Anda di halaman 1dari 42

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA BERDASARKAN BEBAN

KERJA DENGAN METODE WORKLOAD INDICATOR STAFFING


NEED (WISN) PADA BAGIAN ASSEMBLING DI RUMAH
SAKIT UMUM IMELDA PEKERJA INDONESIA

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

INKA CRISTY MANIK


NIM. 1813462137

PROGRAM STUDI D-III PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN


UNIVERSITAS IMELDA MEDAN (UIM)
T.A 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Permenkes No 3 Tahun 2020 Rumah sakit merupakan institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap ,rawat jalan, dan gawat

darurat. Setiap rumah sakit memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan rekam

medis melalui penyelenggaran manajemen informasi kesehatan. Rumah sakit

merupakan sarana pelayanan kesehatan yang mutlak dibutuhkan oleh segenap

lapisan masyarakat secara keseluruhan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,

rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang memadai dan

memuaskan. Oleh karena itu, rumah sakit harus mampu meningkatkan kualitas

pelayanannya, termasuk diantaranya peningkatan kualitas dokumen rekam medis.

Menurut Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 Rekam medis

merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan

kepada pasien. Rekam medis merupakan bagian unit terpenting yang ada di

dalam rumah sakit karena rekam medis salah satu kunci utama untuk melakukan

terjadinya suatu pelayanan kesehatan. Setiap proses penyelenggaraan rekam medis

dapat terlaksana dengan baik dan dapat memberikan sebuah informasi berupa data

yang lengkap, akurat dan tepat jika didukung sumber daya manusia yang

memadai.

1
2

Dengan demikian, jumlah petugas rekam medis sangat berpengaruh bagi

rumah sakit, apabila dalam sebuah rumah sakit terjadi keterlambatan melayani

pasien karena sedikitnya petugas rekam medis serta berpengaruh dalam beban

kerjanya maka akan mempengaruhi mutu dan kualitas rumah sakit tersebut. Jadi

Salah satu bagian yang menunjang kelancaran pelayanan di bidang rekam medis

ada pada bagian assembling.

Assembling salah satu bagian Unit Rekam Medis yang sangat penting dan

menjadi awal pelayanan di dalam Unit Rekam Medis. Untuk melaksanakan

pekerjaan assembling di unit rekam medis rumah sakit harus memiliki tenaga

rekam medis yang memenuhi standar dilihat dari kualitas dan kuantitasnya.

Kualitas tenaga kerja meliputi pengetahuan , keterampilan dan tingkat pendidikan,

sedangkan kuantitas adalah jumlah tenaga kerja yang ada harus sesuai dengan

beban kerja.

Analisis terhadap beban kerja tenaga rekam medis sangat diperlukan dalam

rangka meningkatkan pelayanan rekam medis di suatu rumah sakit. Hal ini

bertujuan agar dapat diketahui beban kerja mana yang perlu diefisienkan. Sejalan

dengan uraian tersebut, salah satu elemen penting untuk menunjang keefektifan

dan keefisienan dalam pengelolaan rekam medis adalah aspek sumber daya

manusia. Salah satu hambatan bagi terwujudnya profesionalisme sumber daya

manusia dalam organisasi adalah ketidaksesuaian antara kapasitas staf dengan

pekerjaanya. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh komposisi keahlian dan

keterampilan staf yang belum proporsional, ataupun karena pendistribusian staf


3

masih belum mengacu pada kebutuhan nyata atau beban kerja di lapangan. Beban

kerja yang tinggi tentunya dapat menimbulkan hal negatif yang tidak diinginkan.

Fenomena yang sering terjadi di dalam suatu institusi karena akibat dari

kurangnya tenaga kerja yang menyebabkan tingginya beban kerja di dalam

institusi tersebut. Hal ini sesuai dengan Penelitian yang dilakukan Ziyad, dkk

(2017) tentang Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja Bagian Assembling Dengan

Metode WISN (Workload Indicator Of Staffing Need). Hasil dari penelitian ini

dapat diketahui Waktu Kerja Tersedia (WKT) sebesar 95400 menit/tahun. Standar

Beban Kerja (SBK) tenaga assembling adalah 10999. Standar Kelonggaran adalah

0,14256 Sehingga didapatkan kebutuhan tenaga bagian assembling rekam medis

RSUD Ambarawa sebanyak 2 orang. Saat ini jumlah tenaga assembling hanya 1

orang , oleh karena itu dibutuhkan tenaga tambahan sebanyak 1 orang.

Penelitian yang dilakukan Indriyani (2020) tentang Tinjauan Kebutuhan

Tenaga Bagian Assembling Rekam Medis Berdasarkan Analisis Beban Kerja di

RSUD Tebet. Hasil dari penelitian ini dapat diketahui Waktu Kerja Tersedia

(WKT) sebesar 1.300 jam/tahun atau 78.000 menit/tahun. Standar Beban Kerja

(SBK) tenaga assembling adalah 7.565 rekam medis rawat inap dan 19.211 rekam

medis rawat jalan. Sehingga didapatkan kebutuhan tenaga bagian assembling

rekam medis RSUD Tebet sebanyak 4 orang. Saat ini jumlah tenaga assembling

hanya 1 orang , oleh karena itu dibutuhkan tenaga tambahan sebanyak 3 orang.

Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia adalah salah satu rumah sakit swasta

yang berada di jalan. Bilal No 24 Pulo Brayan Darat Kecamatan Medan Timur

yang merupakan rumah sakit tipe A Paripurna. Penelitian dilakukan pada unit
4

rekam medis khususnya pada bagian assembling. Berdasarkan survei awal bagian

Assembling di RSU Imelda Pekerja Indonesia dengan 6 hari kerja yaitu senin

sampai sabtu dengan jam kerja dimulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00.

Pada bagian assembling terdapat tingginya beban kerja dimana petugas

assembling berjumlah 2 orang tidak sebanding dengan beban kerjanya, tugas

pokok yang rangkap di bagian assembling yaitu dibagian analising/reporting

serta menjadi petugas pendaftaran gawat darurat maupun rawat inap. Hal ini

membuat petugas mengalami beberapa masalah diantaranya terjadinya

penumpukan dokumen, terjadinya keterlambatan rekam medis yang akan

dikoding dan keterlambatan pengembalian dokumen ke bagian filing yang dapat

berdampak pada lambatnya pelayanan karena dokumen belum tersedia saat

sedang dibutuhkan. Maka dari itu petugas perlu disesuaikan dengan beban

kerjanya sehingga produktifitas petugas lebih optimal. Metode yang paling tepat

untuk penelitian ini adalah metode Workload Indicator Staffing Need (WISN)

kerena dihitung berdasarkan beban kerjanya.

Dari uraian latar belakang di atas maka penulis ingin mengetahui banyaknya

kebutuhan petugas assembling di Rumah Sakit Imelda berdasarkan beban kerja

sehingga penulis tertarik mengambil judul penelitian tentang “Analisis

Kebutuhan Kerja Berdasarkan Beban Kerja Dengan Metode Workload

Indicator Staffing Need (WISN) Pada Bagian Assembling Di Rumah Sakit

Umum Imelda Pekerja Indonesia ”


5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diambil

adalah : “Bagaimana Kebutuhan Kerja Berdasarkan Beban Kerja Dengan Metode

Workload Indicator Staffing Need (WISN) Pada Bagian Assembling di Rumah

Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia” ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, adapun tujuan penelitian

adalah untuk mengetahui kebutuhan kerja berdasarkan beban kerja dengan metode

Workload Indicator Staffing Need (WISN) pada bagian assembling di Rumah

Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

Menambah pengetahuan tentang kebutuhan sumber daya manusia pada

bagian assembling menggunakan metode Workload Indicator Staffing

Need (WISN) di RSU Imelda Pekerja Indonesia.

2. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan evaluasi dalam pelaksanaan perencanaan SDM pada

bagian assembling menggunakan metode Workload Indicator Staffing

Need (WISN) sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menjadi bahan masukan dalam pembelajaran dan meningkatkan

pengetahuan seputar dunia rekam medis khususnya bagi mahasiswa

rekam medis.
6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rekam Medis

2.1.1 Pengertian Rekam Medis

Menurut Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 Rekam medis

merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan

kepada pasien. Rekam medis adalah bukti tertulis (kertas/elektronik) yang

merekam berbagai informasi kesehatan pasien seperti temuan hasil asesmen,

rencana asuhan, perincian pelaksanaan asuhan dan pengobatan ,catatan

perkembangan terintegrasi, serta ringkasan kepulangan pasien yang dibuat oleh

profesional pemberi asuhan (Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit-SNARS

2017).

2.1.2 Tujuan Rekam Medis

Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib administrasi

dalam langkah upaya dalam peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Seperti memudahkan proses pengumpulan data , mempercepat proses pelayanan ,

meningkatkan keakuratan data, menstandar informasi, memperjelas pembagian

data dan menunjang proses pengolahan informasi (Indradi, 2020)

2.1.3 Falsafah Rekam Medis

Menurut Dirjen Yanmed (2006) falsafah dari rekam medis mengandung

nilai-nilai ALFRED AIR yaitu sebagai berikut :

6
7

1. Administration (Aspek Administrasi)

Suatu rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya

menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab

sebagai tenaga medis dan para medis dalam mencapai tujuan pelayanan

kesehatan.

2. Legal (Aspek Hukum)

Suatu rekam medis juga mempunyai nilai hukum, karena isinya

menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar

keadilan, dalam rangka usaha menegakan hukum serta penyediaan

bahan tanda bukti untuk menegakan keadilan.

3. Financial (Aspek Keuangan)

Suatu berkas rekam medis pasti memiliki nilai uang , karena isinya

mengandung data/informasi yang dapat digunakan sebagai aspek

keuangan.

4. Riset (Aspek Penelitian)

Suatu berkas rekam medis memiliki nilai penelitian, karena isinya

menyangkut data/informasi yang dapat digunakan sebagai penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan.

5. Education (Aspek Pendidikan)

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya

menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dan

kegiatan pelayanan medik kepada pasien. Informasi tersebut dapat


8

dipergunakan sebagai bahan/referensi pengajaran di biadang profesi si

pemakai.

6. Dokumentation (Aspek Dokumentasi)

Suatu rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya

mengandung sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai

sebagai bahan pertanggungjawaban dan sebagai bahan laporan untuk

rumah sakit.

7. Akurat

Bahwa rekam medis/kesehatan adalah suatu yang bernilai, berharga dan

bermanfaat untuk suatu pengambilan keputusan.

8. Informatif

Fakta atau data dari rekam medis/kesehatan yang diperoleh dari hasil

observasi, pemeriksaan, pengobatan, tindakan sehingga dapat

bermanfaat bagi yang membacanya.

9. Responsibility

Karena suatu rekam medis dapat direspon atau cepat tanggap dan

bertanggung jawab dalam pelayanan kesehatan.

2.1.4 Kegunaan Rekam Medis

Menurut Mardiyoko (2020), kegunaan rekam medis sebagai berikut :

1. Alat untuk berkomunikasi

Rekam medis dapat dipakai sebagai alat komunikasi antara dokter dengan

pasien, dokter dengan tenaga kesehatan lainnya yang memberi layanan


9

kesehatan , juga alat komunikasi antara rumah sakit dengan pihak ketiga

(asuransi, kepolisian, pemerintah dan sebagainya).

2. Dasar perencanaan dan pengobatan /perawatan

Karena semua tenaga kesehatan yang memberi pelayanan kesehatan

kepada pasien mendokumentasikan hasil pelayananya dalam rekam medis,

maka apa yang didokumentasikan merupakan data bagi pemberi layanan

kesehatan, sehingga dengan data yang ada pada rekam medis, maka

pemberi layanan kesehatan dapat merencanakan segala sesuatu layanan

untuk perbaikan kesehatan bagi pasien.

3. Bukti tertulis segala pelayanan , perkembangan dan pengobatan/ tindakan

Bahwa rekam medis yang dipakai sebagai barang bukti tertulis dalam

kasus hukum, karena di dalam rekam medis tertulis segala layanan yang

diberikan kepada pasien yang ditulis oleh tenaga kesehatan yang

memberikan layanan kepada pasien.

4. Bahan analisis, evaluasi, penelitian

Kegiatan penjamin mutu pelayanan kesehatan salah satunya adalah

melakukan analisis , evaluasi dan penelitian dalam melakukan kegiatan

tersebut maka data dasar yang dipakai adalah data yang ada dalam rekam

medis.

5. Pendidikan

Hampir semua institusi pendidikan tenaga kesehatan baik pendidikan

dokter, perawat, analisis laboratorium dan terutama pendidikan rekam


10

medis Pendidikan pasti memerlukan rekam medis sebagai referensi dan

materi ajar teori maupun praktek.

6. Dasar perhitungan biaya

Karena semua pelayanan kepada pasien tertulis di dalam rekam medis,

maka rekam medis dapat dipakai sebagai dasar perhitungan biaya

perawatan.

7. Bahan pertanggungjawaban dan laporan

Karena semua data pelayanan ada di dalam rekam medis, maka rekam

medis merupakan kumpulan data pasien yang dapat diolah menjadi

laporan.

