Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/335975398

ANALISIS ISU-ISU KRITIKAL DENGAN MENGGUNAKAN KEMAMPUAN BERPIKIR


KRITIS DALAM ORGANISASI

Presentation · September 2019


DOI: 10.13140/RG.2.2.25885.26082

CITATIONS READS
0 4,501

1 author:

Frainskoy Rio Naibaho


University of Sumatera Utara
13 PUBLICATIONS   8 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

MY EXERCISE WORK View project

All content following this page was uploaded by Frainskoy Rio Naibaho on 23 September 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS ISU-ISU KRITIKAL DENGAN MENGGUNAKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS DALAM ORGANISASI
(ISU PENGHAPUSAN PELAJARAN AGAMA DI SEKOLAH)

Disusun Oleh:
Kelompok IV :

1. Novebri, M.Pd 199211292019032012


2. Suhardi, M.Kom 198809232019031010
3. Sry Lestari, M.E.I 198905052019032008
4. Aulia Rahman, M.Pd 199410292019031008
5. Rahmi Wahyuni, M.Sos 199002092019032010
6. Rizki Amelia Nasution, M.Si 198803292019032008
7. Frainskoy Rio Naibaho, M.Kom 198506232019031007
8. Fadlan Masykura Setiadi, M.Pd.I 199202062019031016
9. Adnan Buyung Nasution, M. Kom 199008092019031014
10. Sokhira Linda Vinde Rambe, M.Pd 198510102019032007

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL


GOLONGAN III ANGKATAN IX
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk
sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya,
yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan. Pendidikan keagamaan juga merupakan pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan
pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan
ajaran agamanya.
Pendidikan agama sangatlah penting dalam menghadapi era globalisasi pada masa ini.
Karena agama merupakan sebuah pedoman hidup yang berisi aturan-aturan yang harus
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam pendidikan agama dapat membentuk
dan mengubah sikap seseorang menjadi lebih baik lagi, namun akhir-akhir ini muncul isu
bahwa pelajaran agama akan dihapuskan. Isu ini berawal dari usulan Mendikbud pada saat
rapat kerja bersama Komisi X DPR di gedung DPR, 13 Juni 2019 yang lalu. Beliau
mengusulkan untuk meniadakan pelajaran agama di kelas. Sebagai gantinya pelajaran agama
akan diberikan di luar kelas (CNN Indonesia, 2019).
Peniadaan ini berhubungan dengan pengadaan program sekolah full days. Pelajaran
agama dapat dilakukan di luar jam pelajaran, yaitu dengan membawa siswa ke rumah ibadah,
atau mengikuti pelajaran agama yang diberikan oleh pihak yang berkompeten untuk itu.
Misalnya, guru mengaji didatangkan ke sekolah, guru agama-agama lain juga seperti itu.
Tujuannya agar pelajaran agama tidak tumpang-tindih antara di sekolah dan di luar sekolah,
melainkan semakin terpadu, serta nilainya akan dimasukkan dalam kurikulum.

B. Definisi
1. Isu Kritikal
Pemahaman tentang isu kritikal, sebaiknya perlu diawali dengan mengenal
pengertian isu. Secara umum isu diartikan sebagai suatu fenomena/kejadian yang
diartikan sebagai masalah, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia isu adalah
masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi; kabar yang tidak jelas asal usulnya dan
tidak terjamin kebenarannya; kabar angin; desas desus. Isu yang tidak muncul di ruang
publik dan tidak ada dalam kesadaran kolektif publik tidak dapat dikategorikan sebagai
isu strategis (kritikal). Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda
berdasarkan tingkat urgensinya (Modul Latsar Gol. III, 2019), yaitu:
a. Isu saat ini (current issue)
b. Isu berkembang (emerging issue), dan
c. Isu potensial.

2. Teknik Analisis Isu


Ada beberapa teknik analisis isu, diantaranya adalah sistem berpikir mind mapping,
fishbone, SWOT, tabel frekuensi, analisis kesenjangan, atau sekurangnya-kurangnya
menerapkan kemampuan berpikir hubungan sebab-akibat untuk menggambarkan akar
permasalahan, aktor dan peran aktor, dan alternatif pemecahan isu yang akan diusulkan.

3. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk menentukan dan
mengevaluasi, mengklarifikasi dan memvalidasi perencanaan yang telah disusun, sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai (Modul Latsar Gol. III, 2019). Analisis SWOT
bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
suatu strategi. Sebagai sebuah konsep dalam manajemen strategik, teknik ini menekankan
mengenai perlunya penilaian lingkungan eksternal dan internal, serta kecenderungan
perkembangan/perubahan di masa depan sebelum menetapkan sebuah strategi. Analisis
ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses)
dan ancaman (Threats).

