A. Pengertian
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari seluruh klien
Schizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan Jiwa lain yang juga disertai
dengan gejala halusinasi adalah gangguan maniak depresif dan delerium. (Wahyudi, Oktaviani,
Dianesti dkk. 2018).
B. Psikodinamika
Penyebab
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk (2018),
faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah
sebagai berikut:
Faktor Predisposisi
a) Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom- kromosom tertentu.
Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu
gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar
identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah
satunya mengalami skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar
15%. Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia
berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya
skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b) Faktor neurobiologis
a) Faktor Presipitasi
1. Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3. Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem
syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan.
4. Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di
rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup,
pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan orang lain,
isolasi social, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, kurang
ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan
mendapat pekerjaan.
5. Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus
asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa
punya kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang
lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi,
perilaku agresif, ketidakadekuatan pengobatan, ketidakadekuatan
penanganan gejala.
Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai berikut (Wahyudi,
Oktaviani, Dianesti dkk. 2018):
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam
rentang respon neurobiology. Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika
klien sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui
panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), klien
dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra ibualaupun sebenarnya
stimulus itu tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang
karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus
yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang
dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.
C. Pengkajian
3. Faktor predisposisi
a) Hubungan sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, dan berdiam
diri.
b) Spiritual
a) Pembicaraan klien meliputi nada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis.
b) Penampilan diri meliputi pasien tampak lesu, tak bergairah, rambut acak-acakan.
f) Interaksi selama wawancara klien meliputi cenderung tidak kooperatif, kontak mata
kurang, tidak mau menatap lawan bicara, diam.
j) Memori atau ingatan pada klien tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat,
waktu dan orang.
k) Kemampuan penilaian kien dapat berupa tidak dapat mengambil keputusan, tidak
dapat bertindak dalam suatu keadaan, selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak
jelas atau tidak tepat.
a) With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asik dengan pelaman
internalnya
membingungkan
Dx. Keperawatan
2.Isolasi sosial
Perencanaan
Tum :Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi.
Tuk 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
Terapeutik
Menyapa dengan ramah klien
Memperkenaslkan diri dengan sopan
Bertanya nama lengkap klien
Buat kontrak yang jelas
Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya
Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien Tuk 2 : Klien dapat
mengenal halusinasinya
Intervensi :
Adakakan kontak sering dan singkat secara bertahap
Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya (* dengar /lihat
/penghidu /raba /kecap), jika menemukan klien yang sedang halusinasi:
Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu ( halusinasi dengar/ lihat/ penghidu /raba/
kecap )
Jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminya
Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri
tidak mengalaminya ( dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi)
Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama.
Katakan bahwa perawat akan membantu klien
Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan klien :
Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi ( pagi, siang, sore, malam atau sering
dan kadang – kadang )
Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi
Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri
kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut.
Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati halusinasinya
Tuk 3 : Klien dapat mengontrol halusinasi Intervensi :
Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri dll)
Diskusikan cara yang digunakan klien,
Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian.
Jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan kerugian cara tersebut
Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol timbulnya halusinasi :
Katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata ( “saya tidak mau dengar/
lihat/ penghidu/ raba /kecap pada saat halusinasi terjadi)
Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga)
untuk menceritakan tentang halusinasinya.
Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari hari yang telah di susun.
Meminta keluarga/teman/ perawat menyapa jika sedang berhalusinasi.
Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk
mencobanya.
Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih.
Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih , jika berhasil beri pujian
Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi
Tuk 4 : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi
Intervensi :
Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan ( waktu, tempat dan topik )
Diskusikan dengan keluarga ( pada saat pertemuan keluarga/ kunjungan
rumah)
Pengertian halusinasi
Tanda dan gejala halusinasi
Proses terjadinya halusinasi
Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
Obat- obatan halusinasi
Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah ( beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama, memantau
obat – obatan dan cara pemberiannya untuk mengatasi halusinasi )
Beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak tidak dapat diatasi di rumah
Tuk 6 : Klien dapat memanfaatkan obat
Dengan baik
Intervensi :
Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat,
nama , warna, dosis, cara , efek terapi dan efek samping penggunan obat
Pantau klien saat penggunaan obat
Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal
– hal yang tidak di inginkan .
Intervensi :
Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum
obat, nama , warna, dosis, cara , efek terapi dan efek samping
penggunan obat
Intervensi :
Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung
klien untuk perilaku kekerasan.
ditetapkan Intervensi :
Fitria, Nita. 2011. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S-1
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Wahyudi, A, I., Oktaviani, C., Dianesti, E, N., dkk..2018. Strategi Pelaksanaan dengan Halusinasi.