2.1.5 Prosedur Pelayanan Rekam Medis

Menurut Indradi (2020) Dalam pelayanan rekam medis, alat utamanya

adalah formulir, catatan dan laporan yang digunakan untuk mencatat atau

merekam transaksi pelayanan pasien di setiap tempat atau unit layanan. Tempat

atau unit layanan tersebut terbagi menjadi dua yaitu bagian pencatat data rekam

medis yang berada di luar unit rekam medis serta bagian pengumpul dan pengolah

data rekam medis yang berada didalam unit rekam medis. Tempat atau unit

tersebut merupakan unsur-unsur yang membentuk sistem pelayanan rekam medis

yaitu seperti :

1. Tempat Penerimaan Pasien Rawat Jalan (TPPRJ)

Tempat Penerimaan Pasien Rawat Jalan Atau Tempat Pendaftaran Pasien

Rawat Jalan (TPPRJ) disebut juga loket pendaftaran rawat jalan tugas pokok

TPPRJ yaitu : Menerima pendaftaran pasien yang akan berobat di rawat jalan,
11

melakukan pencatatan pendaftaran (registrasi), menyediakan formulir-formulir

rekam medis di dalam folder dokumen Rekam Medis bagi pasien baru pertama

kali berobat (pasien baru) dan pasien yang datang pada kunjungan berikutnya

(pasien lama), mengarahkan pasien ke Unit Rawat Jalan (URJ) atau poliklinik

yang sesuai dengan keluhannya dan memberi informasi tentang pelayanan-

pelayanan di rumah sakit atau puskesmas yang bersangkutan. Fungsi atau peranan

TPPRJ dalam pelayanan kepada pasien adalah sebagai pemberi pelayanan yang

pertama kali diterima pasien atau keluarganya, sehingga baik buruknya mutu

pelayanan akan dinilai disini. Mutu pelayanan meliputi kecepatan, ketepatan,

kelengkapan dan kejelasan informasi, kenyamanan ruang tunggu, dan lain-lain.

2. Unit Rawat Jalan (URJ)

Unit rawat jalan (URJ) atau Instalasi Rawat Jalan (IRJA) atau poliklinik

adalah salah satu bagian pelayanan klinis yang melayani pasien untuk berobat

jalan. Poliklinik di rumah sakit biasanya lebih dari satu sesuai dengan jenis

pelayanan dokter dan pelayanan kesehatan lain tergantung kemampuan rumah

sakit. Hasil akhir pelayanan klinis disini dinyatakan pulang sembuh atau kontrol,

dirujuk ke pelayanan kesehatan lain, atau diperintahkan untuk rawat inap. Hal

tersebut tergantung kasus dan keputusan dokter dan pasien yang bersangkutan.

3. Unit gawat darurat (UGD)

Unit gawat darurat (UGD) atau Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau Instalasi

Rawat Darurat (IRDA) adalah salah satu pelayanan klinis rumah sakit yang

memberikan pelayanan selama 24 jam pada kasus-kasus gawat atau darurat atau

gawat tidak darurat, atau darurat tidak gawat atau gawat dan darurat. Penentuan
12

jenis kasus tersebut tergantung keadaan pasien yang ditetapkan oleh dokter yang

bertugas di UGD. Dalam hal cara pencatatan data pelayanan klinis kedalam

formulir rekam medis terhadap kasus-kasus data pelayanan klinis kedalam

formulir rekam medis terhadap kasus-kasus tersebut sama saja, yang membedakan

hanyalah cara pelayanan klinisnya. Tugas pokok pelayanan rekam medis di UGD

yaitu melakukan pencatatan seperti identitas pasien dan hasil-hasil pelayanan

UGD.

4. Tempat Penerimaan Pasien Rawat Inap (TPPRI)

Tempat Penerimaan Pasien Rawat Inap (TPPRI) adalah salah satu bagian di

rumah sakit yang kegiatannya mengatur penerimaan dan pendaftaran pasien yang

akan rawat inap. Sistem pelayanan TPPRI berbeda antara satu rumah sakit dengan

rumah sakit lain. Perbedaanya pada kebijakan penerimaan pasien yang akan di

rawat inap yaitu semua pasien rawat inap harus melalui pemeriksaan rawat jalan

atau gawat darurat atau TPPRI dapat menerima pasien langsung selain melalui

pasien dari rawat jalan dan gawat darurat.

5. Unit Rawat Inap (URI)

Unit rawat inap (URI) atau instalasi rawat inap (IRNA) adalah salah satu

bagian pelayanan klinis yang melayani pasien, karena keadaanya harus dirawat

selama 1 hari atau lebih. Peristiwa pelayanan pasien di URI dicatat dalam formulir

rekam medis. Oleh karena itu, menggunakan berbagai jenis formulir rekam medis

yang dapat digunakan pada semua kasus penyakit dan formulir khusus pada kasus

penyakit tertentu, misalnya penyakit yang harus dilakukan tindakan operasi maka

harus tersedia formulir laporan operasi , laporan anestesi,dan lain-lain.


13

6. Instalasi pemeriksaan penunjang (IPP)

Istilah instalasi pemeriksaan penunjang (IPP) yang dimaksud di sini adalah

pengelompokan unit atau bagian pelayanan penunjang medis yaitu laboratorium

klinis, radiologi, fisioterapi dan lain-lain. Meskipun pada kenyataan tidaklah

demikian, karena masing-masing unit atau bagian tersebut memberi pelayanan

kepada pasien. Tujuan pengelompokan dalam pelayanan rekam medis ini semata-

mata untuk meringkas penjelasan dalam pelayanan rekam medis, karena unit atau

bagian tersebut dalam pelayanan rekam medis hampir sama yaitu penunjang

pelayanan medis yang dilakukan kepada pasien rawat jalan, gawat darurat dan

rawat inap atau melayani langsung pasien yang datang dari luar rumah sakit.

7. Assembling

Bagian assembling yaitu salah satu bagian di unit rekam medis yang

mempunyai tugas pokok yaitu : Merakit kembali DRM dari rawat jalan , gawat

darurat dan rawat inap menjadi urut dan runtut sesuai dengan kronologi penyakit

pasien yang bersangkutan, Meneliti kelengkapan data yang seharusnya tercatat di

dalam formulir rekam medis sesuai dengan kasus penyakitnya, Meneliti

kebenaran pencatatan data rekam medis sesuai dengan kasus penyakitnya,

Mengendalikan DRM yang dikembalikan ke unit pencatat data karena isinya tidak

lengkap, Mengendalikan penggunaan nomor rekam medis dan mengendalikan

penggunaan formulir rekam medis.

8. Koding Dan Indeksing (K/I)

Bagian Koding Dan Indeksing (K/I) adalah salah satu bagian dalam unit

rekam medis yang mempunyai tugas pokok yaitu : mencatat dan meneliti kode
14

penyakit dari diagnosis yang ditulis dokter, kode tindakan medis yang ditulis

dokter atau petugas kesehatan lainnya dan kode sebab kematian dari sebab

kematian yang ditetapkan dokter, mencatat hasil pelayanan kedalam formulir

indeks penyakit, indeks operasi atau tindakan medis dan indeks dokter,

menyimpan indeks tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan membuat

laporan penyakit (morbiditas) dan laporan kematian (Mortalitas) berdasarkan

indeks penyakit, indeks operasi dan indeks sebab kematian.