Page 1 of 4
BAB II
ANALISIS

Pada bab ini akan dianalisis satu contoh isu kritikal mengenai penghapusan pelajaran agama
di sekolah dengan menggunakan analisis SWOT. Adapun pembahasannya sebagai berikut:
A. Strength (Kekuatan)
1. Mengikis sifat radikalisme dan intoleransi beragama, disebabkan pandangan-pandangan
keagamaan dan pengajaran yang tidak moderat.
Misal, ada seorang peserta didik yang mendapatkan pengajaran agama yang terlalu
berlebihan dan tidak moderat cenderung menimbulkan sifat radikalisme dan intoleransi,
tidak menghargai orang lain selain dari agamanya.
2. Lebih memberikan peluang bagi pemeluk agama dan kepercayaan untuk
mengekspresikan pandangan keagamaan mereka dengan bebas, tanpa ada campur tangan
Pemerintah.

B. Weakness (Kelemahan)
Analisis kelemahan (weakness) yang akan dibahas pada bagian ini terdiri atas dua jenis
analisis yaitu; analisis isu dan analisis isi dari isu tersebut
1. Kelemahan isu (issue weakness)
Isu tentang penghapusan mata pelajaran agama pada setiap tingkat pendidikan itu sangat
membingungkan masyarakat dan tidak dapat dipertanggungjawabkan karena
bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional pada UU No 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Maksud dari pasal tersebut adalah
pendidikan di Indonesia, menyatakan pembentukan karakter sesuai nilai-nilai agama
agar siswa menjadi manusia yang beriman kepada Tuhannya.
2. Kelemahan isi isu (content weakness)
Pengahapusan mata pelajaran agama akan menghapus isi UU No 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas, bahwa tujuan pendidikan yang disebutkan diatas tidak akan tercapai, seperti
terjadinya degradasi moral, akhlak dan perilaku peserta didik. Menghapus pelajaran
agama artinya bukan saja pendidikan agama Islam namun juga ada Hindu, Budha,
Konghucu, Protestan dan Katolik. Hal ini bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 29 ayat
1 yang menyatakan bahwa salah satu unsur ideologi negara Indonesia adalah agama dan
setiap segala tindakan harus berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa.

C. Opportunity (Peluang)
Sisi positif:
1. Munculnya lembaga pendidikan yang lain dengan mengkhususkan pada bidang agama.
Seperti pesantren, atau sekolah formal untuk berbagai agama yang dianut maupun tidak
formal (sekolah minggu, tempat mengaji, dan lain sebagainya).
2. Lembaga keagamaan yang muncul akan lebih fokus dalam memperhatikan
perkembangan pengetahuan keagamaan, ketaatan, dan pendalaman nilai- nilai spritual
keagamaan masing-masing penganut.
3. Munculnya konsultan agama.

Sisi negatif:
1. Memicu munculnya masyarakat tidak beragama
2. Perpecahan bangsa, dimana agama merupakan pemersatu bangsa, sebagaimana sila
pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa.
3. Rusaknya ideologi bangsa.
4. Munculnya paham-paham ekstrim.
5. Tidak memiliki nilai-nilai spiritual.
6. Masyarakat beragama tidak taat dengan ajaran agama yang dianut.

Page 2 of 4
7. Dengan penghapusan mata pelajaran agama, akan menghilangkan rasa kebersamaan dan
rasa toleransi beragama.

D. Threat (Ancaman)
Isu penghapusan mata pelajaran pendidikan agama merupakan pelanggaran terhadap
nilai-nilai pancasila. Isu ini sangat berpotensi terhadap penurunan nilai-nilai agama dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Menghapus pendidikan agama dapat membuat peserta
didik tidak mengenal agamanya dengan baik karena tidak ada jaminan di tempat lain, juga
memisahkan nilai-nilai ketuhanan dari peri kehidupan. Inilah yang dikhawatirkan
memunculkan sekulerisme. Pemisahan agama dengan bidang lain.
Penghapusan mata pelajaran agama tidak sesederhana yang kita pikirkan karena amat
kuat payung hukum posistif di Indonesia mulai dari UUD 1945, UU Sisdiknas, Peraturan
Pemerintah, Permenbud, hingga PMA No. 16 Tahun 2012 yang mengatur bila jumlah
peserta didik ± 15 orang, maka harus memperoleh pelayanan dari seorang guru agama.

Page 3 of 4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari analisis SWOT di atas, maka diperoleh kesimpulan bahwasanya isu penghapusan
pelajaran agama sangat bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila dan Undang-Undang
yang berlaku di Indonesia serta sangat berpotensi menimbulkan degradasi moral.

B. Saran
1. Agar pemerintah memperhatikan dan mempertimbangkan isu penghapusan pelajaran
agama di sekolah.
2. Agar pemerintah cepat merespon dan mengklarifikasi kebenaran isu-isu sensitif yang
berhubungan dengan SARA, sehingga tidak menimbulkan diintegrasi.
3. Agar pemerintah tidak menghapus pelajaran agama di sekolah yang menjadi pondasi
utama pembentuk karakter peserta didik.

Page 4 of 4

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai