Anda di halaman 1dari 61

Visi

Pada tahun 2025 Menghasilkan Ahli Madya Keperawatan yang Unggul


dalam Penguasaan Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kesehatan
Neurosains melalui Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan

PENERAPAN PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN


NASAL KANUL PADA PASIEN POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

RISKA FITRIANI
NIM : P3.73.20.1.16.190

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
BEKASI, 2019
PENERAPAN PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN
NASAL KANUL PADA PASIEN POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun dalam rangka Tugas Akhir pada Program Studi DIII Keperawatan
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta III
Tahun Akademik 2018/2019

Oleh :

RISKA FITRIANI
NIM : P3.73.20.1.16.190

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
BEKASI, 2019
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul Penerapan Prosedur Nasal Kanul Pada Pasien Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
program DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta III.
Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengalami banyak
hambatan dan kesulitan. Namun, berkat arahan, bimbingan, serta dukungan dari
berbagai pihak, akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Yupi Suprtini,S.Kp.,M.Kes selaku Driektur Poltekkes Kemenkes Jakarta III
2. Ns. Ulty Desmarnita, S.Kp.,M.Kes.,Sp.Mat. selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
3. Santun Setiawati, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
4. Dra. Nelly Yardes, S.Kp.,M.kep selaku pembimbing utama penulis yang
memberikan banyaka rahan, masukan, bimbingan, serta dukungan kepada
penulis dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Dr. Santa Manurung, M.Kep selaku pembimbing pendamping dan pembimbing
akademik penulis yang telah membimbing selama menempuh perkuliahan di
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
6. Suhana Haeriyanto, SKM., M.Kes selaku ketua penguji sidang KTI.
7. Mamah Sumartini, S.Pd., M.Kes selaku penguji anggota siding KTI.
8. Seluruh dosen Poltekkes Kemenkes Jakarta III yang telah banyak memberikan
ilmu yang bermanfaat dan mengantarkan penulis hingga ke tahap akhir.
9. Keluarga tercinta, mama Lies Ambarwati, papa Budi Warsa, dan adik tercinta
Fauzi Rahman yang senantiasa selalu mendoakan dan selalu menjadi support
system dirumah sehingga penulis bisa mencapai pada tahap ini .
10. Afifah Nabilah Zahirah, Aquila Dinda Lyra, Intan Meila Patwa, Ismah Mufidah,
dan Putri Handayani sebagai sahabat dari SMA yang selalu mendukung dan
memberikan semangat ketika penulis membutuhkannya.

v
Prodi D III Keperawatan
11. Ninis, Zsanne, Eliza, Desy, Alma, Ghefira, Afwika, Diyah, Putri, Rena sebagai
teman kosan dan teman di kampus yang yang telah membuat penulis berkesan
selama 3 tahun kuliah di Poltekkes Kemenkes Jakarta III dan juga Ika Apriliya
Royani sebagai teman yang selalu memberikan semangat dikala senang dan
sedih.
12. dr. Andre Dwijaya Saputra yang telah memberikan semangat dan banyak
pembelajaran kepada penulis dalam penulisan karya tulis ini.
13. Teman-teman dari kelas 3 Reguler D yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
karena sudah membuat 3 tahun di kampus menjadi lebih berwarna dan banyak
kenangan yang tersimpan.
14. Puji Aditama, Mia Amila Yuzakky, Kartika Ayu Mutmainah, dan Putri Eka
Apriliani teman sekelompok departemen KMB yang saling support dan saling
membantu satu sama lain.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Karya Tulis Ilmiah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Bekasi, April 2019

Penulis

vi
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN SAMPUL DALAM .................................................................. i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ........................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
ABSTRAK ..................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 2
C. Tujuan Studi Kasus ........................................................... 2
D. Manfaat Studi Kasus ......................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 4


A. Terapi Oksigenasi Dengan Nasal Kanul ........................... 4
1. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi .............................. 4
2. Proses Oksigenasi ....................................................... 4
3. Macam-macam Pemberian Oksigen ........................... 5
4. Pengertian Nasal Kanul ............................................... 6
5. Tujuan Pemberian Oksigenasi Nasal Kanul ................ 7
6. Manfaat Pemberian Oksigenasi Nasal Kanul ............... 7
7. Indikasi ........................................................................ 7
8. Kontaindikasi .............................................................. 7
9. Kriteria Evaluasi .......................................................... 7
10. Alat Dan Bahan Oksigenasi Nasal Kanul ................... 7
11. Prosedur Pelaksanaan Oksigenasi Nasal Kanul .......... 8
B. Patofisiologi Gangguan Kebutuhan Oksigenasi ................ 9
C. Penelitian Terkait Pemberian Oksigen Nasal Kanul Dalam
mengatasi gangguan oksigenasi ........................................ 11

vii
BAB III METODE STUDI KASUS ................................................... 12
A. Desain Studi Kasus ........................................................... 12
B. Subjek Studi Kasus ........................................................... 12
1. Kriteria Inklusi ............................................................ 12
2. Kriteria Eksklusi .......................................................... 12
C. Fokus Studi Kasus ............................................................. 12
D. Definisi Operasional .......................................................... 13
E. Instrumen Studi Kasus ...................................................... 13
F. Metode Pengumpulan Data ............................................... 13
G. Tempat Dan Waktu Studi Kasus ....................................... 14
H. Analisis Data Dan Penyajian Data .................................... 14
I. Etika Studi Kasus .............................................................. 14

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN .................. 16


A. Laporan Kasus ................................................................... 16
B. Hasil studi kasus ................................................................ 26
C. Pembahasan ....................................................................... 27
D. Keterbatasan Studi Kasus .................................................. 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 30


A. Kesimpulan ....................................................................... 30
B. Saran .................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Pasin

Lampiran 2 : Inform Concent

Lampiran 3 : Pedoman Wawancara Pasien 1

Lampiran 4 : Pedoman Wawancara Pasien 2

Lampiran 5 : Lembar Observasi Pasien 1

Lampiran 6 : Lembar Observasi Pasien 2

Lampiran 7 : Lembar Prosedur Oksigenasi Dengan Nasal Kanul

Lampiran 8 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 9 : Lembar Konsultasi Dosen Pembimbing Utama

Lampiran 10 : Lembar Konsultasi Dosen Pembimbing Pendamping

ix
ABSTRAK
Salah satu kebutuhan fisiologis yang sangat mendasar ialah kebutuhan
oksigenasi. Jika kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, maka akan terjadi gangguan
pertukaran gas, sehingga ketidakseimbangan antara oksigen yang dihirup dengan
karbondioksida yang dikeluarkan. Salah satu tindakan untuk mengatasi kebutuhan
oksigenasi adalah pemberian nasal kanul, yaitu alat sederhana untuk menghantarkan
oksigen dengan sistem aliran rendah. Tujuan studi kasus ini untuk menggambarkan
pemberian terapi oksigenasi melalui nasal kanul dalam menurunkan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Pada studi kasus ini menggunakan penelitian
kualitatif dengan desain studi kasus bersifat deskriptif. Penulis mengambil 2 pasien
sebagai subjek studi kasus sesuai kriteria di lantai 8 RSUD Koja. Hasil menunjukkan
bahwa pemberian nasal kanul dapat memenuhi pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada
kedua pasien. Didukung dengan adanya penelitian mengenai hubungan antara ketepatan
pemasangan alat oksigenasi menggunakan nasal kanul terhadap perubahan saturasi
oksigen pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Pemberian
oksigen melalui nasal kanul juga terlihat dapat mengurangi sesak napas pada kedua
pasien. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu pemberian oksigen nasal kanul pada
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi sangat berpengaruh terhadap pasien yang
mengalami gangguan pola napas.

Kata Kunci : Gangguan Kebutuhan Oksigenasi, Gaangguan Pola Napas, Nasal Kanul.

ABSTRACT
The need for oxygenation is one of the basic physiological needs. If the oxygen
demand is not met, there will be a disruption of gas exchange. As the result in an
imbalance between oxygen inhaled and carbon dioxide are released. Cannula nasal
administration, which is a simple tool to deliver oxygen with a low flow system is one of
the actions to overcome the need for oxygenation. The purpose of this study is describing
the administration of oxygenisation therapy through the nasal cannula in reducing the
impairment of fulfilling the need for oxygenisation. This case of the study is using
qualitative research with a descriptive case study design. The author took 2 patients as
the case of study subjects according to the criteria of the 8th floor of Koja Hospital. The
results show that cannula nasal administration could meet the fulfillment of the need for
oxygenation for both patients. Supported by the existence of research on the relationship
between the accuracy of the installation of an oxygenisation is using cannula nasal to
changes in oxygen saturation in patients with disorders of meeting the needs of
oxygenation. Giving oxygen through the nasal cannula is also seen to reduce shortness
of breath for both patients. Is the conclusion of this case is cannula oxygen
administration in disorders of fulfilling the need for oxygenisation is very influential on
patients who experience impaired breathing patterns.

