Anda di halaman 1dari 17

PEDOMAN

MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN


BIDANG SISTEM UTILITAS (SISTEM PENUNJANG)
DI RUMAH SAKIT ”JIH”
Berdasarkan Peraturan Presiden Direktur No: -

RUMAH SAKIT ”JIH”


Jl. Ring Road Utara No. 160, Condong Catur, Depok, Sleman
Daerah Istimewa Yogyakarta 55283
PERATURAN PRESIDEN DIREKTUR RUMAH SAKIT “JIH”

No. Per- /1/VI/2020

Tentang

PEDOMAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)


BIDANG SISTEM UTILITAS (SISTEM PENUNJANG)
DI RUMAH SAKIT ”JIH”

Bismillahirrahmanirrahiem
PRESIDEN DIREKTUR RUMAH SAKIT ”JIH”

Menimbang : a. Rumah Sakit dalam kegiatannya menyediakan fasilitas yang aman,


berfungsi dan supportif bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung.
untuk itu fasilitas fisik, medis dan peralatan lainnya dan orang-orang
harus dikelola secara efektif;

b. dan mengurangi bahaya kesehatan dan keselamatan, perlu dilakukan


upaya-upaya pemeliharaan fasilitas dan sarana prasarana Rumah Sakit;

c. bahwa berdasarkan huruf a dan b tersebut diatas, dipandang perlu


Direktur Utama menetapkan Pedoman Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit ”JIH”.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit;

2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 66 Tahun 2016 tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit;

3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2016 Tentang


Penggunaan Gas Medik dan Vakum pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;

4. Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No:


107/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Rumah
Sakit Berdasarkan Prinsip Syariah;

5. Keputusan Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia No.


Kep-13/DSN-MUI/III/2017 tentang Standar dan Instrumen Sertifikasi
Rumah Sakit Syariah Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama
Indonesia;

6. Surat Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu


Pintu Prop. DI Yogyakarta Nomor: 445/4343/KP2TSP/2018 tanggal 10
September 2018 tentang Izin Operasional Rumah Sakit ”JIH”;
7. Peraturan Internal Rumah Sakit ”JIH” (Hospital By Laws) Nomor:
494/PT UMF/V/2016 tanggal 10 Mei 2016;

8. Surat Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit “JIH” No. Kpts-


12874/1/IX/2018 tentang Kebijakan Penyelenggaraan Rumah Sakit
Berdasarkan Prinsip Syariah;

9. Surat Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit “JIH” No. Kpts-


12875/1/IX/2018 tentang Pemberlakukan Pedoman Penyelenggaraan
Rumah Sakit Berdasarkan Prinsip Syariah.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PEDOMAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN


BIDANG SISTEM UTILITAS (SISTEM PENUNJANG)

Pertama Menetapkan Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan Bidang


Sistem Utilitas (Sistem Penunjang) Rumah Sakit ”JIH” sebagaimana Surat
Keputusan ini.

Kedua : Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan Bidang Sistem Utilitas


(Sistem Penunjang) berisi tentang peraturan standar MFK secara garis
besar.
Ketiga : Pedoman ini menjadi dasar pembuatan Program Manajemen Risiko
Fasilitas dan Lingkungan Bidang Sistem Utilitas (Sistem Penunjang).
Keempat : Peraturan Presiden Direktur ini berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkan.

: Dengan catatan, apabila di kemudian hari ternyata diketahui belum atau


belum cukup diatur dalam Peraturan Presiden Direktur ini, maka segala
sesuatunya akan dilakukan pembetulan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal :

RUMAH SAKIT ”JIH”


Presiden Direktur ,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

Pendahuluan ..................................................................................................... 1

Alasan Pemilihan Indikator ............................................................................. 3

Tujuan Pencatatan dan Pelaporan Indikator Mutu ........................................... 3


Langkah Pengambilan Data dan Analisis Data ................................................ 4
Hasil ................................................................................................................. 5
Analisa dan Pembahasan ................................................................................. 6
Rekomendasi .................................................................................................... 8
Kesimpulan....................................................................................................... 8
Lampiran .......................................................................................................... 8

BAB I
MANAJEMEN RISIKO FASILITAS DAN LINGKUNGAN
BIDANG SISTEM UTLITAS
Pasal 1
PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO FASILITAS DAN LINGKUNGAN
BIDANG SISTEM UTLITAS

