Anda di halaman 1dari 16

ISSN 0125-9849, e-ISSN 2354-6638

Ris.Geo.Tam Vol. 26, No.1, Juni 2016 (23-39)


DOI: 10.14203/risetgeotam2016.v26.258

TEKSTUR DAN ZONASI ENDAPAN URAT EPITERMAL


DAERAH CIHONJE, KECAMATAN GUMELAR, KABUPATEN
BANYUMAS, JAWA TENGAH
Characteristics of Textures and Zonation of Epithermal Vein in
Cihonje Area, Gumelar Sub District, Banyumas Regency, Central
Java

Isyqi1, Mochammad Aziz2, Arifudin Idrus3


1BalaiInformasi dan Konservasi Kebumian – Karangsambung LIPI
2JurusanTeknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman
3Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

ABSTRAK Daerah Cihonje dan sekitarnya logam dasar terdapat di dalam Zona Super
memiliki sistem mineralisasi epitermal yang Crystalline Quartz (X). Hasil analisa mineragrafi
ditandai dengan kehadiran endapan urat. Endapan menunjukkan kandungan mineral logam yang
urat epitermal terbentuk karena proses pengisian berasosiasi dengan endapan urat di daerah
rongga (cavity filling) oleh larutan hidtrotermal. penelitian adalah pirit, kalkopirit, arsenopirit,
Identifikasi karakteristik endapan urat epitermal sfalerit, galena, emas, dan perak. Hasil analisa
perlu dikaji lebih mendalam karena dapat AAS menunjukkan kadar emas pada urat di
mempermudah kegiatan eksplorasi logam mulia daerah penelitian mencapai 83 ppm. Hal itu
maupun logam dasar. Penelitian ini bertujuan membuktikan bahwa daerah penelitian
untuk mengetahui karakteristik tekstur urat yang merupakan tempat akumulasi logam mulia dari
berkembang serta menentukan zona mineralisasi sitem mineralisasi epitermal yang terjadi.
logam mulia dan logam dasar daerah penelitian.
Kata kunci: endapan urat, zonasi tekstur,
Metoda yang digunakan dalam penelitian ini
epitermal, Cihonje.
adalah analisis slab urat, analisis petrografi,
analisis mineragrafi serta analisis kadar logam ABSTRACT The Cihonje epithermal
mulia dan logam dasar pada endapan urat dengan mineralization system has been identified by the
menggunakan Atomic Absorption existence of vien deposits. Epithermal vein
Spectrophotometry (AAS). Hasil penelitian deposits formed by cavity filling of hydrothermal
menunjukkan tekstur urat di daerah penelitian solution. The epithermal vein deposit
dibedakan menjadi empat kelompok yaitu characteristics need to be identified to localize
kelompok Lattice Bladed, Cockade, the precious metal and base metal deposits. This
Saccharoidal, dan kelompok Sulfide Banded- research aims to understand the characteristic of
Disseminated Sulfide. Tekstur urat yang vein deposit in the research area. The method
mengandung logam mulia (emas, perak) terdapat used are slab vein analysis, petrography,
di dalam Zona Super Crustiform – Colloform mineragraphy, and Atomic Absorption
(CC), sedangkan tekstur urat yang mengandung Spectrophotometry (AAS). The vein textures are
divided into four groups: Lattice Bladed,
_______________________________ Cockade, Saccharoidal, and Sulfide Banded –
Naskah masuk : 21 September 2015 Disseminated Sulfide. Vein textures that contain
Naskah direvisi : 10 Februari 2016 precious metal (gold, silver) is located in the
Naskah diterima : 30 Mei 2016
________________________________
Superzona Crustiform - Colloform (CC). Veins
that contain base metal is located in the
Isyqi superzona Crystalline quartz. The mineragraphy
Balai Informasi dan Konservasi Kebumian – analysis showed the vein deposits are associated
Karangsambung LIPI
with Pyrite, Chalcopyrite, Arsenopirite,
Jl. Karangsambung KM.19, Kebumen
E-mail: isyqi@lipi.go.id Sphalerit, Galena, Gold, and Silver. The AAS
analysis showed that vein sample has 83 ppm Au

©2016 Pusat Penelitian Geoteknologi 23


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Isyqi et al. / Tekstur dan Zonasi Endapan Urat Epitermal Daerah Cihonje, Kecamatan Gumelar,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