9. Filing (Penyimpanan)

Bagian filing merupakan bagian dalam unit rekam medis yang mempunyai

tugas pokok yaitu : menyimpan Dokumen Rekam Medis (DRM) dengan metode

tertentu sesuai dengan kebijakan penyimpanan DRM, mengambil kembali

(retrieval) DRM untuk keperluan, menyusutkan DRM sesuai jadwal retensi yang

ditetapkan sarana pelayanan kesehatan, memisahkan penyimpanan DRM yang

dilestarikan (diabadikan), membantu pelaksanaan pemusnahan DRM.

10. Analising dan Reporting

Bagian analisa dan pelaporan merupakan bagian dalam unit rekam medis

yang mempunyai tugas pokok antara lain : mengumpulkan data kegiatan rumah

sakit dari sensus harian yang dicatat oleh unit pelayanan pencatat data kegiatan

rumah sakit, merekap sensus harian sebagai dasar laporan kegiatan rumah sakit,

mengumpulkan dan mengolah data penyakit rawat jalan dan rawat inap sebagai

dasar laporan morbiditas, mengumpulkan dan mengolah data penyakit khusus

rawat inap dan status imunisasi sebagai dasar laporan survelians terbaru,

mengumpulkan dan mengolah data dasar rumah sakit sebagai dasar laporan
15

keadaan rumah sakit, mengumpulkan data dan mengolah data keadaan ketenagaan

sebagai dasar laporan keadaan ketenagaan, mengolah data rekam medis untuk

laporan hasil analisis statistik rumah sakit dan mengumpulkan serta mengolah

data sebab kematian sebagai dasar laporan mortalitas.

2.2 Assembling

2.2.1 Pengertian Assembling

Assembling adalah sistem yang mengatur tata cara bagaimana rekam medis

disusun atau dirakit sesuai kebutuhan tenaga kesehatan yang melayani pasien

berdasarkan sistematika pelayanan yang dibutuhkan tenaga kesehatan yang

melayani sehingga urutan formulir rekam medis disesuaikan dengan kebutuhan.

Rekam medis rawat inap biasanya dikembalikan ke unit rekam medis dalam

keadaan tidak beraturan, maka petugas assembling akan merakit atau menyusun

ulang berkas rekam medis sesuai urutan formulir pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada pasien, jadi petugas assembling bukan mengurutkan nomor

formulir, tetapi mengurutkan formulir sesuai kebutuhan tenaga kesehatan

(Mardiyoko,2020)

2.2.1 Peran Dan Fungsi Assembling

Menurut Indradi (2020), bagian assembling yaitu salah satu bagian di unit

rekam medis yang mempunyai tugas pokok :

1. Merakit kembali Dokumen Rekam Medis (DRM) dari rawat jalan , gawat

darurat dan rawat inap menjadi urut dan runtut sesuai dengan kronologi

penyakit pasien yang bersangkutan.


16

2. Meneliti kelengkapan data yang seharusnya tercatat di dalam formulir

rekam medis sesuai dengan kasus penyakitnya.

3. Meneliti kebenaran pencatatan data rekam medis sesuai dengan kasus

penyakitnya.

4. Mengendalikan DRM yang dikembalikan ke unit pencatat data karena

isinya tidak lengkap.

5. Mengendalikan penggunaan nomor rekam medis.

6. Mendistribusikan dan mengendalikan penggunaan formulir rekam medis.

Kegiatan pokok pelayanan rekam medis di assembling adalah sebagai berikut.

1. Terhadap sensus harian yang diterima

a. Menerima Sensus Harian Rawat Jalan (SHRJ), Sensus Harian Gawat

Darurat (SHGD), Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) beserta Dokumen

Rekam Medis (DRM) rawat jalan, gawat darurat dan rawat inap setiap

hari.

b. Mencocokkan jumlah DRM dengan jumlah pasien yang tercatat pada

sensus harian masing-masing.

c. Menandatangani buku ekspedisi sebagai bukti serah terima DRM.

d. Mengirimkan sensus harian tersebut ke bagian analisa dan pelaporan.

2. Terhadap Dokumen Rekam Medis (DRM) yang diterima

a. Merakit kembali formulir rekam medis, bersamaan dengan itu

melakukan kegiatan penelitian terhadap kelengkapan data rekam medis

pada setiap lembar formulir rekam medis sesuai dengan kasusnya.

b. Mencatat hasil penelitian tersebut ke dalam formulir


17

c. Bila Dokumen Rekam Medis (DRM) tidak lengkap, selanjutnya

1. Menyerahkan DRM dan Kartu kendali kebagian Koding dan

Indeksing (K/I)

2. Menyerahkan sensus harian kebagian Analising dan Reporting

(A/R)

d. Bila Dokumen Rekam Medis (DRM) tidak lengkap selanjutnya

1. Menempelkan kertas kecil pada halaman depan folder DRM

2. Dengan menggunakan buku ekspedisi , menyerahkan DRM tidak

lengkap kepada unit pencatat untuk diteruskan kepada petugas

yang bertanggung jawab terhadap kelengkapan isi data rekam

medis yang bersangkutan untuk dilengkapi

3. Menyimpan kartu kendali berdasarkan tanggal penyerahan DRM

tidak lengkap tersebut

4. Mengambil kembali DRM tidak lengkap pada 2 × 24 jam setelah

waktu penyerahan.

3. Terhadap penggunaan nomor dan formulir rekam medis

a. Mengalokasikan nomor rekam medis Tempat Penerimaan Pasien

Rawat Jalan (TPPRJ), Unit Gawat Darurat (UGD) dan kamar

bersalin, bila Tempat Penerimaan Pasien Rawat (TPPRI) menerima

pasien langsung juga diberi alokasi nomor rekam medis

b. Mengendalikan penggunaan nomor rekam medis agar tidak terjadi

duplikasi dengan melakukan pencatatan penggunaanya kedalam buku

catatan penggunaan nomor rekam medis oleh unit pengguna tersebut


18

c. Mendistribusikan formulir, catatan dan laporan rekam medis ke unit-

unit yang memerlukan untuk proses pencatatan dan pelaporan rekam

medis

d. Mengendalikan penggunaan formulir , catatan dan laporan tersebut

dengan menggunakan buku pengendalian, penggunaan formulir

rekam medis

2.3 Menghitung Kebutuhan Tenaga Dengan Metode Workload Indicator

Staffing Need (WISN)

Workload indicator staffing need merupakan indikator yang menunjukkan

besarnya kebutuhan tenaga pada sarana berdasarkan beban kerja, sehingga

alokasi/relokasi tenaga lebih mudah dan rasional. Tenaga yang dibutuhkan adalah

tenaga perekam medis dan informasi kesehatan (PMIK) yaitu orang yang

mengumpulkan, menyimpan, mengolah, menyampaikan data dan informasi

pelayanan kesehatan pasien yang berkualitas tinggi, dengan memperhatikan aspek

hukum dan etika profesi dalam menjamin fungsi-fungsi Rekam Medis dan

Informasi Kesehatan (RMIK) (Siswati, 2018).

