Anda di halaman 1dari 27

Ilmu

Perundang-
undangan
Kuliah II
Fakultas Hukum UI
September, 2020

EJK/Ilper/FHUI/2020
Burkhardt Krems
EJK/Ilper/FHUI/2020
Berorientasi pada mencari
kejelasan dan kejernihan makna
atau pengertian-pengertian dan
bersifat kognitif.
TEORI
PERUNDANG- Diberikan setelah mengikuti
kuliah Ilmu Perundang-
UNDANGAN: undangan, khususnya bagi
(Gesetzgebungstheorie) mahasiswa Program
Kekhususan Hukum Tata Negara
dan Hukum Administrasi
Negara

EJK/Ilper/FHUI/2020
Berorientasi pada melakukan
perbuatan dalam
pembentukan peraturan
perundang-undangan, dan
ILMU bersifat normatif.
PERUNDANG-
UNDANGAN: Diberikan kepada seluruh
mahasiswa pendidikan tinggi
(Gesetzgebungslehre)
hukum sebagai mata kuliah
Wajib Fakultas.

EJK/Ilper/FHUI/2020
1. Proses Perundang-undangan;
ILMU
PERUNDANG- 2. Metoda Perundang-undangan;
UNDANGAN
3. Teknik Perundang-undangan;
DIBAGI
MENJADI
dan dilandasi oleh:
TIGA:
4. Dasar-dasar Perundang-
undangan;
EJK/Ilper/FHUI/2020
PEMBENTUKAN HUKUM

• HUKUM TIDAK TERTULIS • HUKUM TERTULIS


1. merupakan hukum yang 1. merupakan hukum yang
berkembang dalam dibentuk oleh lembaga
masyarakat sebagai negara atau lembaga
kebiasaan. pemerintah.
2. dibentuk melalui putusan 2. dibentuk melalui keputusan
Kepala Adat/masyarakat. lembaga negara atau
lembaga pemerintah.

EJK/Ilper/FHUI/2020
PEMBENTUKAN HUKUM TERTULIS

KODIFIKASI: MODIFIKASI:
1. Pembentukan hukum 1. Pembentukan hukum
berdasarkan nilai-nilai berdasarkan kebutuhan
yang telah mengendap saat ini dan perkiraan
di dalam masyarakat atau prediksi
kebutuhan di masa
2. Mencapai puncak yang akan datang.
perkembangannya
pada abad ke 19 2. Mulai berkembang
pada akhir abad ke 19.

EJK/Ilper/FHUI/2020
Kodifikasi
• Segi positif:
1. hukum itu mudah diterima oleh masyarakat
2. sesuai dengan rasa keadilan masyarakat

• Segi negatif:
1. pembentukannya memerlukan waktu yang lama
2. hukum menjadi tertinggal di belakang

EJK/Ilper/FHUI/2020
Modifikasi
Segi positif:
1. hukum dapat dibentuk dalam waktu yang lebih
singkat (tidak terlalu lama).
2. hukum dapat selalu memimpin (berada di depan).

Segi negatif:
1. sering tidak mudah diterima oleh masyarakat.
2. kadang-kadang tidak sesuai dengan keadilan di
dalam masyarakat.

EJK/Ilper/FHUI/2020
T. KOOPMANS:
Pembentuk undang-undang
dewasa ini tidak lagi pertama-
tama berusaha ke arah
kodifikasi melainkan modifikasi.
(de wetgever streeft niet meer
primair naar codificatie maar
naar modificatie)

De rol van de wetgever, Zwole, 1972.


EJK/Ilper/FHUI/2020
A. HAMID S. ATTAMIMI:

Untuk menghadapi perubahan dan


perkembangan kebutuhan
masyarakat yang semakin cepat,
sudah bukan saatnya mengarahkan
pembentukan hukum melalui
penyusunan kodifikasi. Karena
pemikiran tentang kodifikasi hanya
akan menyebabkan hukum selalu
berjalan di belakang dan bukan tidak
mungkin selalu ketinggalan zaman.

Kodifikasi sebabkan hukum selalu berjalan di belakang. Kompas, 17


Februari 1988.
EJK/Ilper/FHUI/2020
I.C van der VLIES:
Undang-Undang modifikasi
adalah undang-undang yang
bertujuan mengubah pendapat
hukum yang berlaku, dan
peraturan perundang-
undangan yang mengubah
hubungan-hubungan sosial.

Handboek wetgeving,
Zwole: Tjeenk Wiilink, 1987.

EJK/Ilper/FHUI/2020
PERISTILAHAN:
Perundang-undangan (legislation,
wetgeving, Gesetzgebung):

1.Proses pembentukan atau proses


membentuk peraturan negara, baik di
tingkat Pusat, maupun di tingkat Daerah.
2.Segala peraturan negara, yang merupakan
hasil pembentukan peraturan, baik di tingkat
Pusat maupun di tingkat Daerah.*

S.J. Fockema Andreae, Juridisch


woordenboek, Groningen/Batavia, 1948

EJK/Ilper/FHUI/2020
UNDANG-UNDANG NO. 10 TH. 2004
tentang:
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

• Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah


proses pembuatan Peraturan Perundang-undangan yang
pada dasarnya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik
penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan,
pengundangan, dan penyebarluasan.

• Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis


yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang dan mengikat secara umum.

Pasal 1 angka 1 dan 2


Undang-Undang No. 10 Th. 2004.
EJK/Ilper/FHUI/2020
UNDANG-UNDANG NO. 12 TH. 2011
tentang:
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
• Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah
pembuatan Peraturan Perundang-undangan yang mencakup
tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan,
pengesahan atau penetapan, dan pengundangan,.

• Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis


yang memuat norma hukum yang mengikat umum dan
dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat
yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam
Peraturan Perundang-undangan

Pasal 1 angka 1 dan 2


Undang-Undang No. 12 Th. 2011. EJK/Ilper/FHUI/2020
PENGERTIAN NORMA
Norma adalah suatu ukuran yang
harus dipatuhi oleh seseorang
dalam hubungannya dengan
sesamanya ataupun dengan
lingkungannya.

Istilah norma berasal dari bahasa


Latin, atau kaidah dalam bahasa
Arab, sedangkan dalam bahasa
Indonesia sering juga disebut
dengan pedoman, patokan, atau
aturan.

EJK/Ilper/FHUI/2020
PENGERTIAN NORMA
Setiap norma itu mengandung
suruhan-suruhan (penyuruhan-
penyuruhan) yang sering disebut
dengan ‘das Sollen’ (ought to
be/ought to do) dan di dalam
bahasa Indonesia sering
dirumuskan dengan istilah
‘hendaknya’.

(Contoh: Hendaknya engkau


menghormati orang tua).

EJK/Ilper/FHUI/2020
BERBAGAI NORMA DALAM MASYARAKAT

Di Negara Republik Indonesia,


norma-norma yang masih sangat
dirasakan adalah:
1. norma adat;
2. norma agama;
3. norma moral;
4. norma hukum negara.
NORMA HUKUM
DAN NORMA-NORMA LAINNYA
MELIPUTI KEHIDUPAN MANUSIA

EJK/Ilper/FHUI/2020
PERBEDAAN NORMA HUKUM DAN NORMA LAINNYA (1)
1. Norma hukum itu bersifat heteronom, dalam arti bahwa
norma hukum itu datangnya dari luar diri seseorang.
Contoh: dalam hal pembayaran pajak, maka kewajiban itu
datangnya bukan dari diri seseorang, tetapi paksaan itu
datang dari negara, sehingga seseorang harus memenuhi
kewajiban tersebut senang atau tidak senang.

Norma lainnya bersifat otonom, dalam arti norma itu


datangnya dari dalam diri seseorang.
Contoh: apabila seseorang akan menghormati orang tua
atau seseorang akan berdoa, maka hal ini dilakukan karena
kehendak dan keyakinan seseorang tersebut, seseorang
menjalankan norma-norma tersebut karena kesadarannya
sendiri, sehingga tindakan tersebut tidak dapat dipaksakan
dari luar.
EJK/Ilper/FHUI/2020
PERBEDAAN NORMA HUKUM DAN NORMA LAINNYA (2)

2. Norma hukum itu dapat dilekati dengan


sanksi pidana maupun sanksi pemaksa secara
fisik, sedangkan norma lainnya tidak dapat
dilekati oleh sanksi pidana maupun sanksi
pemaksa secara fisik.

Contoh:
Apabila seseorang melanggar norma hukum,
misalnya menghilangkan nyawa orang lain
maka ia akan dituntut dan dipidana, tetapi bila
seseorang melanggar norma lainnya ia tidak
dapat dituntut dan dipidana.