content that indicates there is a zone of precious Geologi daerah penelitian


metal accumulation. In the research area.
Fisiografi
Keywords: Vein, Texture zone, epithermal,
Cihonje. Secara umum daerah penelitian terdiri dari
morfologi perbukitan berlereng sangat curam
PENDAHULUAN
sampai sangat landai, punggungan, dan lembah
Kajian mengenai alterasi-mineralisasi daerah yang memanjang relatif berarah tenggara-
Cihonje telah banyak dilakukan oleh ahli baratlaut. Daerah penelitian merupakan bagian
kebumian (e.g Ansori and Puswanto 2009, dari zona fisiografi Antiklinorium Bogor-Serayu
Sudarsono et al., 2010, Yulianti et al., 2012, Utara, dan Kendeng yang merupakan hasil
Idrus et al., 2013, Indarto, et al. 2014). Daerah aktivitas pengangkatan zona depresi Bandung di
Cihonje memiliki tipe mineralisasi epitermal Jawa Barat (Djuri et al., 1996).
sulfidasi rendah yang terbentuk pada kisaran
Stratigrafi
suhu 100 – 200º C dengan zonasi alterasi
silisifikasi – argilik (Ansori dan Puswanto, 2009). Tatanan stratigrafi regional daerah penelitian
Agen pembawa logam dasar dan logam mulia masuk ke dalam dua peta geologi regional, yaitu
pada sistem mineralisasi daerah penelitian adalah Peta Geologi Lembar Purwokerto - Tegal (Djuri
urat kalsit-adularia-kuarsa-berlogam (Indarto et et al.,1996) dan Peta Geologi Lembar Majenang
al. 2014). Endapan urat epitermal tersebut (Kastowo, 1975), yaitu terdiri dari Formasi
terbentuk karena proses pengisian rongga (cavity Halang (Tmph/Tmh), Formasi Tapak (Tpt), dan
filling) oleh larutan hidtrotermal pada tubuh Anggota Batugamping Formasi Tapak (Tptl).
batuan yang dilewatinya. Sedangkan berdasarkan pemetaan geologi yang
telah dilakukan (Isyqi, 2014), diketahui bahwa
Tekstur urat dapat digunakan untuk menentukan
daerah penelitian terdiri dari tiga satuan batuan
zona mineralisasi logam mulia dan logam dasar
tak resmi yaitu Satuan Batupasir - Batulempung,
(Morrison et al., 1990). Endapan urat pada sistem
Satuan Batupasir, dan Satuan Batugamping
epitermal memiliki pola distribusi tekstur yang
(Gambar 1).
konsisten sehingga dapat digunakan untuk
membuat model zonasi tekstur urat yang cukup Satuan Batupasir-Batulempung
fungsional dalam menentukan zona mineralisasi Satuan Batupasir - Batulempung tersusun atas
logam mulia dan logam dasar (Morrison et al., perselingan batupasir - batulempung dan
1990). Oleh karena itu, kajian mengenai setempat terdapat sisipan breksi. Batupasir pada
karakteristik tekstur urat yang berkembang di satuan ini, memiliki karakteristik berwarna abu-
daerah Cihonje menarik untuk dipelajari karena abu terang, terdapat struktur sedimen berupa
dapat digunakan sebagai acuan dalam parallel lamination (laminasi sejajar), cross
menentukan lokasi logam mulia dan logam dasar. lamination (laminasi silang), load cast (cetak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban), graded badding (lapisan bersusun), dan
karakteristik tekstur urat yang berkembang serta imbrications (imbrikasi), memiliki komposisi
menentukan zona mineralisasi logam mulia dan fragmen (40%) berupa plagioklas (26%),
logam dasar daerah penelitian. klinopiroksen (7%), dan kuarsa (7%), matriks
LOKASI PENELITIAN dan semen (60%) berupa mineral karbonat
(36%), mineral lempung (12%), mineral opak
Daerah penelitian terletak di Kabupaten
(7%), dan klorit (5%). Batulempung pada satuan
Banyumas meliputi Desa Cihonje, Desa
ini umumnya memiliki warna abu-abu kehijauan
Darmakradenan, Desa Gancang, Desa
- coklat kekuningan, ketebalannya antara 2 cm –
Kedungurang, Desa Cibangkong, Desa
50 cm, dan memiliki komposisi Fragmen (5%)
Karangkemojing, dan Desa Paningkaban yang
berupa klinopiroksen (3%) dan kuarsa (2%),
berada pada koordinat S -7º2’527.9228” sampai -
matriks dan semen (95%) berupa mineral
7º22’45.9912” dan E 108º59’18.9205” sampai
lempung (40%), klorit (30%), gelas vulkanik
109º02’02.6622” (Gambar 1).
(20%), dan mineral opak (5%). Sedangkan
sisipan breksi umumnya berfragmen batuan beku,
ciri-cirinya berwarna abu-abu gelap, bentuk butir

24
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.1, Juni 2016, 41 -57

Gambar 1. Peta geologi daerah penelitian berdasarkan pemetaan lapangan (Isyqi, 2014).

menyudut - menyudut tanggung, kompak, kemas klionopiroksen (9) dan fragmen batuan berupa
terbuka, pemilahan buruk, matriks berupa pecahan fosil (17%), matriks dan semen (65%)
batupasir kasar, fragmen berupa Andesit. berupa mineral lempung (38%), mineral karbonat
Berdasarkan analisis mikrofosil diketahui bahwa (10%), mineral opak (10%) dan gelas volkanik
Satuan Batupasir - Batulempung berumur Miosen (7%). Sedangkan sisipan Batulempung memiliki
Akhir - Pliosen Awal (N17 – N18), sehingga warna abu-abu kehijaun-abu-abu terang, tidak
mengacu pada persamaan sifat fisik dan umur kompak, dengan semen karbonat. Analisis
batuan dapat disebandingkan dengan Formasi mikrofosil pada Satuan Batupasir menunjukkan
Halang. umur Pliosen Awal – Pliosen Tengah (N18 –
N21), sehingga berdasarkan persamaan sifat fisik
Satuan Batupasir
dan umur batuan satuan ini dapat disebandingkan
Satuan Batupasir tersusun atas batupasir dengan dengan Formasi Tapak.
sisipan batulempung. Batupasir pada satuan ini
Satuan Batugamping
memiliki karakteristik berwarna putih keabu-
abuan, terdapat struktur sedimen parallel Satuan Batugamping tersusun atas batugamping
lamination (laminasi sejajar), cross lamination kristalin dan batugamping klastik. Batugamping
(laminasi silang), dan graded badding (lapisan kristalin memiliki karakteristik berwarna putih −
bersusun). Komposisinya terdiri dari fragmen putih kekuningan, tekstur kristalin kasar, dan
(35%) berupa plagioklas (5%), kuarsa (4%), struktur masif. Sedangkan batugamping klastik

