cemas (Haryadi,2007). Prevalensi gangguan ansietas menurut Center for Disease Control and Prevention pada tahun 2011 sebesar lebih dari 15%. National Comorbidity Study melaporkan bahwa satu dari empat orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu ansietas dan terdapat angka prevalensi 12 bulan per 17,7% (Liviana, dkk. 2016). Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional (gejala-gejala depresi dan ansietas) di Indonesia sebesar 9,8% dan sekitar 6,82% di Jawa Timur untuk usia diatas 15 tahun (RISKESDAS, 2018). Perasaan cemas ditandai oleh rasa ketakutan yang difusi, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi dan gelisah. Respon emosi yang berlebihan ini dialami setiap pasien TB paru karena adanya ancaman atau bahaya dari penyakitnya yang dapat menyebabkan penderitaan dan gangguan aktifitas hidup sehari-hari bahkan kematian (Terok, 2017). Tuberkulosis paru merupakan penyakit pada individu dengan pengobatan yang lama yang berdampak pada pasien baik kondisi fisik secara umum, fungsi, dan kualitas hidupnya. Pasien yang menderita tuberkulosis menunjukkan morbiditas psikiatri yang lebih tinggi. Pasien menunjukkan reaksi psikiatri seperti penyangkalan, tidak ada harapan hidup, ansietas dan dikucilkan oleh keluarga dan masyarakat (Terok, 2017). 1.1 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan PPOK? 2. Bagaimana epidemiologi dari PPOK? 3. Bagaimana etiologi dari PPOK? 4. Bagaimana patifisiologi dari PPOK? 5. Apa saja manfestasi klinis dari PPOK? 6. Apa saja komplikasi dari PPOK? 7. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan pada pasien PPOK? 8. Apa saja penataksanaan pasien dengan PPOK? 9. Apa hubungan PPOK dengan Kejiawaan? 1.2 Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk dapat mencari tahu Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan Gangguan penyakit PPOK dan Psikososial (Ansietas) dunia menderita ansietas (Gail et all.,2002) dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas (Haryadi,2007). Prevalensi gangguan ansietas menurut Center for Disease Control and Prevention pada tahun 2011 sebesar lebih dari 15%. National Comorbidity Study melaporkan bahwa satu dari empat orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu ansietas dan terdapat angka prevalensi 12 bulan per 17,7% (Liviana, dkk. 2016). Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional (gejala-gejala depresi dan ansietas) di Indonesia sebesar 9,8% dan sekitar 6,82% di Jawa Timur untuk usia diatas 15 tahun (RISKESDAS, 2018). Perasaan cemas ditandai oleh rasa ketakutan yang difusi, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi dan gelisah. Respon emosi yang berlebihan ini dialami setiap pasien TB paru karena adanya ancaman atau bahaya dari penyakitnya yang dapat menyebabkan penderitaan dan gangguan aktifitas hidup sehari-hari bahkan kematian (Terok, 2017). Tuberkulosis paru merupakan penyakit pada individu dengan pengobatan yang lama yang berdampak pada pasien baik kondisi fisik secara umum, fungsi, dan kualitas hidupnya. Pasien yang menderita tuberkulosis menunjukkan morbiditas psikiatri yang lebih tinggi. Pasien menunjukkan reaksi psikiatri seperti penyangkalan, tidak ada harapan hidup, ansietas dan dikucilkan oleh keluarga dan masyarakat (Terok, 2017). 1.3 Rumusan Masalah 10. Apa yang dimaksud dengan PPOK? 11. Bagaimana epidemiologi dari PPOK? 12. Bagaimana etiologi dari PPOK? 13. Bagaimana patifisiologi dari PPOK? 14. Apa saja manfestasi klinis dari PPOK? 15. Apa saja komplikasi dari PPOK? 16. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan pada pasien PPOK? 17. Apa saja penataksanaan pasien dengan PPOK? 18. Apa hubungan PPOK dengan Kejiawaan? 1.4 Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk dapat mencari tahu Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan Gangguan penyakit PPOK dan Psikososial (Ansietas) dunia menderita ansietas (Gail et all.,2002) dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas (Haryadi,2007). Prevalensi gangguan ansietas menurut Center for Disease Control and Prevention pada tahun 2011 sebesar lebih dari 15%. National Comorbidity Study melaporkan bahwa satu dari empat orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu ansietas dan terdapat angka prevalensi 12 bulan per 17,7% (Liviana, dkk. 2016). Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional (gejala-gejala depresi dan ansietas) di Indonesia sebesar 9,8% dan sekitar 6,82% di Jawa Timur untuk usia diatas 15 tahun (RISKESDAS, 2018). Perasaan cemas ditandai oleh rasa ketakutan yang difusi, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi dan gelisah. Respon emosi yang berlebihan ini dialami setiap pasien TB paru karena adanya ancaman atau bahaya dari penyakitnya yang dapat menyebabkan penderitaan dan gangguan aktifitas hidup sehari-hari bahkan kematian (Terok, 2017). Tuberkulosis paru merupakan penyakit pada individu dengan pengobatan yang lama yang berdampak pada pasien baik kondisi fisik secara umum, fungsi, dan kualitas hidupnya. Pasien yang menderita tuberkulosis menunjukkan morbiditas psikiatri yang lebih tinggi. Pasien menunjukkan reaksi psikiatri seperti penyangkalan, tidak ada harapan hidup, ansietas dan dikucilkan oleh keluarga dan masyarakat (Terok, 2017). 1.5 Rumusan Masalah 19. Apa yang dimaksud dengan PPOK? 20. Bagaimana epidemiologi dari PPOK? 21. Bagaimana etiologi dari PPOK? 22. Bagaimana patifisiologi dari PPOK? 23. Apa saja manfestasi klinis dari PPOK? 24. Apa saja komplikasi dari PPOK? 25. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan pada pasien PPOK? 26. Apa saja penataksanaan pasien dengan PPOK? 27. Apa hubungan PPOK dengan Kejiawaan? 1.6 Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk dapat mencari tahu Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan Gangguan penyakit PPOK dan Psikososial (Ansietas)