Keywords: Disorders of Oxygenization Needs, Breath Disorders, canulla nasal

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut teori Maslow kebutuhan fisiologis manusia yang harus dipenuhi
meliputi oksigen, air, makanan, eliminasi, istirahat dan tidur, penanganan nyeri,
pengaturan suhu tubuh, seksual, dan lain-lain (Goble, 2002). Salah satu
kebutuhan fisiologis yang sangat mendasar ialah kebutuhan oksigenasi, dimana
kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel
tubuh, untuk mempertahankan hidupnya dan untuk aktivitas berbagai organ
atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan
berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien
akan meninggal. Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh
secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara
fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian.
Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama
dan sangat vital bagi tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari
kondisi sistem pernapasan secara fungsional (Kusnanto, 2016).
Menurut data WHO, lebih dari 3 juta jiwa per tahunnya, orang-orang di
dunia mengalami penyakit paru dan diperkirakan 6% dari semua kematian di
seluruh dunia disebabkan karena mengalami penyakit pernapasan (WHO, 2019).
Bentuk gangguan yang dapat terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi yaitu seperti TBC, asma, pneumonia, edema paru, PPOK,
ISPA, bronchitis, influenza, dan kanker paru-paru (Adrian, 2018). Untuk
mengatasi gangguan tersebut, salah satunya dengan pemberian terapi oksigen.
Pemberian oksigen untuk mengurangi atau mengatasi masalah gangguan
pernapasan misalnya melalui nasal kanul, simple mask, rebreathing mask dan
non rebreathing mask, pemberian inhalasi, pemberian terapi komplementer, dan
masih banyak lagi. Salah satu tindakan untuk mengatasi kebutuhan oksigenasi
adalah dengan pemberian nasal kanul, yaitu pemberian O2 dengan sistem aliran
rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu
bernafas dengan pola pernafasan normal, dengan cara memasukkan selang yang

1
2

terbuat dari plastik ke dalam hidung hanya berkisar 0,6–1,3 cm dan


mengaitkannya di belakang telinga (Kusnanto,2016).
Hal ini juga didukung hasil penelitian oleh Takatelide, Kumaat, dan
Malara tahun 2017 mengungapkan bahwa Setelah pemberian oksigenasi nasal
kanul selama 30 menit berada dalam kondisi normal dengan saturasi oksigen
95% - 100%. Semakin lama pemberian oksigenasi nasal kanul semakin
meningkatkan saturasi oksigen. Hasil penelitian Purnajaya, Maryana, Erwanto
tahun 2014 juga mengungkapkan bahwa perubahan saturasi oksigen pada pasien
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi menggunakan kanul nasal
dengan kecepatan aliran 3L dan 4L/menit rata-rata sebesar 2,19%.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan studi
kasus tentang “Penerapan Prosedur Nasal Kanul Pada Pasien Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pemberian O2 melalui nasal kanul untuk mengatasi
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi?

C. Tujuan Studi Kasus


Menggambarkan pemberian terapi oksigenasi melalui nasal kanul untuk
menurunkan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

D. Manfaat Penulisan
1. Masyarakat
Masyarakat yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan
kebutuhan oksigenasi dapat berpartisipasi dalam pemberian terapi
oksigenasi melalui nasal kanul di rumah maupun rumah sakit.
2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan
Menambah keluasan ilmu dalam pemberian terapi oksigen dengan nasal
kanul.
3

3. Penulis
Penulis dapat memahami serta menambah wawasan dan pengalaman
mengenai pemberian oksigen dengan nasal kanul dan dapat menerapkan
prosedur ini untuk masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Terapi Oksigenasi Dengan Nasal Kanul


1. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi
Gangguan pertukaran gas merupakan suatu keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan antara oksigen yang dihirup dengan karbondioksida
yang dikeluarkan pada pertukaran gas antara alveoli dan kapiler.
Penyebabnya bisa karena perubahan membran alveoli, kondisi anemia,
proses penyakit, dan lain-lain (Asmadi, 2008).
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat
mendasar dan mendesak. Tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh
akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak
merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak
masih mampu menoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila
kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, dapat terjadi kerusakan
sel otak secara permanen (Kozier dan Erb. 1998. Dalam Asmadi 2008).
Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh
peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degeneratif dan lain-lain. Gangguan
tersebut akan menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi
secara adekuat (Kusnanto, 2016).
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan oksigen di atomsfer (lingkungan). Di atas
permukaan laut, konsentrasi oksigen dalam udara ruangan adalah 21%
(Muttaqin,2008).

2. Proses oksigenasi
Menurut Tarwanto dan Wartonah (2006), pemenuhan kebutuhan
oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas 3 tahapan, yaitu:
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain adanya perbedaan tekanan antara atmosfer

4
5

paru, adanya kemampuan thoraks dan paru pada alveoli dalam


melaksanakan ekspansi, adanya jalan napas yang dimulai dari hidung
hingga alveoli yang kerjanya dipengaruhi oleh sistem saraf otonom, dan
adanya reflex batuk dan muntah.
b. Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru
dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran
respirasi dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan, perbedaan tekanan dan konsentrasi O2, dan kemampuan
untuk menembus dan saling mengikat Hb.
c. Transportasi Gas
Yaitu proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan
CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya cardiac output dan kondisi pembuluh
darah, latihan, dan lain-lain.

3. Macam-macam Pemberian Oksigen


Ada bebeberapa jenis dalam pemberian oksigen, sebagai berikut :
a. Nasal Kanul / Kateter Nasal / Nasal Prong
Merupakan suatu alat sederhana yang memberikan oksigen secara
kontinyu dengan aliran 1-6 liter/menit dengan konsentrasi 24%-44%.
Indikasi : Pada pasien yang dapat bernafas dengan spontan tetapi masih
membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk memenuhi kebutuhan
kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak). Pada pasien
dengan gangguan oksigenasi seperti klien dengan asma, PPOK, atau
penyakit paru yang lain. Dan pada pasien yang membutuhkan terapi
oksigen jangka panjang (Potter & Perry, 2010). Kontra Indikasi : Pada
pasien dengan obstruksi nasal, apneu. Fraktur dasar tengkorak kepala,
dan trauma maksilofasial (Potter & Perry, 2010).
b. Simple Mask (Sungkup Muka Sederhana)
Merupakan alat pemberian oksigen jangka pendek, kontinyu atau
selang-seling. Aliran 5-8 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40%-
6

60%. Indikasi : Pada pasien dengan kondisi seperti nyeri dada (baik
karena serangan jantung atau penyebab lain) dan pasien dengan sakit
kepala. Kontra Indikasi : Pada pasien dengan retensi karbondioksida
karena akan memperburuk retensi (Suciati, N. L., 2010).
c. Rebrathing Mask (Sungkup Muka Dengan Kantong Rebreathing)
Merupakan teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu
35%-60% dengan aliran 6-15 liter/menit, serta dapat meningkatkan
nilai PaCO2. Indikasi : Pasien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah.
Kontra Indikasi : Pada pasien dengan retensi CO2 karena akan
memperburuk retensi (Asmadi, 2010).
d. Non Rebrathing Mask (Sungkup Muka Dengan Kantong Non-
Rebreathing)
Merupakan teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen yang
tinggi mencapai 90% dengan aliran 6-15 liter/menit. Prinsipnya pada
penggunaan masker Non-Rebreathing ini adalah udara tidak bercampur
dengan udara eskpirasi. Indikasi : Pasien dengan kadar tekanan CO2
yang tinggi, pasien COPD, pasien dengan status pernafasan yang tidak
stabil dan pasien yang memerlukan intubasi. Kontra Indikasi : Pada
pasien dengan retensi CO2 karena akan memperburuk retensi (Suciati,
N. L., 2010).

4. Pengertian Nasal Kanul


Menurut Suparmi dalam Liberty (2018), nasal kanul adalah alat
sederhana yang sering digunakan untuk menghantarkan oksigen. Pemberian
O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi
masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien
dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16– 20 kali
permenit dengan kecepatan aliran 1–6 liter/menit serta konsentrasi 22–44%,
dengan cara memasukkan selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung
hanya berkisar 0,6–1,3 cm dan mengaitkannya di belakang telinga
(Kusnanto,2016).
7

5. Tujuan Pemberian Oksigenasi Dengan Nasal Kanul


Tujuan pemberian oksigen adalah untuk mempertahankan dan
memenuhi kebutuhan oksigen (Rahayu & Harnanto, 2016)

6. Manfaat Pemberian Oksigenasi Nasal Kanul


Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,
mudah memasukkan kanul dibanding kateter, klien bebas makan, bergerak,
berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.

7. Indikasi
Menurut Standar Keperawatan ICU Depkes RI (2005) dan Andarmoyo
(2012), indikasi terapi oksigen adalah :
a. Pasien hipoksia.
b. Oksigenasi kurang sedangkan paru normal.
c. Oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal.
d. Oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal.
e. Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi tinggi.
f. Pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah.

8. Kontraindikasi
Kontraindikasi utama terapi oksigen dengan nasal kanul adalah jalan
napas yang tersumbat, baik akibat trauma hidung, penggunaan tampon
hidung, atau akibat infeksi/inflamasi.

9. Kriteria Evaluasi
Pemberian oksigen dengan nasal kanul dikatakan berhasil apabila klien
sudah dapat bernapas secara normal tanpa bantuan alat. Respiratory rate
dalam batas normal yaitu 16-20x/menit. Serta SaO2 95-100%

10. Alat Dan Bahan Pemberian Oksigen Nasal Kanul


a. Tabung oksigen (O2) lengkap dengan manometer.
b. Pengukur aliran flow meter dan humidifier.
c. Kanul nasal.
8

d. Selang oksigen.
e. Plester / pita.

11. Prosedur Pelaksanaan Pemberian Oksigen Nasal Kanul


Langkah-langkah :
a. Tahap pra interaksi :
1) Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien.
2) Cuci tangan.
3) Siapkan alat.
b. Tahap orientasi :
1) Beri salam, panggil klien dengan namanya.
2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
3) Beri kesempatan pada klien untuk bertanya.
c. Tahap kerja :
1) Bantu klien pada posisi semi fowler jika memungkinkan, untuk
memberikan kemudahan ekspansi dada dan pernafasan lebih mudah.
2) Pasang peralatan oksigen dan humidifier.
3) Nyalakan oksigen dengan aliran sesuai advis.
4) Periksa aliran oksigen pada selang.
5) Sambung nasal kanul dengan selang oksigen.
6) Pasang nasal kanul pada hidung.
7) Letakkan ujung kanul ke dalam lubang hidung dan selang serta
kaitkan dibelakang telinga atau mengelilingi kepala. Yakinkan kanul
masuk lubang hidung dan tidak ke jaringan hidung.
8) Plester kanul pada sisi wajah, selipkan kasa di bawah selang pada
tulang pipi untuk mencegah iritasi.
9) Kaji respon klien terhadap oksigen dalam 15-30 menit, seperti warna,
pernafasan, gerakan dada, ketidaknyamanan dan sebagainya.
10) Periksa aliran dan air dalam humidifier dalam 30 menit.
11) Kaji klien secara berkala untuk mengetahui tanda klinik hypoxia,
takhikardi, cemas, gelisah, dyspnoe dan sianosis.
12) Kaji iritasi hidung klien. Beri air / cairan pelumas sesuai kebutuhan
untuk melemaskan mukosa membran.
9

13) Catat permulaan terapi dan pengkajian data.


d. Tahap terminasi :
1) Evaluasi hasil / respon klien.
2) Dokumentasikan hasilnya.
3) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
4) Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat.
5) Cuci tangan.

B. Patofisiologi Gangguan Kebutuhan Oksigenasi


Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar
dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen
tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspons jalan
nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi
pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002). Patofisiologi oksigenasi dapat
dijelaskan pada bagan berikut:
10

Obstruksi dispneu yang disebabkan oleh berbagai etiologi

Fungsi pernafasan terganggu

Ventilasi
Obstruksi jalan Perubahan volume
pernapasan
napas/pengeluaran sekuncup, pre load
mucus yang banyak dan after load serta
kontraktilitas
Hipoventilasi/
hiperventilasi
Bersihan jalan napas
tidak efektif Terganggu difusi
pertukaran O2 dan
Takipneu/ CO2 di alveolus
bradipneu

Gangguan pertukaran
Pola Napas gas
Tidak Efektif

Pathway kebutuhan oksigenasi:


(NANDA, 2012).
11

C. Keterkaitan Pemberian Oksigen Dengan Nasal Kanul Dalam Mengatasi


Gangguan Oksigenasi
Takatelide, Kumaat, dan Malara tahun 2017 sudah melakukan penelitian,
dengan hasil bahwa sebagian besar responden datang ke rumah sakit dengan
keadaan hipoksia ringan–sedang dengan SaO2 90% - < 95%. Setelah pemberian
oksigenasi nasal kanul selama 30 menit berada dalam kondisi normal dengan
saturasi oksigen 95% - 100%. Semakin lama pemberian oksigenasi nasal kanul
semakin meningkatkan saturasi oksigen.
Purnajaya, Maryana, Erwanto tahun 2014 melakukan penelitian, dengan
hasil perubahan saturasi oksigen pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi menggunakan kanul nasal dengan kecepatan aliran 3L dan
4L/menit rata-rata sebesar 2,19%. Terdapat hubungan antara ketepatan
pemasangan alat oksigenasi menggunakan kanula nasal terhadap perubahan
saturasi oksigen pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi di ruang IGD dan ICU RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta. Penelitian menunjukkan perubahan saturasi oksigen (SpO2) pada
pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi di ruang IGD dan
ICU RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta rata-rata terjadi
perubahan yaitu sebesar 2,19%. Berdasarkan klasifikasi kenaikan saturasi
oksigen diatas juga terlihat bahwa perubahan saturasi paling banyak naik sebesar
2,0 dengan frekuensi 44 sedangkan kenaikan saturasi paling rendah sebesar -1,0
dengan frekuensi 1.
BAB III
METODOLOGI

A. Desain Studi Kasus


Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan studi kasus
metode kualitatif deskriptif dalam bentuk observasi partisipatif, dimana penulis
melakukan observasi serta melakukan tindakan pemasangan oksigen melalui
nasal kanul. Dan peneliti juga akan mengevaluasi hasil dari observasi dan
tindakan kedalam bentuk narasi deskriptif.

B. Subjek Studi Kasus


Subjek dalam penelitian ini adalah pasien yang memiliki gangguan
kebutuhan oksigenasi yang dapat mengikuti prosedur menggunakan nasal kanul.
Berikut kriteria subjek studi kasus :
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien yang kooperatif.
b. Usia >18 tahun.
c. Kesadaran komposmentis.
d. Pasien yang memiliki gangguan kebutuhan oksigenasi dengan nasal
kanul.
e. Terpasang oksigen nasal kanul.
f. Pasien yang mau menjadi subjek studi kasus.
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien yang tidak mau menjadi subjek studi kasus.
b. Pasien yang ingin pulang.
c. Tidak sadarkan diri.
d. Usia < 18 tahun.
e. Tidak menggunakan oksigen.

C. Fokus Studi
Studi kasus yang dilakukan ialah Penerapan Prosedur Pemberian
Oksigenasi Melalui Nasal Kanul Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi di Lt 8 Ruang Paru RSUD Koja.

12
13

D. Definisi Operasional
1. Prosedur nasal kanul adalah pemberian oksigen yang akan ditempatkan di
hidung dengan tekanan 1-6 L/menit dan diberikan kepada pasien yang
mengalami gangguan kebutuhan oksigenasi dengan cara disangkutkan di
belakang telinga sehingga tidak mengganggu kebutuhan aktivitas klien.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan antara oksigen yang dihirup dengan karbondioksida
yang dikeluarkan pada pertukaran gas antara alveoli dan kapiler.

E. Instrumen Studi Kasus


Pada studi kasus ini, penulis menggunakan beberapa instrumen untuk
memudahkan peneliti dalam mengambil data yang dibutuhkan. Instrumen yang
dipakai adalah lembar checklist yang merupakan turunan dari variabel yang ada,
seperti standar operasional prosedur (SOP) pemberian oksigen nasal kanul.
Selain itu penulis melakukan wawancara menggunakan pedoman wawancara
serta lembar observasi.

F. Metode Pengumpulan Data


Sebelum penulis melakukan penelitian studi kasus, penulis akan
meminta izin terlebih dahulu kepada responden yang akan menjadi subjek studi
kasus. penulis akan menjelaskan tindakan apa yang akan dilakukan terhadap
pasien serta akan menjelaskan manfaat dari tindakan. Penulis juga akan
memberikan informed concent yang akan ditanda tangani oleh responden sendiri
tanpa paksaan dan sebagai bukti bahawa responden ingin menjadi subjek pada
studi kasus ini.
Selanjutnya, penulis akan melakukan pengkajian dimana penulis akan
menanyakan mengenai masalah yang ada pada pasien serta mencatat semua
yang pasien keluhkan, sehingga penulis bisa melakukan intervensi yaitu
penerapan prosedur pemberian nasal kanul pada pasien dengan gangguan
oksigenasi.
Dalam pengambilan data, penulis menggunakan metode wawancara dan
observasi. Dimana ketika melakukan wawancara penulis akan menanyakan dari
awal pasien masuk ke rumah sakit sampai tindakan apa yang sudah diberikan
14

oleh perawat selama di rumah sakit. Untuk observasi, penulis menggunakan


lembar checklist yang berisikan respon non verbal yang pasien tunjukkan dan
mencatat respon verbal dari apa yang pasien katakan. Setelah itu penulis akan
memberikan kesempatan kepada pasien maupun keluarga untuk menanyakan
apa yang ingin ditanyakan mengenai tindakan yang akan penulis lakukan nanti.
Untuk kelengkapan data, penulis akan melihat dari hasil pengkajian secara head
to toe yang difokuskan kepada gangguan pernapasan, rekam medis pasien, serta
informasi yang didapatkan melalui pasien sendiri maupun dengan keluarga yang
sedang menemani.

G. Tempat dan Waktu Studi Kasus


Studi kasus dilakukan selama penelitian yaitu 6 hari pada tanggal 15
April sampai dengan 20 April 2019. Pengambilan kasus dilakukan di RSUD
Koja.

H. Analisis Data dan Penyajian Data


Pada studi kasus ini mengobservasi, peneliti mengambil 2 pasien yang
mengalami gangguan oksigenasi yang terpasang atau yang akan diberikan terapi
oksigen dengan nasal kanul. Peneliti akan membandingkan antara teori dengan
yang akan dilakukan di tempat penelitian. Data yang sudah didapatkan nantinya
akan disajikan dalam bentuk narasi dan dapat disertai dengan ungkapan verbal
dari subjek studi kasus.

I. Etika Studi Kasus


Berdasarkan etika studi kasus, peneliti memperhatikan etika studi kasus
yang harus dilaksanakan kepada pasin yang bertujuan untuk menjaga privacy
pasien dan harga diri dari pasien tersebut. Maka, penulis menggunakan informed
concent yang telah ditanda tangani oleh pasien itu sendiri, jika pasien menyetujui
untuk menjadi subjek studi kasus. Sebelumnya peneliti akan menjelaskan
terlebih dahulu tujuan dan tata laksana pada prosedur yang akan dilakukan.
Kemudian peneliti juga menerapkan prinsip etik otonomi yaitu memberikan hak
kepada pasien untuk membuat keputusannya sendiri dan atas keinginan sendiri
dari pasien. Peneliti juga akan berlaku adil terhadap pasien dalam menjalankan
15

prosedur yang akan dilakukan oleh peneliti. Peneliti juga akan menerapkan
prinsip beneficience dan nonmaleficience yaitu prosedur yang akan diberikan
kepada pasien bisa berguna dan mendapatkan hasil yang efektif dan peneliti
tidak akan merugikan pasien dengan prosedur yang akan dilaksanakan. Yang
terakhir, peneliti akan menjaga informasi yang telah diperoleh dari pasien dan
keluarga guna menjaga privasinya dan informasi / data yang telah didapat akan
dipergunakan untuk keperluan studi kasus.
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. LAPORAN KASUS
1. Kasus 1
Pasien lahir di Jakarta 13 Desember 1956 usia 62 tahun, beragama
islam, tidak bekerja, status menikah, alamat pasien jl. Baru gang 3 RT 07/01,
kecamatan cilincing, Jakarta Utara. Pasien masuk RSUD Koja pada tanggal
12 April 2019 pukul 06.00, nomor rekam medis pasien 00-20-38-83. Pasien
datang dengan keluhan nyeri dada yang menjalar sampai kebelakang
punggung dan dada terasa sesak jika bernapas. Keluhan ini terjadi setelah
pasien selesai melakukan aktivitas dirumah. Pasien mengatakan pernah
merokok dulu dan sudah berhenti lama. Keluarga pasien mengatakan, pasien
memiliki riwayat penyakit jantung, penyakit asma, dan penyakit paru sejak
tahun 2014. Pasien mengatakan pernah minum obat jantung dari dokter yang
diminum tiap malam 1 tablet, tetapi pasien lupa nama obatnya. Pasien juga
mengalami panas dingin dirumah 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Setelah
itu pasien dibawa ke IGD RSUD Koja dan dipindahkan ke ruang paru lantai
8. Pasien mengatakan tidak pernah ada anggota keluarganya yang
mengalami penyakit seperti pasien saat ini ataupun penyakit menular
lainnya. Hasil pemeriksaan lab didapatkan, Hemoglobin 11,29/dL (N: 13,3
– 18,0 /dL), Jumlah leukosit 16,67 103/µL (N: 4,00 – 10,50 103/µL),
Hematokrit 39,4% (N: 42,0 – 52,0 %), Jumlah trombosit 374 103/µL (N: 163
– 337 103/µL).
Pasien terdiagnosa CAP (Community Acquired Pneumonia). Pasien
mendapatkan terapi medis Rhindovect 3x1 cc, inhalasi Combivent (2,5 ml)
3x1, Ceftriaxone 1x2 gr. Pasien terpasang vemplon di tangan kanan dan
terpasang oksigen nasal kanul 3 L/menit. Sehingga masalah keperawatan
yang muncul adalah gangguan pola napas tidak efektif. Berikut ini adalah
hasil observasi penulis dan respon dari pasien selama diberikan terapi
oksigen nasal kanul.

16
17

Senin 15 April 2019


Pada pukul 11.00 WIB, penulis melakukan pengkajian pada Pasien.
Hasil pengkajian didapatkan kesadaran pasien komposmentis. Pasien
terlihat sesak napas. Saat bernapas pasien menggunakan otot pernapasan
dada dan otot pernapasan perut. Tidak ada retraksi dada, pergerakan dada
simetris. Suara pada kedua lapang paru vesikuler, tidak ada ronchi. Pasien
tidak ada batuk dan tidak mengeluarkan sputum. Capillary Revil Time
(CRT) kurang dari 2 detik. Pasien mengatakan sesak napas dan tidak bisa
tidur 2 malam. Nafsu makan pasien baik. Pasien mengatakan sudah
terpasang oksigen sejak awal masuk rumah sakit. Pasien mendapatkan terapi
oksigen nasal kanul 3L/menit dan mendapatkan terapi inhalasi combivent
2,5 mg sebanyak 3x dalam sehari. Tekanan darah 99/81 mmHg, nadi
89x/menit, pernapasan 24x/menit, suhu 36,3℃, SpO2 97%. Keadaan umum
pasien baik.
Pada pukul 14.00 WIB penulis mengobservasi dari pemberian nasal
kanul pada Pasien. Pasien sempat melepaskan oksigen nasal kanulnya.
Penulis mengatakan akan memberikan oksigen melalui nasal kanul dan
pasien setuju. Sebelumnya penulis menjelaskan tujuan dari pemberian
oksigen melalui nasal kanul untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi. Setelah
di cek, didapatkan SpO2 pasien 88%. Penulis mencuci tangan terlebih
dahulu sebelum melakukan tindakan. Setelah itu menyiapkan alat oksigen
nasal kanul. Penulis memasang selang oksigen pada tabung humidifier yang
telah terisi air sesuai batasan. Selanjutnya penulis menyalakan oksigen dan
merasakan oksigen yang keluar di permukaan kulit. Setelah oksigen terasa,
penulis memposisikan pasien menjadi semi fowler dan memasangkan
oksigen nasal kanul dan disangkutkan dibelakang telinga. Penulis
mendokumentasikan hasil dari tindakan yang telah diberikan. Setelah 2 jam
pemberian, penulis melihat respon dari pasien. Pasien mengatakan sudah
merasa lebih enak setelah menggunakan oksigen. Frekuensi napas pasien
menjadi 20x/menit. SpO2 menjadi 95%. Pasien tidak terlihat sesak. Tidak
ada retraksi dada. Tidak ada ronchi. Suara napas vesikuler. Capillary revil
time <2 detik. Oksigen nasal kanul masih terpasang dengan baik.
18

Dari data rekam medis pasien, pada pukul 20.00 WIB pasien telah
mendapatkan terapi oksigen nasal kanul. Setelah diberikan oksigen nasal
kanul, pasien terlihat lebih nyaman, tidak sesak lagi, dan pasien merasa bisa
beristirahat mala mini. Frekuensi napas 22x/menit SpO2 98%.

Selasa, 16 April 2019


Pada pukul 10.00 WIB penulis melakukan pemeriksaan fisik pada
pasien. Didapatkan tekanan darah 90/72 mmHg, nadi 110x/menit, suhu
36,3℃, pernapasan 24x/menit, SpO2 89%, pasien menggunakan alat otot
bantu pernapasan dada dan perut, irama napas terlihat teratur. Setelah
dilihat, pasien sedang tidak menggunakan oksigen. Penulis menanyakan
keluhan pasien pada hari ini. Pasien mengatakan semalam sudah bisa tidur.
Pasien juga mangatakan tidak merasa sesak napas lagi. Tapi jika pasien
selesai dari kamar mandi, pasien mengatakan sesak dan napasnya cepat saat
kembali ke tempat tidur. Penulis menjelaskan kepada pasien dan keluarga
yang sedang menemani untuk memakai oksigennya kembali. Penulis
memberikan oksigen nasal kanul sesuai SOP yang sebelumnya. Pasien dan
keluarga mengatakan setuju untuk dipakaikan kembali. Penulis
memasangkan oksigen nasal kanul dan menyangkutkan dibelakang telinga.
Pada saat ini, pasien mengatakan ingin tiduran saja. Setelah diberikan,
penulis masih memantau saturasi oksigen pasien. Hasil SpO2 naik menjadi
94% dan frekuensi napas menjadi 22x/menit. Pasien mengatakan sekarang
sudah tidak sesak dan lebih nyaman.
Pada pukul 13.30 WIB penulis mengobservasi kembali hasil
pemberian nasal kanul tadi. Pasien masih menggunakan oksigennya.
Respon pasien saat ini masih sama, pasien mengatakan tidak sesak dan
masih sangat nyaman. Didapatkan hasil SpO2 menjadi 95% dan frekuensi
napas pasien 20x/menit. Pasien menggunakan otot bantu pernapasan perut.
Tidak ada retraksi dada. Irama napas teratur dan oksigen masih terpasang
dengan benar pada aliran 3 L/menit.
Dari data rekam medis pasien, pada pukul 20.00 WIB pasien telah
mendapatkan terapi oksigen nasal kanul. Setelah diberikan oksigen nasal
19

kanul, pasien terlihat lebih nyaman, tidak sesak lagi, dan pasien merasa bisa
beristirahat. Frekuensi napas 20x/menit SpO2 97%.

Rabu. 17 April 2019


Dari data rekam medis pasien, pada pukul 10.00 WIB pasien telah
mendapatkan terapi oksigen nasal kanul. Setelah diberikan oksigen nasal
kanul, pasien terlihat lebih nyaman, pasien sedang tidak sesak. Frekuensi
napas 22x/menit SpO2 97%.
Pada pukul 15.00 WIB penulis mengobservasi pasien dalam
penggunaan oksigen nasal kanul. Pasien sedang tidak menggunakan oksigen
nasal kanul. Pasien mengatakan tidak sesak dan pasien ingin jalan melihat
keluar jendela karena bosan. Didapatkan tekanan darah pasien 92/62 mmHg,
nadi 100x/menit, suhu 36,7℃, SpO2 saat ini 97 %, tidak ada retraksi dada,
pasien tidak menggunakan otot bantu pernapasan saat ini, capillary revil
time <2 detik. Pasien terlihat lebih segar dan tidak terlihat sesak napas.
Frekuensi napas pasien 18x/menit.
Pada pukul 20.30 WIB penulis melakukan observasi kembali. Pasien
menggunakan oksigen nasal kanulnya. Hasil SpO2 97% dan frekuensi napas
pasien 20x/menit. Pasien mengatakan tidak ada sesak. Pusing sedikit dan
lebih ingin untuk tiduran sore hari ini. Tidak ada retraksi dada, konjungtiva
pasien terlihat anemis, suara napas vesikuler, pasien tidak menggunakan
otot bantu pernapasan, tidak ada retraksi dada dan CRT <2 detik.

Kamis, 18 April 2019


Pada pukul 10.00 WIB penulis melakukan observasi kembali
terhadap pasien. Pasien masih menggunakan oksigen nasal kanul 3L/menit.
Didapatkan hasil tekanan darah 97/57 mmHg, nadi 107x/menit, suhu
36,4℃, SpO2 91% dan frekuensi napas 24x/menit. Tidak ada retraksi dada,
pasien menggunakan otot bantu pernapasan dada dan perut. Capillary revil
time <2 detik. Kongjungtiva sedikit pucat. Pasien mengatakan hari ini tidak
sesak dan tidak ada batuk. Suara napas vesikuler. Pasien saat ini sedang
diberikan inhalasi combivent 2,5 mg. Pasien mengatakan inhalasinya berasa
dan lebih enakan.
20

Pada pukul 11.30 WIB penulis kembali melakukan observasi dan


menanyakan hasil inhalasi. Pasien mengatakan napasnya menjadi lebih lega,
tidak sesak, dan lebih enak. Frekuensi napas pasien saat ini 20x/menit. SpO2
menjadi 96%. Tidak ada retraksi dada, pernapasan masih menggunakan otot
bantu napas dada dan perut. Kongjungtiva anemis.
Dari data rekam medis pasien, pada pukul 20.00 WIB pasien telah
mendapatkan terapi oksigen nasal kanul. Setelah diberikan oksigen nasal
kanul, pasien mengatakan lebih nyaman, tidak sesak lagi, dan pasien ingin
beristirahat cepat saat ini. Frekuensi napas 24x/menit SpO2 97%.

Kesimpulan
Setelah dilakukan pemberian oksigen melalui nasal kanul selama 4
hari pada pasien 1, terdapat beberapa perubahan yang terlihat yaitu, pada
hari pertama pasien masih terlihat sesak napas. Saat bernapas pasien
menggunakan otot pernapasan dada dan perut. Tidak ada retraksi dada,
pergerakan dada simetris. Suara pada kedua lapang paru vesikuler, tidak ada
ronchi. CRT <2 detik, frekuensi napas pasien 20x/menit dan SpO2 95%.
Dan setelah hari keempat terlihat pasien sudah tidak merasakan sesak lagi,
tidak adanya retraksi dada, pasien masih menggunakan otot bantu
pernapasan perut, tidak ada ronchi, bunyi pernapasan vesikuler, frekuensi
napas masih 28x/menit, SpO2 95%, pasien masih menggunakan otot bantu
pernapasan perut, CRT <2 detik. Pasien selalu mengikuti anjuran dalam
pemberian oksigen nasal kanul dan pasien mengatakan bahwa tindakan
pemberian oksigen nasal kanul sangat berguna untuk kesembuhannya.