25
Isyqi et al. / Tekstur dan Zonasi Endapan Urat Epitermal Daerah Cihonje, Kecamatan Gumelar,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

berwarna putih, ukuran pasir halus, kemas Analisis mineragrafi terhadap berbagai urat
tertutup, sortasi baik, komposisi terdiri dari bertujuan untuk mengetahui jenis mineral bijih
fragmen (30%) berupa cangkang fosil (10%), yang hadir bersama tekstur urat tertentu di daerah
pecahan koral (15%), dan alga (5%). Matriks penelitian. Analisis mineragrafi dilakukan di
dan semen (70%) terdiri dari mikrospar dan laboratorium Mineralogi Optik dan Petrografi
mikrit. Berdasarkan persamaan sifat fisik dapat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengikuti
disebandingkan dengan Anggota batugamping metode yang digunakan dalam Marshall et al.,
Formasi Tapak. (2004). Analisis petrografi terhadap beberapa
urat untuk mengetahui komposisi urat dan tekstur
Struktur Geologi
urat secara mikroskopis dilakukan di
Daerah penelitian terletak di Pulau Jawa yang laboratorium Mineralogi Optik dan Petrografi
memiliki tiga arah kelurusan struktur yang Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengikuti
dominan yaitu pola Meratus berarah timurlaut- metode Mackanzie dan Guilford (1986) dan
baratdaya, pola Sunda berarah utara selatan dan Williams et al. (1954). Sedangkan analisis AAS
pola Jawa berarah barat – timur (Pulunggono dan terhadap beberapa conto urat untuk mendeteksi
Martodjojo, 1994). Selain itu, daerah penelitian kandungan unsur-unsur yang erat kaitannya
juga dipengaruhi oleh adanya dua buah sesar dengan proses terjadinya cebakan bijih
mendatar besar yang saling berlawanan di Pulau epitermal ( i.e. Au, Ag, Pb, dan Zn), dilakukan
Jawa yaitu Sesar Mendatar Sinistral Muria- oleh PT. Intertek Utama Service, Jakarta Timur
Kebumen berarah baratdaya-timurlaut dan Sesar dengan mengacu pada Cantle (1982).
Mendatar dextral Pamanukan-Cilacap berarah
baratlaut-tenggara (Satyana dan Purwaningsih, HASIL DAN PEMBAHASAN
2002). Berdasarkan pemetaan geologi yang telah
Karakteristik Tekstur Urat dan Mineralisasi
dilakukan (Isyqi, 2014) menunjukkan adanya
stuktur geologi berupa lipatan (Sinklin Cihonje, Endapan urat di daerah penelitian secara umum
Antiklin Paningkaban, Antiklin Cineang dan memiliki arah baratlaut-tenggara (Isyqi, 2014).
Sinklin Darmakradenan), sesar geser (Sesar Mengacu pada model hubungan struktur dan
Mendatar Kiri Naik Cogrek, Sesar Mendatar Kiri alterasi - mineralisasi oleh Corbett dan Leach
Naik Babakan, Sesar Mendatar Kanan Turun (1997), pola urat yang ada di daerah penelitian
Ratadawa, Sesar Mendatar Kanan Penaruban), adalah pola en echelon. Pola en echelon ini
kekar gerus serta kekar ekstensi. terbentuk karena adanya dua buah sesar geser
sinistral yang terletak bersebelahan yaitu Sesar
METODE
Mendatar Kiri Naik Babakan dan Sesar Mendatar
Kiri Naik Cogrek (Gambar 2). Kedua sesar geser
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
tersebut memiliki arah tegasan baratdaya-
adalah penelitian lapangan dan analisis
timurlaut dan diinterpretasikan sebagai sesar
laboratorium. Kegiatan penelitian lapangan
antitetik dari sesar besar regional Pamanukan-
meliputi pengambilan conto urat secara acak
Cilacap yang teraktifkan kembali pada kala
(random sampling) dari berbagai lubang tambang
Miosen akhir (Agusto, 2014). Selanjutnya
bawah permukaan maupun pinggir sungai.
terjadilah proses pengisian rekahan berpola en
Sedangkan analisis yang dilakukan di
echelon oleh larutan hidrotermal sehingga
laboratorium antara lain adalah analisis slab urat,
menghasilkan endapan urat epitermal di daerah
analisis mineragrafi, analisis petrografi, serta
penelitian. Menurut (Indarto et al., 2014)
analisis Atomic Absorption Spectrophotometry
terbentuknya mineralisasi emas dan logam dasar
(AAS). Analisis slab urat dilakukan terhadap 42
di daerah penelitian disebabkan oleh beberapa
conto urat bertujuan untuk mempermudah dalam
hal. Pertama, karena pengaruh terobosan batuan
melakukan deskripsi urat secara megaskopis
andesit-basaltik Formasi Kumbang berbentuk Sill
karena permukaan urat yang rata akan
ataupun dyke dan kedua karena pengaruh
memberikan kenampakkan tekstur urat yang
terobosan urat-urat kuarsa-kalsit yang membawa
lebih jelas. Analisis slab urat dilakukan di
logam.
laboratorium Petrografi-Mineral Teknik Geologi
Universitas Jenderal Soedirman, Purbalingga.

