Anda di halaman 1dari 8

Tugas hukum andministrasi negara

Analisa putusan dalam putusan PTUN surabaya nomor 72/G/2020/ PTUNSBY

DOSEN PENGAMPU MOH. IBNU FAJAR SH.,MH

Kelompok 9 :

1. M. zulfa sa’bana (200111100201)


2. Nuril mahfud (200111100167)
3. Widyatama ahlan m (200111100179)
4. Rangga haikal (200111100197)
5. Alvito eka w. (200111100170)

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2020/2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A latar belakang

Peradilan tata usaha negara dalam mengadili suatu kasus atau perkara mempunyai keberadaan
peradilan administrasi atau peradilan tata usaha negara dapat, memeberikan putusan yang
bersifat menyelesaikan sehingga dapag memberikan pengayoman hukum dan kepastian hukum
yang hanya bukan bagi rakyat saja melainkan juga bagi administrasi negara, peradilan tata usaha
negara merupakan salah satu pelaku kekuasaa kehakiman yang dimandati untuk memeriksa
memutus dan menyelesaikan sengketa dalam tata usaha negara , Tata Usaha Negara adalah
administrasi negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan
baik di pusat maupun di daerah.

Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara
orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat
maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara, termasuk
sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yanpada
bersengketa adalah orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha
negara, baik di pusat maupun di daerah. Tergugat adalah badan atau pejabat tata usaha negara
yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan
kepadanya yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata

Kita ambil contoh pada kasus dan putusan pengaadilan tata usaha negara surabaya adalah
sengketa mengenai putusan kepala desa di jombang yang perkara tersebut dengan nomor
putusan PTUN surabaya dengan nomor 72/G/2020/ PTUNSBY sebagaimana yang tercantum
didalamuya mengenai putusan sengketa tentang pemilihan kepala desa yang ada di jombang.

oleh karena Objek Sengketa a quo adalah KTUN, maka dasarkan pasal 50 Undang-undang No.
5 Tahun 1986 Tentang pengadilan Tata Usaha Negara menentukan Pengadilan Tata Usaha
Negara ugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikangketa tata usaha negara di
tingkat pertama; sesuai dengan ketentuan pasal 75 Undang-undang No. 30 Tahun 4 Tentang
Administrasi Pemerintahan, Penggugat telah mengajukan nya administratif berupa keberatan
kepada badan atau pejabat tata negara yang mengeluarkan keputusan/Objek Sengketa tersebut
bagaimana surat keberatan Penggugat tertanggal dan diterima olehgugat pada tanggal 23
Desember 2019; berdasarkan ketentuan pasal 77 ayat (4) Undang-undang No.30ptun 2014,
terhadap keberatan Penggugat, Tergugat wajib menyelesaikan keberatan dalam waktu paling
lama 10 (sepuluh) hari kerja elah permohonan keberatan a quo diterima, namun hingga gugatan
ini aftarkan tidak ada tanggapan dari Tergugat; hwa berdasarkan pasal 2 ayat (1) Peraturan
Mahkamah Agung No.6 Tahun 2018 Tentang Pedoman Sengketa Administrasi merintahan
Setelah Menempuh Upaya Administrasi yang berbunyi : pengadilan berwenang menerima,
memeriksa, memutus dan nyelesaikan sengketa administrasi pemerintahan setelah upaya
ministratif”. Jo. pasal 1 angka 8 PERMA No.6 Tahun 2018 yang nentukan :pengadilan adalah
Pengadilan Tata Usaha Negara sebagaimana diatur dalam ketentuan-ketentuan diatas dan
mengingat lokasi Objek Sengketa a quo diterbitkan, maka Pengadilana Usaha Negara Surabaya
berwenang untuk memeriksa dan mengadili sebuah sengketa

B. rumusan masalah

Dengan berdasarkan latar belakang dan putusan PTUN surabaya diatas dapat kita ambil
rumusan sebagai berikut :

a. Bagaimana posisi kasus dalam putusan PTUN surabaya nomor 72/G/2020/PTUNSBY?

B. bagaimana pertimbangan hukum dalam kasus tersebut?

c. bagaimana analisa putusan dalam kasus tersebut?

