Makalah tentang
Sistem
Pemerintahan di
Indonesia
[Type the document subtitle]
Kelompok 2
Anang Cahya N (1)
Satria Wisnu W(18)
Nizar Ahmad R(20)
BAB I
PENDAHULUAN
Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara yang
dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara
Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia
yang terdiri dari 17.508 pulau, oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara. Dengan
populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006, Indonesia adalah negara berpenduduk
terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia meskipun
secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung.
Ibukota negara ialah Jakarta. Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya.
Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu
ketika Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan
India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti
para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling
bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan
samudra.
Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia menyatakan kemerdekaannya
di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman dan
tantangan dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode
perubahan ekonomi yang pesat. Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai
suku, bahasa dan agama yang berbeda. Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara
politis paling dominan. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-
beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara. Jati diri suatu bangsa
bukan saja dapat kita lihat dari bagaimana karakter pokok dari para warga bangsa, tetapi juga
dari pilihan ideologi dan sistem pemerintahan yang dipilih oleh bangsa tersebut.
Setiap negara memiliki sistem untuk menjalankan kehidupan permerintahannya.
Sistem tersebut adalah sistem pemerintahan. Ada beberapa macam sistem pemerintahan di
dunia ini seperti presidensial dan parlementer. Setiap sistem pemerintahan memiliki
kelebihan dan kekurangan, karakteristik, dan perbedaan masing-masing. Sejak tahun 1945
Indonesia pernah berganti sistem pemerintahan. Indonesia pernah menerapkan kedua sistem
pemerintahan ini. Selain itu terjadi juga perubahan pokok-pokok sistem pemerintahan sejak
dilakukan amandemen UUD 1945. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia
adalah negara yang menerapkan sistem pemerintahan presidensial. Namun dalam
perjalannannya, Indonesia pernah menerapkan sistem pemerintahan parlementer karena
kondisi dan alasan yang ada pada waktu itu. Berikut adalah sistem pemerintahan Indonesia
dari 1945 hingga sekarang.
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan
negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem
pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem
pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana penerapannya kebanyakan sudah
mendarah daging dalam kebiasaan hidup masyarakatnya dan terkesan tidak bisa diubah serta
cenderung statis. Jika suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang statis dan
absolut maka hal itu akan berlangsung selamanya sehingga adanya desakan kaum minoritas
untuk memprotes hal tersebut. Secara luas, sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan
masyarakat, menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi
pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi dan keamanan sehingga
menjadi sistem pemerintahan yang kontinu dan bersifat demokrasi dimana seharusnya
masyarakat bisa turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut. Hingga saat
ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara
menyeluruh. Secara sempit, sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk
menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama
dan mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri.
Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum
diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem
pemerintahan negara. Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem
pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial.
Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan
Presiden Suharto. Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat
besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di atur menurut
UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai
wakil rakyat. Karena itu tidak adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka
kekuasaan presiden sangat besar dan cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya
kelemahan, kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden
dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan
pemerintahan yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh
atau berganti. Konflik dan pertentangan antar pejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam
praktik perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam
diri presiden lebih banyak merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang
didapatkanya.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem
pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang konstitusional
atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Dalam menjalankan sistem
pemerintahan perlu memperhatikan asas pemerintahan. Asas adalah dasar, pedoman atau
sesuatu yang dianggap kebenaraannya, yang menjadi tujuan berpikir dan prinsip yang
menjadi pegangan. Jadi dengan demikian yang menjadi asas ilmu pemerintahan adalah dasar
dari suatu sistem pemerintahan seperti ideologi suatu bangsa, filsafah hidup dan konstitusi
yang membentuk sistem pemerintahannya. Ilmu pemerintahan itu sama sebagaimana ilmu-
ilmu kenegaraan lainnya yang banyak berkonotasi pada masalah kekuasaan, maka di
khawatirkan timbul kecenderungan pada kesewenang-wenangan, oleh karena itu diperlukan
etika yang berakhir dari moral dan norma agama.
Dengan demikian kita perlu memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan
sistem pemerintahan agar sistem pemerintahan di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan
sesuai dengan konstitusi negara Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengkaji makalah ini ada beberapa tujuan yang akan dicapai, yaitu:
1. Mengetahui definisi sistem pemerintahan.
2. Memahami sistem pemerintahan di Indonesia.
3. Memahami pelaksanaan sistem pemerintahan negara Indonesia.
4. Memahami sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945.
Metode yang penyusun ambil dalam penulisan makalah ini adalah metode studi
kepustakaan yaitu dengan membaca sumber-sumber reverensi dari buku –buku yang
menerangkan Sistem Pemerintahan di Indonesia dan dari internet.
Dalam makalah ini dapat digunakan sebagai bahan yang mendukung proses
perenungan serta diskusi untuk mengkaji sistem yang dinilai tepat digunakan dalam Sistem
Pemerintahan di Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
terkait dengan pewujudan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata sistem dan pemerintahan. Kata
sistem merupakan terjemahan dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma)
adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama
untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Sistem berarti suatu keseluruhan
yang terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional. Sistem juga
merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu
wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara
merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling
berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya
yaitu rakyat yang berada di negara tersebut. Kata „sistem‟ banyak sekali digunakan dalam
percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan
untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam.
Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki
hubungan di antara mereka. Dari penjabaran pengertian tentang sistem di atas bisa kita ambil
kesimpulan bahwa sistem itu memang kompleks dan sangat terkait dengan hal yang ada di
dalamnya, karena sistem tidak akan jalan apabila salah satu elemen sistem tersebut tidak
jalan. Atau dapat juga dikatakan bahwa pengertian sistem adalah sekumpulan unsur atau
elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama
untuk mencapai suatu tujuan. Pemerintah merupakan kemudi, dalam bahasa Latin asalnya
Gubernaculum. Dalam bahasa Indonesia, kata dasar pemerintah adalah perintah, kemudian
ditambahkan
Imbuhan em dan an. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perintah adalah
perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatu; pemerintah adalah kekuasaan yang
memerintah suatu wilayah, daerah, atau, negara; pemerintahan adalaha perbuatan, cara, hal,
urusan dalam memerintah. Pemerintah adalah organisasi yang mencakup aparatur negara
yang meliputi semua organ-organ, badan atau lembaga, alat kelengkapan negara memiliki
kewenangan untuk membuat kebijakan dalam bentuk (penerapan hukum dan undang-undang)
di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada di bawah kekuasaan
mereka. Kekuasaan dalam suatu negara menurut Montesquieu diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu kekuasaan eksekutif yang berarti kekuasaan menjalankan undang-undang atau
kekuasaan menjalankan pemerintahan; kekuasaan legislatif yang berarti kekuasaan
membentuk undang-undang; dan kekuasaan yudikatif yang berarti kekuasaan mengadili
terhadap pelanggaran atas undang-undang. Komponen-komponen tersebut secara garis besar
meliputi lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Pemerintah berbeda dengan
pemerintahan. Pemerintah merupakan organ atau alat pelengkap jika dilihat dalam arti sempit
pemerintah hanyalah lembaga eksekutif saja. Pemerintahan dalam arti sempit adalah semua
aktivitas, fungsi, tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga untuk mencapai tujuan
negara. Pemerintahan dalam arti luas adalah semua aktivitas yang terorganisir yang
bersumber pada kedaulatan dan kemerdekaan, berlandaskan pada dasar negara, rakyat, atau
penduduk dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara. Pemerintahan juga dapat
didefinisikan dari segi struktural fungsional sebagai sebuah sistem struktur dan organisasi
dari berbagai dari berbagai macam fungsi yang dilaksanakan atas dasar-dasar tertentu untuk
mencapai tujuan negara (Haryanto dkk, 1997:2-3). C.F Strong mendefinisikan pemerintahan
dalam arti luas sebagai segala aktivitas badan-badan publik yang meliputi kegiatan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif dalam usaha mencapai tujuan negara. Sedangkan pemerintahan
dalam arti sempit adalah segala kegiatan badan-badan publik yang hanya meliputi kekuasaan
eksekutif.