(1) Departemen Umum Rumah Sakit “JIH” menyusun Program Manajemen Risiko
Fasilitas dan Lingkungan Bidang Sistem Utilitas yang menggambarkan proses
pengelolaan risiko yang dapat terjadi pada pasien, keluarga, staf dan pengunjung.
(2) Departemen Umum Rumah Sakit “JIH” melakukan peninjauan dan pembaharuan
Program Manajemen Risiko Fasilitas dan Lingkungan Bidang Sistem Utilitas secara
berkala atau bila terjadi perubahan lingkungan Rumah Sakit atau sekurang kurangnya
setahun sekali.
(3) Daftar risiko / risk register Manajemen Risiko Fasilitas dan Lingkungan bidang
Peralatan Medis terlampir.

Pasal 2
PENGAWASAN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO FASILITAS
DAN LINGKUNGAN BIDANG SISTEM UTLITAS

1. Rumah Sakit “JIH” menunjuk Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah
Sakit (Komite K3RS) Sub Bidang Pengelolaan Prasarana dan Peralatan Rumah Sakit
untuk melakukan pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program
manajemen risiko fasilitas dan lingkungan bidang sistem utilitas.
2. Pengawasan yang dilakukan oleh Komite K3RS Sub Bidang Pengelolaan Prasarana
dan Peralatan Rumah Sakit tersebut meliputi :
a. Mengawasi semua aspek program manajemen risiko seperti pengembangan
rencana dan memberikan rekomendasi untuk pengelolaan sistem utilitas baik
utama maupun pendukung.
b. Mengawasi pelaksanaan program manajemen risiko bidang sistem utilitas
secara konsisten dan berkesinambungan.
c. Melakukan edukasi terkait manajemen risiko bidang sistem utilitas kepada
staf.
d. Melakukan pengujian/ testing dan pemantauan program manajemen risiko
bidang sistem utilitas.
e. Secara berkala menilai ulang dan merevisi program manajemen resiko fasilitas
dan lingkungan bidang sistem utilitas.
f. Menyerahkan laporan bulanan ke Sekretaris Komite K3RS.

BAB II
SISTEM UTILITAS
Pasal 3
DEFINISI SISTEM UTILITAS

(1) Utilitas adalah sistem dan peralatan untuk menunjang layanan penting bagi
keselamatan pasien,keluarga, staf dan pengunjung.
(2) Rumah Sakit “JIH” memiliki tiga belas (13) sistem utilitas dan menetapkan Empat
(4) sebagai sistem utilitas utama sedangkan Sembilan (9) sebagai sistem utilitas
pendukung.
(3) Empat (4) sistem utilitas utama adalah listrik, air bersih, gas medis dan teknologi
informasi.
(4) Sembilan (9) sistem utilitas yang harus selalu di jaga keberlangsungannya adalah :
a. Sistem plambing atau perpipaan
b. Sistem komunikasi
c. Sistem hubungan vertikal
d. Sistem ventilasi dan aliran udara
e. Sistem pencahayaan
f. Sistem penangkal petir
g. Sistem elektrikal / pengkabelan
h. Sistem transportasi
i. Sarana ibadah
BAB III
4 (EMPAT) SISTEM UTILITAS UTAMA
Pasal 4
SUMBER DAYA LISTRIK

(1) Rumah Sakit “JIH” menyediakan sistem kelistrikan selama 24 jam sehari dan
berlangsung terus menerus
(2) Sumber daya listrik utama Rumah Sakit “JIH” menggunakan tenaga listrik dari
Perusahaaan Listrik Negara (PLN)

(3) Sumber daya listrik alternatif Rumah Sakit “JIH” menggunakan genset yang terdiri
dari :
- 1 buah genset di Gedung A dengan kapasitas 1000 KVA
- 1 buah genset di Gedung B dengan kapasitas 700 KVA
- 1 buah genset untuk Kamar Operasi dengan kapasitas 250 kVA
(4) Rumah Sakit “JIH” menyediakan sumber daya listrik darurat yaitu UPS
(Uninterruptable Power Supply) untuk membackup ruang-ruang prioritas seperti
Kamar Operasi, ICU, ruang server dan Nurse Call.
(5) Tenaga listrik dari PLN dan generator yang digunakan sesuai dengan kapasitas
kebutuhan seluruh peralatan yang dimiliki rumah sakit.
(6) Genset diuji minimal 6 bulan sekali dan harus mempunyai sertifikat izin pemakaian
dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sleman.
(7) Daerah yang beresiko jika terjadi kegagalan listrik adalah Unit Gawat Darurat
(UGD), ICU (Intensive Care Unit), Kamar Operasi/OK, Unit Hemodialisa,
Laboratorium dan Radiologi sehingga harus diutamakan dalam manajemen
kegagalan supply listrik.

