Anda di halaman 1dari 16

BAB ll

A. Pengertian

Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari seluruh klien
Schizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan Jiwa lain yang juga disertai
dengan gejala halusinasi adalah gangguan maniak depresif dan delerium. (Wahyudi, Oktaviani,
Dianesti dkk. 2018).

Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang


sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksternal
(persepsi palsu). Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap
stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi.
Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesutu yang nyata ada oleh klien. (Wahyudi,
Oktaviani, Dianesti dkk. 2018).

B. Psikodinamika
Penyebab
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk (2018),
faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah
sebagai berikut:
Faktor Predisposisi
a) Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom- kromosom tertentu.
Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu
gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar
identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah
satunya mengalami skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar
15%. Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia
berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya
skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.

b) Faktor neurobiologis

Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang


abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya
dopamin, serotonin, dan glutamat.
1. Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar
serotonin.
2. Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi faktor
predisposisi skizofrenia.
3. Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia
antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu
melindungi, dingin, dan tak berperasaan, sementara ayah yang mengambil
jarak dengan anaknya.

a) Faktor Presipitasi
1. Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3. Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem
syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan.
4. Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di
rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup,
pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan orang lain,
isolasi social, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, kurang
ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan
mendapat pekerjaan.
5. Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus
asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa
punya kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang
lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi,
perilaku agresif, ketidakadekuatan pengobatan, ketidakadekuatan
penanganan gejala.

Resiko perilaku kekerasan


Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Isolasi sosial (menarik diri)

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah


(Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk. 2018)

1. Tanda dan gejala

Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai berikut (Wahyudi,
Oktaviani, Dianesti dkk. 2018):

1. Bicara,senyum dan tertawa sendiri


2. Mengatakan mendengar suara
3. Merusak diri sendiri/orang lain/lingkungan
4. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan yang mistis
5. Tidak dapat memusatkan konsentrasi
6. Pembicaraan kacaw terkadang tidak masuk akal
7. Sikap curiga dan bermusuhan
8. Menarik diri, menghindar dari orang lain.
9. Sulit membuat keputusan
10. Ketakutan
11. Mudah tersinggung
12. Menyalahkan diri sendiri/orang lain
13. Tidak mampu memenuhu kebutuhan sendirin.
14. Muka merah kadang pucat
15. Ekspresi wajah tegang
16. Tekanan darah meningkat
17. Nadi cepat
18. Banyak keringat
2. Rentang Respon

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam
rentang respon neurobiology. Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika
klien sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui
panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), klien
dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra ibualaupun sebenarnya
stimulus itu tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang
karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus
yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang
dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.

Respon adaptif Respon maladaptif

Gambar : Rentang respon halusinasi (Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk. 2018)


Pikiran logis Distorsi pikiran Ilusi Gangguan pikir/delusi
Persepsi akurat
Emosi konsisten Reaksi emosi Halusinasi
dengan berlebihan/kurang
pengalaman Sulit berespon emosi
Perilaku sesuai Perilaku aneh/tidak
Berhubungan biasa Perilaku
sosial disorganisasiIsolasi
Menarik diri sosial

C. Pengkajian

Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa menurut (Wahyudi, Oktaviani,


Dianesti dkk. 2018) berisi tentang hal-hal dibawah ini :
1. Identitas klien

2. Keluhan utama atau alasan masuk

3. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi

a) Hubungan sosial

Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, dan berdiam
diri.

b) Spiritual

Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran pasien.

4. Status mental menurut Hartono (2010) :

a) Pembicaraan klien meliputi nada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis.

b) Penampilan diri meliputi pasien tampak lesu, tak bergairah, rambut acak-acakan.

c) Aktivitas motorik klien meliputi kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif,


kecenderungan mempertahankan pada satu posisi yang dibuatnya.

d) Emosi klien berupa emosi dangkal (mudah tersinggung)

e) Afek pada klien meliputi dangkal, tak ada ekspresi wajah.

f) Interaksi selama wawancara klien meliputi cenderung tidak kooperatif, kontak mata
kurang, tidak mau menatap lawan bicara, diam.

g) Persepsi klien meliputi tidak terdapat halusinasi atau waham

h) Proses berpikir klien meliputi gangguan proses berpikir jarang ditemukan.

i) Kesadaran pada klien dapat berubah, tidak sesuai dengan kenyataan.

j) Memori atau ingatan pada klien tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat,
waktu dan orang.

k) Kemampuan penilaian kien dapat berupa tidak dapat mengambil keputusan, tidak
dapat bertindak dalam suatu keadaan, selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak
jelas atau tidak tepat.

l) Tilik diri tak ada yang khas


1. Kebutuhan sehari-hari

Seperti makan, BAK/BAB, mandi, berpakaian, dan istirahat tidur

Sumber koping dan mekanisme koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor: pada


halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu (Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk.
2018):

a) With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asik dengan pelaman
internalnya

b) Proyeksi : Menggambarkan Dan menjelaskan persepsi yang

membingungkan

c) Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari hari untuk memproses


masalah dan

mengeluarkan sejumlah energi dalam waktu cemas.

