Anda di halaman 1dari 7

Revolusi Industri 4.

0 pada SDM Sektor Publik

Oleh : Endro Marijanto

Saat ini kita memasuki era baru, yaitu revolusi industri keempat atau populer dengan
istilah 4.0. Revolusi industri gelombang keempat ini tetap bertopang pada revolusi
industri sebelumnya atau IR 0.3.namun, Revolusi industri 4.0 mulai ditandai dengan
sehingga bersatunya beberapa teknologi, kita mulai merasakan suatu era baru yang
terdiri atas tiga bidang limu yang independen: fisika, digital, dan biologi. Revolusi
industri memberikan dampak kemudahan bagi industri. Tetapi revolusi industri 4.0 juga
menyebabkan pengerdilan dan marginalisasi (peminggiran) beberapa kelompok.

Hal ini dapat memperburuk kepentingan sosial bahkan kohesi sosial, juga dapat
menciptakan risiko keamanan dan dapat pula merusak hubungan antar manusia. Agar
mudah memahaminya, revolusi industri 4.0 memiliki ciri tersendiri dengan IR I, II dan III.
Pada pertemuan tahunan World Economic Forum, Januari 2016 di Davos, Swiss,
Revolusi Industri keempat menjadi fokus utama pembahasan dan perdebatan. Ada 3
(tiga) hal yang membedakan revolusi industri 4.0 dengan revolusi industri sebelumnya.
Tiga hal tersebut menjadi dasar mengapa transformasi yang terjadi saat ini bukan
merupakan perpanjangan dari revolusi digital, melainkan menjadi tranformasi baru
(tersendiri).

Pertama, inovasi dapat dikembangkan dan menyebar jauh lebih cepat dibanding
sebelumnya. Dengan kecepatan ini terjadi terobosan baru pada era sekarang, pada
skala eksponensial, bukan pada skala linaer.

Kedua, penurunan biaya produksi marginal dan munculnya platform yang dapat
menyatukan dan mengosentrasikan beberapa bidang keilmuan yang terbukti
meningkatkan output pekerjaan. Transformasi dapat menyebabkan perubahan pada
sebuah sistem produksi, manajemen, dan tata kelola sebuah lembaga.

Ketiga, revolusi secara global ini akan berpengaruh besar dan terbentuk di hampir
semua negara di dunia. Cirinya, tranformasi terjadi di setiap bidang industri dan dapat
berdampak secara menyeluruh di banyak tempat. Seiiring dengan itu, para ahli pun
berpendapat bahwa Revolusi Industri 4.0 dapat menaikkan pendapatan per kapita,
memperbaiki kuaitas hidup, bahkan memperpanjang usia manusia (usia harapan
hidup). Tentu kita sebagai orang yang bertuhan percaya bahwa hidup dan mati ada
ditangan Nya.

Disisi lain penetrasi alat-alat elektronik, seperti HP yang harganya makin murah dan
sudah sampai ke berbagai pelosok dunia, baik yang penduduknya mempunyai
pendapatan tinggi maupun rendah. Dengan realitas seperti itu, kita dapat bayangkan
bahwa dalam bidang bisnis dan produksi, Revolusi Industri 4.0 akan meningkatkan
efesiensi, terutama dalam bidang supply, logistik, dan telekomunikasi, di mana biaya
keduanya akan terus menurun. Pada masa ini teknologi intens menyentuh ranah
pribadi, kesehatan, pola hidup, olah raga, mengelola investasi, mengatur keuangan,
dsb-nya. Semua itu kini bisa dilakukan hanya melalui satu perangkat teknologi saja,
karena datanya sudah disimpan di langit (cloud/sky).

Revolusi Industri 4.0 antara lain ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi
informasi, terutama komputerisasi dan media sosial. Pada satu sisi, perkembangan
teknologi di bidang informasi ini memfasilitasi dan mempermudah jajaran birokrasi
dalam bekerja. “Namun, teknologi tersebut juga memfasilitasi masyarakat untuk
menyampaikan aspirasi dan menuntut pelayanan yang lebih baik dari Aparatur Sipil
Negara,”

Menurut Presiden Jokowi, pemanfaatan teknologi oleh masyarakat dan juga dunia
usaha untuk menyampaikan aspirasinya akan menjadi beban bagi Aparatur Sipil
Negara jika tidak dikuti dengan perubahan kerja. Mau tidak mau, Aparatur Sipil Negara
harus melayani masyarakat dengan sungguh-sungguh, meningkatkan kualitas kerja dan
tata kelola pemerintahan, serta menjaga akuntabilitas. Kata Jokowi, Aparatur Sipil
Negara harus selalu open mind, terus melakukan inovasi, menyederhanakan proses
kerja, memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, serta berkolaborasi
dengan pihak-pihak terkait.

