Anda di halaman 1dari 5

B.

Keterampilan berpikir kritis

1. Teori yang Mendasari Berpikir Kritis

Berpikir kritis melibatkan berbagai keterampilan seperti mengidentifikasi sumber

informasi, menganalisa kredibilitasnya, merenungkan apakah informasi konsisten

dengan pengetahuan mereka sebelumnya, dan menarik kesimpulan berdasarkan berpikir

kritis mereka (Garrison et al., 2011). Berpikir kritis adalah sebuah proses dimana

seseorang mencoba untuk menjawab secara rasional pertanyaan-pertanyaan yang tidak

dapat dijawab secara mudah dan dimana semua informasi yang relevan tidak tersedia

(Inch et al., 2009). Menurut Popil (2011) berpikir kritis didefinisikan sebagai

kemampuan yang bertanggung jawab dan mampu mengontrol pikiran kita sendiri.

Menurut Fisher (2009), berpikir kritis merupakan suatu sikap mau berpikir secara

mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan

pengalaman seseorang.

Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau

pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan- kesimpulan

lanjutan yang diakibatkannya. Berpikir kritis didefinisikan oleh Glassner, Weinstock,

dan Newman serta Van Gelder (Moreno, 2010), sebagai suatu proses sistematis dalam

memeriksa informasi yang datang untuk mendapatkan kesimpulan yang didasarkan

pada bukti. Menurut Facione (2011) lima langkah dalam proses pembuatan keputusan

dan pemecahan masalah dalam berpikir kritis sebagai berikut: a) mengidentifikasi

masalah dan menentukan prioritas masalah, b) memperdalam pemahaman dan mencari


informasi yang relevan, c) membuat opsi dan mengantisipasi konsekuensi-konsekuensi,

d)

menilai situasi dan membuat keputusan awal/sementara, dan e) memeriksa dengan teliti

proses-proses dan koreksi diri selama diperlukan.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan

berpikir pada diri seseorang yang melibatkan proses kognitif tingkat tinggi yang terdiri

atas beberapa aktivitas seperti menganalisis fakta, menyampaikan alasan,

menyampaikan argumentasi, menarik kesimpulan, dan menyajikan implikasi.

2. Cara Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis

Slavin (2011) menyatakan bahwa siswa dapat memiliki keterampilan berpikir kritis

dengan baik apabila memahami langkah-langkah sebagai berikut: 1) apa sebenarnya isu,

masalah, keputusan, atau kegiatan yang sedang dipertimbangkan?, 2) apa sudut

pandangnya?, 3) apa alasan yang diajukan?, 4) asumsi-asumsi apa saja yang dibuat?, 5)

apakah bahasanya jelas?, 6) apakah alasan didasarkan pada bukti-bukti yang

meyakinkan?, 7) kesimpulan apa yang ditawarkan?, dan 8) implikasi apa dari

kesimpulan yang sudah diambil?. Menurut Johson (2010), siswa dapat mengembangkan

keterampilan berpikir kritis jika siswa mampu: 1) mengenal masalah, 2) menemukan

cara yang digunakan untuk menangani masalah-masalah itu, 3) mengumpulkan dan

memyusun informasi yang diperlukan, 4) mengenal adanya hubungan yang logis antar

masalah, 5) menarik kesimpulan dari jawaban masalah yang telah dikemukakan, dan 6)
membuat penilaian yang tepat terhadap hal-hal yang diperoleh. Menurut Kogut (2016)

mengemukakan beberapa cara yang dapat meningkatkan berpikir kritis

siswa, yaitu dengan cara: (1) sering menanyakan pertanyaan kepada siswa, (2)

menggunakan contoh-contoh dan ilustrasi yang menantang berpikir siswa untuk berani

menjawab berdasarkan alasan yang ilmiah, (3) mendorong siswa berdiskusi dengan

memberikan tugas kelompok dalam kelas, dan (4) penggunaan umpan balik yang efektif

dapat mendorong berpikir kritis.

Berdasarkan uraian di atas, maka langkah-langkah yang dilakukan dalam

mengembangkan keterampilan berpikir kritis pada penelitian ini adalah: (1) identifikasi

masalah dengan menggunakan contoh-contoh dan ilustrasi yang menantang berpikir

siswa, (2) kegiatan penyelidikan yang bertujuan membuat siswa untuk berani menjawab

berdasarkan alasan yang ilmiah, (3) diskusi penyelesaian masalah dengan memberikan

tugas kelompok dalam kelas, (4) penyampaian argumentasi yang bertujuan untuk

mengenal adanya hubungan yang logis antar masalah, (5) penarikan kesimpulan dengan

implikasi yang efektif dapat mendorong berpikir kritis.

3. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis

Ennis (2011) menetapkan beberapa indikator seseorang dikatakan berpikir kritis dengan

singkatan FRISCO (Focus, reason, inference, situation, clarity, and overview) yaitu

sebagai berikut: (1) F (Focus): untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang

diyakini maka harus bisa memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba
diputuskan itu mengenai apa, (2) R (Reason): mengetahui alasan-alasan yang

mendukung atau melawan putusan-putusan yang dibuat berdasarkan situasi dan fakta

yang relevan. Alasan itu dapat berasal dari informasi

yang diketahui ataupun teorema, sifat, dan lain-lain. Alasan merupakan dasar bagi suatu

proses penarikan kesimpulan, (3) I (Inference): penarikan kesimpulan yang benar harus

didasarkan pada langkah-langkah ke kesimpulan, yaitu masuk akal atau logis. Bagian

penting dari langkah penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari

pemecahan, pertimbangan dari interpretasi akan situasi dan bukti, (4) S (Situation):

memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan membantu

memperjelas peranyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah kunci, bagian-

bagian yang relevan sebagai pendukung, (5) C (Clarity): menjelaskan arti atau istilah-

istilah yang digunakan dalam berpendapat, (6) O (Overview): meninjau kembali dan

meneliti secara menyeluruh keputusan yang diambil.

Selain itu, Facione (2015) merumuskan beberapa indikator berpikir kritis melalui

kemampuan kognitif dan disposisi afektif yang terdiri atas: (1) Interpretation

(melakukan katagorisasi, menjelaskan arti), (2) Analysis (meneliti ide-ide,

mengidentifikasi dan menganalisis argumen), (3) Assessment (menilai pendapat), (4)

Inference (mencari bukti dan alternatif, membuat kesimpulan), (5) Explanation

(menyatakan hasil, membenarkan prosedur, dan menyajikan argumen), dan (6) Self-

regulation (pemeriksaan diri dan koreksi diri).


Berdasarkan uraian di atas, maka indikator keterampilan berpikir kritis yang digunakan

pada penelitian ini adalah: (1) analisis fakta (Actual): menganalisis makna/arti dari

fakta-fakta yang disajikan dalam permasalahan secara tepat dan jujur, (2) penyampaian

alasan (Reason): mengorganisasi pikiran dan mengungkapkan alasan-alasan dengan

jelas, logis, atau masuk akal, (3)

penyampaian argumentasi (Argumentation): menyangkal suatu argumen yang tidak

relevan dan menyampaikan argumen yang relevan, (4) penarikan kesimpulan

(Inference): membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada logika yang valid

dengan logika yang tidak valid, (5) penyajian implikasi (Implication): mempertanyakan

suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi dari suatu pandangan. Kelima

indikator tersebut dikutip dari beberapa kesimpulan pendapat ahli di dalam

mendefinisikan indikator keterampilan berpikir kritis dan indikator-indikatornya lebih

mudah dipahami dan sejalan dengan tuntutan Kurikulum 2013.

Anda mungkin juga menyukai