuk meliputi ordo Gordioidea
dengan anggotanya Gordius robustus dan ordo Nectonemaidea dengan
anggotanya Nectonema dan Palaemonete.
33

2.10.5 Kinorhycha
Ciri tubuhnya simetri bilateral, tersusun 13-14 zonites (ruas-ruas yang
saling tumpang tindih). Ruas anterior pertama membentuk kepala, dan ruas kedua
membentuk leher. Panjang tubuhnya kurang dari 1 mm. Tubuhnya tertutup
kutikula yang tersusun dari kitin, bagian dorsal dan lateralnya mempunyai banyak
duri tetapi tidak memilki silia. Mulut terletak pada bagian anterior kepala,
dilanjutkan ke faring, esofagus, lambung dan anus. Mempunyai dua saluran
eksresi berbentuk tabung, masing-masing memiliki sel api yang berflagel,
bermuara pada ruas tubuh kesembilan. Sistem saraf terdapat pada epidermis.
Cincin saraf mengelilingi faring berhubungan dengan tali saraf midventral. Organ
sensori berupa bintik mata.
Alat kelamin terpisah dan masing-masing memiliki dua gonad yang
lubangnya terdapat pada sisi ventral tubuh di sisi anus. Sistem kelamin jantan
dilengkapi dengan duri kopulasi. Terjadi beberpa kali pengelupasan kulit pada
hewan muda. Hewan yang termasuk didalamnya ialah ordo Homalorhagida dan
ordo Cyclorhagida

2.11 Ciri-ciri Umum Filum Annelida


Hewan filum Annelida berasal dari kata latin “annul/annelus = cincin,
gelang” dalam bahasa Yunani “eidos = bentuk” yang dikenal sebagai cacing
gelang. Cacing-cacing yang termasuk dalam filum ini, tubuhnya bersegmen-
segmen. Mereka hidup di tanah yang lembab, dalam laut dan dalam air.Pada
umumnya Annelida hidup bebas, ada yang hidup dalam liang beberapa bersifat
komensal pada hewan-hewan akuatis dan ada juga yang bersifat parasit pada
vertebrata. Di samping tubuhnya bersegmen, juga tertutup oleh kutikula yang
merupakan hasil sekresi dari epidermis, sudah mempunyai sistem nefrosum,
sistem kardiovaskular tertutup dan sudah ada rongga tubuh (coelom) (Kastawi et
al, 2005).
Tubuh hewan Annelida bilateral simetris, panjang dan jelas bersegmen-
segmen, serta memiliki alat gerak yang berupa rambut-rambut kaku (setae) pada
tiap segmen. Polychaeta dengan tentakel pada kepalanya dan setae pada bagian-
34

bagian tubuh yang menonjol ke lateral, atau lobi lateralis yang disebut parapodia.
Tubuh tertutup oleh kutikula yang licin yang yang terletak diatas epithelium yang
bersifat glanduler. Dinding tubuh dan saluran pencernaan dengan lapisan-lapisan
otot sirkuler dengan longitudinal; sudah mempunyai rongga tuhuh (coelom) dan
umumnya terbagi oleh septa; saluran pencernaan lengkap, tubuler, memanjangh
sesuai dengan sumbu tubuh. Sistem cardiovasculare adalah sistem tertutup,
pembuluh-pembuluh dan membujur, dengan cabang-cabang kecil (kapiler) pada
tiap segmen (metameter); plasma darah mengandung hemoglobin. Respirasi
dengan kulit, atau dengan branchia. Organ eksresi terdiri atas sepasang nephridia
pada tiap segmen. Sistem nervosum terdiri atas sepasang ganglia cerebrales pada
ujung dorsal otak yang berhubungan dengan berkas saraf medio-ventral yang
memanjang sepanjang tubuh, dengan ganglia pada tiap segmen; terdapat juga sel-
sel tangoreceptor dan photoreceptor. Kebanyakan bersifat hermaprodhit dan
perkembangan secara langsung bersifat gonochoristis dan perkembangan melalui
stadium larva. Reproduksi dengan membentuk tunas terjadi pada beberapa
spesies. Salah satu contoh Annelida adalah Lumbricus terrestris (cacing tanah)
(Kastawi et al, 2005).
Banyak tipe cacing tanah, tetapi Lumbricus terrestris adalah merupakan
salah satu contoh spesies yang baik atau representatif bagi Filum Annelida.
Cacing ini sering juga cacing malam. Lumbricus terrestris ini, akan digunakan
sebagai contoh dalam pembahsan-pembahasan selanjutnya. Menurut Kastawi
(1994), ciri umum dari Anndelida yaitu:
a. Tubuh simetris bilateral, memanjang dan bersegmnen-segmen.
b. Tripoblastik, jadi disamping mempunyai lapisan ektodermis dan endodermis
juga memiliki lapisan mesodermis.
c. Golongan cacing ini sudah memiliki coelom. Sedangkan pada
Plathyhelmintes dan Nemathelmintes masih berupa pseudocoelom (rongga
tubuh palsu). Coelom (rongga tubuh sebenarnya) ini, terbentuk akibat
perkembangan lapisan mesodermis. Akibatnya terbentuk rongga ditengah-
tengah mesodermis yang disebut coelom.
d. Saluran pencernaan berupa pembuluh, memanjang sumbu badan: mulut-
usus-anus.
35