Pasal 5
SUMBER AIR BERSIH

(1) Air bersih dan suci serta air minum tersedia 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
(2) Sumber air bersih dan suci adalah air sumur dan jika dalam kondisi darurat bisa
bekerjasama dengan pihak lain untuk penjagaan supplay
(3) Sumber air bersih dan suci alternatif serta air minum alternatif dilakukan pengujian
laboratorium di laboratorium yang sudah terakreditasi secara rutin atau sesuai
perundang-undangan yang berlaku
(4) Rumah Sakit “JIH” menguji ketersediaan dan kehandalan sumber air bersih darurat
/ pengganti setidaknya setiap 6 bulan sekali.
(5) Pengelolaan air bersih dan suci dan pengelolaan air minum lebih rinci diatur dalam
regulasi tersendiri.
(6) Ketersediaan air bersih di Rumah Sakit “JIH” bersumber dari air sumur dalam /
Deep Well dan supply PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dan yang harus
tersedia 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Cadangan air bersih Rumah Sakit “JIH”
memiliki tempat penampungan air dengan kapasitas 211.000 m3, dengan kebutuhan
air 80-100 m3 perhari maka cadangan air akan mampu mencukupi kebutuhan air
bersih gedung selama kurang lebih 1,5 hari ketika terjadi kendala pada sumber air.
(7) Sebagai upaya penanggulangan jika terjadi darurat air bersih Rumah Sakit juga
telah melakukan kerjasama dengan pihak ke - 3 jasa penyedia air bersih. Pihak ke -
3 penyedia air bersih akan datang pada rentang waktu 30 menit – 1 Jam setelah
dilakukan permintaan / pemesanan dari RS.
(8) Rumah Sakit “JIH” melakukan pengecekan air bersih secara kualitatif, meliputi
pemeriksaan 3 bulan sekali oleh Bagian Kesehatan Lingkungan meliputi
pemeriksaan bakteriologi dan 6 bulan sekali meliputi pemeriksaan fisika dan kimia.
Pemeriksaan kualitatif ini bekerjasama oleh laboratorium pihak ke - 3. Hasil
pemeriksaan dilaporkan setiap 6 bulan sekali oleh Bagian Kesehatan Lingkungan
ke Dinas Kesehatan dan BPLH Kabupaten Sleman.
(9) Pemeriksaan kuantitatif air bersih dilakukan setiap hari oleh Maintenance Divisi
Perawatan Umum. Hal ini untuk memastikan ketersediaan air bersih untuk
memenuhi kebutuhan RS. Pemeriksaan suplay air juga dilakukan pada sumber air
yaitu dari supply sumur dalam / deep well dan PDAM.
(10) Sumber air minum Rumah Sakit “JIH” untuk kebutuhan pasien, karyawan dan
pengunjung menggunakan air kemasan dari supplyer yang sudah bekerja sama
dengan Rumah Sakit “JIH” Yogyakarta dan sudah teruji kualitasnya.
(11) Rumah Sakit “JIH” memiliki Unit RO sebagai sumber pemenuhan kebutuhan air
RO dalam pelayanan Rumah Sakit. Ketersediaan Unit RO di Unit HD mampu
memenuhi kebutuhan proses Hemodialisa selama 10 jam dalam satu hari.
Ketersediaan air RO ruang Pompa digunakan untuk kebutuhan pencucian tangan
dan alat di unit endoskopi, CSSD dan OK. Ketersediaan Unit RO di Unit
Laboratorium untuk memenuhi kebutuhan air RO di Unit Laboratorium. Air RO di
Unit digunakan untuk media pencucian alat.
(12) Pemeriksaan kualitas air RO di Unit HD dilakukan oleh Bagian Kesehatan
Lingkungan setiap bulan sekali meliputi pemeriksaan fisika, kimia dan bakteriologi
mengacu pada ketentuan Standar air RO yaitu Standar AAMI tahun 2014. Hasil
pemeriksaan dilakukan pelaporan setiap 6 bulan sekali oleh Bagian Kesehatan
Lingkungan ke Dinas Kesehatan dan BPLH Kota Yogyakarta.
(13) Pengawasan kuantitas air RO dilakukan setiap hari oleh unit pemakai masing-
masing yaitu Unit HD, Unit Kamar Operasi, Endoskopi dan Sterilisasi, dan Unit
Laboratorium dan dilakukan pemeliharaan sesuai jadwal oleh Unit Maintenance.
(14) Ruang yang dikategorikan berisiko apabila suplai air berhenti antara lain :