EJK/Ilper/FHUI/2020
PERBEDAAN NORMA HUKUM DAN NORMA LAINNYA (3)
3. Dalam norma hukum sanksi pidana atau
sanksi pemaksa itu dilaksanakan oleh aparat
negara (misalnya, polisi, jaksa, hakim),
sedangkan terhadap pelanggaran norma-
norma lainnya sanksi itu datangnya dari diri
sendiri.

Contoh:
Adanya perasaan bersalah, perasaan berdosa,
atau terhadap pelanggaran norma moral atau
dalam norma adat tertentu para pelanggarnya
akan dikucilkan dari masyarakatnya.
EJK/Ilper/FHUI/2020
SISTEM NORMA
MENURUT
HANS KELSEN
1. NOMOSTATICS (Sistem
Norma yang Statik;
2. NOMODYNAMICS
(Sistem Norma yang
Dinamik)

EJK/Ilper/FHUI/2020
SISTEM NORMA STATIK
NOMOSTATICS
(SISTEM NORMA STATIK)

Sistem norma yang statik (nomostatics)


adalah sistem yang melihat pada ‘isi’ norma.
NORMA

Menurut sistem norma yang statik, suatu KHUSUS

norma umum dapat ditarik menjadi norma-


norma khusus, atau norma-norma khusus itu NORMA
dapat ditarik dari suatu norma yang umum. UMUM
NORMA
Penarikan norma-norma khusus dari suatu KHUSUS

norma umum tersebut diartikan bahwa, dari


norma umum itu dirinci menjadi norma-
norma yang khusus dari segi ‘isi’ nya. NORMA
KHUSUS

EJK/Ilper/FHUI/2020
SISTEM NORMA
DINAMIK
Sistem norma yang dinamik (nomodynamics)
adalah sistem norma yang melihat pada berlakunya
suatu norma atau dari cara ‘pembentukannya’
atau ‘penghapusannya’.

Menurut Sistem Norma yang Dinamik, norma itu


berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu
susunan hierarkhi, norma yang di bawah berlaku,
bersumber dan berdasar pada norma yang lebih
tinggi, norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber
dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi,
demikian seterusnya sampai akhirnya ‘regressus’ ini
berhenti pada suatu norma yang tertinggi yang
disebut dengan norma dasar (Grundnorm) yang
tidak dapat ditelusuri lagi siapa pembentuknya atau
dari mana asalnya.
EJK/Ilper/FHUI/2020
HUKUM SEBAGAI SISTEM NORMA YANG DINAMIK
• Menurut Hans Kelsen hukum adalah termasuk dalam sistem norma yang
dinamik (nomodynamics) oleh karena hukum itu selalu dibentuk dan dihapus
oleh lembaga-lembaga atau otoritas-otoritas yang berwenang membentuk
atau menghapusnya, sehingga dalam hal ini tidak dilihat dari segi isi dari
norma tersebut, tetapi dilihat dari segi berlakunya atau pembentukannya.

• Hukum itu adalah sah (valid) apabila dibuat oleh lembaga atau otoritas yang
berwenang membentuknya serta bersumber dan berdasar pada norma yang
lebih tinggi, sehingga dalam hal ini norma yang lebih rendah (inferior) dapat
dibentuk oleh norma yang lebih tinggi (superior), dan hukum itu berjenjang-
jenjang dan berlapis-lapis membentuk suatu hierarkhi.

EJK/Ilper/FHUI/2020
DINAMIKA NORMA HUKUM VERTIKAL DAN
HORIZONTAL (1)

Dinamika norma hukum yang vertikal adalah dinamika yang


berjenjang dari atas ke bawah, atau dari bawah ke atas.
Dalam dinamika yang vertikal ini suatu norma hukum itu
berlaku, bersumber dan berdasar pada norma hukum di
atasnya, norma hukum yang berada di atasnya berlaku,
bersumber, dan berdasar pada norma hukum yang di atasnya,
demikian seterusnya sampai pada suatu norma hukum yang
menjadi dasar dari semua norma hukum yang di bawahnya.

EJK/Ilper/FHUI/2020
Terima kasih, sampai
jumpa!
EJK/Ilper/FHUI/2020

Anda mungkin juga menyukai