Lebih dari itu, Jokowi tak ingin Aparatur Sipil Negara terjebak dengan ego-sektoral, ego-
organisasi, atau ego-program masing-masing, karena menurutnya, semua
permasalahan yang ada di masyarakat  bersifat lintas sektoral bahkan juga lintas
daerah. Dengan berkolaborasi serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, Ia
yakin Aparatur Sipil Negara bisa mengaktualisasikan baktinya secara lebih baik kepada
masyarakat, bangsa dan negara. “Jajaran Aparatur Sipil Negara telah menjadi garda
terdepan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan menjadi motor
penting dalam pembangunan nasional. Jajaran Aparatur ipil Negara juga ikut serta
menjadi teladan masyarakat dalam mengedepankan budi pekerti, etika dan
profesionalisme,” Jokowi juga mengatakan bahwa mulai tahun 2019, pemerintah akan
melakukan program besar besaran untuk memperkuat sumber daya manusia untuk
menghadapi tantangan zaman yang semakin berat. Menurutnya, kualitas SDM di
pemerintahan dan swasta, SDM di semua sektor, SDM di semua lapis pemerintahan
serta kualitas SDM di usia dini dan remaja, harus ditingkatkan secara signifikan. “SDM
kita harus mampu menghadapi dan memanfaatkan peluang dari dunia dan teknlogi
yang sedang berubah cepat. Dalam kaitan ini, saya minta kepada seluruh jajaran
Aparatur Sipil Negara untuk segera memperkuat diri untuk menjadi agen transformasi
penguatan SDM kita, menjadi agen transformasi dalam membangun talenta-talenta
anak bangsa,” cetusnya. Dengan peran Aparatur Sipil Negara yang tersebar di seluruh
pelosok Nusantara, ia yakin transformasi kualitas SDM ini bisa dilakukan secara besar-
besaran dan akan memberikan hasil yang positif bagi kemajuan bangsa.
Ada Apa Dengan Revolusi Industri 4.0? PNS Harus Bagaimana?

Ada sedikit yang ingin saya kaji lebih dalam tentang apa makna kata 4.0. Apa yang
mendasari pikiran Presiden RI untuk menyampaikan hal ini pada para PNS yang tergabung
dalam Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI).

Setelah membaca beberapa referensi dari media online, saya menemukan titik
kekhawatiran atau warning  bagi manusia diseluruh dunia bahwa, manusia akan tergilas
oleh komputer dan semua akan dikendalikan robot. Maka akan sangat dimungkinkan
instansi pemerintahan /lembaga /perusahaan akan menggilas sistem kerja yang awalnya
manual menjadi elektrik, dan itu dampaknya akan menggerus SDM instansi / lembaga/
perusahaan yang tidak mampu mengikuti perkembangan menjadi tersingkirkan. Efek
terbesarnya adalah pengurangan atau bahkan merumahkan (mem-pensiun dinikan )
pegawai/karyawan yang tidak mampu bekerja secara elektrik. Dan dengan sengaja atau
tidak aplikasi dirancang untuk mempercepat proses penyelesaian dengan tanpa melibatkan
banyak orang lagi. Dengan bahasa halus, memang menggunakan sistem yang memangkas
rantai manual yang dikerjakan oleh seorang pegawai atau karyawan.

Lalu apa yang harus disiapkan oleh PNS atau SDM negara? Inilah pesan yang tersirat
bahkan tersurat dengan cara perekrutan CPNS menggunakan sistem CAT ( Computer
Assisted Test) dari penyampaian Presiden RI, apalagi setelah menjadi panelis dalam acara
World Economic Forum (WEF) on Asean : Priorities in The Fourth Industry Revolution.

Dalam pertemuan ini ditemukan titik pembahasan bahwa ; Sambungan internet menjadi
satu penggerak pertumbuhan negara. Negara terus menjalin kerjasama dengan negara
lain, dan dibalik kerjsama itu ada SDM yang harus mendukung jalannya program. Maka
mau tidak mau, SDM didalamnya yang notabene-nya Aparatur Sipil Negara yang ada
didalam sistem pemerintahan, harus mampu mengikuti program yang digulirkan, dan itu
tidak bisa menolak sistem yang diberlakukan secara universal.

Maka, pilihannya adalah PNS/ASN mau “menjerumuskan diri” dalam komputerisasi atau
tidak? Jika tidak maka ucapkan selamat tinggal, tanpa menghakimi negara bahwa yang
tidak benar sistem pemerintahannya. Sebab ini tuntutan Revolusi Industri generasi 4, bukan
tata pemerintahan dengan sistem rekrutmen pegawai yang salah, dan semakin
menyempitnya kesempatan mendapatkan pekerjaan. Konsekuensinya adalah
meningkatkan diri, dan mau menggumuli sistem komputerisai dengan pikiran terbuka tanpa
sinis pada sistem yang tidak berpihak pada SDM yang jauh dari modernisasi sistem
komputerisasi yang terus bergerak cepat. SDM dituntut terus belajar secara otodidak untuk
terus menambah skill. Bisa dibilang berguru pada sistem online untuk mengikuti
perkembangan ilmu yang disebar secara onlne. Entah, Bagaimana istilah yang tepat. Yang
jelas internet telah jadi bangku sekolah yang lebih valid dan up to date.

Meneropong kembali tiap generasi industri.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,  telah mengubah dunia sebagaimana


revolusi generasi pertama, melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan
digantikan oleh kemunculan mesin. Salah satunya adalah kemunculan mesin uap pada
abad ke-18. Revolusi ini dicatat oleh sejarah, berhasil mengerek naik perekonomian secara
dramatis di mana selama dua abad setelah Revolusi Industri,  terjadi peningkatan rata-rata
pendapatan perkapita Negara-negara di dunia menjadi enam kali lipat.

Berikutnya, pada revolusi industri generasi kedua ditandai dengan kemunculan pembangkit
tenaga listrik dan motor pembakaran dalam (combustionchamber). Penemuan ini memicu
kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dll yang mengubah wajah dunia
secara signifikan. Kemudian, revolusi industri generasi ketiga ditandai dengan kemunculan
teknologi digital dan internet.

Revolusi industri generasi keempat ini ditandai dengan kemunculan superkomputer, robot
pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik dan perkembangan neuroteknologi
yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak. Hal inilah yang
disampaikan oleh Klaus Schwab, Founder dan Executive Chairman of the World Economic
Forum dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution. (Aida Ceha).

Revolusi Industri 4.0 dan Dampak terhadap Sumber Daya Manusia

Atmosfir perubahan hubungan antara manusia mengalami perubahan yang cukup cepat
dengan hadirnya perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang mampu
merubah pola hubungan antara manusia disegala aspek kehidupan bermasyarakat baik
dari aspek sosial, ekonomi, hukum, politik dan budaya serta keamanan.

Perubahan dari sentuhan kulit, face to face menuju kepada sentuhan layar, screen to
screen, relasi virtual dengan berbagai macam window dressing yang dijalankan secara
otomatis dan robotik. Sebuah perubahan yang mau tidak mau harus kita sikapi dengan
arif dan bijaksana agar menghasilkan output yang positif. Atmosfir yang meniscayakan
adanya perubahan mindset, cara kerja, dan pola membangun hubungan yang harmonis
antar kelompok masyarakat maupun organisasi. 

Fase perubahan yang kemudian dikenal dengan Revolusi Industri 4.0, sebuah fase
yang secara umum tentang otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi pabrik,
robotic dan artificial intellegence. Fase yang pada akhirnya menghasilkan "Smart
Process". Di dalam Smart Process tersusun moduler, algoritma, sistem siber-fisik
mengawasi proses fisik, menciptakan salinan dunia fisik secara virtual, dan membuat
keputusan secara desentralisasi.

Kecanggihan teknologi yang tidak bisa kita negasikan dalam kehidupan bermasyarakat
apalagi dalam dunia usaha. Dalam dunia usaha perubahan ini perlu disikapi secara
cepat dan persiapan yang matang. Langkah antisipatif menjadi keharusan untuk segera
dilakukan baik dari sisi bisnis proses maupun hubungan dalam perusahaan agar
eksistensi perubahan tetap terjaga.

