Anda di halaman 1dari 4

B.

ASKEP PARKINSON
Pengertian
Penyakit Parkinson adalah penyakit saraf progresif yang berdampak
terhadap respon

Etiologi
Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di
otak dan faktor-faktor lainnya seperti :
1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala
penyakit Parkinson,
2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik,
toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.

Gejala Klinis
Penyakit Parkinson memiliki gejala klinis sebagai berikut:
1. Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan,
2. Tremor yang menetap ,
3. Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol,
4. Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik,
5. Depresi, demensia,
6. Wajah seperti topeng.

Pemeriksaan Diagnostik
Observasi gejala klinis dilakukan dengan mempelajari hasil foto untuk
mengetahui gangguan.

Komplikasi
Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia,
aspirasi, dan trauma karena jatuh.
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis dapat dilakukan dengan medikamentosa seperti:
1. Antikolinergik untuk mengurangi transmisi kolinergik yang berlebihan
ketika kekurangan dopamin.
2. Levodopa, merupakan prekursor dopamine, dikombinasi dengan
karbidopa, inhibitor dekarboksilat, untuk membantu pengurangan L-
dopa di dalam darah dan memperbaiki otak.
3. Bromokiptin, agonis dopamine yang mengaktifkan respons dopamine di
dalam otak.
4. Amantidin yang dapat meningkatkan pecahan dopamine di dalam otak.
5. Menggunakan monoamine oksidase inhibitor seperti deprenil untuk
menunda serangan ketidakmampuan dan kebutuhan terapi levodopa.

Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pengkajian
 Kaji saraf kranial, fungsi serebral (koordinasi) dan fungsi motorik.
 Observasi gaya berjalan dan saat melakukan aktivitas.
 Kaji riwayat gejala dan efeknya terhadap fungsi tubuh.
 Kaji kejelasan dan kecepatan bicara.
 Kaji tanda depresi.
2) Diagnosis dan Intervensi Keperawatan
 Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan bradikinesia,
regiditas otot dan tremor ditandai dengan DS: klien mengatakan sulit
melakukan kegiatan, DO: tremor saat beraktivitas.
3) Intervensi:
4) Tujuan : meningkatkan mobilitas.
 Bantu klien melakukan olah raga setiap hari seperti berjalan,
bersepeda, berenang, atau berkebun.
 Anjurkan klien untuk merentangkan dan olah raga postural sesuai
petunjuk terapis.
 Mandikan klien dengan air hangat dan lakukan pengurutan untuk
membantu relaksasi otot.
 Instruksikan klien untuk istirahat secara teratur agar menghindari
kelemahan dan frustasi.
 Ajarkan untuk melakukan olah raga postural dan teknik berjalan untuk
mengurangi kekakuan saat berjalan dan kemungkinan belajar terus.
 Instruksikan klien berjalan dengan posisi kaki terbuka.
 Buat klien mengangkat tangan dengan kesadaran, mengangkat kaki
saat berjalan, menggunakan sepatu untuk berjalan, dan berjalan dengan
langkah memanjang.
 Beritahu klien berjalan mengikuti irama musik untuk membantu
memperbaiki sensorik.

Evaluasi
Evaluasi : klien mengikuti sesi terapi fisik, melakukan latihan wajah 10
menit 2 kali sehari.
Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan kesulitan: menggerakkan makanan, mengunyah, dan
menelan, ditandai dengan DS: klien mengatakan sulit makan, berat badan
berkurang DO: kurus, berat badan kurang dari 20% berat badan ideal,
konjungtiva pucat, dan membran mukosa pucat.
Intervensi:
Tujuan : mengoptimalkan status nutrisi.
 Ajarkan klien untuk berpikir saat menelan-menutup bibir dan gigi
bersama-sama, mengangkat lidah dengan makanan di atasnya,
kemudian menggerakkan lidah ke belakang dan menelan sambil
mengangkat kepala ke belakang.
 Instruksikan klien untuk mengunyah dan menelan, menggunakan
kedua dinding mulut.
 Beritahu klien untuk mengontrol akumulasi saliva secara sadar dengan
memegang kepala dan menelan secara periodik.
 Berikan rasa aman pada klien, makan dengan stabil dan menggunakan
peralatan.
 Anjurkan makan dalam porsi kecil dan tambahkan makanan selingan
(snack).
 Monitor berat badan.
Evaluasi : klien dapat makan 3 kali dalam porsi kecil dan dua kali snack,
tidak ada penurunan berat badan.
Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan
kemampuan bicara dan kekakuan otot wajah ditandai dengan : DS:
klien/keluarga mengatakan adanya kesulitan dalam berbicara DO: kata-
kata sulit dipahami, pelo, wajah kaku.
Intervensi:
Tujuan: memaksimalkan kemampuan berkomunikasi.
 Jaga komplikasi pengobatan.
 Rujuk ke terapi wicara.
 Ajarkan klien latihan wajah dan menggunakan metoda bernafas untuk
memperbaiki kata-kata, volume, dan intonasi.
 Nafas dalam sebelum berbicara untuk meningkatkan volume suara dan
jumlah kata dalam kalimat setiap bernafas.
 Latih berbicara dalam kalimat pendek, membaca keras di depan kaca
atau ke dalam perekam suara (tape recorder) untuk memonitor
kemajuan.
Evaluasi : tidak adanya kesulitan dalam berbicara, kata-kata dapat
dipahami.

Anda mungkin juga menyukai