NO RISIKO RUANGAN
1 Resiko Tinggi ICU, NICU, Hemodialisa, OK, CSSD, VK (Ka-
mar Bersalin), Endoscopy, UGD, Gizi.
2 Resiko Sedang Perawatan, Poli, Laboratorium, Radiologi, Fi-
sioterapi, Farmasi, MCU, Toilet, Office, Kasir,
Administrasi, Customer Service, Rekam Medis.

Pasal 6
SISTEM INSTALASI GAS MEDIK

(1) Gas Medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk
pelayanan medis pada sarana kesehatan
(2) Sistem instalasi gas medik dirancang dan dipasang dengan mempertimbangkan
jenis dan tingkat bahaya serta dilakukan pengujian pengoperasian serta
pemeliharaan yang adekuat.
(3) Daerah yang beresiko jika terjadi kegagalan Gas Medik adalah Unit Rawat Inap,
Unit Gawat Darurat (UGD), ICU (Intensive Care Unit), Hemodialisa, Kamar
Operasi, Ruang persalinan sehingga harus diutamakan dalam manajemen kegagalan
gas medik.
(4) Gas medis yang digunakan di Rumah Sakit ”JIH” antara lain :
a. Sentral
Gas medis sentral di Rumah Sakit “JIH” menggunakan oksigen liquid sebagai
pemasok kebutuhan oksigen utama di pelayanan dari Rawat Inap, ICU, UGD,
OK, sebagian poliklinik, HD dengan kapasitas 6 ton.
b. Tabung
Tabung oksigen dengan kapasitas 6 m3digunakan untuk merefill tabung 1 m3
untuk keperluan mobile/transfer pasien.
c. Pada ruang kamar operasi menggunakan gas N2O dan CO2
(5) Ketersediaan O2 dikelola oleh maintenance alkes dan disupervisi oleh apoteker.
(6) Jenis dan Sumber Instalasi Gas Medik
a. Oxygen (O2)
Oxygen (O2) untuk kebutuhan RS “JIH” harus tersedia 24 jam sehari 7 hari
seminggu. Supply O2 didapat melalui distributor yang sudah bekerjasama
dengan rumah sakit. Pemeriksaan volume O2 dilakukan setiap hari. Untuk O2
liquid (pendistribusian secara sentral) pembelian dilakukan bila sisa O2 dalam
tangki liquid sudah tersisa 1.500 m3 atau setiap seminggu sekali dan untuk O 2
mobile dilakukan pengorderan bila tabung yang kosong sudah mencapai
setengah dari stok tabung secara keseluruhan.
b. Nitrous Oksida (N2O)
Nitrous Oksida (N2O) untuk kebutuhan RS “JIH” harus tersedia 24 jam sehari.
7 hari seminggu. Supply N2O didapat melalui distributor yang sudah beker-
jasama dengan rumah sakit. Pemeriksaan volume N2O dilakukan setiap hari.
Pemesanan N2O dilakukan bila salah satu tabung sudah ada yang kosong.
c. Nitrogen (N2)
Nitrogen (N2) untuk kebutuhan RS “JIH” harus tersedia 24 jam sehari, 7 hari
seminggu. Supply N2 didapat melalui distributor yang sudah bekerjasama den-
gan rumah sakit. Pemeriksaan volume N2 dilakukan setiap hari, pendistribu-
sian N2 dilakukan secara sentral, pembelian dilakukan bila salah satu tabung
N2 sudah kosong.
d. Karbon Dioksida (CO2)
Karbon dioksida (CO2) untuk kebutuhan RS “JIH” harus tersedia 24 jam se-
hari, 7 hari seminggu. Supply CO2 didapat melalui distributor yang sudah bek-
erjasama dengan rumah sakit. Pemeriksaan volume CO2 dilakukan setiap hari,
pembelian dilakukan bila salah satu tabung CO2 sudah kosong.
e. Udara Tekanan (Compressed Air) (Medical Breathing Air)
Udara Tekanan (Compressed Air) untuk kebutuhan RS “JIH” harus tersedia 24
jam sehari, 7 hari seminggu. Supply Udara Tekanan (Compressed Air) didapat
melalui mesin compressed air yang berada di ruang sentral gas. Pemeriksaan
volume Udara Tekanan (Compressed Air) dilakukan setiap hari.
f. Vacum (Suction)
Vacum (Suction) untuk kebutuhan RS “JIH” harus tersedia 24 jam sehari, 7
hari seminggu. Supply Vacum (Suction) didapat melalui mesin suction air
yang berada di ruang sentral gas. Ketersediaan Vacum (Suction) dibawah pen-
gawasan maintenance dimana pemeriksaan volume Vacum (Suction) dilakukan
setiap hari.
(7) Penerimaan gas medis
Untuk tabung kosong oksigen liquid diisi langsung oleh supplier. Sementara
tabung gas kecil dilakukan pemeriksaan pada saat serah terima tabung gas.
(8) Penyimpanan gas medis
a. Tabung gas medis disimpan berdiri, dipasang pengaman kran dan dilengkapi
tali pengamanuntuk menghindari jatuh pada saat terjadi goncangan.
b. Penyimpanan masing–masing gas medis dibedakan tempatnya serta diberi
tanda.
c. Penyimpanan tabung gas isi dan kosong dipisahkan untuk memudahkan pe-
meriksaan dan penggantian.
d. Lokasi penyimpanan jauh dari sumber panas, listrik, oli dan segala jenis minyak
dan diberikan penandaan.
(9) Pendistribusian gas medis
a. Distribusi tabung gas medis dilakukan dengan menggunakan trolly.
b. Tabung gas beserta trolly harus bersih dan memenuhi syarat sanitasi/higiene
Pasal 7
SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI

(1) Rumah Sakit merencanakan dan merancang proses manajemen informasi untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal maupun eksternal yang bekerjasama
dengan Pihak ke-3.
(2) Departemen IT melakukan pemeliharaan terhadap hardware maupun jaringan
secara berkala dengan jadwal setahun dua kali.
(3) Departemen IT mengawal berjalannya aplikasi SIMRS dan aplikasi-aplikasi yang
digunakan di Rumah Sakit “JIH”
(4) Back up data SIMRS disimpan pada server terpisah
(5) Departemen IT melakukan proses pengamanan data dan komputer :
a. Setiap 1 hari sekali pada pukul 00:00 server akan melakukan proses backup secara
automatis dan menghasilkan 2 file , yaitu file BAK dan file TRN (transaction
Log).
b. Selama 1 bulan sekali file tersebut dipindahkan menggunakan Hardisk External
secara manual.
(6) Jika terjadi troubel atau eror pada sistem, maka Unit – Unit tetap melakukan proses
kerja secara manual.

BAB IV
9 (SEMBILAN) SISTEM UTILITAS PENUNJANG
Pasal 8
SISTEM PLUMBING ATAU PERPIPAAN

(1) Termasuk dalam ruang lingkup plumbing diantaranya adalah sistem penyediaan air
minum, sistem pembuangan air kotor, dan sistem pembuangan air hujan di dalam
bangunan gedung.
(2) Karena plumbing, merupakan bagian dari utilitas bangunan, maka tujuan penempatan
Plumbing dalam suatu bangunan gedung yaitu agar penghuni bangunan gedung
tersebut merasa aman, nyaman, dan sehat.
Pasal 9
SISTEM KOMUNIKASI

(1) Sistem komunikasi menggunakan sistem telepon dan tata suara, sistem panggilan
perawat (Nurse call) dan media informasi lainnya baik umum maupun islami.
(2) Sistem telepon berfungsi ssebagai alat komunikasi antar instansi dalam gedung.
Sistem ini menggunakan PABX yang berfungsi sebagai sentral komunikasi telepon di
dalam gedung.
(3) Sistem tata suara berfungsi sebagai publik adress, paging dan pengumuman. Sistem
ini terdiri dari peralatan untuk memenuhi backsound music dan pengumuman darurat.

Pasal 10
SISTEM HUBUNGAN VERTIKAL

Rumah Sakit “JIH” memfasilitasi sistem hubungan vertikal antar lantai berupa tangga, ram
dan lift dengan memperhatikan keselamatan pengguna.

Pasal 11
SISTEM VENTILASI DAN ALIRAN UDARA

Rumah Sakit “JIH” menerapkan sistem penghawaan pada setiap ruangan dengan ventilasi
alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan sesuai dengan fungsi ruangan dan peruntukannya.