C Tujuan masalah

A, untuk mengetahui bagaimana posisi kasus pada sengketa tersebut

B. untuk mengetahui pertimbangan hukum dalam putusan tersebut

C untuk mengetahui analisa putusan


Bab II

pembahasan

A. posisi kasus

Bahwa Penggugat adalah calon Kepala Desa Ceweng Tahun 2019, yang ditetapkan oleh Panitia
Pemilihan Kepala Desa pada tanggal 7 Oktober 2019; Bahwa pemilihan Kepala Desa (Pilkades)
Ceweng telah dilaksanakan pada tanggal 4 Nopember 2019 yang bertempat di Balai Desa
Ceweng dan berdasarkan Berita Acara Rapat Pleno Terbuka Penetapan Peserta Pemilihan
Terpilih tanggal 4 Nopember 2019 Nomor140/012/415.54.4/Panitia Pemilihan/2019 Tentang
Penetapan Calon Kepala Desa Terpilih, Panitia Pemilihan menetapkan IMAM SUBATA (Calon
Kepala Desa Ceweng nomor urut 2) memperoleh suara terbanyakdan diusulkan sebagai Kepala
Desa Ceweng terpilih untuk periode 2019 – 2025; Bahwa selanjutnya Penetapan tersebut
dilaporkan kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Ceweng yang mana kemudian
BPD Desa Ceweng mengirimkan surat nomor 03/BPD/CW/XI/2019 tanggal 5 Nopember 2019,
perihal Pengesahan Peserta Pemilihan Kepala Desa terpilih Kepada Tergugat untuk disampaikan
kepada Tergugat, Bahwa terhadap Berita Acara Rapat Pleno Terbuka Penetapan Peserta
Pemilihan Terpilih Nomor 140/012/415.54.4/Panitia Pemilihan/2019 tanggal 4 Nopember 2019
Tentang Penetapan Calon Kepala Desa Terpilih.

Penggugat telah mengajukan keberatan berupa Surat Keberatan tanggal 7 Nopember 2019 yang
ditujukan kepada Panitia Pilkades Ceweng dan Surat Keberatan tanggal 28 Nopember 2019 yang
ditujukan kepada Bupati Jombang, namun tidak ada tanggapan baik dari Panitia Pemilihan
maupun Bupati Jombang/Tergugat; Bahwa Penggugat terakhir mengajukan keberatan terhadap
Objek Sengketa dengan Surat Keberatan tanggal 23 Desember 2019 kepada Tergugat.

Namun hingga gugatan ini didaftarkan belum ada tanggapan Bahwa Penggugat merasa
dirugikan terhadap proses pelaksanaan Pilkades Ceweng tahun 2019, karena Panitia Pilkades
yang dibentuk pada tanggal 27 Juli 2019 banyak melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap
Peraturan Bupati Jombang No. 25 Tahun 2019 yang mengatur tentang Tata Cara Pelaksanaan
Tahapan Pemilihan Kepala Desa, baik itu sebelum pemungutan suara, pada saat pemungutan
maupun setelah pemungutan suara

Objek sengketa dalam sengketa Tata Usaha Negara ini adalah Keputusan Bupati Jombang
Nomor 1888.4.45/480/415.10.1.3/2019 tanggal 5 Desember 2019 Tentang Pengangkatan Kepala
Desa Masa Jabatan Tahun 2019 – 2025, khusus Desa Ceweng Kecamatan Diwek, atas nama
IMAM SUBATA, selanjutnya disebut sebagai “Objek Sengketa”;

Bahwa adanya pelanggaran-pelanggaran atas proses pemilihan Kepala Desa Ceweng yang
dilakukan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa, baiku secara prosedur maupun substansial, serta
menguntungkan salah satu calon Kepala Desa Ceweng, telah merugikan kepentingan Pengguga
ecara materiil dan immateriil karena dalam pencalonan Kepala Desa tersebut, Penggugat telah
mengeluarkan biaya dan waktu yang tidasedikit untuk melakukan pendaftaran dan kampanye,
serta secaraimmateriil, Penggugat sebagai calon Kepala Desa merasa malu karena diperdayai
oleh tindakan Panitia yang cenderung pro kepada salah satucalon Kepala Desa sehingga proses
pemilihan tidak berjalan demokratisebagaimana mestinya.

B. pertimbangan hukum

bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalasebagaimana tersurat dalam Gugatannya
tertanggal 20 April 2020 yang selengkapnya telah diuraikan dalam bagian “Duduknya Sengketa”
putusan ini; Menimbang, bahwa yang menjadi Objek Sengketa dalam perkara ini yang
dimohonkan Penggugat untuk dinyatakan batal atau tidak sah adalah Keputusan Bupati Jombang
Nomor 1888.4.45/480/415.10.1.3/2019 tanggal 5 Desember 2019 Tentang Pengangkatan Kepala
Desa Masa Jabatan Tahun 2019 – 2025, khusus Desa Ceweng Kecamatan Diwek, atas nama
IMAM SUBATA selanjutnya disebut Objek Sengketa; Menimbang, bahwa terhadap Gugatan
Penggugat tersebut,

Tergugat telah mengajukan Jawabannya tertanggal 22 Juni 2020 melalui Sistem Informasi
Pengadilan yang memuat uraian pada pokoknya menolak dalil-dalil gugatan Penggugat dan
mengajukan Eksepsi yang pada pokoknya Penggugat tidak memiliki kepentingan; Menimbang,
bahwa terhadap Gugatan Penggugat tersebut, Tergugat telah mengajukan Jawabannya pada
tanggal 23 Juni 2020 melalui Sistem Informasi Pengadilan yang memuat uraian pada pokoknya
menolak dalil-dalil gugatan Penggugat dan tanpa mengajukan Eksepsi.

Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim mempertimbangkan mengenai eksepsi yang


diajukan oleh Tergugat, terlebih dahulu Majelis Hakim akan mempertimbangkan dari segi formal
gugatan, yang meliputi Kewenangan mengadili Peradilan Tata Usaha Negara, Tenggang Waktu
mengajukan gugatan dan ada atau tidaknya Kepentingan Penggugat untuk mengajukan gugatan
terhadap penerbitan Surat Keputusan Objek Sengketa dengan pertimbangan hukum, h Agung
Republik mempertimbangkan, apakah Penggugat telah menempuh upaya administratif sebelum
mengajukan gugatan ke Pengadilan; Menimbang, bahwa di dalam gugatan, Para Penggugat
menyatakan elah mengajukan upaya administratif berupa keberatan pada tanggal 23 Desember
2019 (vide bukti P-3), atas upaya administratif tersebut tidak adatanggapan dan jawaban dari
Tergugat (tidak ada penyelesaian). Terhadap dalil Para Penggugat tersebut, Tergugat tidak
membantahnya; Menimbang, bahwa kemudian diatur dalam ketentuan Pasal 47 UndangUndang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 1 angka
(9), Pasal 1 angka (10) Undang-Undang Republik indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Kedua Atas UndangUndang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, (selanjutnya disebut Undang-Undang PERATUN) sebagai berikut:
Pasal 47: Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa
Tata Usaha Negara; Pasal 1 angka 9: Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu Penetapan
tertulis yang dikeluarkan oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum
Tata Usaha Negara berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, yang bersifat
Konkret, Individual dan Final serta menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau Badan
Hukum Perdata; Pasal 1 angka 10: Sengketa Tata Usaha Negara adalah, sengketa yang timbul
dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau Badan Hukum

C analisa putusan

Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya Nomor: 72/G/2020/PTUNSBY Dalam


sengketa Tata Usaha Negara ini, dapat diketahui: Bahwa terdapat Penggugat yang menggugat
Kepala Desa dengan Objek Sengketa dalam perkara ini adalah Keputusan dalam pemilihan
kepala desa yang terdapat kecurangan dalam arti bagaimana yang sudah disebutkan diatas bahwa
sebagaimana putusan ptun surabya Bahwa yang menjadi alasan gugatan penggugat adalah
suratkeputusan obyek sengketa tersebut bertentangan dengan peraturanperundang-undangan
yang berlaku dan asas-asas umum pemerintahan yang baik.

Penilaian Penerbitan Surat Keputusan objek sengketa tidak cukup hanya berdasarkan normatif
yuridis atau berdasarkan Peraturan PerundangUndangan yang berlaku, namun harus juga dinilai
dari pandangan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dan Asas-Asas Umum Pemerintahan
yang Baik yang harus diperhatikan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dalam
mengambil keputusan, Dengan demikian, tujuan hukum sebenarnya sama dengan apa yang
dikemukakan oleh Gustav Radbruch sebagai 3 (tiga) nilai dasar hukum, yaitu keadilan,
kemanfaatan dan kepastian hukum. Selanjutnya Radbruch mengajarkan penggunaan asas
prioritas dari ketiga asas tersebut, dimana prioritas pertama selalu jatuh pada keadilan, baru
kemanfaatan dan terakhir kepastian hukum. Praktik peradilan, sangat sulit bagi seorang hakim
untuk mengakomodir ketiga asas tersebut di dalam suatu putusan.

Dalam menghadapi keadaan ini, hakim harus memilih salah satu dari ketiga asas tersebut untuk
memutus suatu perkara dan tidak mungkin ketiga asas tersebut dapat tercakup sekaligus dalam
suatu putusan.Jika diibaratkan dalam sebuah garis, hakim dalam memeriksa dan memutus suatau
perkara berada di antara dua titik pembatas dalam garis tersebut, yaitu apakah berdiri pada titik
keadilan atau titik kepastian hukum, Menimbang, bahwa berdasarkan keseluruhan uraian
pertimbangan diatas oleh karena pengajuan Gugatan oleh Penggugat melebihi waktu 90
(sembilan puluh) hari sebagaimana ditentukan dalam Pasal ng-Undang PERATUN, maka
Majelis Hakim berkesimpulan Gugatan at dinyatakan tidak diterima; Menimbang, bahwa oleh
karena Gugatan Penggugat dinyatakan tidak maka terhadap syarat formal pengajuan Gugatan
Penggugat berupa gan Penggugat yang dirugikan, Eksepsi yang diajukan oleh Tergugat, ok
Perkaranya tidak perlu dipertimbangkan lagi; Menimbang, bahwa selanjutnya oleh karena
gugatan Penggugat an tidak diterima, maka sesuai ketentuan Pasal 110 dan Pasal 112 Undang
No. 5 Tahun 1986, kepada Penggugat sebagai pihak yang hukum untuk membayar biaya yang
timbul dalam perkara ini yang a akan disebutkan dalam amar putusan ini.
BAB III

Penutup

Kesimpulan

Dari analisa yang dilakukan terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Nomor:
72/G/2020/PTUNSBY dalam pertimbanganya telah diuraikan mengenai duduk perkaranya dan
telah pula diuraikan mengenai argumentasi hukumnya. Salah satu argumentasi hukum yang
digunakan yang berawal dari proses awal sudah terjadi banyak kecurangan dalam pemiluhan
kepala desa tersebutsehinggamengakibatkan adanya putusan bebas dari segala dakwaan.

Definisitersebut menguatkan bahwa penggugat mengajukan surat keberatan nya kepada tergugat
karena berpedoman pada ketentuan, Bahwa Penggugat merasa dirugikan terhadap proses
pelaksanaan Pilkades Ceweng tahun 2019, karena Panitia Pilkades yang dibentuk pada tanggal
27 Juli 2019 banyak melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap Peraturan Bupati Jombang
No. 25 Tahun 2019 yang mengatur tentang Tata Cara Pelaksanaan Tahapan Pemilihan Kepala
Desa, baik itu sebelum pemungutan suara,

pada saat pemungutan maupun setelahpemungutan suara, Bahwa tindakan Panitia Pilkades
Ceweng yang melanggar Peraturan Bupati Jombang No.25 tahun 2019 juga terlihat dari jumlah
bilik suara yang sangat minim dan kurang seimbang dengan jumlah DPT yang lebih. besar.
Menurut pasal 42 ayat (1) berbunyi “Bilik suara sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 ayat (2)
huruf d disediakan di setiap TPS paling sedikit 4 (empat) buah.” Namun dalam pemungutan
suara tersebut hanya terdapat 2 (dua) bilik suara. Kurangnya bilik suara berakibat antrian pemilih
sangat panjang. Antrian yang sangat panjang membuat pemilih memanfaatkan waktu untuk
pulang atau enggan untuk hadir di TPS, kesempatan ini tentunya bisa dimanfaatkan pula bagi
salah satu calon untuk mempengaruhi pemilih yang memiliki surat undangan dengan berbagai
cara agar memilih dia dengan demikian banyak kekurangan dan kecurangan pada pemilihan
kepala desa ceweng sehingga dapat diajukan da diberi putusn oleh ptun surabaya

Anda mungkin juga menyukai