Dari pengertian di atas, maka dalam melakukan pembahasan mengenai pemerintahan
negara titik tolak yang dipergunakan adalah dalam konteks pemerintahan dalam arti luas.
Yaitu meliputi pembagian kekuasaan dalam negara. Dengan demikian, jika pengertian
pemerintahan tersebut dikaitkan dengan pengertian sistem, maka yang dimaksud dengan
sistem pemerintahan adalah suatu tatanan atau susunan pemerintahan yang berupa suatu
struktur yang terdiri dari organ- organ pemegang kekuasaan di dalam negara dan saling
melakukan hubungan fungsional di antara organ-organ tersebut baik secara vertikal maupun
horisontal untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. Jadi, sistem pemerintahan negara
menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara, hubungan antar lembaga negara, dan
bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan.
Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara.
Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Lembaga-lembaga yang berada dalam satu sistem pemerintahan Indonesia
bekerja secara bersama dan saling menunjang untuk terwujudnya tujuan dari pemerintahan di
negara Indonesia.
Dari dua model tersebut, kemudian dicontoh oleh negara-negara lainnya. Sistem
pemerintahan suatu negara berguna bagi negara lain. Salah satu kegunaan penting sistem
pemerintahan adalah sistem pemerintahan suatu negara menjadi dapat mengadakan
perbandingan oleh negara lain. Suatu negara dapat mengadakan perbandingan sistem
pemerintahan yang dijalankan dengan sistem pemerintahan yang dilaksakan negara lain.
Negara-negara dapat mencari dan menemukan beberapa persamaan dan perbedaan
antarsistem pemerintahan. Tujuan selanjutnya adalah negara dapat mengembangkan suatu
sistem pemerintahan yang dianggap lebih baik dari sebelumnya setelah melakukan
perbandingan dengan negara-negara lain. Mereka bisa pula mengadopsi sistem pemerintahan
negara lain sebagai sistem pemerintahan negara yang bersangkutan. Dengan demikian, sistem
pemerintahan suatu negara dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau model yang
dapat diadopsi menjadi bagian dari sistem pemerintahan negara lain. Amerika Serikat dan
Inggris masing-masing telah mampu membuktikan diri sebagai negara yang menganut sistem
pemerintahan presidensial dan parlementer seara ideal. Sistem pemerintahan dari kedua
negara tersebut selanjutnya banyak ditiru oleh negara-negara lain di dunia yang tentunya
disesuaikan dengan negara yang bersangkutan.
Sesuai dengan kondisi negara masing-masing, sistem pemerintahan dibedakan
menjadi dua klasifikasi besar, yaitu:
Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya
dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun
dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. DPR dan MPR tidak berfungsi secara
efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan militer, khususnya mereka yang
dekat dengan Cendana. Hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh
pusat. Pembagian PAD juga kurang adil karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap tahunnya
harus disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang pembangunan antara pusat dan
daerah. Dikarenakan sistem pemerintahan yang sangat terpusat dan krisis finansial Asia yang
menyebabkan ekonomi Indonesia melemah, maka terjadi demonstrasi besar-besaran yang
dilakukan berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia. Pemerintahan
Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang kemudian memicu
Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa pun meluas hampir diseluruh
Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari dalam maupun luar negeri, Soeharto akhirnya
memilih untuk mengundurkan diri dari jabatannya pada 21 Mei 1998. vi) Tahun 1998 –
Sekarang Pelaksanaan demokrasi pancasila pada era reformasi telah banyak memberikan
ruang gerak pada partai politik maupun DPR untuk mengawasi pemerintah secara kritis dan
dibenarkan untuk unjuk rasa.
Perubahan dalam sistem pemerintahan tidak hanya berhenti sampai di situ saja karena
terjadi perbedaan pelaksanaan sistem pemerintahan menurut UUD 1945 sebelum UUD 1945
diamandemen dan setelah terjadi amandemen UUD 1945 pada tahun 1999 - 2002.
1) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut Konstitusi RIS Sistem Pemerintahan Indonesia
menurut konstitusi RIS adalah sistem Pemerintah Parlementer yang tidak murni. Pasal 118
konstitusi RIS antara lain:
a. Presiden tidak dapat di ganggu gugat
b. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah
2) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUDS 1950 UUDS 1950 masih tetap
mempergunakan bentuk sistem pemerintahan seperti yang diatur dalam konstitusi RIS. Di
dalam pasal 83 UUDS 1950 dinyatakan sebagai berikut:
a. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat
b. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-
sama untuk seluruhnya maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri.
3) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 Sebelum Amandemen Pokok-pokok
sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum diamandemen tertuang
dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara tersebut
sebagai berikut.
a. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat) Suatu negara dapat
dikatakan sebagai negara yang didasarkan atas hukum apabila alat-alat perlengkapan yang
ada di dalamnya senantiasa bertindak dengan sesuai dan terikat pada aturan-aturan yang
ditentukan terlebih dahulu oleh alat-alat perlengkapan yang dikuasakan untuk mengadakan
aturan-aturan tersebut. Suatu negara yang menyatakan diri sebagai negara hukum harus
mengakui dan melindungi hak-hak asasi manusia. Selain itu negara hukum juga harus
menjalankan peradilan yang bebas dari pengaruh suatu kekuasaan atau kekuatan lain dan
tidak memihak.
b. Sistem Konstitusional Konstitusi menjadi pondasi negara yang mengatur pemerintahannya,
membagi kekuasaan dan mengatur tindakan-tindakannya. Dengan sistem konstitusional dapat
memperkuat dan mempertegas terhadap sistem negara hukum seperti yang digariskan dalam
sistem pemerintahan Indonesia.
c. Kekuasaan negara yang tertinggi berada di tangan MPR MPR mempunyai tugas dan
kewenangan untuk mengubah, menetapkan UUD, melantik kepala negara (presiden) dan
wakil kepala negara (wakil presiden). MPR juga mempunyai kewenangan untuk
memberhentikan presiden dan atau wakil presiden atas usul DPR, apabila terbukti telah
melakukan pelanggaran akum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela.
d. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah MPR Berdasarkan
hasil amandemen UUD 1945, yaitu pasal 6A disebutkan bahwa presiden dan wakil presiden
dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Dalam pasal 3 ayat 2 juga
dinyatakan bahwa “Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan Wakil Presiden.”
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR Dalam Penjelasan UUD 1945 dinyatakan
dengan jelas bahwa Presiden harus mendapatkan persetujuan DPR untuk membentuk UU dan
untuk menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara, akan tetapi Presiden tidak
bertanggung jawab kepada Dewan.
f. Menteri negara sebagai pembantu presiden Presiden mengangkat dan memberhentikan
menteri-menteri negara. Menteri-menteri negara tidak bertanggung jawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat, melainkan kepada Presiden.
g. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas Setiap negara demokrasi memiliki konstitusi
untuk membatasi kekuasaan seorang kepala negara. Indonesia sebagai negara hukum (sistem
pemerintahan yang pertama) menganut sistem konstitusional (sistem pemerintahan yang
kedua) dan adanya fungsi pengawasan (kontrol) DPR. Pemerintahan orde baru dengan tujuh
kunci pokok diatas berjalan sangat stabil dan kuat. Pemerintah memiliki kekuasaan yang
besar. Sistem Pemerintahan Presidensial yang dijalankan pada era ini memiliki kelemahan
pengawasan yang lemah dari DPR namun juga memiliki kelebihan kondisi pemerintahan
lebih stabil.
4) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 Setelah Amandemen Di akhir era orde
baru muncul pergerakan untuk mereformasi sistem yang ada menuju pemerintahan yang lebih
demokratis. Untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan sebuah pemerintahan yang konstitusional.
Pemerintahan yang konstitusional adalah yang didalamnya terdapat pembatasan kekusaaan
dan jaminan hak asasi. Kemudian dilakukanlah amandemen Undang-undang Dasar 1945
sebanyak 4 kali, tahun: 1999, 2000, 2001, 2002. Berdasarkan konstitusi yang telah
diamandemen ini diharapkan sebuah sistem pemerintahan yang lebih demokratis akan
terwujud.
Konsekuensi dari ketiga asas tersebut di atas, maka diadakan sebagai berikut:
i) Otonomi daerah, yaitu akibat adanya desentralisasi lalu diadakan daerah otonomi yant
diberikan hak wewenang dan kewajiaban untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri sesuai peraturan berlaku
ii) Daerah otonom, yaitu akbiat adanya otonomi daerah lalu dibentuklah daerah-daerah
otonomi, baik untuk tingkat 1 maupun tingkat 2. Daerah otonom itu sendiri berarti kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah terntentu yang hendak berwenang dan
berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dakam ikatan Negara
kesatuan republic ndoneisa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
iii) Wilayah adminsitratif, yaitu akibat adanya asas dekonsentrasi. Wilayah administratif itu
sendiri, berarti lingkungan kerja perangkat pemerintah pusat yang menyelenggarakan
pelaksanaan tugas pemerintah umum di daerah. Tugas pemerintahan umum adalah urusan
pemerintahan yang meliputi bidang letenramanm, ketertiban, politik, kordinasi, pengawasan
dan urusan pemerintahan lainnya (seperti peradilan keamanan, moneter, dan luar negeri) yang
tidak termasuk tugas suatu instansi dan tidak termasuk urusan rumah tangga daerah.
iv) Kata „mengurus‟ dan „mengatur‟ dalam pemberian otonomi kepada daerah dapat di
bedakan, yaitu mengurus berarti fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang di jalankan oleh
pihak eksekutif daerah yaitu kepala daerah, sedangkan mengatur berarti fungsi pengaturan
yang di jalankan oleh pihak pembuat peraturan daerah yaitu legislatif yang dipegang Dewan
Perwakilah Rakyat Daerah.
Karena ilmu pemerintahan itu sama sebagaimana ilmu-ilmu kenegaraan lainnya yang
banyak berkonotasi pada masalah kekuasaan, maka dikhawatirkan timbul kecenderungan
pada kesewenang-wenangan, oleh karena itu diperlukan etika yang berakhir dari moral dan
norma agama. Kebanyakan orang merasa bahwa norma-norma dan hukum-hukum
mempunyai peranan yang besar dalam bidang etika. Karena kalau tidak demikian apapun
yang diatur akan menemukan kesewenang-wenangan, dan akhirnya gilirannya menjadi
ketiranian. Etika artinya sama dengan kata Indonesia „Kesusilaan‟, kata dasarnya adalah,
susila kemudian diberi awalan ke dan akhiran an. „Susila‟ berasal dari bahasa Sansekerta,
„Su‟ berarti baik, dan „Sila‟ berarti norma kehidupan. Jadi „Etika‟ berarti menyangkut
kelakuan yang menuruti norma-norma kehidupan yang baik. Asal kata „etika‟ itu sendiri
sebenarnya berasal dari perkataan Yunani „Ethos‟ yang berarti watak atau adat. Kata ini
identik dengan asal kata „Moral‟ dari bahasa Latin „Mos‟ (bentuk jamaknya adalah „Mores‟)
yang berarti adat atau moral hidup. Jadi kedua kata tersebut (etika dan moral) menunjukkan
cara berbuat yang menjadi adat karena persetujuan atau praktek sekelompok manusia.
Dengan demikian etika dapat diartikan sebagai suatu atau setiap kesediaan jiwa
seseorang untuk senantiasa taat dan patuh kepada seperangkat peraturan-peraturan kesusilaan.