Menurut Siswati (2018), langkah perhitungan tenaga berdasarkan WISN ini

meliputi 5 langkah, yaitu:

1. Menetapkan waktu kerja tersedia

Tujuannya adalah agar diperolehnya waktu kerja efektif selama satu tahun

untuk masing-masing kategori Sumber Daya Manusia (SDM) yang bekerja di

suatu unit atau institusi rumah sakit. Rumusnya adalah :

Waktu kerja tersedia =A-(B+C+D+E)×F


19

Keterangan:

A : Hari Kerja ( jumlah hari kerja/ minggu )

B : Cuti Tahunan

C : Pendidikan dan Pelatihan Waktu Kerja Tersedia

D : Hari Libur Nasional

E : Ketidakhadiran Kerja ( sesuai dengan rata – rata ketidakhadiran kerja

selama kurun waktu 1 tahun, karena alasan sakit, tidak masuk kerja dengan

atau tanpa alasan)

F : Waktu Kerja ( waktu kerja dalam satu hari )

2. Menetapkan Unit Kerja dan Kategori Sumber Daya Manusia (SDM)

yang dihitung

Tujuannya adalah diperolehnya unit kerja dan kategori SDM yang

bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan

perorangan pada pasien, keluarga, dan masyarakat di dalam dan di luar rumah

sakit. Informasi yang diperlukan didapatkan dari:

a. Data pegawai berdasarkan pendidikan yang bekerja pada tiap unit kerja

di rumah sakit.

b. Peraturan perundangan yang berkaitan dengan jabatan fungsional SDM

Kesehatan.

c. Standar Profesi, Standar Pelayanan dan Standar Operasional Prosedur

(SOP) pada tiap unit kerja rumah sakit.


20

3. Menyusun Standar Beban Kerja

Standar beban kerja adalah volume atau kuantitas beban kerja selama satu

tahun per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun

berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya (waktu rata-rata)

dan waktu kerja tersedia yang dimiliki oleh unit masing-masing.

Rumusnya adalah :

waktu kerja tersedia


Standar beban kerja=
rata-rata waktu perkegiatan pokok

Data yang diperlukan antara lain:

a. Waktu yang tersedia

b. Bagan struktur organisasi

c. Kegiatan pokok ( kegiatan pokok dan uraian kegiatan, serta tanggung

jawab masing – masing kategori Sumber Daya Manusia

d. Rata – rata waktu untuk menyelesaikan jenis kegiatan pokok

e. Standar profesi

f. Menentukan waktu berdasarkan kesepakatan

4. Menyusun Standar Kelonggaran

Tujuannya adalah untuk diperolehnya faktor – faktor kelonggaran setiap

kategori Sumber Daya Manusia meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu

penyelesaian suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau dipengaruhi tinggi

rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok/ pelayanan. Penyusunan standar

kelonggaran dapat dilaksanakan melalui pengamatan dan wawancara tentang:


21

a. Kegiatan – kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan

kepada pasien

b. Frekuensi tiap faktor kegiatan dalam satuan hari, minggu, dan bulan

c. Waktu rata – rata yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan

rata-rata waktu per faktor kelonggaran


Standar kelonggaran=
waktu yang tersedia

5. Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja

Tujuannya adalah agar diperoleh jumlah dan jenis/ kategori Sumber Daya

Manusia yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan

upaya pengembangan selama kurun waktu satu tahun

Rumus perhitungan kebutuhan tenaga yaitu :

kuantitas kegiatan pokok


Kebutuhan tenaga = + standar kelonggaran
standar beban kerja

Data yang diperlukan:

a. Waktu yang tersedia

b. Standar beban kerja

c. Standar kelonggaran

d. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama 1 tahun.

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan suatu cara yang digunakan untuk

menjelaskan hubungan atau kaitan antara variabel yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2018). Pada penelitian ini, penulis akan meneliti hubungan


22

kapasitas kerja, kuantitas kegiatan pokok dan standar beban kerja terhadap jumlah

kebutuhan tenaga kerja pada bagian assembling.

Beban kerja menggunakan


metode Workoad Indicator
Staffing Need (WISN) Kebutuhan Petugas Assembling
a. Tugas pokok dan
kegiatan
b. Waktu kerja
tersedia
c. Standar beban kerja
d. Standar
kelonggaran
e. Kebutuhan tenaga
kerja

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada karya tulis ilmiah ini adalah penelitian

deskriptif menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk

mengetahui bagaimana kebutuhan tenaga rekam medis berdasarkan beban kerja

dengan metode WISN. Penelitian deskriptif (deskriptif Research) adalah suatu

metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena

yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau (Arikunto, 2016).

Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara dan observasi.

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data,

dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari

seseorang sasaran penelitian (responden). Observasi adalah suatu prosedur yang

berencana yang antara lain meliputi melihat, mendengar dan mencatat sejumlah

dan taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan

masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2018).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2021 sampai dengan

Bulan September 2021 Pada Bagian Assembling.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia

JL. Bilal No 24, Pulo Brayan Darat I, Kec.Medan Timur, Kota Medan, Sumatera

23
24

Utara, dikarenakan Rumah Sakit tersebut memiliki masalah mengenai kebutuhan

kerja pada bagian assembling.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah himpunan yang lengkap dari satuan individu yang

karakteristiknya ingin kita ketahui (Asmaul dan Budi, 2017) populasi dalam

penelitian ini terdiri dari subjek yang terkait dalam beban kerja petugas di Rumah

sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia assembling yang berjumlah 2 orang

petugas dalam pencatatan Dokumen Rekam Medis masuk dalam buku register,

perakitan, pengecekan dan penginputan kelengkapan Dokumen Rekam Medis.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah total populasi yaitu petugas assembling di

Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia yang berjumlah 2 orang. Dengan

menggunakan teknik work sampling yaitu, pengamatan sesaat dan berkala kepada

responden dalam melaksanakan aktivitasnya yang dilakukan selama 8 jam kerja

dalam 6 hari kerja.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional

No Variabel Defenisi operasional


1 Tugas pokok dan Tugas dan kegiatan yang wajib dilaksanakan
kegiatan oleh petugas assembling di Rumah Sakit
Umum Imelda Pekerja Indonesia
25

Tabel 3.1 (Lanjutan)

No Variabel Defenisi operasional


2 Waktu kerja tersedia Waktu kerja efektif selama satu tahun untuk
masing-masing kategori Sumber Daya
Manusia (SDM) yang bekerja di Rumah Sakit
Umum Imelda Pekerja Indonesia

3 Standar Beban Kerja Beban kerja dalam satu tahun berdasarkan


waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan di bagian assembling

4 Standar Kelonggaran Besaran waktu yang diperlukan oleh petugas


assembling untuk melakukan semua jenis
kegiatan yang tidak terkait langsung atau
mempengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau
jumlah produksi unit layanan di Rumah Sakit
Umum Imelda Pekerja Indonesia

5 Kebutuhan Tenaga Kerja Angka kuantitatif personil yang dibutuhkan


untuk menyelesaikan seluruh beban kerja
yang ada pada bagian assembling di Rumah
Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia

3.5 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Instrumen Penelitian

1. Stopwatch

Digunakan untuk menghitung lamanya petugas menyelesaikan pekerjaan

2. Kalkulator

Digunakan untuk menghitung kebutuhan tenaga rekam medis

3.5.2 Cara Pengumpulan Data

1. Data primer merupakan sumber data langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Sumber data primer didapatkan melalui kegiatan


26

wawancara dengan subjek penelitian dan dengan observasi atau

pengamatan langsung di lapangan (Sugiyono, 2016). Sumber data primer

penelitian ini adalah hasil pengamatan semua kegiatan-kegiatan yang

dilakukan petugas assembling di RSU Imelda Pekerja Indonesia selama

waktu kerja dan data diperoleh dari hasil wawancara mendalam dari ketiga

petugas assembling yang digunakan sebagai acuan untuk memperkirakan

jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada bagian assembling di RSU

Imelda Pekerja Indonesia

2. Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat

dokumen (Sugiyono, 2016). Sumber data sekunder dalam penelitian ini

adalah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan topik penelitian seperti

uraian tugas pegawai ,data daftar hadir pegawai ,data jumlah pasien keluar,

serta literature lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Teknik Pengolahan Data

1. Editing

Merupakan suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan meneliti

atau mengoreksi data dan memperbaikinya jika ada kekeliruan pengisian

tidak lengkap, sehingga data yang dihasilkan dapat memberikan

informasi yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai kebutuhan

2. Tabulasi

Memasukkan dan menyusun hasil penelitian ke dalam bentuk tabel


27

supaya lebih mudah untuk disajikan nantinya dapat diperoleh gambaran

yang jelas mana yang lebih efektif

3. Perhitungan WISN

4. Entry

Yaitu memasukkan jawaban-jawaban dari responden dalam bentuk kode

(angka atau huruf) ke dalam komputer.

3.6.2 Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis data kuantitatif yang telah diperoleh

dengan melakukan perhitungan proporsi kegiatan produktif pegawai, kemudian

melakukan perhitungan jumlah kebutuhan tenaga kerja. Perhitungan jumlah

tenaga kerja dilakukan dengan menggunakan rumus workload indicator staffing

need dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di RSU Imelda Pekerja

Indonesia, didapat hasil sebagai berikut :

1. Kualifikasi pendidikan petugas assembling di RSU Imelda Pekerja

Indonesia diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Kualifikasi Pendidikan Petugas Assembling

No Nama Pendidikan Jenis Usia Lama


Kelamin Kerja
1 Petugas A D3 rekam Laki-laki 24 2
medis
2 Petugas B D3 rekam Perempuan 30 4
medis

2. Tugas dan Kegiatan Petugas Assembling

Pada observasi yang dilakukan di RSU Imelda Pekerja Indonesia didapatkan

bahwa bagian assembling melakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Tugas pokok dan kegiatan petugas assembling

a. Merakit Dokumen Rekam Medis (DRM)

b. Meneliti kelengkapan data seharusnya tercatat di dalam rekam medis

sesuai dengan kasus penyakitnya

c. Meneliti kebenaran pencatatan data rekam medis sesuai dengan kasus

penyakitnya

d. Pengembalian dokumen rekam medis tidak lengkap

e. Mencocokkan jumlah DRM dengan jumlah pasien yang tercatat pada

sensus harian rawat inap

28
29

f. Menandatangani buku ekspedisi sebagai bukti serah terima DRM

g. Menginput laporan ketepatan dan kelengkapan Dokumen Rekam Medis

2. Tugas tambahan dan kegiatan petugas assembling

a. Pendaftaran gawat darurat dan rawat inap

b. Menginput Register Rawat Inap Ke Dalam Komputer


3. Waktu Kerja Tersedia Di RSU Imelda Pekerja Indonesia

Data yang dibutuhkan untuk menentukan waktu kerja adalah :

1. Hari Kerja (A)

Di RSU Imelda Pekerja Indonesia, jumlah hari kerja yaitu 6 hari kerja yang

dimulai dari hari senin sampai dengan sabtu. Maka dari itu, jumlah hari

kerja pada tahun 2020 adalah 312 (6 × 52 minggu).

2. Cuti Tahunan (B)

Setiap petugas di RSU Imelda Pekerja Indonesia, termasuk Instalasi Rekam

Medis mendapatkan cuti tahunan sebanyak 12 hari dalam satu tahun dimana

hal tersebut berdasarkan Peraturan Perintah No.11 Tahun 2020.

3. Pendidikan dan Pelatihan (C)

Di instalasi Rekam Medis RSU Imelda Pekerja Indonesia, setiap petugas

berhak mengikuti pelatihan. Petugas di instalasi Rekam Medis, termasuk

bagian assembling mendapatkan pelatihan sebanyak 1 kali pada tahun 2020.

4. Hari Libur Nasional (D)

Berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara, Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia No. 150


30

Tahun 2015 Tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun

ditetapkan 15 hari libur nasional dan 4 hari kerja untuk cuti bersama.

5. Ketidakhadiran Kerja (E)

Rata-rata ketidakhadiran kerja karena sakit, tidak masuk tanpa

pemberitahuan atau ijin dan tidak masuk dengan alasan lainnya pertahun di

bagian assembling adalah 4 hari.

6. Waktu Kerja (F)

Tabel 4.2 Waktu Kerja Pelayanan

No Hari Jam (WIB) Waktu Kerja ( Jam )


1 Senin 08.00 – 16.00 8
2 Selasa 08.00 – 16.00 8
3 Rabu 08.00 – 16.00 8
4 Kamis 08.00 – 16.00 8
5 Jumat 08.00 – 16.00 8
6 Sabtu 08.00 – 16.00 8
Jumlah 48
Rata-rata 8
Tabel diatas menunjukkan bahwa waktu kerja di RSU Imelda Pekerja

Indonesia dimulai pukul 08.00 wib. Jumlah hari kerja dalam satu minggu adalah 6

hari kerja dimulai dari hari senin sampai dengan hari sabtu dengan jumlah jam

waktu kerja adalah 48 jam.