Dx. Keperawatan

1.Gangguan persepsi sensori: halusinasi

2.Isolasi sosial

3.Gangguan konsep diri: harga diri rendah

4.Resiko perilaku kekerasan

Perencanaan

Diagnosa 1 : Gangguan persepsi sensori: halusinasi

Tum :Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi.
Tuk 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya

 Intervensi :
 Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
Terapeutik
 Menyapa dengan ramah klien
 Memperkenaslkan diri dengan sopan
 Bertanya nama lengkap klien
 Buat kontrak yang jelas
 Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
 Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya
 Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
 Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien Tuk 2 : Klien dapat
mengenal halusinasinya
 Intervensi :
 Adakakan kontak sering dan singkat secara bertahap
 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya (* dengar /lihat
 /penghidu /raba /kecap), jika menemukan klien yang sedang halusinasi:
 Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu ( halusinasi dengar/ lihat/ penghidu /raba/
kecap )
 Jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminya
 Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri
tidak mengalaminya ( dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi)
 Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama.
 Katakan bahwa perawat akan membantu klien
 Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan klien :
 Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi ( pagi, siang, sore, malam atau sering
dan kadang – kadang )
 Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi
 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri
kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
 Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut.
 Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati halusinasinya
Tuk 3 : Klien dapat mengontrol halusinasi Intervensi :
 Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri dll)
 Diskusikan cara yang digunakan klien,
 Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian.
 Jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan kerugian cara tersebut
 Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol timbulnya halusinasi :
 Katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata ( “saya tidak mau dengar/
lihat/ penghidu/ raba /kecap pada saat halusinasi terjadi)
 Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga)
untuk menceritakan tentang halusinasinya.
 Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari hari yang telah di susun.
 Meminta keluarga/teman/ perawat menyapa jika sedang berhalusinasi.
 Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk
mencobanya.
 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih.
 Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih , jika berhasil beri pujian
 Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi
 Tuk 4 : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi
Intervensi :
 Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan ( waktu, tempat dan topik )
 Diskusikan dengan keluarga ( pada saat pertemuan keluarga/ kunjungan
rumah)
 Pengertian halusinasi
 Tanda dan gejala halusinasi
 Proses terjadinya halusinasi

 Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
 Obat- obatan halusinasi
 Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah ( beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama, memantau
obat – obatan dan cara pemberiannya untuk mengatasi halusinasi )
 Beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak tidak dapat diatasi di rumah
Tuk 6 : Klien dapat memanfaatkan obat
Dengan baik
Intervensi :
 Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat,
nama , warna, dosis, cara , efek terapi dan efek samping penggunan obat
 Pantau klien saat penggunaan obat
 Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
 Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal
– hal yang tidak di inginkan .

Diagnosa 2 : Isolasi sosial


Tum : klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Tuk 1 :klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
 Beri salam terapeutik
 Perkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat
berkenalan
 Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
 Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap berinteraksi

 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien

 Buat kontak interaksi yang jelas

Tuk 2 : klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


Intervensi :
 Mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri
 Memberi kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan yang menyebabkan klien tidak mau bergaul.
 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
Tuk 3 : klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang
lain dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
Intervensi :
 Mengkaji pengetahuan klien tentang keuntungan memiliki teman
 Memberi kesempatan klien untuk berinteraksi dengan orang lain

 Mendiskusikan dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan


orang lain
 Memberi pujian terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain tentan kerugian
apabila tidak
 Mengkaji pengetahuan klien berinteraksi dengan orang lain

Tuk 4 : Klien Dapat Melaksanakan Interaksi Sosial secara bertahap.


Intervensi :
 Mengkaji kemapuan klien membina hubungan dengan orang lain
 Memperagakan cara berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain
 Mendorong klien untuk berinteraksi dengan orang lain
 Memberi pujian klien terhadap keberhasilan yang telah dicapai
 Membantu klien mengevaluasi keuntungan menjalin hubungan sosial
 Mendiskusikan jadwal harian dapat dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu, yaitu berinteraksi dengan orang lain
Tuk 5 :Klien Dapat Mengungkapkan Perasaannya setelah berinteraksi
dengan orang lain.
Intervensi :
 Mendorong klien mengungkapkan perasaannya bila berinteraksi
dengan orang lain
 Mendiskusikan bersama klien tentang perasaannya setelah
berinteraksi dengan orang lain
 Memberi pujian atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
keuntungan berinteraksi dengan orang lain
Tuk 6 : Klien dapat menggunakan system pendukung atau keluarga.
Intervensi :
 Membina hubungan saling percaya kepada keluarga
 Mendiskusikan tentang :
a. Perilaku menarik diri
b. Penebab perilaku menarik diri
c. Akibat yang terjadi apabila perilaku menarik diri tidak
ditanggapi
d. Cara keluarga menghadapi perilaku menarik diri
e. Mendorong anggota keluarga untuk memberi dukungan
kepada klien dalam berkomunikasi dengan orang lain