e. Umumnya pada sisi lateral tubuh pada tiap segmen terdapat alat gerak
berbulu-bulu kaku (setae).
f. Tubuh cacing ini tertutup oleh kutikula yang licin.
g. Memiliki “jantung pembuluh” dan peredaran darah sistem tertutup. Plasma
darah mengandung hemoglobin.
h. Tiap segmen terdapat sepasang nehridia sebagai alat eksresi.
i. Kebanyakan cacing ini hermaprodit.

2.12 Anatomi
Bentuk tubuh Lumbricus terrestris panjang silindris, dengan ±2/3 bagian
posteriornya sedikit memipih ke arah dorsoventral. Tubuh bersegmen-segmen
dan jelas annuli external bersesuaian dengan jumlah segmen dalam, yaitu ±150
segmen dalam seluruh tubuh. Warna tubuh: permukaan atas (Facies dorsalis)
berwarna merah sampai biru kehijau-hijauan dan dari luar aorta dorsalis kelihatan
jelas; permukaan bawah (faies ventralis) lebihpucat, umunya merah jambu dan
kadang-kadang putih. Mulut terdapat diujung anterior pada bagian yang disebut
prostomium, yang merupakan segmen utama. Anus terletak pada ujung segmen
yang terakhir.
Pada segmen-segmen ke 32—37, terdapat penebalan kulit clitellum.
Clitellum ini jelas pada bagian dorsal dan lateral, dimana disini tidak terdapat
anuli. Pada tiap-tiap segmen terdapat 4 padang setae kecuali segmen pertama dan
terakhir; dua pasang di lateral dan dua pasang lainnya di ventro-lateral. Setae
berguna sebagai alat gerak bagi cacing tanah, yang digerakkan oleh musculus
retractor. Pada permukaan tubuh cacing tanah terdapat beberapa lubang-lubang
muara keluar dari berbagai alat atau organ atau tubuh. Lubang-lubang tersebut
ialah:
a. mulut, berbentuk bulan sabit, terletak di medio ventral segmen pertama
b. anus, terletak pada segmen terakhir
c. lubang muara keluar ductus spermaticus, atau vasdeferens, terletak pada
segmen ke-15,
d. lubang muara keluar oviduct, terletak pada segmen ke 14,
36

e. lubang muara keluar receptaculum seminalis berupa dua pasang pori yang
terletak diantara segmen ke-9 dan ke-10, dan diantara segmen ke-10 dan ke-
11; receptaculum seminalis adalah tempat penyimpanan sperma; pori ini
tidak mudah terlihat,
f. pori dorsales merupakan lubang muara keluar coelom; pori ini terlertak di
medio dorsal pad tepi anterior pada tiap segmen, segmen ke-8 atau ke-9,
sampai ujung posterior tubuh;
g. nephridiopor, merupakan lubang muara keluar dari saluran ekskresi dan
terletak pada tiap segmen, kecuali segmen terakhir dan tiga segmen pertama
(Radiopoetro, 1983: 289).
Jika tubuh cacing tanah dipotong membujur melalui dinding tubuh bagian
dorsal, akan nampak bahwa diantara saluran pencernaan dan diding tubuh terdapat
rongga tubuh atau coelom. Coelom terbagi menjadi bagian-bagian kecil oleh
septa. Bagian-bagian kecil disebut segmen. Tetapi diantara segmen 1 dan 2 tidak
terdapat septum, sedang diantara segmen 3 dan 4 segmen tidak lengkap, demikian
juga septum diantar segmen 17 dan 18. Dinding coelom dipahami oleh suatu
epithelium yang disebut: peritoneum. Suatu cairan yang tidak berwarna mengisi
coelom ini dan mengalir dari satu segmen ke segmen yang lain. Saluran
pencernaan lurus dan menembus septa. Disebelah dorsal saluran pencernaan
terdapat aorta dorsalis, sedangkan disebelh ventralnya terdapat aorta ventralis.
Penampang membujur tubuh Lumbricus terrestris tampak pada gambar....
(Kastawi et al, 2005).
37

Gambar 17. .Lumbricus teresstris


Sumber: Udo M. Savalli, 2015
2.13 Fisiologi
2.13.1 Sistem gerak
Dinding tubuh cacing tanah mempunyai dua lapis otot yaitu: stratum
circulare, adalah lapisan otot sebelah luar, dan stratum longitudinale, lapisan otot
sebelah dalam. Jika musculi ini berkontraksi akan menimbulkan gerakan
menggelombang dari cacing tanah itu sehingga ia bergerak. Dinding bergerak
intestin juga mempunyai otot, yaitu stratum longitudinale. Jika otot ini
berkontraksi, akan menimbulkan gerak peristaltik yang dapat mendorong
makanan dalam saluran pencernaan dan mendorong keluar sisa-sisa pencernaan.
Ada juga musculi didalam dinding-dinding pembuluh darah didalam pipa-pipa
musculer pada nephridia dan di bagian luar berkas saraf. Pada pharynx juga ada
musculi, yaitu musculi yang melekatkan pharynx pada dinding tubuh (Kastawi et
al, 2005).
Setae digerakkan oleh dua berkas otot, yaitu: musculuc protactor, yang
mendorong setae keluar dan musculus keluar, yang menarik kembali setae masuk
ke salam rongganya. Kedua berkas musculi ini melekat pada ujung-ujung dalam
dari setae. Jadi cacing tanah bergerak dengan setae dan kontraksi otot-otot dinding
tubuh (Kastawi et al, 2005).
2.13.2 Sistem respirasi
38

Cacing tanah bernapas dengan kulitnya sebab kulitnya bersifat lembab,


tipis, dan banyak mengandung kapiler-kapiler darah.
2.13.3 Sistem Pencernaan Makanan
Saluran pencernaan makanan (saluran pencernaan) cacing tanah sudah
lengkap sudah lengkap dan sudah terpisah dari sistem cardiovaculer. Saluran
pencernaan ini terdidi dari: mulut, pharynx, esophagus, proventiculus, ventriculus,
intestine dan anus.
Mulut cacing tanah terletak di dalam rongga oris atau rongga bucallle.
Pharynx terdapat di dalam segmen ke-4 dan ke-5, bersifat musculer dan berguna
untuk mengisap partikel-partikel makanan. Esophagus terletak diujung pharynx
memanjang dari segmen ke 6 sampai ke segmen 14. Proventiculus merupakan
bagian esophagus yang membesar, dan dibagian makanan disimpan; dinding
proventiculus tipis. Ventriculus merupakan lanjutan ke arah belakang dari
proventiculus, terletak di segmen 17 dan ke-8, bersifat musculer dan berguna
mencernakan makanan. Intestin adalah merupakan lanjutan ke ujung dari
ventriculus. Dinding intestin bagian dorsal melekuk kedalam lumen intestin dan
bagian ujung lekukan ini membesar, sehingga terjadi bangunan sebagai kantong.
Bangunan ini disebut typhlosole, lihat gambar 18. Typhlosole ini berguna untuk
memperluas permukaan intestin, sehingga dapat mengarbsobsi sari-sari makanan
lebih banyak (Radiopoetro, 1988: 290).

Gambar 18. Penampang melintang Lumbricus teresstris


39

Sumber : Udo M. Savalli, 2015

Gambar 19. Penampang melintang Lumbricus teresstris


Sumber: www.studyblue.com
Makanan cacing tanah terdiri atas sisa-sisa hewan dan tanaman. Cacing-
cacing tanah itu mencari makanannya diluar liang; pada saat malam hari.
Makanan diambil dari mulutnya. Makanan didalam esophagus tercampur dengan
cairan hasil sekresi kelenjar kapur (calciferous glands) yang terdapat pada dinding
esophagus itu. Cairan ini bersifat alkalis, tetapi fungsinya yang tepat belum
diketahui. Mungkin cairan ini menetralkan makanan-makanan yang bersifat asam
(Radiopoetro, 1988: 289). Dari esophagus, makanan terus masuk kedalam
proventiculus yang merupakan makanan yang bersifat sementara.
40

Gambar 20. Sisterm Pencernaan


Sumber: Ayu, Weda. 2012
Selanjutnya, makanan masuk kedalam ventriculus. Disini makanan
dicernakan menjadi partikel-partikel halus. Dari ventriculus, kemudian partikel-
partikel makanan ini masuk kedalam intestin. Di dalam intestin, partikel-partikel
makanan akan dicernakan lebih lanjut, sehingga menjadi substansi-subsrtansi
yang lebih kecil, yang dapat diabsorbsi oleh dinding intestin tersebut. Dinding
intestin mengandung kelenjar-kelenjar yang menghasilkan enzim-enzim. Karena
pengaruh enzim-enzim ini, partikel-partikel makanan tadi dicerna mencjadi
monosakarida, asam lemak, dan gliserol dan asam lemak yang siap untuk
diansorbsi. Senyawa-senyawa inilah yang diabsorbdi oleh dinding intestin dan
selanjutnya bersama-sama dengan sirkulasi darah diangkut keseluruh bagian-
bagian tubuh. Pada saat caing tanah mengambil makanan melalui mulutnya, ikut
juga termakan partikel-partikel tanah. Kemudian sisa makana beserta partikel-
partikel tadi dikeluarkan melaui anus dan diletakkan diatas permukaan tanah
didekat lubang dari liang cacing itu berada. Sisa-sisa ini berbentuk kelompok
kecil dari partikel-partikel tanah (Radiopoetro, 1988: 290).
2.13.4 Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasi (peredaran darah/cardiovasculare) cacing tanah adalah
sistem peredaran tertuutp. Pembahasan sistem cardiovascular meliputi: (a) benda
yang diedarkan yaitu darah; (b) saluran yang dilalui darah ialah pembuluh-
pembuluh darah; (c) peredaran darah; (d) fungsi darah; dan (e) lympha.
41

Darah terdiri atas bagian cair yang disebut plasma, dan sel-sel darah atau
korpuskula. Korpuskula terdapat di dalam plasma darah. Eritrosit mengandung
hemoglobin (Haima=darah; globus=butir); yang mempunyai kemampuan
mengikat oksigen (Radiopoetro, 1988: 290).
Pembuluh-pembuluh darah terdiri atas aorta dorsalis, aorta ventralis. Aorta
dosalis terletak disebelah saluran pencernaan dan mudah terlihat dari luar pada
cacing hidup sebab tubuh cacing sedikit transparan. Di daerah esophagus 5 pasang
cabang-cabang aorta dorsaalis membesar dan berfungsi sama dengan cor (jantung)
pada hewan-hewan tinggi. Jantung cacing ini meneglilingi esophagus dan
berhubungan dengan aorta ventralis yang terletak disebelah ventral saluran
pencernaan dan disebelah dorsal truncus nervosus. Disamping aorta tersebut
masih ada tiga pembuluh darah, ialah dua pembuluh yang masing-masing terletak
di lateral trunchus nervosus dan satu pembuluh disebelah ventral trunchus itu.
Kelima pembuluh darah tersebut dengan banyak cabang -cabang beberapa rongga
lympha membentuk sistem cardiovasculare cacing tanah (Radiopoetro, 1988:
291).
Darah dalam aorta dorsalis terdorong ke anterior oleh kontraksi dinding
aorta itu. Di dalam aorta ini terdapat valvula berfungsi untuk mencegah
mengalirnya kembali darah itu dari ujung anterior. Dari aorta dorsalis darah
mengalir kedalam cor (jantung), kemudian ke aorta ventralis. Di dalam jantung
juga terdapat valvula, sehingga darah hanya mengalir ke satu arah saja. Dari aorta
ventralis, darah mengalir menuju ke dinding tubuh dan nephridia. Karena cacing
tanah mempergunakan kulitnya sebagai alat respirasi maka CO 2 dieluarkan dan O2
di ambil oleh darah yang mengalir dalam kapiler-kapiler dalam kulit. Darah dari
dinding tubuh atau kulit, melalui pembuluh-pembuluh darah parietalis masuk ke
dalam aorta dorsalis (Radiopoetro, 1988: 291).
Darah berfungsi untuk mengangkut oksigen, sari-sari makanan, sisa-sisa
metabolisme, dan substansi-substansi lain. Pada saat darah mengalir menuju ke
kulit, hemoglobin mengikat CO2, CO2 keluar melalui kulit sedangkat O2 dari udara
masuk ke dalam tubuh cacing tanah melalui kulit sedangkan O2 dari udara masuk
ke dalam tubuh cacing tanah melalui kulit dan bersenyawa dengan hemoglobin,
membentuk oxyhemoglobin. Dalam proses respirasi, jaringan-jaringan
42

memerlukan adanya O2. Darah mengalir dari dinding rubuh ke kapiler-kapiler


dalam jaringan-jaringan. Pertukaran zat-zat di antara darah dan jaringan terjadi di
dalam rongga-rongga lympha yang sangat kecil. Darah juga mengangkut
substansi-substansi lain, seperti: sekresi kelenjar-kelenjar (Radiopoetro, 1988:
291-292).
Plasma darah dan beberaoa corpuscula membentuk lympha, yang keluar
dari aliran darah melalui kapiler-kapiler menuju ke jaringan-jaringan. Lympha
mengangkut O2 darah ke jaringan-jaringan dan mengangkut CO2 dan sisa-sisa
metabolisme masuk ke dalam peredaran darah melalui kapiler-kapiler darah
(Radiopoetro, 1988: 292).

Gambar 21. Sisterm Peredaran Darah


Sumber: Ayu, Weda. 2012
2.13.5 Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi/excretorium cacing tanah berupa neprhidia
(nephridos=ginjal). Pada tiap segmen tubuh terdapat sepasang neprhidia, kecuali 3
segmen yang pertama dan segmen yang terakhir tidak ada.
Tiap nephridium terdiri atas: (a) suatu bangunan berbentuk corong dan
bersilia yang disebut: nephrostoma, dan (b) saluran atau pipa yang berkelok-
kelok. Jika silia itu bergetar, mereka menimbulkan aliran cairan tubuh, yang
43

mengandung sisa-sisa metabolisme dari coelom masuk ke dalam saluran ekskresi.


Kemudian cairan ini keluar dari tubuh cacing melalui nephridioporus, yaitu
sebuah lubang kecil yang merupakan muara dari saluran ekskresi dan terletak
pada permukaan ventral tubuh cacing. Di antara nephrostoma dan saluran ekskresi
terdapat sekat yang disebut septum intersegmentale (Radiopoetro, 1988: 293).