2. Kasus 2
Pasien usia 66 tahun, beragama islam, status menikah, tidak bekerja.
Pasien masuk RSUD Koja pada tanggal 12 April 2019 pukul 16.00, nomor
rekam medis pasien 01-38-94-90. Pasien datang dengan keluhan panas
dingin saat dirumah 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga merasa
sesak dan cepat lelah. Pasien sempat dibawa ke RSUD Tanjung Priok dan
dipindahkan ke RS Dewa Kembar. Dan akhirnya, pasien dirujuk kembali
untuk pindah ke RSUD Koja. Pasien juga mengatakan, sebelum pasien
21

melakukan ibadah haji sempat terkena penyakit paru dan di paru-parunya


ada plek. Pasien sudah minum obat selama 2 bulan dan dinyatakan oleh
dokter pasien sudah sembuh. Setelah beberapa tahun, pasien didiagnosa oleh
dokter terkena penyakit paru lagi. Akhirnya, pasien dirujuk untuk dirawat.
Pasien menjalani pemeriksaan tes Tuberculosis, dan dinyatakan positif
terkena Tuberculosis. Pasien sudah minum obat selama 3 hari sejak masuk
RSUD Koja. Pasien mendapatkan terapi medis ranitidine 2x1, ondansentron
3x4 mg, terapi inhalasi ventolin dan pulmicort 3x1, terpasang infus RL dan
KCl 25 gr 12 tpm di tangan kanan. Berikut ini adalah hasil observasi penulis
dan respon dari pasien selama diberikan terapi oksigen nasal kanul.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik pada tanggal 15 April 2019,
penulis mendapatkan data, keadaan umum pasien baik. Kesadaran
komposmentis. Pasien terlihat sesak napas. Saat bernapas pasien
menggunakan otot pernapasan dada. Tidak ada retraksi dada, pergerakan
dada simetris. Suara pada kedua lapang paru vesikuler, tidak ada ronchi.
Pasien ada batuk dan belum bisa mengeluarkan sputum. Capillary Revil
Time (CRT) kurang dari 2 detik. Hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan, Hemoglobin 12,0/dL (N: 13,3 – 18,0 /dL), Jumlah leukosit
17,58 103/µL (N: 4,00 – 10,50 103/µL), Hematokrit 44,5% (N: 42,0 –
52,0 %), Jumlah trombosit 374 103/µL (N: 163 – 337 103/µL).
Pasien terdiagnosa TB on oat 3 hari. Pasien mendapatkan terapi
oksigen nasal kanul 3 L/menit dan mendapatkan terapi inhalasi combivent
2,5 mg sebanyak 3x dalam sehari. Sehingga masalah keperawatan yang
muncul adalah gangguan pola napas tidak efektif. Berikut ini adalah hasil
observasi penulis dan respon dari pasien selama diberikan terapi oksigen
nasal kanul.

Senin 15 April 2019

Pada pukul 11.30 WIB, penulis melakukan pengkajian dan


mendapatkan data, keadaan umum pasien baik. Kesadaran komposmentis.
Pasien terlihat sesak napas. Saat bernapas pasien menggunakan otot
pernapasan dada. Tidak ada retraksi dada, pergerakan dada simetris. Suara
pada kedua lapang paru vesikuler, tidak ada ronchi. Pasien ada batuk dan
22

belum bisa mengeluarkan sputum. Capillary Revil Time (CRT) <2 detik.
Pasien mendapatkan terapi oksigen nasal kanul 3 L/menit dan mendapatkan
terapi inhalasi combivent 2,5 mg sebanyak 3x dalam sehari. Hasil
pengkajian didapatkan pasien mengatakan sesak napas, batuk dan sulit
untuk mengeluarkan dahaknya. Nafsu makan pasien baik. Pasien
mengatakan sudah terpasang oksigen sejak awal masuk rumah sakit.
Tekanan darah 128/90 mmHg, nadi 98x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu
36,3℃, SpO2 99%. CRT < 2 detik.
Pada pukul 13.30 WIB penulis melakukan pemberian oksigen nasal
kanul pada Tn.B. Penulis mengatakan akan memberikan oksigen melalui
nasal kanul dan pasien setuju. Sebelumnya penulis menjelaskan tujuan dari
pemberian oksigen melalui nasal kanul untuk memenuhi kebutuhan
oksigenasi. Setelah di cek, didapatkan SpO2 pasien 92%. Penulis mencuci
tangan terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan. Setelah itu
menyiapkan alat oksigen nasal kanul. Penulis memasang selang oksigen
pada tabung humidifier yang telah terisi air sesuai batasan. Selanjutnya
penulis menyalakan oksigen dan merasakan oksigen yang keluar di
permukaan kulit. Setelah oksigen terasa, penulis memposisikan pasien
menjadi semi fowler dan memasangkan oksigen nasal kanul dan
disangkutkan dibelakang telinga. Selanjutnya, penulis mendokumentasikan
hasil pemberian oksigen nasal kanul. Penulis melihat respon dari pasien.
Pasien mengatakan sudah merasa lebih enak setelah menggunakan oksigen.
Hasil dari saturasi oksigen yaitu 99%. Pasien tidak terlihat sesak. Frekuensi
napas pasien menjadi 22x/menit. Tidak ada retraksi dada. Suara napas
pasien vesikuler dan tidak terdengar ronchi.
Dari data rekam medis pasien, pada pukul 20.00 WIB pasien telah
mendapatkan terapi oksigen nasal kanul. Setelah diberikan oksigen nasal
kanul, pasien terlihat lebih nyaman, dan pasien terlihat sudah mau tidur.
Frekuensi napas 16x/menit SpO2 98%.

Selasa, 16 April 2019


Pada pukul 10.30 WIB penulis mengobservasi kembali penggunaan
nasal kanul pada Pasien. Setelah dilihat, pasien sedang tidak menggunakan
23

oksigen. Penulis menanyakan keluhan pasien pada hari ini. Pasien


mengatakan semalam bisa tidur. Pasien juga mangatakan tidak merasa sesak
napas lagi. Penulis memeriksa saturasi oksigen pasien. Didapatkan hasil
SpO2 yaitu 90% dan frekuensi napas 14x/menit. Penulis menjelaskan
kepada pasien dan keluarga yang sedang menemani untuk memakai
oksigennya kembali. Pasien dan keluarga mengatakan setuju untuk
dipakaikan kembali. Penulis memasangkan oksigen nasal kanul sesuai
dengan sop yang telah dilakukan kemarin. Pada saat ini, pasien mengatakan
ingin tiduran saja. Setelah diberikan, penulis masih memantau saturasi
oksigen pasien. Saturasi naik menjadi 98% dan frekuensi napas menjadi
20x/menit. Pasien mengatakan sekarang sudah tidak sesak dan lebih
nyaman. Tidak ada retraksi dada. Konjungtiva pucat. Pasien menggunakan
otot bantu pernapasan dada. Tidak terdengar ronchi. Capillary revil time <2
detik.
Pada pukul 14.00 WIB penulis mengobservasi kembali hasil
pemberian nasal kanul tadi. Pasien masih menggunakan oksigennya dan
oksigen terpasang dengan benar. Respon pasien saat ini masih sama, pasien
mengatakan tidak sesak dan masih sangat nyaman. Saturasi oksigen 98%
dan frekuensi napas pasien 20x/menit. Tidak ada retraksi dada. Konjungtiva
pucat. Pasien menggunakan otot bantu pernapasan dada. Tidak terdengar
ronchi. Capillary revil time <2 detik.
Dari data rekam medis pasien, pada pukul 20.00 WIB pasien telah
mendapatkan terapi oksigen nasal kanul. Setelah diberikan oksigen nasal
kanul, pasien terlihat lebih nyaman, tidak sesak lagi. Frekuensi napas
16x/menit SpO2 99%.

Rabu. 17 April 2019


Dari data rekam medis pasien, pada pukul 10.30 WIB pasien telah
mendapatkan terapi oksigen nasal kanul. Setelah diberikan oksigen nasal
kanul, pasien terlihat lebih nyaman, pasien tidak sesak, pasien sedang
demam. Frekuensi napas 18x/menit SpO2 98%.
Pada pukul 15.30 WIB penulis mengobservasi pasien dalam
penggunaan oksigen nasal kanul. Hasil pemeriksaan didapatkan tanda-tanda
24

vital 129/69, nadi 82x/menit, suhu 38,1℃, frekuensi napas 20x/menit, SpO2
97%. Pasien saat ini sedang demam. Penulis sudah memberikan
paracetamol. Pasien masih menggunakan oksigen nasal kanul dan masih
terpasang dengan benar. Air pada humidifier masih pada batas maksimum.
Pasien saat ini hanya tiduran diatas tempat tidur dan selimutan. Pasien tidak
terlihat sesak. Pasien tidak terlihat menggunakan otot bantu pernapasan.
Tidak terlihat adanya retraksi dada. Konjungtiva anemis.
Pada pukul 17.30 WIB penulis melakukan observasi kembali.
Demam pasien sudah mulai turun, suhu 37,6℃. Tekanan darah 90/60
mmHg, frekuensi napas 24x/menit, nadi 102x/menit, SpO2 99%. Pasien
masih menggunakan oksigen nasal kanulnya. Oksigen masih terpasang
sesuai dengan anjuran 3L/menit dan masih terpasang dengan benar. Pasien
mengatakan tidak ada sesak. Pusing sedikit dan lebih ingin untuk tiduran
sore hari ini. Tidak ada retraksi dada, konjungtiva pasien terlihat anemis,
suara napas vesikuler dan CRT <2 detik.