Berbagai kasus yang non etis (tidak beretika) terjadi di sekililing kita, beberapa diantaranya
yang dapat tercatat antara lain sebagai berikut:
i) Seorang tukang becak yang matanya terasa sedikit gatal berobat ke rumah sakit. Oleh dokter
serta merta mata tersebut dioperasi, dengan catatan setelah pulang jangan dibuka balutnya
sampai kemudian datang lagi untuk diperiksa dalam berobat jalan. Sayang, di rumah balut
mata tersebut terbuka dan sang istri menyaksikan sendiri rongga mata suaminya bolong
berlubang. Rupanya sang dokter lebih butuh uang hasil penjualan kornea mata yang melekat
pada mata pasiennya, daripada menghargai organ tubuh terpenting pasiennya itu.
ii) Masih dari segi medis, seorang perawat menjawab dengan tegas permintaan seorang ibu
yang datang menggendong anaknya karena demam panas. “Ibu tidak disiplin, mengapa
datang jam begini, besok saja kembali lagi.” Sang ibu dengan berhiba menjawab: “Bukankah
besok hari Minggu”. Dengan gamblang petugas yang disiplin ini menangkis: “Kalau begitu
ibu kembali lagi hari Senin, sekarang saya harus mengerjakan tugas lain, saya bukan hanya
melayani ibu saja, banyak tugas yang harus diselesaikan”.
iii) Kejadian perampokan, pencurian, pencolongan dan penodongan di suatu kota sulit sekali
dideteksi, karena pelakunya selalu tidak diketahui ke mana larinya dan di mana tempat
tinggalnya. Tetapi ketika suatu kali seseorang berhasil melacaknya, orang tersebut menjadi
terperangah karena menyaksikan sang perampok dengan mulus lari dari penjara tempat
tinggalnya. Ia memang sengaja dilepas oleh petugas penjara, untuk mencari tambahan
penghasilan mereka bersama, sudah barang tentu hasilnya dibagi-bagi.
iv) Seorang wakil rakyat yang duduk di majelis, mewakili kaum buruh yang diperjuangkan
haknya agar tidak senantiasa ditekan dan dirugikan. Tetapi yang bersangkutan pada
kenyataannya sehari-hari terlibat kasus penyiksaan pada pembantu rumah tangganya sendiri.
Betapa memprihatinkan seorang pembantu yang lugu ternyata mendapat perlakuan yang
sangat menyedihkan, gajinya tidak dibayarkan, ia juga mendapat siksaan berat sekujur
tubuhnya penuh dengan bekas tindakan kekerasaan. Seperangkat perlakuan yang dilakukan
majikannya antara lain menyiram dengan air panas, menyetrika punggung, menendang,
menembak kakinya dengan senapan angin, memborgol, tidak memberi makan, tidak
membayarkan gaji, serta memperkosa.
v) Beberapa orang petugas keamanan dan ketertiban, mengejar sekelompok anak muda yang
baru saja dilaporkan habis memperkosa seorang gadis belia. Tetapi sewaktu gerombolan
anak-anak muda itu masuk ke rumah ayahnya yang menjadi pejabat teras daerah pemerintah
setempat, para petugas keamanan dan ketertiban tersebut tidak lagi melanjutkan pengejaran
buruannya, mereka hanya berputar- putar saja sekeliling rumah, gentar untuk masuk ke
dalam. Kejadian itu kemudian hanya hilang begitu saja.
vi) Para pejabat keuangan dan kebendaharawan berusaha untuk ikut melakukan pembelian,
yang seharusnya dipesan bagian pengadaan perlengkapan dan pembelian. Sehingga
pemborong dan toko yang merasa dijadikan langganan, untuk melancarkan perdagangannya
memberikan komisi pada sang pejabat.
Pada giliranya terjadi kerancuan, barang yang dipesan tidak lagi memenuhi target
permintaan, asal jadi dan merugikan negara, karena sang pejabat yang disogok tidak
mempunyai keberanian untuk membantah, tender telak dimenangkan secara kolega atau
bahkan primordial. Seluruh kejadian di atas dilakukan oleh aparat pemerintah yang sempat
disajikan oleh berbagai media massa. Sepertinya kasus-kasus non etis di atas sudah menjadi
hal yang tidak asing lagi di dekitar kita. Sudah seharusnya kita membenahi diri masing-
masing di saat aparat pemerintah pun tidak lagi bisa dijadikan sebagai acuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh pembahasan makalah ini, kami dapat simpulkan bahwa sistem
pemerintahan negara Indonesia menggambarkan adanya lembaga-lembaga yang bekerja dan
berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya tujuan penyelenggaraan
negara. Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem politik meliputi empat institusi pokok,
yaitu eksekutif, birokratif, legislatif, dan yudikatif. Selain itu, terdapat lembaga lain atau
unsur lain seperti parlemen, pemilu, dan dewan menteri. Dalam sistem pemerintahan
Indonesia, lembaga-lembaga negara berjalan sesuai dengan mekanisme demokratis.