Perhitungan waktu kerja tersedia petugas assembling instalasi rekam medis

di RSU Imelda Pekerja Indonesia adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Waktu Kerja Tersedia

Kode Faktor Waktu Keterangan


A Hari Kerja 312 Hari /Tahun
B Cuti Tahunan 12 Hari /Tahun
C Pendidikan Dan Pelatihan 1 Hari/ Tahun
D Hari Libur Nasional 19 Hari/ Tahun
E Ketidakhadiran Kerja 4 Hari/ Tahun
31

Tabel 4.3 (Lanjutan)

Kode Faktor Waktu Keterangan


F Waktu Kerja Tersedia 8 Jam / Hari
Waktu Kerja Tersedia 2144 Jam /Tahun
128640 Menit /Tahun
Hari Kerja Tersedia 268 Hari
Kerja/Tahun

3. Standar beban kerja Instalasi Rekam Medis bagian assembling di RSU

Imelda Pekerja Indonesia

Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun per

kategori SDM. Beban kerja tenaga assembling Instalasi Rekam Medis di RSU

Imelda Pekerja Indonesia meliputi :

1. Instalasi rekam medis bagian assembling memiliki kegiatan pokok yaitu

Merakit Dokumen Rekam Medis (DRM), meneliti kelengkapan data

seharusnya tercatat di dalam rekam medis sesuai dengan kasus penyakitnya,

meneliti kebenaran pencatatan data rekam medis sesuai dengan kasus

penyakitnya, Pengembalian dokumen rekam medis tidak lengkap,

menginput laporan ketepatan dan kelengkapan Dokumen Rekam Medis,

menandatangani buku ekspedisi sebagai bukti serah terima DRM,

menginput laporan ketepatan dan kelengkapan Dokumen Rekam Medis.

Selain itu, petugas assembling juga melakukan kegiatan di luar SOP

seperti : pendaftaran gawat darurat dan rawat inap, menginput register rawat

inap ke dalam komputer.

2. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok

yaitu Merakit Dokumen Rekam Medis (DRM), meneliti kelengkapan data

seharusnya tercatat di dalam rekam medis sesuai dengan kasus penyakitnya,


32

meneliti kebenaran pencatatan data rekam medis sesuai dengan kasus

penyakitnya, Pengembalian dokumen rekam medis tidak lengkap,

menginput laporan ketepatan dan kelengkapan Dokumen Rekam Medis,

menandatangani buku ekspedisi sebagai bukti serah terima DRM,

menginput laporan ketepatan dan kelengkapan Dokumen Rekam Medis.

Selain itu, petugas assembling juga melakukan kegiatan di luar SOP seperti

pendaftaran gawat darurat dan rawat inap, menginput register rawat inap ke

dalam komputer. Penulis melakukan observasi terhadap pelaksanaan

tersebut pada bulan September 2021 dan didapatkan jumlah pasien keluar

21750

Tabel 4.4  Kegiatan Pokok dan Kegiatan Tambahan Petugas Assembling

No Kegiatan Petugas Rata – rata Rata – rata


Assembling (Menit/Dokumen) (detik
/Dokumen)
Kegiatan Pokok
1 Merakit Dokumen Rekam 4 240
Medis (DRM)
2 Meneliti kelengkapan data 15.7 942
seharusnya tercatat di
dalam rekam medis sesuai
dengan kasus penyakitnya
3 Meneliti kebenaran 17.6 1056
pencatatan data rekam
medis sesuai dengan kasus
penyakitnya
4 Pengembalian dokumen 37 2220
rekam medis tidak lengkap
33

Tabel 4.4 (Lanjutan)

No Kegiatan Petugas Rata – rata Rata – rata


Assembling (Menit/Dokumen) (detik
/Dokumen)
5 Mencocokkan jumlah 28.5 1710
DRM dengan jumlah
pasien yang tercatat pada
sensus harian rawat inap
6 Menandatangani buku 3.9 234
ekspedisi sebagai bukti
serah terima DRM
7 Menginput laporan 7 420
ketepatan dan
kelengkapan Dokumen
Rekam Medis
Kegiatan Tambahan
1 Pendaftaran gawat 3.5 210
darurat dan rawat inap
2 Menginput Register 4.5 270
Rawat Inap Ke Dalam
Komputer
Jumlah 121.7 7302
Rata – rata waktu kegiatan 13.5 810

Standar beban kerja adalah suatu volume/kuantitas beban kerja selama 1

tahun per kategori SDM. Adapun rumus perhitungan standar beban kerja adalah

sebagai berikut :

waktu kerja tersedia


Standar beban kerja =
rata-rata waktu perkegiatan pokok

128.640
= = 9528
13.5
34

4. Standar kelonggaran di Instalasi Rekam Medis bagian Assembling di

RSU Imelda Pekerja Indonesia

Tabel 4.5 Faktor Kelonggaran

No Faktor Frekuensi Waktu Jumlah


kelonggaran (per tahun) ( menit) (menit/
Tahun)
1 Rapat 12 120 1440
2 Apel pagi 268 30 8040
3 Istirahat 268 60 16080
4 Senam 52 45 2340
Total Faktor Kelonggaran 27900

Perhitungan standar kelonggaran dapat dihitung menggunakan rumus

sebagai berikut :

rata-rata waktu per faktor kelonggaran


Standar kelonggaran =
waktu yang tersedia

26460
= = 0.22
128640

5. Menghitung kebutuhan petugas assembling di Instalasi Rekam Medis

di RSU Imelda Pekerja Indonesia.

Data kegiatan bagian assembling, standar beban kerja, standar kelonggaran

dan kuantitas kegiatan pokok merupakan sumber data untuk perhitungan

kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) di bagian Assembling Instalasi Rekam

Medis Di RSU Imelda Pekerja Indonesia dapat menggunakan rumus berikut ini :

kuantitas kegiatan pokok


Kebutuhan tenaga = + standar kelonggaran
standar beban kerja

21750
= + 0.22 = 2.5
9528
35

4.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di bagian assembling Instalasi Rekam

Medis di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan pada bulan September 2021,

berikut merupakan pembahasan langkah-langkah dalam perhitungan petugas

Assembing menggunakan metode WISN adalah sebagai berikut:

1. Tugas pokok dan kegiatan

Pada pembahasan disebutkan bahwa ada beberapa uraian tugas yang tidak

dilakukan oleh petugas Assembling sesuai dengan teori Rano Indradi pada Tahun

2020 yaitu mengendalikan penggunaan nomor rekam medis,

Mendistribusikan dan mengendalikan penggunaan formulir rekam medis,

menerima Sensus Harian Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Gawat Darurat setiap hari

dan mengirimkan sensus harian tersebut kebagian analisa dan pelaporan. Petugas

juga melakukan tugas diluar uraian tugas pada bagian Assembling seperti

pendaftaran gawat darurat dan rawat inap dan menginput register rawat inap ke

dalam komputer.

2. Waktu Kerja Tersedia

Pada pembahasan yang diperoleh waktu kerja sebesar 48 jam/minggu. Hal

ini belum sesuai dengan teori dimana dalam UU No.13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan disebutkan bahwa dalam waktu kerja satu minggu untuk 6 hari

kerja yaitu 40 jam/minggu. Lalu, diketahui bahwa Hari Kerja Tersedia sebesar

268 hari kerja/tahun dan rata-rata waktu kerja sebesar 8 jam/hari. Dari data

tersebut didapatkan waktu kerja tersedia sebesar 2144 jam/tahun atau 128.640

menit/tahun yang didapat dari perhitungan dengan rumus waktu kerja tersedia.
36

Penelitian yang dilakukan Ziyad, dkk (2017) di unit Rekam Medis Rumah

Sakit Umum Daerah Ambarawa diperoleh waktu kerja tersedia bagi unit tersebut

sebesar 95400 menit/tahun. Dan penelitian yang dilakukan oleh Indriyani (2020)

di Unit Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Tebet diperoleh waktu kerja

tersedia bagi unit tersebut sebesar 1.300 jam/tahun atau 78.000 menit/tahun.