Kamis, 18 April 2019


Pada pukul 10.30 WIB penulis melakukan observasi kembali
terhadap pasien. Pasien masih menggunakan oksigen nasal kanul 3L/menit.
Oksigen masih terpasang sesuai, tidak ada tanda-tanda disekitar hidung
pasien yang menjadi kering. Pasien bernapas dengan teratur. Didapatkan
hasil tanda-tanda vital yaitu, tekanan darah 107/63 mmHg, nadi 93x/menit,
suhu 38℃, frekuensi napas 22x/menit, SpO2 99%. Pasien mengatakan hari
ini batuk dan sputum berwarna putih kental tapi tidak terlalu banyak.
Padahal dari kemarin tidak ada batuk. Setelah didengarkan, pasien tidak ada
suara ronchi. Suara napas vesikuler. Tidak ada retraksi dada. Pasien tidak
menggunakan otot bantu pernapasan. Capillary revil time <2 detik. 30 menit
kemudian pasien mendapatkan terapi inhalasi pulmicort dan ventolin.
setelah diberikan inhalasi, pasien mengatakan dapat bernapas lebih lega.
Sputumnya dapat keluar lagi dan tidak terlalu banyak.
Pada pukul 15.00 WIB penulis kembali melakukan observasi dan
menanyakan hasil inhalasi. Pasien mengatakan napasnya menjadi lebih lega,
tidak sesak, dan lebih enak. Saat ini pasien sedang tidak menggunakan
25

oksigen nasal kanul. Didapatkan hasil frekuensi napas pasien saat ini
24x/menit. SpO2 90%. Penulis menyarankan pasien untuk menggunakan
kembali oksigen nasal kanulnya. Pasiein menyetujuinya. Penulis
memasangkan oksigen nasal kanul sesuai dengan sop sebelumnya dan
disangkutkan di belakang telinga. Setelah oksigen terpasang, penulis
kembali mengecek hasilnya. Frekuensi napas menjadi 20x/menit, SpO2
menjadi 99%, suara napas vesikuler, Tidak ada retraksi dada, pernapasan
menggunakan otot bantu napas dada. Kongjungtiva anemis. Capillary revil
time <2 detik.
Dari data rekam medis pasien, pada pukul 20.00 WIB pasien telah
mendapatkan terapi oksigen nasal kanul. Setelah diberikan oksigen nasal
kanul, pasien terlihat lebih nyaman, tidak sesak lagi, dan pasien merasa bisa
beristirahat malam ini. Frekuensi napas 22x/menit SpO2 98%.

Kesimpulan
Setelah dilakukan pemberian oksigen melalui nasal kanul selama 4
hari pada pasien 1, terdapat beberapa perubahan yang terlihat yaitu, pada
hari pertama pasien masih terlihat sesak napas. Saat bernapas pasien
menggunakan otot pernapasan dada. Tidak ada retraksi dada, pergerakan
dada simetris. Suara pada kedua lapang paru vesikuler, tidak ada ronchi.
CRT <2 detik, frekuensi napas pasien 22x/menit dan SpO2 99%. Dan
setelah hari keempat terlihat pasien sudah tidak merasakan sesak lagi, tidak
adanya retraksi dada, pasien masih menggunakan otot bantu pernapasan
perut, tidak ada ronchi, bunyi pernapasan vesikuler, frekuensi napas menjadi
20x/menit, SpO2 99%, pasien masih menggunakan otot bantu pernapasan
dada, CRT <2 detik. Pasien selalu mengikuti anjuran dalam pemberian
oksigen nasal kanul dan pasien mengatakan bahwa tindakan pemberian
oksigen nasal kanul sangat berguna untuk kesembuhannya.
26

B. HASIL STUDI KASUS


Kasus 1
Pada penerapan prosedur pemberian oksigen melalui nasal kanul yang
dilakukan selama 4 hari, didapatkan data sebagai berikut:
Pada hari senin 15 April 2019, pasien sudah terpasang oksigen nasal
kanul. Oksigen terpasang di tempat yang benar, kecepatan aliran oksigen
3L/menit, air humidifier berada dalam batas minimum, tidak ada sumbatan pada
jalan napas sehingga pasien dapat meggunakan oksigen nasal kanul secara
bebas.
Pada hari selasa 16 April 2019, pasien melepaskan oksigennya. Pasien
merasakan sudah tidak terlalu sesak lagi. Tetapi setelah di cek, pasien masih
mermerlukan oksigen. Ketika pemasangan, pasien mengikuti sesuai yang
dianjurkan dalam pemasangan kembali oksigen nasal kanulnya.
Pada hari rabu 17 April 2019, pasien masih menggunakan oksigen nasal
kanulnya. Oksigen masih terpasang secara benar, air humidifier masih di batas
minimum, kecepatan aliran oksigen 3L/menit.
Pada hari kamis 18 April 2019, pasien masih menggunakan oksigen nasal
kanulnya. Air humidifier terlihat sudah hampir habis,sudah tidak ada gelembung
udara yang keluar. Ternyata, oksigen belum dinaikkan menjadi 3L.

Kasus 2
Pada hari senin 15 April 2019, pasien sudah terpasang oksigen nasal
kanul. Oksigen terpasang di tempat yang benar, kecepatan aliran oksigen
3L/menit, air humidifier berada dalam batas minimum, tidak ada sumbatan pada
jalan napas sehingga pasien dapat meggunakan oksigen nasal kanul secara
bebas.
Pada hari selasa 16 April 2019, pasien masih menggunakan oksigen nasal
kanulnya. Air humidifier masih dalam batas minimum. Oksigen amsih terpasang
dengan benar. Kecepatan aliran 3L/menit. Posisi pasien saat ini sedang tiduran.
Pasien mengatakan sedang ingin tiduran hari ini.
Pada hari rabu 17 April 2019, pasien melepas oksigennya. Pasien
mengatakan sudah tidak terlalu sesak dan tadi habis dari kamar mandi. Oksigen
sudah di matikan dan air humidifier sudah mau habis.
27

Pada hari kamis 18 April 2019, pasien sudah tidak menggunakan


oksigennya karena pasien sudah ada rencana ingin pulang, pasien terlihat sudah
tidak sesak.

C. PEMBAHASAN
Menurut Potter & Perry (2010) yang perlu diperhatikan dalam pemberian
oksigen nasal kanul adalah tidak adanya hambatan / sumbatan pada jalan napas
yang dapat mengakibatkan jalan napas tersebut menjadi tersumbat. Agar oksigen
dapat masuk kedalam tubuh, sebaiknya jalan napas harus paten dan terbebas dari
sumbatan misalnya seperti sputum, darah, ataupun obstruksi jalan napas.
Keluhan utama pada pasien dengan gangguan pola napas adalah batuk, produksi
sputum berlebih, batuk berdarah, sesak napas, dan nyeri dada (Muttaqin, 2008).
Pada pasien 1 didapatkan hasil observasi yaitu, pasien terkadang mengalami
sesak napas, nyeri dada hingga ke punggung belakang. Sedangkan pada pasien
2 didapatkan hasil observasi yaitu pasien mengalami batuk 2 hari sebelum pasien
pulang. Batuk disertai sputum putih kental tetapi tidak terlalu banyak. Padahal
sebelumnya pasien tidak mengalami batuk.
Pada hari pertama, didapatkan frekuensi pernapasan pada pasien 1 yaitu
20x/menit dan SpO2 95%. Setelah 4 hari pemberian terapi nasal kanul, pasien
masih menggunakan oksigen. Didapatkan frekuensi napas menjadi 28x/menit
dan SpO2 95%. Pasien memiliki riwayat penyakit jantung, penyakit asma, dan
penyakit paru. Pasien juga sering merasa lelah ketika selesai melakukan
aktivitas, misalnya ketika pasien pergi ke kamar mandi pasien selalu merasa
sesak. Dan ketika kembali ke tempat tidur, pasien juga merasa sesak. Pada pasien
2, didapatkan pada hari pertama frekuensi pernapasan 22x/menit dan SpO2 99%.
Setelah 4 hari pemberian terapi nasal kanul, pasien sudah tidak menggunakan
oksigen nasal kanul. Pemberian terapi nasal kanul pun dihentikan. Pasien tidak
mengalami sesak napas ketika akan pergi ke kamar mandi maupun setelah
selesai dari kamar mandi. Pasien sebelumnya memiliki riwayat ada plek di paru-
parunya dan telah menjalani pengobatan selama 2 bulan dan dinyatakan oleh
dokter sudah sembuh. Kusnanto (2016) menyatakan bahwa gangguan pada
sistem respirasi dapat disebabkan oleh peradangan, obstruksi, trauma, kanker,
28

penyakit degeneratif dan lain-lain. Gangguan tersebut akan menyebabkan


kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat.
Ada kesamaan anatara pasien 1 dan pasien 2 yaitu ketika dilakukan
observasi, pasien mengatakan tidak ada sesak dan napas tidak terganggu. Setelah
dihitung, frekuensi napas kedua pasien >24x/menit dan SpO2 <90%. Nadi pada
pasien 1, 110x/menit dan pada pasien 2, 102x/menit. Capillary revil time < 2
detik dan konjungtiva terlihat sedikit pucat. Hal ini sesuai dengan Standar
Keperawatan ICU Depkes RI (2005) dan Andarmoyo (2012) yaitu indikasi
pemberian terapi oksigen diberikan kepada pasien hipoksia, Oksigenasi kurang
sedangkan paru normal, dan Oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal.
Pada pasien 1 didapatkan hasil SpO2 pada hari selasa 16 April 2019
sebelum diberikannya terapi nasal kanul adalah 89%, nadi 89x/menit dan
frekuensi pernapasan 24x/menit. Pada pasien 2 didapatkan hasil SpO2 pada hari
yang sama adalah 90%, nadi 110x/menit dan frekuensi pernapasan 14x/menit.
Setelah 2 pasien tersebut diberikan terapi oksigen nasal kanul sebanyak
3L/menit, didapatkan adanya perubahan pada saturasi oksigen (SpO2). Pada
pasien 1, terjadi kenaikan SpO2 menjadi 94% dan pada pasien 2 terjadi pula
kenaikan SpO2 menjadi 98%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Purnajaya, Maryana, Erwanto pada tahun 2014 dengan hasil perubahan
saturasi oksigen pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi menggunakan nasal kanul dengan kecepatan aliran 3L dan 4L/menit
rata-rata sebesar 2,19%. Terdapat hubungan antara ketepatan pemasangan alat
oksigenasi menggunakan kanula nasal terhadap perubahan saturasi oksigen pada
pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Adapun penelitian
yang sudah dilakukan oleh Takatelide, Kumaat, dan Malara pada tahun 2017
dengan hasil setelah pemberian oksigenasi nasal kanul selama 30 menit, pasien
berada dalam kondisi normal dengan saturasi oksigen 95% - 100%. Semakin
lama pemberian oksigenasi nasal kanul semakin meningkatkan saturasi oksigen.
Didapatkan persamaan pada pasien 1 dan pasien 2 dari hasil observasi
selama pasien dirawat di rumah sakit mengenai motivasi untuk kesembuhan dari
penyakit yang sedang dialaminya. Motivasi pasien untuk sembuh sangat bagus.
Pasien mengikuti semua anjuran perawatan yang akan dilakukan misalnya
seperti pemberian obat melalui inhalasi, intravena maupun peroral. Pasien juga
29

mengikuti diit makanan yang sudah dianjurkan dari rumah sakit. Dukungan dari
keluarga terutama istri yang selama ini menemani pasien sangat terlihat pada
pasien 1. Pada pasien 2, dukungan didapat dari anak dan cucu pasien yang
senantiasa menjaga pasien secara bergantian. Keluarga pun juga menggunakan
alat pelindung diri seperti masker ketika menemani pasien selama di ruangan.
Hal ini sesuai dengan teori Friedman (2010) yang menyatakan bahwa beberapa
bentuk dukungan keluarga diantaranya, dukungan penilaian, dukungan
instrumental, dukungan informasional, dan dukungan emosional. Dukungan
emosional memberikan individu mempunyai perasaan yang nyaman, merasa
dirinya dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat,
empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa
berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat
dan memberikan semangat.