Bisnis proses yang perlu menyesuaikan perkembangan zaman dan kebutuhan pasar
secara efektif dan efisien agar mampu memberikan added value yang signifikan bagi
perusahaan. Treatment terhadap sumber daya manusia juga menjadi perhatian yang
sangat penting bagi perusahaan. Selain itu, Perubahan hubungan industrial juga perlu
dibangun secara harmonis agar pencapaian tujuan perusahaan dapat secara bersama
-- sama dijalankan. Baik Bisnis proses, pengelolaan Sumber daya manusia maupun
hubungan industrial perlu dijalankan secara paralel. Mengingat dampak dari revolusi
industry 4.0 sangat erat kaitan dengan tiga aspek tersebut.

Bagaimana bisnis proses dapat disesuaikan dengan target yang hendak dicapai secara
efektif dan efisien. Bagaimana sumber daya manusia yang tersedia mampu
menjalankan bisnis proses tersebut sesuai dengan kompetensi yang dimiliki secara
professional. Dan bagaimana relasi antara pekerja dengan perusahaan dapat berjalan
seirama untuk menyesuaikan perkembangan zaman. Hubungan yang saling kait
mengkait ini disebabkan karena proses tersebut akan segera menegasikan peran
manusia dalam setiap proses yang dilakukan Perusahaan. Proses yang bersifat
repetisi, duplikasi, periodik akan tersimpan dalam bank data yang kemudian didesain
dengan alogaritma tertentu agar mampu dijalankan secara robotik.

Bagi Perusahaan perubahan tersebut tentu sangat menguntungkan, tetapi dari aspek
sumber daya manusia akan membawa dampak yang cukup berbahaya apabila tidak
dikelola dengan baik. Penyesuaian kerja manusia menjadi robotik tentunya membawa
dampak pada pengurangan jumlah tenaga kerja yang ada dalam perusahaan. Akan
banyak aktivitas manusia yang punah karena telah digantikan oleh mesin - mesin
melalui artificial intelligence. 

Secara culture akan berdampak pada perubahan hubungan dan aktivitas manusia dan
atau robot di dalam Perusahaan. Jika hubungan industrial sudah terbangun secara
harmonis tentu akan sangat membantu tetapi apabila kondisi tersebut tidak terjadi maka
akan menjadi persoalan baru bagi perusahaan. Alih - alih ingin menyesuaikan
perkembangan zaman berakibat pada rumitnya proses penyelesaian hubungan
industrial.

Selain Perusahaan, Negara juga akan menerima limpahan dampak atas perubahan
Revolusi Industry 4.0 tersebut. Potensi meningkatnya jumlah pengangguran, masalah -
masalah sosial akibat pemutusan hubungan kerja dan masih banyak potensi dampak
lainnya. Untungnya pemerintah sudah membuat roadmap dalam menghadapi era
Revolusi Industri 4.0 melalui making Indonesia 4.0. Namun demikian, roadmap tersebut
perlu diturunkan dalam agenda dan tataran praktis agar pada saat dikonversi menjadi
kebijakan publik mampu diimplementasikan secara komprehensif dan menyeluruh serta
terintegrasi dengan seluruh instrument Negara dan Pemerintah. Sehingga mitigasi
risiko yang akan muncul dari dampak masuknya era Revolusi Industri 4.0 dapat terukur
dan terkendali

Kesimpulan

Berkembangnya era baru ini apakah hanya akan memengaruhi sektor industri atau
dunia usaha saja? Tentu tidak. Sektor publik mau tidak mau akan terpengaruh oleh
revolusi ini. Oleh karena itu, birokrasi harus mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri
dengan perubahan. Birokrasi harus mengubah cara bekerja agar tidak “terlindas” oleh
perkembangan teknologi informasi. 
Apalagi dengan kondisi saat ini karena menurut data World Economy Forum Human
Capital Indonesia pada 2017, kualitas dari aparatur sipil negara (ASN) Indonesia masih
sangat rendah. Bahkan, kualitas ASN di Indonesia masih kalah dibandingkan dengan
negara tetangga, seperti Malaysia dan Thailand. Melihat kondisi saat ini,
pengembangan kompetensi menjadi sebuah keniscayaan dalam menghadapi era RI
4.0, tak terkecuali bagi ASN sebagai motor penggerak birokrasi.