Gambar 22. Sistem Ekskresi Annelida


Sumber: Ayu, Weda. 2012.
2.13.6 Sistem Saraf
Sistem saraf (sistem nervosum) cacing tanah, terletak di sebelah dorsal
pharynx di dalam segmen yang ke 3 dan terdiri atas: (a) ganglion cerebrale,
yang tersusun atas 2 kelompok sel-sel saraf dengan comissura; (b) berkas
saraf ventralis dengan cabang-cabangnya. Ganglion cerebrale terletak di
sebelah dorsal pharynx, di dalam segmen ke tiga (Radiopoetro, 1988: 293).
Dari tiap kelompok sel-sel tersebut terdapat: (a) Saraf-saraf yang
menginnervasi daerah mulut dan berpangkal pada ujung anterior tiap
kelompok sel-sel tersebut; (b) cabang saraf yang menuju ke ventral dan
44

melingkari pharynx. Saraf ini disebut comissura circum pharyngeale, yang


berhubungan dengan berkas saraf ventralis (Radiopoetro, 1988: 293).

Gambar 22. Sistem Saraf Annelida


Sumber: Ayu, Weda. 2012.
2.13.7 Organ sensoris
Cacing tanah tidak mempunyai mata, tetapi pada kulit tubuhnya
terdapat sel-sel saraf tertentu, yang peka terhadap sinar (Kastawi, 2003:174).
2.13.8 Sistem Reproduksi
Cacing tanah bersifat hermaphrodit. Sepasang ovarium menghasilkan
ova, dan terletak di dalam segmen ke-13. Kedua oviductnya juga terletak di dalam
segmen ke-13 dan infundibululm bersilia. Oviduct tadi melalui septum yang
terletak di antara segmen ke-13 dan ke-14, dan di dalam segmen ke-14 membesar
membentuk kantong telur. Testes: ductus spermaticus atau vasa deferntia masing-
masing ada 2 pasang, sedang vesicula seminalis. Ductus spermaticus mulai dari
tetes bagian ujung, dan melanjutkan diri ke posterior sampai segmen ke-15, dan
pada segmen ini juga ductus itu bermuara keluar (Kastawi, 2003:174).
Spermatozoa yang telah meninggalkan testes, akan masuk ke dalam
vesicula seminalis dan selanjutnya tersimpan di dalamnya. Walaupun cacing tanah
bersifat hermaphrodit, tetapi tidak terjadi autofertilisasi. Di antara segmen-segmen
9 dan 10; 10 dan 11, terdapat receptaculum seminalis, yang merupakan tempat
penampung spermatozoa dari cacing lain (Kastawi, 2003:175).
45

Gambar 23. Alat-alat reproduksi Lumbricus teresstris


Sumber: Ayu, Weda. 2012.
a. Cara kopulasi
Dua ekor cacing tanah berlekatan. Kemudian saling merapatkan diri
pada bagian ventral segmen-segmen ke-9 sampai ke-11. Dalam keadaan ini
cacing membentuk pipa lendir dan tiap-tiap cacing itu mengeluarkan
spermatozoanya dari vesicula seminalis-nya. Spermatozoa dari cacing
pertama melalui pipa lendit tadi masuk ke dalam receptaculum seminalis
cacing kedua, dan begitu juga sebaliknya (Kastawi, 2003:174).
Kemudian masing-masing cacing tadi saling memisahkan diri dengan
tetap membawa bagia pipa lendirnya. Di dalam pipa lendir ini, cacing
menegluarkan suatu substansi, yang kemudian membentuk cocon atau
kantong. Cocon ini kemudian tergelincir di atas segmen ke-14 dan
menerima ova. Selanjutnya di atas segmen 9-11 menerima spermatozoa.
Akhirnya cocon tergelincir di atas kepala cacing dan mengeras. Di dalam
cocon ini, spermatozoa membuahi ova. Ova yang telah dibuahi ini, lama
kelamaan akan mengalami perkembangan lebih lanjut, sehingga nanti jika
sudah menetas akan keluarlah cacing-cacing muda (Kastawi, 2003:175).
46