Tuk 7 : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

Intervensi :
 Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum
obat, nama , warna, dosis, cara , efek terapi dan efek samping
penggunan obat

 Pantau klien saat penggunaan obat

 Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar

 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan


dokter

Diagnosa 3 : Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah


Tum :Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal dan
mampu meningkatkan harga dirinya.
Tuk 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
 Bersalaman panggil nama
 Menyebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
 Menjelaskan maksud hubungan interaksi
 Menjelaskan kontrak yang akan dibahas
 Melakukan kontak singkat tapi sering
Tuk 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Intervensi :
 Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
 Setiap bertemu hindarkan diri memberi penilaian negatif
 Mengutamakan memberi pujian positif

Tuk 3 :Kklien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.


Intervensi :
 Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dimiliki dapat
digunakan sebelum sakit
 Mendiskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya
Tuk 4 :Klien dapat menetapkan, merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Intervensi :
 Merencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai dengan kemampuan
 Mengingatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
 Memberi contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan

Tuk 5 :Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi klien dan


kemampuannya.
Intervensi :
 Merencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai dengan kemampuan
 Memberi kesempatan pada klien untuk melakukan kegiatan yang
direncanakan.
 Memberi pujian atas keberhasilan klien

Tuk 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.


Intervensi :
 Mendiskusikan mengenai tanda-tanda harga diri rendah
 Menganjurkan keluarga klien mengenal tanda-tanda dan cara
menghargai klien
 Keluarga tidak membedakan dengan anggota keluarga yang lain
Diagnosa 4 : Gangguan konsep diri: Resiko perilaku kekerasan
Tum :Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.
Tuk 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
 Beri salam setiap berinteraksi.
 Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berinteraksi
 Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
 Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali
berinteraksi
 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
 Buat kontrak interaksi yang jelas
 Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien
Tuk 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukannya
Intervensi :
 Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkelnya
 Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan
perasaan klien
Tuk 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
Intervensi :
 Motivasi klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat
perilaku kekerasan terjadi
 Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya (tanda-tanda emosional)
saat terjadi perilaku kekerasan
 Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain
(tanda-tanda sosial) saat terjadi perilaku kekerasan
Tuk 4 : Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
Intervensi :
 Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama
ini pernah dilakukannya.
 Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan
tersebut terjadi
 Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang dilakukannya
masalah yang dialami teratasi
Tuk 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Intervensi :
 Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan
pada:
 Diri sendiri
 Orang lain/keluarga
 Lingkungan
Tuk 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan
kemarahan
Intervensi :
 Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapkan marah yang
sehat
 Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selain
perilaku kekerasan yang diketahui klien.
 Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah:
 Cara fisik: nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga.
 Verbal: mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada orang lain.
 Sosial: latihan asertif dengan orang lain.
 Spiritual: sembahyang/doa, zikir, meditasi, dsb sesuai keyakinan
agamanya masing-masing
Tuk 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
Intervensi :
 Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien memilih cara
yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahan.
 Latih klien memperagakan cara yang dipilih:
 Peragakan cara melaksanakan cara yang dipilih.
 Jelaskan manfaat cara tersebut
 Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan.
 Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna
 Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat
marah/jengkel
Tuk 8 : Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol
perilaku kekerasan

Intervensi :
 Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung
klien untuk perilaku kekerasan.

 Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi


perilaku kekerasan
 Jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan cara merawat klien
perilaku kekerasan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga.
 Peragakan cara merawat klien (menangani perilaku kekerasan)
 Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang
 Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan
 Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan.

Tuk 9 : Klien menggunakan obat sesuai program yang telah

ditetapkan Intervensi :

 Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian


jika tidak menggunakan obat
 Jelaskan kepada klien:
 Jenis obat (nama, warna dan bentuk obat)
 Dosis yang tepat untuk klien
 Waktu pemakaian
 Cara pemakaian
 Efek yang akan dirasakan klien
 Anjurkan klien:
 Minta dan menggunakan obat tepat waktu
 Lapor ke perawat/dokter jika mengalami efek yang tidak biasa
 Beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2011. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S-1
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Wahyudi, A, I., Oktaviani, C., Dianesti, E, N., dkk..2018. Strategi Pelaksanaan dengan Halusinasi.

E-Journal Universitas Rustida Banyuwangi

Anda mungkin juga menyukai