Pengembangan kompetensi ASN adalah jawaban untuk menyiapkan ASN yang


berkompeten. Pengembangan kompetensi adalah solusi menutupi jurang/gap
kompetensi yang dimiliki aparatur. Namun, selama ini pengembangan kompetensi ASN
cenderung kurang mendapat perhatian oleh instansi pemerintah dan cenderung kurang
tersistematis. Hal ini terlihat dari fakta bahwa sebagian besar kementerian, lembaga,
dan pemerintah daerah, tidak memiliki dokumen perencanaan pengembangan
kompetensi yang memadai. Pengembangan kompetensi ASN sejauh ini sebagian besar
cenderung dilakukan secara insidental. Jika ada sebuah pelatihan misalnya, pegawai
yang berminat akan diikutkan. Hal inilah menjadi PR instansi pemerintah ke depan.
Bagaimana melaksanakan pengembangan kompetensi ASN secara terencana dan
tersistemi dengan baik.

Padahal, UU Nomor 5/2014 tentang ASN telah memberikan ruang bagi abdi negara
untuk mengembangkan kompetensi mereka. UU menyatakan bahwa setiap ASN
berhak mendapatkan pengembangan diri minimal 20 JP (jam pelajaran) dalam
setahun. UU tersebut juga mewajibkan instansi pemerintah untuk menyusun dokumen
perencanaan pengembangan kompetensi ASN setiap tahunnya. Namun, sekali lagi,
selama ini pengembangan kompetensi cenderung tidak terencana secara sistematik.
Alasan lain, selama ini yang menjadi kendala adalah belum adanya pedoman dalam
pengembangan kompetensi ASN.

Oleh karena itu, momen RI 4.0 dan dikeluarkannya pedoman pengembangan


kompetensi ASN oleh LAN merupakan momen tepat bagi semua pihak untuk berbenah
diri menyiapkan ASN yang kompeten dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, karena
birokrasi yang kompeten adalah salah satu kunci agar pemerintahan kita bisa
beradaptasi. ASN kita ke depan, selain peran pihak eksternal instansi tersebut, seperti
instansi pembina JF, instansi teknis, lembaga penyelenggara diklat dan LAN yang
berperan dalam mengoordinasi pengembangan kompetensi ASN secara nasional.

Bagi PPK, mengembangkan kompetensi ASN yang berada di instansinya merupakan


sebuah tanggung jawab melekat. Sebagai pihak mengelola kepegawaian, instansi ini
bertanggung jawab memastikan ASN di instansinya memenuhi kompetensi yang
dibutuhkan. Dalam proses pengembangan kompetensi ASN, PPK berperan
memfasilitasi proses pengembangan kompetensi ASN mulai dari menyusun
perencanaan, memfasilitasi pelaksanaan, hingga memfasilitasi proses evaluasi,
merupakan peran yang dimainkannya. Dengan dikeluarkannya pedoman
pengembangan kompetensi ASN, perhatian PPK terhadap pengembangan kompetensi
pegawai diharapkan menjadi lebih meningkat dan dilakukan secara sistematis.

Pihak selanjutnya yang memainkan peran kunci adalah atasan langsung. Atasan
langsung merupakan orang paling mengetahui kemampuan dan kompetensi seorang
pegawai, karena atasan langsung merupakan orang yang bisa mengamati kompetensi
bawahannya melalui pengamatan dari kinerja dan penyelesaian tugas-tugas yang
diberikan. Pada proses pengembangan kompetensi ASN, penilaian atasan adalah salah
satu dasar dalam menilai gap kompetensi yang dimiliki ASN dalam proses
perencanaan. Begitu juga dalam proses pelaksanaan hingga evaluasi terdapat
kontribusi besar dari atasan langsung. Selain berperan dalam mengawasi bawahannya,
seorang atasan juga berperan sebagai motivator bagi bawahannya.

Pengembangan kompetensi ASN juga bergantung pada kerja sama dan semangat
yang kuat dari pegawai bersangkutan. Semangat dan keseriusan pegawai untuk selalu
berkembang ke arah lebih baik sangat dibutuhkan. Seorang pegawai sebaiknya tidak
hanya nyaman dengan kemampuan yang dimiliki saat ini, apalagi jika kompetensi yang
dimiliki masih belum sesuai dengan jabatan yang diduduki. 

Pegawai berperan penting mulai tahap perencanaan hingga pelaksanaan. Bahkan tidak
berlebihan jika kita katakan bahwa pegawai merupakan aktor utama dalam
pengembangan kompetensi ASN. Momen era RI 4.0 seharusnya menjadi pemicu bagi
ASN mengembangkan kompetensinya agar bisa “survive” di tengah era baru ini

Anda mungkin juga menyukai