b. Regenerasi
Kebanyakan Avertebrata mempunyai kemampuan regenerasi dan begitu
pula cacing tanah dari genus Lumbricus dan Pharetima. Kemampuan
regenerasi ini tergantung pada bagian tubuh cacing yang dipotong. Bila
seekor cacing tanah dipotong menjadi 2 bagian, maka pada potongan bagian
anterior akan segera terbentuk ekor baru, tetapi prosesnya lebih lambat.
Banyak segmen-segmen yang terjadi pada regenerasi, umumnya lebih
sedikit daripada jumlah segmen yang hilang. Contohnya: bila 18 segmen
dari bagian anterior dipisahkan, ternyata hanya segmen-segmen ke-1 sampai
ke-5 saja yang mengalami regenerasi (Kastawi, 2003:175).

2.14 Habitat
Cacing hidup di dalam liang dalam tanah yang lembab, subur dan
suhunya tidak rendah. Cacing-cacing ini keluar ke permukaan hanya pada saat-
saat yang tertentu saja. Pada siang hari, mereka tidak pernah keluar ke permukaan
tanah, kecuali jika pada saat itu hujan, yang cukup menggenangi liang itu. Mereka
akan keluar terutama pada pagi hari sesudah hujan. Dalam keadaan normal
mereka akan pergi ke permukaan tanah pada malam hari. Dalam keadaan yang
sangat dingin atau sangat kering mereka masuk ke dalam liang seringakali sampai
kedalaman 8 kaki (±240 cm), dan dalam keadaan ini beberapa cacing seringkasli
terdapat melingkar bersama-sama. Dengan di atasnya terdapat lapisan tanah yang
bercampur dengan lendirnya (Kastawi, 2003:176).

2.15 Klasifikasi
Filum Annelida terdiri atas 3 kelas, yaitu: 1). Kelas Polycaeta, 2) Kelas
Oligochaeta, dan 3) Kelas. Hirudinae.
1. Kelas Polychaeta
Polychaeta tubuhnya jelas beregmen-segmen, baik bagian luar maupun
bagian dalamnya; coelom umumnya terbagi oleh septa intersegmental; hidupnya
di laut; segmen tubuh banyak; mempunyai banyak setae (poli=banyak, setae-
rambut-rambut kaku). Setae terjadi dari bagian dinding tubuh yang spesial yang
47

dinamakan parapodia; umumnya jelas mempunyai kepala yang dilengkapi


sejumlah alat tambahan atau extremitas hampir bersifat gonochoristis, dengan
gonade memanjang diseluruh tubuh dan fertilisasi eksternal; perkembangannya
melalui stadium larva; larva disebut trochopora (Radiopoetro. 1983: 298).
Contoh-contoh: Neanthes, Chartopterus, Areicola, Spirorbis, Serpula, Nereis.
Gambar Neanthes dapat dilihat pada Gambar 24.

Gambar 24. Neanter virens.


Sumber Curator,Cardiff . 2014
2. Kelas Oligochaeta
Oligochaeta adalah meliputi cacing tanah dan beberapa spesies yang
hidup dalam air tawar. Oligochaeta tubuhnya juga jelas bersegmen-segmen;
jumlah setae sedikit (Oligos=sedikit; chetae=rambut kaku atau setae). Tubuh
cacing ini umumnya berbentuk panjang silindris, dengan panjang 18 cm dan
diameter tubuhnya ± 0,935cm. Setae tidak terdapat pada parapodia; prostamium
jelas ada tetapi umumnya tanpa extremitas; selalu bersifat hermaprhodit, testis dan
ovarium terdapat pada segmen-segmen bagian anterior, dan testis selalu terlatak di
sebelah anterior ovarium; ductus genitalis bermuara ke dalam suatu rongga yang
disebut spermatheca; reproduksi dilakukan dengan fertilisasi silang; ova terdapat
di dalam cocon, pertumbuhan atau perkembangan secara langsung tanpa melalui
stadium larva. Kelas Olighochaeta meliputi 2 ordo, yaitu: 1). Ordo Torriselae,
adalah Oligochaeta yang bersifat terrestial, yaitu hidup di dalam tanah; contoh:
48

Lumbricus, Allolophobora, Eutyphocus; 2). Ordo Limicolae, adalah Oligochaeta


yang bersifat aquatis. Contoh: Tubifex, Stylaria, dan Aelosoma (Radiopoetro.
1983: 299).
3. Kelas Hirudinea (Hirudo=Lintah)
Tubuh Hirudinea pada keadaan diam atau istirahat berbentuk langsing
atau oval dan memipih ke arah dorsoventral. Pada permukaan tubuhnya terdapat
banyak lekukan-lekukan atau annuli, tidak terdapat setae (kecuali pada
Acanthobdella) atau parapodia; pada ujung antertior dan ujung posterior beberapa
segmen mengalami perubahan bentuk alat penghisap (catil penghisap). Dengan
demikian pada tubuh seekor lintah terdapat dua batil penghisap, yaitu: satu di
ujung anterior, terletak di sekitar mulut dan satu lagi di ujung posterior. Batil
penghisap ini berguna untuk melekatkan diri pada permukaan tubuh hewan atau
manusia, yang akan dihisap darahnya (Radiopoetro. 1983: 299-300).
Jaringan mesenchim diding coelom membentuk tonjolan-tonjolan kecil
atau vili ke dalam rongganya atau coelomnya. Hirudinae kebanyakan bersifat
hermaphrodit dan pada-nya terdapat citellum, dan embrio berkembang di dalam
cocon (Radiopoetro. 1983: 300). Kelas Hirudinae dapat dibagi atas beberapa
familia, diantaranya yaitu:
a. Familia Achanthobdelliade
Familia ini merupakan bentuk peralihan diantara Olighochaeta dan
Hirudinea, dan hanya ada 1 genus yaitu Acanthobdella (Radiopoetro. 1983:
299-300).
b. Familia Rhynchobdelliade
Rhynchobdelliade hidup di air laut dan di dalam air tawar; darah
tidak berwarna; proboscos dapat ditonjolkan; tidak mempunyai rahang
(Radiopoetro. 1983: 299-300).
c. Familia Gnathobdelliade
Gnathobdelliade ada yang bersifat aquatis yaitu dalam air tawar, dan
ada juga yang bersifat terrestial; darah berwarna merah; tanpa proboscis,
tetapi umumnya mempunyai rahang (Radiopoetro. 1983: 299-300). Contoh:
Hirudo medicinalis & Haemopis.
49

Gambar 25. Hirudo Medicinalis


Sumber: Linnaeus, 1758
50

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

3.2 Saran
51

DAFTAR RUJUKAN

Campbell, Neil A. 2008. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.


Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya:
Sinar Wijaya.

Kastawi, Y., Indriwati, Endah, S., Ibrohim, Masjhudi. 2005. Zoologi Avertebrata.
Malang : UM PRESS
Kastawi, Y., Indriwati, Endah, S., Ibrohim,. Masjhudi,. & Rahayu, Sofia Ery.
2003. Zoologi Avertebrata. Malang : JICA
Kastawi, Yusuf. 1994. Keanekaragaman Hewan Tingkat Rendah (Avertebrata).
Jilid II. Malang: IKIP Negeri Malang.
Radiopoetro. 1983. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Rusyana, Adun. 2013. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Jakarta:
Alfabeta.
Sutarno, Nono. 2009. Platyhelminthes. Website: http :// file. upi. edu/ Direktori/
FPMIPA/ JUR._PEND._ BIOLOGI/ 194808181974121
NONO_SUTARNO/ZOOIN/ PLATYHELMINTHES.pdf. Diakses Selasa,
2 Januari 2016 pukul 12.27 WIB
Suwignyo, S ., Wardianto, Y., Widigdo, B. & Krisanti, M. 2015. Avertebrata Air
Jilid 1. Jakarta : Penebar Swadaya

Anda mungkin juga menyukai