26
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.1, Juni 2016, 41 -57

Gambar 2. Peta lokasi pengambilan conto urat yang terletak diantara dua buah sesar mendatar
kiri menyebabkan terbentuknya urat berpola en echelon.
Berdasarkan identifikasi conto urat yang Di daerah penelitian, tekstur Lattice Bladed yang
mengacu pada klasifikasi tekstur urat oleh dijumpai dibedakan menjadi dua jenis
(Morrison et al., 1990) tekstur urat di daerah berdasarkan perbedaan komposisi penyusunnya.
penelitian dikelompokkan menjadi empat yaitu Jenis pertama adalah tekstur Lattice Bladed yang
kelompok Lattice Bladed, kelompok Cockade, hanya tersusun oleh kalsit (Lattice Bladed kalsit),
kelompok Saccharoidal, dan kelompok Sulfide sedangkan jenis lainnya adalah tekstur Lattice
Banded-Disseminated Sulfide. Masing-masing Bladed yang tersusun dari mineral kalsit yang
tekstur tersebut memiliki karakteristik tersendiri tergantikan (replaced) sebagian oleh kuarsa.
yang dapat dikenali baik secara megaskopis Perbedaan komposisi tersebut dapat diketahui
maupun mikroskopis. Karakteristik tersebut juga baik secara megaskopis maupun secara
tercermin dari mineral pembentuknya serta mikroskopis. Kenampakan tekstur Lattice Bladed
kandungan bijih yang hadir bersama masing- di bawah mikroskop polarisasi akan
masing tekstur. memperlihatkan adanya rongga diantara
perpotongan mineral kalsit atau kuarsa yang
Tekstur Lattice Bladed
berbentuk menjarum (Gambar 4). Mineral kalsit
Tekstur urat Lattice Bladed merupakan tekstur merupakan mineral yang umum dijumpai pada
yang paling banyak dijumpai di daerah urat epitermal selain kuarsa. Deposisi mineral
penelitian. Secara megaskopis, tekstur ini kalsit dari larutan hidtrotermal akan terjadi jika
dicirikan dengan kehadiran mineral kalsit atau unsur karbondioksida (CO2) terlepas dari larutan
kuarsa berbentuk pipih dan menjarum (acicular) tersebut. Menurut Moncada et al (2012)
yang saling berpotongan satu sama lain (Gambar Morfologi kalsit yang pipih (bladed) pada tekstur
3). Menurut Morisson et al. (1990) tekstur Lattice Lattice Bladed erat kaitanya dengan kondisi
Bladed tergolong tekstur penggantian boiling yang terjadi pada sistem geotermal.
(replacement).

27
Isyqi et al. / Tekstur dan Zonasi Endapan Urat Epitermal Daerah Cihonje, Kecamatan Gumelar,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Gambar 3. Kenampakan tekstur Lattice Bladed secara megaskopis yang memperlihatkan mineral
kalsit atau kuarsa berbentuk pipih dan menjarum (acicular) yang saling berpotongan satu sama lain.

Gambar 4. Kenampakan tekstur Lattice Bladed di bawah mikroskop polarisasi menunjukkan adanya
rongga diantara mineral kalsit yang berbentuk menjarum.

Pada kondisi boiling, terjadi pelepasan pula. Akibatnya, kristal kalsit tidak dapat
karbondioksida menjadi fasa uap. Proses terbentuk secara sempurna (hexagonal)
lepasnya karbondioksida menjadi fasa uap melainkan berbentuk pipih. Sedangkan pada
tersebut berlangsung dengan cepat sehingga Lattice Bladed kalsit yang terganti kuarsa hal
pertumbuhan kristal kalsit menjadi sangat cepat tersebut terjadi karena kalsit memiliki sifat

28
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.1, Juni 2016, 41 -57

Gambar 5. Sayatan poles urat bertekstur Lattice Bladed menunjukkan adanya mineral pirit (Py),
kalkopirit (Cp), sfalerit (Sph), galena (Gn), dan emas (Au).

kelarutan yang retrograde yaitu sifat kelarutan karena larutan hidrotermal kehilangan kandungan
yang meningkat ketika terjadi penurunan karbondioksida (CO2) di dalamnya. Salah satu
temperatur di sekitarnya. Dengan demikian, peristiwa yang dapat menyebabkan lepasnya
ketika larutan hidrotermal yang melewatinya karbondioksida tersebut adalah pendidihan atau
mengalami pendinginan maka kalsit akan boiling. Jadi dapat diinterpretasikan bahwa
semakin larut dan terganti oleh silika yang tekstur cockade yang ditemukan di daerah
terkandung dalam larutan hidrotermal. penelitian kemungkinan terbentuk di dekat zona
Berdasarkan analisis mineragrafi yang dilakukan boiling. Interpretasi ini dapat menjelaskan
mineral bijih yang hadir bersama tekstur ini mengapa tekstur urat cockade yang ditemukan di
antara lain adalah galena, pirit, sfalerit, daerah penelitian cenderung berkomposisi
kalkopirit, arsenopirit, emas, dan perak (Gambar karbonat dan bukan silika. Mineral bijih yang
5). berasosiasi dengan tekstur cockade antara lain
adalah pirit, kalkopirit, sfalerit, dan perak
Tekstur Cockade
(Gambar 8).
Tekstur cockade secara megaskopis dicirikan
Tekstur Saccharoidal
dengan adanya suatu mineral yang tampak
menyelimuti fragmen dalam tubuh urat (Gambar Tektur urat saccharoidal termasuk tekstur primer
6). Tekstur cockade termasuk tekstur urat primer (Morisson et al., 1990) dan dicirikan dengan
menurut klasifikasi Morisson et al. (1990). Di adanya kristal mineral yang berbentuk kotak
daerah penelitian mineral yang membentuk urat sehingga menyerupai gula (Gambar 9). Tekstur
cockade tersebut adalah mineral kalsit. Fragmen saccharoidal yang ditemui di daerah penelitian
yang diselimuti oleh kalsit tersebut umumnya memiliki dua komposisi yang berbeda yaitu
adalah batuan samping (wall rock) urat. Tekstur berkomposisi karbonat dan karbonat yang
cockade dibawah mikroskop polarisasi terganti (replaced) menjadi silika. Pembentukan
menunjukkan kenampakan yang sama seperti tekstur saccharoidal dengan komposisi karbonat
megaskopisnya yaitu adanya fragmen batuan terjadi karena kondisi yang ada lebih
samping yang diselimuti mineral kalsit (Gambar memungkinkan untuk mengendapkan kalsit dari
7). Tekstur cockade terbentuk ketika larutan pada kuarsa. Terbentuknya kristal kalsit
hidrotermal melewati suatu tubuh breksi dalam berbentuk euhedral namun berukuran halus
lingkungan epitermal. Matriks breksi yang dikarenakan kecepatan pengendapan dan
biasanya berpori menjadi salah satu jalan bagi kristalisasi kalsit. Tekstur saccharoidal dengan
larutan hidrotermal untuk menuju kepermukaan. komposisi karbonat yang terganti silika
Ketika sedang melewati matriks tersebut, menunjukkan bahwa terdapat larutan hidrotermal
terjadilah deposisi atau pengendapan kalsit baru yang melewati tekstur saccharoidal kalsit
diantara fragmen breksi. Deposisi kalsit terjadi sehingga kalsit larut dan terganti oleh silika.

29
Isyqi et al. / Tekstur dan Zonasi Endapan Urat Epitermal Daerah Cihonje, Kecamatan Gumelar,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Gambar 6. Kenampakan tekstur Cockade secara megaskopis yang memperlihatkan adanya fragmen
batuan samping yang diselimuti urat kalsit.

Gambar 7. Kenampakan tekstur Cockade di bawah mikroskop polarisasi menunjukkan adanya


fragmen batuan samping yang diselimuti mineral kalsit.

Gambar 8. Sayatan poles urat bertekstur Cockade menunjukkan adanya mineral pirit (Py), kalkopirit
(Cp), sfalerit (Sph), dan perak (Ag).

30
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.1, Juni 2016, 41 -57

Gambar 9. Kenampakan tekstur Saccharoidal secara megaskopis yang memperlihatkan adanya


butiran mineral kalsit berbentuk gula.

Gambar 10. Kenampakan tekstur Saccharoidal di bawah mikroskop polarisasi menunjukkan adanya
kenampakan zoned calcite.

Gambar 11. Sayatan poles urat bertekstur Saccharoidal menunjukkan adanya mineral pirit (Py),
kalkopirit (Cp), sfalerit (Sph), galena (Gn), dan perak (Ag).

31
Isyqi et al. / Tekstur dan Zonasi Endapan Urat Epitermal Daerah Cihonje, Kecamatan Gumelar,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Di bawah mikroskop polarisasi, tekstur Tekstur Sulfide Banded - Disseminated Sulfide


saccharoidal menunjukkan kenampakan mineral
Secara megaskopis, tekstur Sulfide banded
kalsit atau kalsit terganti kuarsa yang berzona
dicirikan dengan adanya suatu layer sulfida
(zonal calcite/quartz) seperti pada gambar 10.
berwarna abu-abu cerah sampai abu-abu gelap
Mineral bijih yang berasosiasi dengan tekstur
yang berselingan dengan layer mineral lain
saccharoidal antara lain adalah pirit, galena,
(Gambar 12).
sfalerit, kalkopirit, perak (Gambar 11).

Gambar 12. Kenampakan tekstur Sulfide banded secara megaskopis yang memperlihatkan
perselingan antara layer sulfida dengan layer kalsit.

Gambar 13. Kenampakan tekstur Disseminated Sulfide secara megaskopis yang memperlihatkan
penyebaran mineral sulfida berukuran halus – kasar.
32
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.1, Juni 2016, 41 -57

Gambar 14. Sayatan poles urat bertekstur Sulfide banded dan Disseminated Sulfide menunjukkan
adanya mineral pirit (Py), arsenopirit (Apy), sfalerit (Sph), galena (Gn), dan perak (Ag) dan emas
(Au).
Di daerah penelitian, layer sulfida tersebut (Morrison et al., 1990) yang merupakan
umumnya berselingan dengan layer kalsit. modifikasi dari model alterasi, mineral bijih dan
Sedangkan disseminated sulfide secara mineral gangue milik (Buchanan, 1981). Model
megaskopis ditunjukkan dengan adanya zonasi tekstur dari (Morrison et al., 1990) ini
diseminasi (penyebaran) mineral sulfida secara dapat menggambarkan perkiraan letak daerah
acak pada tubuh urat (Gambar 13). Layer sulfida penelitian dalam suatu sistem mineralisasi
maupun sulfida yang menyebar umumnya epitermal berdasarkan kumpulan berbagai tekstur
mengandung mineral sulfida yang bervariasi urat yang ditemukan. Tekstur urat yang
dengan ukuran yang beragam pula mulai dari ditemukan di daerah penelitian Seperti yang telah
yang berukuran sangat halus (very fine grained dibahas sebelumnya, secara garis besar
sulfide) sampai yang berukuran kasar (coarse dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu
grained sulfide). Mineral sulfida yang teramati kelompok Lattice Bladed, kelompok Cockade,
pada tekstur ini antara lain adalah pirit, sfalerit, kelompok Saccharoidal, serta kelompok Sulfide
galena, kalkopirit, dan arsenopirit, sedangkan Banded-Disseminated Sulfide. Mengacu pada
logam mulia yang juga hadir adalah perak dan model zonasi tekstur urat oleh (Morrison et al.,
emas (Gambar 14). 1990) ternyata kumpulan tekstur yang ditemukan
di daerah penelitian masuk ke dalam zona super
Zonasi Tekstur Urat dan Distribusi Kadar
Crustiform – Colloform (CC) dan zona super
Emas
Crystalline Quartz (X) seperti yang ditunjukkan
Zonasi tekstur urat yang akan digunakan adalah Gambar 15.
zonasi tekstur urat epitermal yang dibuat oleh

33
Isyqi et al. / Tekstur dan Zonasi Endapan Urat Epitermal Daerah Cihonje, Kecamatan Gumelar,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Zona super Crustiform – Colloform (CC) Dari tabel 1 tersebut terlihat bahwa urat dari
diwakili oleh kehadiran urat daengan tekstur daerah penelitian memiliki kadar Au terendah
Lattice Bladed karbonat, Lattice Bladed 0,091 ppm ppm dan tertinggi 83 ppm, sedangkan
karbonat-kuarsa, Sulfide Banded serta diseminasi kadar Ag terendah <5 ppm dan tertinggi 114
sulfida kristalin. Sedangkan zona super ppm. Tingginya kadar Au tersebut dapat menjadi
Crystalline Quartz (X) di daerah penelitian bukti tambahan bahwa daerah penelitian
dicirikan oleh kehadiran tekstur Saccharoidal dan termasuk zona super Crustiform – Colloform
amethyst yang merupakan variasi dari kuarsa (CC) yang terletak pada zona boiling. Zona
kristalin yang berwarna ungu transparan. Tekstur tersebut merupakan tempat yang ideal untuk
Saccharoidal pada zona super Crystalline Quartz akumulasi emas, sebab ketika boiling
hadir secara setempat-setempat (Morrison et al., berlangsung maka akan terjadi pelepasan gas
1990). Hal ini sesuai dengan kondisi di daerah hidrogensulfida (H2S) dari larutan hidrotermal.
penelitian karena tekstur Saccharoidal tidak Lepasnya gas hidrogen sulfida tersebut membuat
banyak ditemukan di daerah penelitian. emas yang dibawa oleh larutan hidrotermal
mengendap. Hal ini dikarenakan gas hidrogen
Berdasarkan model zonasi tekstur urat oleh
sulfida merupakan agen pembawa emas.
(Morrison et al., 1990) zona super Crustiform –
Sehingga ketika tidak terdapat lagi agen yang
Colloform (CC) merupakan tempat akumulasi
membawanya, maka emas akan mengendap.
logam mulia seperti emas dan perak , sementara
Sedangkan melimpahnya kandungan logam dasar
zona super Crystalline Quartz (X) merupakan
seperti galena, kalkopirit dan sfalerit menjadi
tempat akumulasi logam dasar seperti galena,
bukti bahwa urat pada daerah penelitian masuk
sfalerit dan kalkopirit. Teori tersebut nampaknya
pada zona super Crystalline Quartz (X) yang
sesuai dengan kondisi di daerah penelitian.
terletak di bawah zona boiling dengan temperatur
Berdasarkan hasil analisis AAS diketahui bahwa
pembentukan yang lebih tinggi.
urat di daerah penelitian memiliki kandungan
logam mulia dan logam dasar yang cukup tinggi Dalam model zonasi tekstur urat dari (Morrison
yaitu mencapai 83 ppm untuk kandungan emas et al., 1990) di atas, terdapat pula hubungan
dan mencapai 114 ppm untuk kadar perak seperti antara tekstur urat dengan temperatur
ditunjukkan pada Tabel 1. pembentukan mineralisasi.

Tabel 1. Distribusi kandungan logam mulia dan logam dasar yang terdapat pada conto urat daerah
penelitian.
No Kode Tekstur Urat Au Ag Cu Pb Zn As
Conto (ppm) (ppm) (%) (%) (%) (%)
1 PW 12 Lattice Bladed – Sulfide 83 114 0,39 8,79 6,55 0,06
banded
2 PW 3.B Cockade – Sulfide 29,4 34 0,16 1,46 3,63 0,05
banded
3 PW 2.F Banded 0,696 <5 <0,01 0,16 0,16 0,22
4 PW.F.1 Sulfide banded 0,091 <5 <0,01 0,02 0,02 <0,01

5 PW.7.B Disseminated Sulfide 6,28 65 0,45 3,04 1,75 0,08


6 PW.8 Disseminated Sulfide 3,89 8 0,02 0,24 0,14 0,03
7 PW.9 Disseminated Sulfide 10,8 10 0,02 0,29 0,56 0,01
8 PW.3.A Sulfide Banded 0,992 <5 <0,01 <0,01 <0,01 0,01
Keterangan : 1% = 10.000 ppm
ppm = part per million = gr/ ton
tt = tidak terdeteksi

34
Gambar 7. Zonasi tekstur urat Derah Penelitian berdasarkan model Model zonasi tekstur urat dari Morisson et al., (1990), yang merupakan
modifikasi dari Buchanan (1981). Derah Penelitian masuk ke dalam zona super Crustiform – Colloform (CC) yang merupakan tempat
akumulasi logam mulia (Au, Ag) dan zona super Crystalline Quartz (X) yang merupakan tempat akumulasi logam dasar (Cu, Pb, Zn, As)
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.1, Juni 2016, 41 -57

35
Isyqi et al. / Tekstur dan Zonasi Endapan Urat Epitermal Daerah Cihonje, Kecamatan Gumelar,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Berdasarkan pengukuran inklusi fluida yang kelompok Sulfide Banded-Disseminated Sulfide.


pernah dilakukan oleh peneliti lain menunjukkan Kumpulan tekstur urat tersebut
bahwa temperatur mineralisasi daerah penilitian menunjukkanbahwa daerah penelitian termasuk
berkisar pada suhu 175º - 310ºC (Sudarsono et ke dalam zona super Crustiform- Colloform (CC)
al., 2010) dan 165º - 310ºC (Yulianti et al., dan zona super Crystalline Quartz (X). Zona
2012). Jika mengacu pada model zonasi tekstur super Crustiform- Colloform (CC) adalah tempat
urat oleh (Morrison et al., 1990) kisaran akumulasi logam mulia seperti emas dan perak,
temperatur tersebut termasuk pada zona super sedangkan zona super Crystalline Quartz (X)
Chalsedonic (CH) bagian bawah, zona super merupakan tempat akumulasi logam dasar seperti
Crustiform – Colloform (CC) dan zona super Pirit, Kalkopirit, Arsenopirit, Sfalerit, dan
Crystalline Quartz (X). Hal ini menunjukkan Galena. Berdasarkan analisa mineragrafi,
bahwa antara hasil pengukuran inklusi fluida kandungan mineral logam yang berasosiasi
dengan tekstur urat yang ditemukan di daerah dengan endapan urat di daerah penelitian adalah
penelitian ternyata masih menunjukkan hubungan Pirit, Kalkopirit, Arsenopirit, Sfalerit, Galena,
yang relevan. Periode mineralisasi derah Emas, dan Perak. Sedangkan berdasarkan analisa
penelitian menurut (Sudarsono et al. 2010) paling AAS kadar emas endapan urat di daerah
tidak terjadi selama 3 perioda mineralisasi yaitu: penelitian mencapai 83 ppm. Berdasarkan
Kuarsa + kalsit + galena + sfalerit ±p irit, kalsit ± analisis tersebut diatas membuktikan bahwa
kuarsa + kalkopirit +p irit, dan kalsit ± kuarsa. daerah penelitian merupakan tempat akumulasi
Batuan pembawa bijih logam (ore bearing rocks) logam mulia dari sistem mineralisasi epitermal
pada sistem mineralisasi daerah penelitian adalah yang terjadi.
batuan andesit basaltik dan basalt anggota
Formasi Kumbang serta sejumlah urat kalsit- UCAPAN TERIMAKASIH
adularia-kuarsa-berlogam (Indarto et al. 2014). Terimakasih yang setulusnya penulis ucapkan
Mengacu pada berbagai referensi kebumian (e.g kepada rekan-rekan yang tergabung pada
Ansori and Puswanto 2009, Sudarsono et al., penelitian alterasi-mineralisasi Cihonje atas kerja
2010, Yulianti et al., 2012, Idrus et al., 2013, sama serta diskusinya. Juga kepada masyarakat
Indarto et al., 2014) mengenai kajian alterasi – Desa Cihoje dan sekitarnya yang telah
mineralisasi dan hasil penelitian Endapan Urat mengizinkan penulis melakukan penelitian di
diketahui bahwa mineralisasi di Daerah Cihonje daerah tersebut. Tak lupa kepada Redaksi Jurnal
dan Sekitarnya memiliki karakter seperti Riset Geologi dan Pertambangan Puslit
disajikan dalam Tabel 2. Karakteristik alterasi Geoteknologi LIPI yang telah membantu
dan mineralisasi di daerah Cihonje ini secara sehingga diterbitkannya jurnal ini serta kepada
umum menunjukkan adanya kesamaan dengan semua pihak yang telah membantu diskusi dan
tipe endapan bijih epitermal sulfidasi rendah penyusunan jurnal ini.
seperti yang dikemukakan oleh (White dan
Hedenquist, 1995). Melimpahnya mineral DAFTAR PUSTAKA
karbonat serta tingginya kadar emas di daerah
penelitian juga mengindikasikan bahwa daerah Agusto, L. 2014. Geologi dan Kontrol Struktur
penelitian termasuk dalam tipe alterasi – Geologi terhadap Mineralisasi Emas
mineralisasi Carbonate-Base Metal Au (Idrus et Desa Gancang dan Sekitarnya,
al., 2013). Kecamatan Gumelar, Kabupaten
Banyumas, Jawa Tengah. Skripsi,
KESIMPULAN Jurusan Geologi, Universitas Jenderal
Soedirman.
Endapan urat di daerah penelitian secara umum
meiliki arah baratlaut-tenggara. Endapan urat Ansori, C dan Puswanto, E., 2009. Alterasi dan
tersebut terbentuk ketika larutan hidrotermal Mineralisasi di Daerah Pertambangan
mengisi rekahan berpola en echelon akibat dua Rakyat Cihonje, Kecamatan Gumelar,
sesar geser kiri yang terletak bersebelahan. Kabupaten Banyumas Berdasarkan
Tekstur urat di daerah penelitian dikelompokan Analisis Kimia dan Mineralogi. Prosiding
menjadi empat yaitu kelompok Lattice Bladed, Pemaparan Hasil Penelitian Puslit
kelompok Cockade, kelompok Saccharoidal, dan Geoteknologi LIPI, Bandung, 19-28.