D. KETERBATASAN STUDI KASUS


Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, penulis mengalami beberapa
hambatan diantaranya, pertama ketika memberikan penjelasan kepada keluarga
pasien akan tindakan yang akan dilakukan dalam penerapan prosedur, keluarga
awalnya agak sedikit ketakutan dan hampir menolak. Kedua tidak dilakukan
pemeriksaan lab yang lengkap pada pasien 1, karena pasien memiliki riwayat
penyakit jantung dan tidak ada hasil analisa gas darah. Sehingga penulis
kesulitan untuk melihat masalah yang terjadi pada pasien. Ketiga, penulis
merasa adanya miss communication antara mahasiswa dengan kakak perawat
ruangan. Sehingga waktu awal pengambilan kasus, penulis tidak memvalidasi
pasien yang akan diambil sebagai subjek studi kasus. Keempat, ketersediaan
referensi buku di perpustakaan kampus yang mengharuskan penulis untuk
mencari referensi di perpustakaan luar kampus dan melalui media online seperti
e-book dan e-jurnal. Kelima, kasus yang diambil memiliki penyakit yang
berbeda. Dan yang terakhir, penulis merasa dalam pembuatan karya tulis ini
waktu yang diberikan oleh institusi sangat terbatas sehingga penulis merasa
sangat dikejar waktu, terutama dalam pembuatan latar belakang, abstrak, dan
BAB IV yang mengharuskan penulis untuk berulang kali konsultasi dengan
dosen pembimbing.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Gangguan pertukaran gas merupakan suatu keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan antara oksigen yang dihirup dengan karbondioksida yang
dikeluarkan pada pertukaran gas antara alveoli dan kapiler. Kebutuhan tubuh
terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan mendesak.
Tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh akan mengalami kerusakan yang
menetap dan menimbulkan kematian. Salah satu terapi yang dapat mengurangi
gangguan pertukaran gas dengan cara terpi oksigen dengan nasal kanul. Nasal
kanul merupakan pemberian oksigen menggunakan selang nasal yang diletakkan
di hidung dan disangkutkan dibelakang telinga dengan kecepatan aliran oksigen
1-6 L/menit.
Pada saat penerapan di RSUD Koja mengenai terapi pemberian oksigen
nasal kanul sesuai dengan SOP yang ada, terdapat perbedaan dan persamaan
antara pasien 1 dengan pasien 2. Pada pasien 1 didapatkan setelah 4 hari
pemberian terapi oksigen, pasien terkadang mengalami sesak napas, nyeri dada
hingga ke punggung belakang frekuensi pernapasan 28x/menit. Pada pasien 2
didapatkan setelah 4 hari pemberian terapi oksigen, pasien mengalami batuk 2
hari sebelum pasien pulang, pasien tidak mengeluh sesak, frekuensi pernapasan
20x/menit. Setelah 2 pasien tersebut diberikan terapi oksigen nasal kanul
sebanyak 3L/menit, didapatkan adanya perubahan pada saturasi oksigen (SpO2).
Pada pasien 1, terjadi kenaikan SpO2 menjadi 94% dan pada pasien 2 terjadi
pula kenaikan SpO2 menjadi 98%.
Dari hasil pembahasan juga didapatkan persamaan pada pasien 1 dan
pasien 2 dari hasil observasi selama pasien dirawat di rumah sakit mengenai
motivasi untuk kesembuhan dari penyakit yang sedang dialaminya. Motivasi
pasien untuk sembuh sangat bagus. Pasien mengikuti semua anjuran perawatan
yang akan dilakukan misalnya seperti pemberian obat melalui inhalasi, intravena
maupun peroral. Pasien juga mengikuti diit makanan yang sudah dianjurkan dari
rumah sakit. Dukungan dari keluarga terutama istri yang selama ini menemani
pasien sangat terlihat pada kedua pasien.

30
31

B. Saran
Sebaiknya mahasiswa yang akan melakukan studi kasus, sebelum
melakukan studi kasus, alangkah baiknya mahasiswa harus bisa lebih
memahami dari materi apa yang akan dibahas supaya tidak ada hambatan dalam
penulisan karya tulis ilmiah nantinya dan juga sebelum melakukan kontrak
dengan pasien yang akan dijadikan subjek studi kasus lebih baik tanyakan
kepada kakak perawat yang ada di ruangan mengenai pasien yang sekiranya
masih lama berada di rumah sakit. Gunakan komunikasi terapeutik kepada
keluarga pasien agar tidak ada keraguan antara keluarga terhadap mahasiswa.
Untuk institusi pendidikan, sebaiknya institusi selalu mengupdate referensi
buku-buku berbentuk hard copy maupun soft copy mengenai gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi terbaru dan jika bisa buku hasil terjemahan
lebih di perbanyak.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, K. (2018). Gangguan yang Bisa Menimpa Sistem Resspirasi. Diakses dari
https:www.alodokter.com/, tanggal 8 Mei 2019.

Andarmoyo, S. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Basri, S. dkk. (2015). Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Model Pengukuran Risiko
Pencemaran Udara terhadap Kesehatan). Jurnal Kesehatan.

Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatatan RI. (2005). Standar Pelayanan Keperawatan di ICU.

Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga: Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

Hanifah, Ifah. (2013). Pembelajaran membaca permulaan melalui metode analisis glass
bagi siswa berkesulitan membaca (Reading Difficulties), 42.

Global Strategy for Diagnosis (GOLD). (2017). Management and Prevention on


COPD. Diakses dari http://goldcopd.org/, tanggal 11 April 2019.
Goble, F.G. 2002. Psikologi Humanistik Abraham Maslow (terjemahan Supraktiknyo).
Yogyakarta: Kanisius.
Kusnanto. (2016). Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. Surabaya:
Universitas Airlangga.
Mangunnegoro, H., (2006). Asma pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di
Indonesia cetakan II. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Mursinto, D, Kusumawardani, D. (2016). Estimasi Dampak Ekonomi Dari Pencemaran
Udara Terhadap Kesehatan Di Indonesia.

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

NANDA. (2012). NANDA Internasional: Diagnosis keperawatan definisi dan


klasifikasi. Jakarta: EGC

Nurjanah, KL. Mufid, A. (2014). Gangguan Fungsi PAru dan Kadar Continine pada
Urin Karyawan yang Terpapar Asap Rokok Orang Lain. Jurnal Kemas.

Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Concept, Process And Practice. Edisi
7. Vol. 3. Jakarta: EGC

Purnajaya, H., Maryana., Erwanto, F. (2014). Akurasi Pemasangan Nasal Kanul


Berhubungan dengan Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien di ICU. 3(3), 159.

32
33

Rahayu,S & Harnanto, Addi.M. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan
Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia 2. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Rasmawati, M., Aryasa T. (2017). Terapi Inalasi. Diakses dari


https://simdos.unud.ac.id/, tanggal 5 Februari 2019.

Riskesdas. (2013). Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian


Kesehatan RI. Diakses dari www.depkes.go.id , tanggal 10 April 2019.

Samosir, H.A. (2015). Polusi Udara Sebabkan Hampir 60 Persen Penyakit Di Jakarta.
Diakses dari https://www.cnnindonesia.com/, tanggal 5 Februari 2019.

Sindif, N., Nofiyanto, M., Prasojo, R, A, J. (2014). Tidak Adahubungan Antara Durasi
Pemberian Oksigen Melalui Nasal Kanul Non Humidifier Dengan Insiden Iritasi
Mukosa Hidung Pada Pasien Di ICU. 3(3).154.

Suardianto. (2016). Satuan Acara Pemberian Oksigen. Diakses dari


https://caridokumen.com/, tanggal 13 April 2019.

Sucianti, N.L. (2010). Oxygen Therapy. Karangasem: Nursing Community PPNI


Karangasem

Tarwanto, Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan


Ed.3. Jakarta: Salemba Medika.

Wahyuningsih. (2011). Evaluasi Penggunaan Inhaler Terhadap Keberhasilan Terapi


Pasien Asma Rawat Jalan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Klaten.
Diakses dari http://eprints.ums.ac.id/, tanggal 5 Februari 2019.

WHO. (2000). Air Quality Guidelines for Europe. Copenhagen: WHO Regional Office
for Europe.

WHO. (2019). Chronic Respiratory Diseases. Diakses dari https://www.who.inl/,


tanggal 14 April 2019.