3. Standar Beban Kerja

Pada pembahasan diketahui bahwa rata-rata waktu dari 7 kegiatan pokok

yaitu 810 detik/dokumen atau 13.5 menit/tahun. Dari tujuh kegiatan pokok yang

dilakukan petugas assembling, melakukan pengembalian dokumen rekam medis

tidak lengkap merupakan beban tertinggi karena kegiatan tersebut memakan

waktu paling lama yaitu 37 menit/ dokumen atau 2220 detik/dokumen. Dengan

waktu kerja 128.640 menit /tahun, maka dapat diketahui standar beban kerja per

tahun bagi petugas assembling yaitu sebesar 9528 menit /tahun yang didapatkan

dari perhitungan waktu kerja tersedia dibagi rata-rata waktu kegiatan pokok.

Dalam Penelitian Sejenis yang dilakukan oleh Ziyad, dkk (2017)

menggenai penelitiannya tentang analisis kebutuhan kerja bagian Assembling

dengan metode WISN diketahui standar beban kerja tersebut adalah 10999

menit/tahun. Standar beban kerja tertingi terdapat pada pengembalian dokumen

rekam medis tidak lengkap Dan penelitian yang dilakukan Indriyani (2020)

tentang Tinjauan Kebutuhan Tenaga Bagian Assembling Rekam Medis

Berdasarkan Analisis Beban Kerja di RSUD Tebet diketahui standar beban kerja

tersebut adalah 7.565 rekam medis rawat inap dan 19.211 rekam medis rawat

jalan.
37

4. Standar Kelonggaran

Dari pembahasan diketahui jumlah waktu dari keseluruhan faktor

kelonggaran yaitu 27900 menit/tahun. Dengan waktu hari kerja 128640

menit/tahun, maka diketahui standar kelonggaran sebesar 0,22 menit/tahun. Hal

ini dapat diartikan bahwa kelonggaran bagian Assembling membutuhkan 22 %

dari waktu kerja tersedia. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa petugas

assembling memiliki sisa waktu kerja untuk menyelesaikan tugas pokoknya

sebesar 102180 menit/tahun. Hasil ini didapapatkan dari perhitungan waktu kerja

tersedia dikurangi faktor kelonggaran.

Dalam Penelitian Sejenis yang dilakukan oleh Ziyad, dkk (2017) menggenai

penelitiannya tentang analisis kebutuhan kerja bagian Assembling dengan metode

WISN diketahui standar kelonggaran pada bagian assembling sebesar 0,14256

atau 1,42% artinya petugas memiliki waktu untuk pertemuan rutin, pelatihan atau

seminar 1,42% dari waktu kerja yang tersedia

5. Kebutuhan tenaga kerja

Dari tiga data yang telah diketahui yaitu, standar beban kerja, standar

kelonggaran, dan kuantitas kegiatan pokok yaitu jumlah pasien keluar (hidup +

mati) sebesar 21750 maka dapat diketahui jumlah kebutuhan tenaga kerja bagian

assembling RSU Imelda Pekerja Indonesia dengan metode WISN (Work Load

Indicators Of Staffing Need) adalah 3 Sumber Daya Manusia. Hasil tersebut

diperoleh dari perhitungan kuantitas kegiatan pokok dibagi standar beban kerja

ditambah standar kelonggaran. Hal ini berarti bagian assembling membutuhkan 3

orang untuk melakukan kegiatan pokoknya.


38

Penelitian sejenis dilakukan oleh Ziyad, dkk (2017) dalam penelitiannya

menjelaskan jumlah petugas di unit Rekam Medis bagian Assembling sebanyak 1

orang petugas. Sedangkan hasil perhitungan jumlah kebutuhan rekam medis pada

bagian assembling menggunakan metode WISN ditemukan hasil sebesar 1,743

atau 2 Sumber Daya Manusia. Sehingga kebutuhan tenaga unit rekam medis

bagian assembling pada tahun 2017 memerlukan penambahan 1 petugas pada

bagian assembling. Dan penelitian yang dilakukan oleh Indrayani (2020) dalam

penelitiannya menjelaskan kebutuhan tenaga bagian assembling rekam medis

RSUD Tebet sebanyak 4 orang. Saat ini jumlah tenaga assembling hanya 1 orang ,

oleh karena itu dibutuhkan tenaga tambahan sebanyak 3 orang.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Tugas pokok dan kegiatan petugas assembling adalah Merakit Dokumen

Rekam Medis (DRM), meneliti kelengkapan data seharusnya tercatat di

dalam rekam medis sesuai dengan kasus penyakitnya, meneliti kebenaran

pencatatan data rekam medis sesuai dengan kasus penyakitnya,

Pengembalian dokumen rekam medis tidak lengkap, menginput laporan

ketepatan dan kelengkapan Dokumen Rekam Medis, menandatangani

buku ekspedisi sebagai bukti serah terima DRM, menginput laporan

ketepatan dan kelengkapan Dokumen Rekam Medis. Selain itu, petugas

assembling juga melakukan kegiatan di luar SOP seperti : pendaftaran

gawat darurat dan rawat inap, menginput register rawat inap ke dalam

komputer.

2. Waktu kerja tersedia petugas assembling di Rumah Sakit Umum Imelda

Pekerja Indonesia sebesar 2144 jam/tahun atau 128.640 menit/tahun.

3. Standar beban kerja petugas assembling di Rumah Sakit Umum Imelda

Pekerja Indonesia sebesar 9528 menit/tahun

4. Standar kelonggaran petugas assembling di Rumah Sakit Umum Imelda

Pekerja Indonesia adalah 21 %

5. Kebutuhan tenaga kerja assembling instalasi rekam medis di Rumah Sakit

Umum Imelda Pekerja Indonesia dengan metode WISN ditemukan 3

Sumber Daya Manusia. Hal ini artinya bagian assembling membutuhkan 3

39
40

orang petugas. Maka dari itu, jumlah tenaga assembling belum sesuai

dimana di bagian tersebut hanya terdapat 2 petugas.

5.2 Saran

1. Sebaiknya petugas assembling melakukan pekerjaannya sesuai dengan job

descriptionya masing-masing, sehingga sesuai antara jumlah petugas yang

ada di RSU Imelda Pekerja Indonesia dengan beban kerja yang dilakukan

oleh petugas assembling.

2. Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan tenaga kerja menggunakan

metode Workload Indictor Of Staffing Need (WISN) di bagian assembling

di RSU Imelda Pekerja Indonesia adalah 3 orang petugas sedangkan pada

kenyataanya hanya terdapat 2 orang petugas. Sehingga petugas assembling

memerlukan tambahan sebanyak 1 petugas.

Anda mungkin juga menyukai