36
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.1, Juni 2016, 41 -57

Buchanan, L. J., 1981. Precious Metal Deposits Association of Canada, Mineral Deposits
Associated With Volcanic Environments Division, Canada.
In The Southwest: Arizona
Moncada, D., Mutchler, A., Nieto, A., Reynolds,
Geol.Soc.Digest, 14, 237-261.
T. J., Rimstidt, J. D., Bodnar, R. J., 2012.
Cantle, J.E., 1982. Atomic Absorption Mineral textures and fluid inclusion
Spectrophotometry. Elsevier Scientific petrography of the epithermal Ag–Au
Publishing Company, New York. deposits at Guanajuato, Mexico:
Application to exploration. Journal of
Corbett, G.J. and Leach,T.M., 1997. Southwest
Geochemical Exploration, 114, 20–35.
Pacific Rim Gold-Copper System:
Structure, Alteration and Mineralization. Morrison, G., Guoyi, D., dan Jaireth, S., 1990.
Short Course Manual, Presented at Textural Zoning in Epithermal Quartz
Jakarta, August 1996, 98-102. Veins. Klondike Exploration Services.
Djuri, M., H. Samodra & S. Gafoer, 1996. Peta Pulunggono dan Martodjojo, S., 1994. Perubahan
Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal Tektonik Paleogene – Neogene
Jawa Tengah, Skala 1 : 100.000. Pusat Merupakan Peristiwa Tektonik
Penelitian dan Pengembangan Geologi. Terpenting di Jawa. Proceeding Geologi
dan Geotektonik Pulau Jawa. Percetakan
Idrus, A., Hakim, F., Kolb, J., Appel, P., Aziz,
NAFIRI, Yogyakarta, 37 -50.
M. 2013. Ore and alteration mineralogy
of Paningkaban – Cihonje Gold Prospect, Satyana, A.H., dan Purwaningsih, M.E.M., 2002.
Gumelar Sub-District, Banyumas Lekukan Struktur Jawa Tengah : Suatu
Regency, Central Java: A New Discovery Segmentasi Sesar Mendatar. Prosiding
of Carbonate Base Metal Gold Akatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI),
Epithermal Deposit. Proceedings of Yogyakarta, 1 – 14.
International Conference on Geological
Sudarsono, Indarto, S., Setiawan, I., Yuniati,
Engineering, Gadjah Mada University,
M.D., Yuliyanti, A., 2010. Model Genesa
Yogyakarta, 100 – 112.
Mineralisasi Hidrotermal Daerah
Indarto, S., Sudarsono, Setiawan, I., Yuliyanti, A, Cihonje, Kabupaten Banyumas, Jawa
Yuniati, M.D., 2014. Batuan Pembawa Tengah. Prosiding Pemaparan Hasil
Emas Pada Mineralisasi Sulfida Penelitian Puslit Geoteknologi LIPI,
Berdasarkan Data Petrografi Dan Kimia Bandung, 33 – 42.
Daerah Cihonje, Gumelar, Banyumas,
White, Noel C. & Jeffrey W. Hedenquist., 1995.
Jawa Tengah. Jurnal Riset Geologi
Epithermal gold deposits: Styles,
Tambang, 24(2), 115-130.
characteristics and exploration. SEG
Isyqi, 2014. Geologi, Tekstur Urat, Dan Newsletter 1995, 23(1), 9-13.
Karakteristik Fluida Hidrotermal
Williams H., Turner F.J., dan Gilbert C.M. 1954.
Pembentuk Endapan Epitermal Daerah
Petrography : An Introduction to The
Cihonje Dan Sekitarnya, Kecamatan
Study Of Rocks In Thin Section. W. H.
Gumelar, Kabupaten Banyumas, Provinsi
Freeman and Company, san Fransisco.
Jawa Tengah. Skripsi, Jurusan Geologi,
Universitas Jenderal Soedirman. Yuliyanti, A., Sudarsono, Setiawan, I., Indarto,
S., 2012. Sejarah Panas Pembentukan
Kastowo, 1975. Peta Geologi Lembar Majenang
Mineralisasi Hidrotermal Daerah
Jawa Tengah, Skala 1 : 100.000. Pusat
Cihonje, Kecamatan Gumelar, Kabupaten
Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Banyumas, Jawa Tengah, Berdasarkan
Mackanzie, W.S. dan Guilford, C., 1986. Atlas of Mikrotermometri Inklusi Fluida.
Rock – Forming Minerals In Thin Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian
Section. Longman Group, London. Puslit Geoteknologi LIPI, Bandung, 327
– 335.
Marshall D., Anglin C.D., dan Mumin H., 2004.
Ore Mineral Atlas. Geological

37
Isyqi / Karakteristik Tekstur dan Zonasi Endapan Urat Epitermal Daerah Cihonje, Kecamatan Gumelar,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

38

Anda mungkin juga menyukai