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu
susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1
UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Berdasarkan
hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk
pemerintahannya adalah republik. Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan
republik, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan
sekaligus kepala pemerintahan.
Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” Dengan demikian,
sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem
pemerintahan negara Indonesia berbeda dengan sistem pemerintahan yang dijalankan di
negara lain. Namun, terdapat juga beberapa persamaan antarsistem pemerintahan negara.
Misalnya, dua negara memiliki sistem pemerintahan yang sama. Perubahan pemerintah di
negara terjadi pada masa genting, yaitu saat perpindahan kekuasaan atau kepemimpinan
dalam negara. Perubahan pemerintahan di Indonesia terjadi antara tahun 1997 sampai 1999.
Hal itu bermula dari adanya krisis moneter dan krisis ekonomi.
Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sistem pemerintahan. Pada tahun 1945-
1949 Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer. Kemudian pada tahun 1949-
1950 Indonesia menganut sistem parlementer kabinet semu yang didasarkan pada konnstitusi
RIS. Pada tahun 1950-1959 Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer kabinet
dengan demokrasi liberal yang masih bersifat semu. Indonesia pernah menganut sistem
pemerintahan demokrasi terpimpin pada tahun 1959-1966. Setelah itu, Indonesia dibawah
kepemimpinan Soeharto dari tahun 1968-1988 menjalankan sistem pemerintahan orde baru.
Setelah jatuhnya pemerintahan Soeharto, Indonesia menganut sistem pemerintahan
demokrasi Pancasila hingga sekarang. Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan,
sistem pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan
presidensial. Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah
kepemimpinan Presiden Suharto.
Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat besar
pada lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di atur menurut UUD
1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil
rakyat. Karena itu tidak adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan
presiden sangat besar dan cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan,
kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat
mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan
pemerintahan yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh
atau berganti. Konflik dan pertentangan antarpejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam
praktik perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam
diri presiden lebih banyak merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang
didapatkanya. Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan
sistem pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang
konstitusional atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Dalam menjalankan
sistem pemerintahan perlu memperhatikan asas pemerintahan. Asas adalah dasar, pedoman
atau sesuatu yang dianggap kebenaraannya, yang menjadi tujuan berpikir dan prinsip yang
menjadi pegangan. Jadi dengan demikian yang menjadi asas ilmu pemerintahan adalah dasar
dari suatu sistem pemerintahan seperti ideologi suatu bangsa, filsafah hidup dan konstitusi
yang membentuk sistem pemerintahannya.
B. Saran
Sudah saatnya, kita bersama-sama bergerak untuk mencapai angan demokrasi yang
telah dicita-citakan oleh para pemimpin-pemimpin dan tokoh-tokoh Indonesia. Unsur-unsur
demokrasi yang kadang menjadi akar permasalahan harus bisa diselesaikan dan diperbaiki,
karena konsep demokrasi bukan hak paten yang tidak bisa diubah. Ia harus bersifat dinamis
dan bisa mengikuti kultur sosial- politik-budaya Negara yang menggunakannya sebagai asas
negara. Usaha perubahan tersebutsebenarnya telah sering dilakukan dan sayangnya malah
menjadi ancaman bukan kenyamanan. Rakyat perlu diperkuat kembali bahwa mereka bukan
alat kekuasaan yang dengan mudah diatur kesana ke mari. Elit penguasa dan rakyat harus
bisa bekerja sama selama tujuan demokrasi menjadi patokan utama bernegara yang baik.