Wijaya, Edwin. (2017). Kontraindikasi Nasal Kanul. Diakses dari


www.alomedika.com, tanggal 11 April 2019.
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN

1. Judul
Penerapan Prosedur Pemberian Oksigen Dengan Nasal Kanul Pada Pasien Pola
Napas Tidak Efektif.
2. Tujuan
Tujuan pada studi kasus ini adalah menggambarkan pemberian terapi oksigenasi
melalui nasal kanul untuk menurunkan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi.
3. Perlakuan terhadap subjek
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana peneliti akan melakukan
wawancara serta observasi terhadap subjek peneliti dan akan
mendokumentasikannnya secara narasi.
4. Masalah etik yang akan dihadapi responden
Studi kasus ini tidak menimbulkan kerugian secara ekonomi, fisik, maupun
secara hukum.
5. Kerahasiaan data
Peneliti akan menjamin kerahasiaan data yang telah diberikan responden dan
hanya akan menggunakan data tersebut untuk kepentingan studi kasus.
6. Hak untuk mengundurkan diri
Responden yang telah menyetujui untuk mengikuti studi kasus, tanpa paksaan,
dan atas kemauan dari diri sendiri, berhak untuk mengundurkan diri kapanpun
jika dirasa penelitian ini merugikan untuk responden.
7. Informasi tambahan
Jika responden memiliki pertanyaan atau hal yang perlu di klarifikasi dalam
penelitian ini, responden dapat bertanya langsung kepada peneliti

Bekasi, 11 April 2019

Yang memberikan penjelasan


Peneliti

(Riska Fitriani)
Lampiran 2

INFORM CONCENT PASIEN

SURAT PERSETUJUAN/PENOLAKAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Bersedia untuk menjadi subjek studi kasus dari :
Nama : Riska Fitriani
NIM : P3.73.20.1.16.190

Prodi : DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III

Dengan ini menyatakan SETUJU menjadi Responden untuk studi kasus yang berjudul
“Penerapan Prosedur Pemberian Oksigen Dengan Nasal Kanul Pada Pasien Pola Napas
Tidak Efektif”. Dari penjelasan yang sudah dipaparkan oleh peneliti, saya mengerti
segala yang berhubungan dengan penyakit. Dan saya menyanggupi untuk menjadi
responden dari penelitian studi kasus ini beserta segala resikonya dengan sebenar-
benarnya dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, 15 April 2019

Saksi Responden

( ) ( )
Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA PASIEN 1

Studi Kasus : Penerapan Prosedur Pemberian Oksigen Dengan Nasal Kanul Pada
Pasien Pola Napas Tidak Efektif.
Nama Inisial : Tn. D
Umur : 62 tahun.
Pekerjaan : tidak bekerja
Pewawancara : Riska Fitriani

Pertanyaan :

1. Apa yang bapak/ibu rasakan sebelum masuk rumah sakit?


Jawab: “saya sebelumnya sakit panas dingin terus berasa sesak dada saya.”

2. Apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama?
Jawab: “gaada. Baru saya saja.”

3. Apa yang bapak/ibu rasakan saat ini?


Jawab: “kalo sekarang saya sih ga ngerasa apa-apa. Ga sesak.”

4. Apakah sebelumnya bapak/ibu pernah menggunakan oksigen nasal kanul?


Jawab: “ngga. Saya biasanya pake obat yang buat asma itu. Yang dihisap gitu.”

5. Apa yang bapak/ibu rasakan setelah menggunakan oksigen nasal kanul?


Jawab: “lebih enakan. Ga sesak lagi. Lebih enak aja pokoknya.”

Setelah dilakukan pemasangan oksigen nasal kanul


6. Apa yang bapak rasakan sekarang?
Jawab: “kalo sekarang saya sih ga ngerasa apa-apa. Ga sesak. Ga sakit juga
badannya.”

7. Apakah bapak terasa sesak sekarang?


Jawab: “ngga, saya ga sesak. Saya bisa ke kamar mandi kalo oksigennya dilepas
sih.”

8. Bagaimana rasanya setelah diberikan nasal kanul?


Jawab: “lebih enakan. Ga sesak lagi. Lebih enak aja pokoknya.”
9. Apa ada perbedaan sesudah dan sebelum menggunakan oksigen nasal kanul?
Jawab: “sama saja rasanya. Tapi kalo udah pake oksigen, yaa lebih enakan aja.
Lebih enteng sih napasnya.”
Lampiran 4

PEDOMAN WAWANCARA PASIEN 2

Studi Kasus : Penerapan Prosedur Pemberian Oksigen Dengan Nasal Kanul Pada
Pasien Pola Napas Tidak Efektif.
Nama Inisial : Tn. B
Umur : 66 tahun.
Pekerjaan : tidak bekerja
Pewawancara : Riska Fitriani

Pertanyaan :

1. Apa yang bapak/ibu rasakan sebelum masuk rumah sakit ?


Jawab : “saya sebelumnya sakit panas dingin terus berasa sesak dada saya.”

2. Apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama ?
Jawab : “gaada. Baru saya saja.”

3. Apa yang bapak/ibu rasakan saat ini ?


Jawab : “gaada yang dikeluhin. Ga sesak juga. Udah berasa segeran.”

4. Apakah sebelumnya bapak/ibu pernah menggunakan oksigen nasal kanul ?


Jawab : “belum pernah.”

5. Apa yang bapak/ibu rasakan setelah menggunakan oksigen nasal kanul ?


Jawab : “lebih enakan. Ga sesak lagi. Seger gitu rasanya.”

Setelah dilakukan pemasangan oksigen nasal kanul

6. Apa yang bapak rasakan sekarang?


Jawab: “saya udah ga batuk lagi sih. Kemaren doang batuknya. Sekarang udah
ngga.”

7. Apakah bapak terasa sesak sekarang?


Jawab: “gaada yang dikeluhin. Ga sesak juga. Udah berasa segeran. Saya bisa
ke kamar mandi ga pake oksigen kok.”
8. Bagaimana rasanya setelah diberikan nasal kanul?
Jawab: “lebih enakan. Ga sesak lagi. Seger gitu rasanya.”

9. Apa ada perbedaan sesudah dan sebelum menggunakan oksigen nasal kanul?
Jawab: “sama aja rasanya. Tapi pas udah dikasih oksigennya, jadi enakan
napasnya.”
Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI PASIEN 1

Studi Kasus : Penerapan Prosedur Pemberian Oksigen Dengan Nasal Kanul


Pada Pasien Pola Napas Tidak Efektif.
Tanggal : 15 April – 20 April 2019
Nama Pasien : Tn. D
Nama Pemeriksa : Riska Fitriani

No Observasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4


1. Tekanan darah 99/81 90/72 92/62 97/57
mmHg mmHg mmHg mmHg
2. Nadi 89x/menit 110x/menit 100x/menit 107x/menit
3. RR 20x/menit 20x/menit 24x/menit 28x/menit
4. Suhu 36,3℃ 36,3℃, 36,7℃ 36,4℃
5. SpO2 95% 95% 97% 95%
6. Retraksi dada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
7. Konjungtiva Anemis Anemis Anemis Anemis
8. Suara napas Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
9. Suara napas tambahan Ronchi (-) Ronchi (-) Ronchi (-) Ronchi (-)
10. Otot bantu napas Dada dan Perut Tidak ada Perut
perut
11. CRT < 2 detik < 2 detik < 2 detik < 2 detik
Lampiran 6

LEMBAR OBSERVASI PASIEN 2

Studi Kasus : Penerapan Prosedur Pemberian Oksigen Dengan Nasal Kanul


Pada Pasien Pola Napas Tidak Efektif.
Tanggal : 15 April – 20 April 2019
Nama Pasien : Tn. B
Nama Pemeriksa : Riska Fitriani

No Uraian Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4


1. Tekanan darah 128/90 130/70 90/60 107/63
mmHg mmHg mmHg mmHg
2. Nadi 98x/menit 89x/menit 102x/menit 93x/menit
3. RR 22x/menit 20x/menit 24x/menit 20x/menit
4. Suhu 36,3℃ 36,1℃ 37,6℃ 38℃
5. SpO2 99% 98% 99% 99%
6. Retraksi dada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
7. Konjungtiva Anemis Anemis Anemis Anemis
8. Suara napas Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
9. Suara napas tambahan Ronchi Ronchi Ronchi Ronchi
(-) (-) (-) (-)
10. Otot bantu napas Dada Dada Dada Dada
11. CRT < 2 detik. < 2 detik < 2 detik < 2 detik
Lampiran 7

PENERAPAN PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN


OKSIGENASI MELALUI NASAL KANUL

Nama pasien : (inisial) Hari/Tanggal :


Pemeriksa : Riska Fitriani

Dilakukan
No Tindakan keperawatan Keterangan
Ya Tidak
1. Tahap Pra Interaksi
a. Cek catatan perawatan dan
catatan medis pasien untuk ✔
pemeriksaan
b. Sebelum dan sesudah tindakan
cuci tangan ✔
c. Siapkan alat-alat
1. Tabung oksigen lengkap
dengan flow meter dan ✔
humidifier
2. Alat oksigenasi (nasal
kanul) ✔
3. Selang oksigen ✔
4. Aquabides ✔
5. Plester ✔
6. Gunting ✔
7. Bengkok ✔
8. Handscoon ✔
9. Masker ✔
2. Tahap Orientasi
d. Berikan salam, panggil pasien

dengan namanya
e. Memperkenalkan nama

perawat
f. Jelaskan tujuan tindakan pada

pasien
g. Beri kesempatan pada pasien

untuk bertanya.
h. Sediakan privasi bagi pasien.

3. Tahap Kerja
i. Atur aliran oksigen sesuai
dengan kecepatan yang
dibutuhkan, Kemudian

observasi humidifier dengan
melihat air bergelembung.
j. Memastikan volume air steril
dalam tabung pelembab sesuai ✔
ketentuan
k. Menghubunbgkan selang dari
kanula nasal ke tabung

oksigen
l. Memeriksa apakah oksigen

keluar dari kanula
m. Pasang kanula nasal pada
hidung dan atur pengikat ✔
untuk kenyaman pasien
n. Periksa kanula tiap 6-8 jam ✔

o. Kaji mukosa hidung serta


periksa kecepatan oksigen tiap ✔
6-8 jam
4. Dokumentasi
Catat nama pasien, tanggal dan jam
dilakukan tindakan, kecepatan aliran ✔
oksigen, rute pemberian, dan respon
pasien.
Lampiran 8

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Riska Fitriani


Tempat / Tanggal Lahir : Tangerang, 30 Desember 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak Ke : 1 dari 2 bersaudara
Alamat : Jl. Sampan 1B no.16, RT 06/06, Kelapa Dua,
Tangerang. 15810.
Email : riskafitriani30@gmail.com
Nama Orang Tua
Nama Ayah : Budi Warsa, S.H
Nama Ibu : Lies Ambarwati
Riwayat Pendidikan
Tahun 2003-2004 : TK. Asy-Syifa, Tanjung Balai Karimun
Tahun 2004-2010 : SD Negeri Perumnas Bumi Kelapa Dua 1
Tahun 2010-2013 : SMP Negeri 6 Tangerang
Tahun 2013-2016 : SMA Islamic Centre Tangerang
Tahun 2016-2019 : D III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Lampiran 9
Lampiran 10

Anda mungkin juga menyukai