Pasal 12
SISTEM PENCAHAYAAN

Rumah Sakit “JIH” menggunakan sistem pencahayaan alami maupun buatan/mekanik


termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya serta disesuaikan dengan fungsi
ruangan dan dilakukan pengukuran intensitas cahaya dengan menggunakan lux meter atau
alat sejenis sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku.
Pasal 13
SISTEM PENANGKAL PETIR

(1) Rumah Sakit “JIH” menggunakan sistem penangkal petir untuk memproteksi gedung
dan sekitamya dari petir.
(2) Pekerjaan penangkal petir meliputi pemasangan dan penyediaan instalasi penangkal
petir, grounding dan pembuatan bak kontrol.
(3) Sistem penangkal petir dilakukan uji secara berkala atau sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta harus mendapat ijin dari Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Sleman atau dinas lain yang kompeten.

Pasal 14
SISTEM ELEKTRIKAL DAN PENGKABELAN

(1) Sistem elektrikal merupakan suatu rangkaian peralatan penyediaan daya listrik untuk
memenuhi kebutuhan daya listrik tegangan rendah.
(2) Dalam rangkaian peralatan yang disediakan meliputi sarana penyesuaian tegangan
listrik (trafo transformator), sarana penyaluran utama (kabel feeder) dan panel hubung
utama atau LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel) dan panel distribusi
utama di tiap gedung SDP (Sub Distribution Panel) dan terakhir panel-panel di tiap
lantai.

Pasal 15
SISTEM TRANSPORTASI

(1) Pengelola alat transportasi di Rumah Sakit “JIH” adalah Departemen Umum
(2) Kendaraan transportasi yang disediakan di Rumah Sakit “JIH” antara lain :
a. Mobil ambulance
b. Mobil homecare
c. Mobil operasional
(3) Pemeliharaan transportasi rumah sakit meliputi kebersihan kendaraan, service
kendaraan, kelengkapan berkas kendaraan, peralatan penujang dan bahan-bahan lain
yang disyaratkan.

(4) Alat transportasi harus memenuhi peraturan perundang-undangan dan aspek syariah.
(5) Kendaraan transportasi harus dilengkapi dengan sistem audio (minimal berupa
murotal, doa, kalimat toyyibah dan tausiah) dan non audio berupa pesan pesan Islami.

Pasal 16
SARANA IBADAH

(1) Rumah Sakit “JIH” melaksanakan pemenuhan dan pengelolaan fasilitas ibadah guna
memastikan terjaganya ibadah karyawan, pasien, keluarga pasien, pengunjung, tamu
dan pihak lain yang berada di lingkungan Rumah Sakit “JIH”.
(2) Pemenuhan prasarana ibadah di Rumah Sakit “JIH” dilaksanakan oleh Departemen
Umum.
(3) Pengelolaan prasarana ibadah di Rumah Sakit “JIH” dilaksanakan oleh petugas
bimrohis dan ketakmiran.
(4) Prasarana ibadah dikelola sebagai sistem utilitas rumah sakit syariah sehingga selalu
siap digunakan baik dalam kondisi normal maupun darurat.
(5) Sarana ibadah berisi fasilitas ibadah minimal meliputi :
a. di masjid : mukena, sarung, sajadah dan Al Quran dengan jumlah sesuai dengan
kebutuhan
b. di mushalla : mukena, sarung, sajadah dan Al Quran dengan jumlah sesuai dengan
kebutuhan
c. di ruang perawatan : 1 set mukena, sarung, sajadah, tayamum pad, dan Al Quran
BAB V
PENGELOLAAN SISTEM UTILITAS RUMAH SAKIT “JIH”

Pengelolaan sistem utilitas di Rumah Sakit “JIH” meliputi :


(1) Membuat daftar inventaris komponen – komponen sistem utilitas dan memetakan
pendistribusiannya serta diupdate setiap tahun.
(2) Pemeliharaan dan perbaikan semua komponen utilitas yang ada di daftar inventaris.
(3) Menyusun jadwal pemeriksaan, testing, pemeliharaan semua sistem utilitas berdasar
kriteria dari rekomendasi pabrik, tingkat resiko dan berdasar pengalaman.
(4) Pelabelan pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu pemadaman darurat
secara keseluruhan atau sebagian.
(5) Memastikan komponen listrik yang digunakan sesuai dengan standar dan peraturan
perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai