Riskafitriani 190 3regd
Riskafitriani 190 3regd
Oleh :
RISKA FITRIANI
NIM : P3.73.20.1.16.190
Disusun dalam rangka Tugas Akhir pada Program Studi DIII Keperawatan
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta III
Tahun Akademik 2018/2019
Oleh :
RISKA FITRIANI
NIM : P3.73.20.1.16.190
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul Penerapan Prosedur Nasal Kanul Pada Pasien Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
program DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta III.
Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengalami banyak
hambatan dan kesulitan. Namun, berkat arahan, bimbingan, serta dukungan dari
berbagai pihak, akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Yupi Suprtini,S.Kp.,M.Kes selaku Driektur Poltekkes Kemenkes Jakarta III
2. Ns. Ulty Desmarnita, S.Kp.,M.Kes.,Sp.Mat. selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
3. Santun Setiawati, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
4. Dra. Nelly Yardes, S.Kp.,M.kep selaku pembimbing utama penulis yang
memberikan banyaka rahan, masukan, bimbingan, serta dukungan kepada
penulis dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Dr. Santa Manurung, M.Kep selaku pembimbing pendamping dan pembimbing
akademik penulis yang telah membimbing selama menempuh perkuliahan di
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
6. Suhana Haeriyanto, SKM., M.Kes selaku ketua penguji sidang KTI.
7. Mamah Sumartini, S.Pd., M.Kes selaku penguji anggota siding KTI.
8. Seluruh dosen Poltekkes Kemenkes Jakarta III yang telah banyak memberikan
ilmu yang bermanfaat dan mengantarkan penulis hingga ke tahap akhir.
9. Keluarga tercinta, mama Lies Ambarwati, papa Budi Warsa, dan adik tercinta
Fauzi Rahman yang senantiasa selalu mendoakan dan selalu menjadi support
system dirumah sehingga penulis bisa mencapai pada tahap ini .
10. Afifah Nabilah Zahirah, Aquila Dinda Lyra, Intan Meila Patwa, Ismah Mufidah,
dan Putri Handayani sebagai sahabat dari SMA yang selalu mendukung dan
memberikan semangat ketika penulis membutuhkannya.
v
Prodi D III Keperawatan
11. Ninis, Zsanne, Eliza, Desy, Alma, Ghefira, Afwika, Diyah, Putri, Rena sebagai
teman kosan dan teman di kampus yang yang telah membuat penulis berkesan
selama 3 tahun kuliah di Poltekkes Kemenkes Jakarta III dan juga Ika Apriliya
Royani sebagai teman yang selalu memberikan semangat dikala senang dan
sedih.
12. dr. Andre Dwijaya Saputra yang telah memberikan semangat dan banyak
pembelajaran kepada penulis dalam penulisan karya tulis ini.
13. Teman-teman dari kelas 3 Reguler D yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
karena sudah membuat 3 tahun di kampus menjadi lebih berwarna dan banyak
kenangan yang tersimpan.
14. Puji Aditama, Mia Amila Yuzakky, Kartika Ayu Mutmainah, dan Putri Eka
Apriliani teman sekelompok departemen KMB yang saling support dan saling
membantu satu sama lain.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Karya Tulis Ilmiah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN SAMPUL DALAM .................................................................. i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ........................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
ABSTRAK ..................................................................................................... x
vii
BAB III METODE STUDI KASUS ................................................... 12
A. Desain Studi Kasus ........................................................... 12
B. Subjek Studi Kasus ........................................................... 12
1. Kriteria Inklusi ............................................................ 12
2. Kriteria Eksklusi .......................................................... 12
C. Fokus Studi Kasus ............................................................. 12
D. Definisi Operasional .......................................................... 13
E. Instrumen Studi Kasus ...................................................... 13
F. Metode Pengumpulan Data ............................................... 13
G. Tempat Dan Waktu Studi Kasus ....................................... 14
H. Analisis Data Dan Penyajian Data .................................... 14
I. Etika Studi Kasus .............................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
ABSTRAK
Salah satu kebutuhan fisiologis yang sangat mendasar ialah kebutuhan
oksigenasi. Jika kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, maka akan terjadi gangguan
pertukaran gas, sehingga ketidakseimbangan antara oksigen yang dihirup dengan
karbondioksida yang dikeluarkan. Salah satu tindakan untuk mengatasi kebutuhan
oksigenasi adalah pemberian nasal kanul, yaitu alat sederhana untuk menghantarkan
oksigen dengan sistem aliran rendah. Tujuan studi kasus ini untuk menggambarkan
pemberian terapi oksigenasi melalui nasal kanul dalam menurunkan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Pada studi kasus ini menggunakan penelitian
kualitatif dengan desain studi kasus bersifat deskriptif. Penulis mengambil 2 pasien
sebagai subjek studi kasus sesuai kriteria di lantai 8 RSUD Koja. Hasil menunjukkan
bahwa pemberian nasal kanul dapat memenuhi pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada
kedua pasien. Didukung dengan adanya penelitian mengenai hubungan antara ketepatan
pemasangan alat oksigenasi menggunakan nasal kanul terhadap perubahan saturasi
oksigen pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Pemberian
oksigen melalui nasal kanul juga terlihat dapat mengurangi sesak napas pada kedua
pasien. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu pemberian oksigen nasal kanul pada
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi sangat berpengaruh terhadap pasien yang
mengalami gangguan pola napas.
Kata Kunci : Gangguan Kebutuhan Oksigenasi, Gaangguan Pola Napas, Nasal Kanul.
ABSTRACT
The need for oxygenation is one of the basic physiological needs. If the oxygen
demand is not met, there will be a disruption of gas exchange. As the result in an
imbalance between oxygen inhaled and carbon dioxide are released. Cannula nasal
administration, which is a simple tool to deliver oxygen with a low flow system is one of
the actions to overcome the need for oxygenation. The purpose of this study is describing
the administration of oxygenisation therapy through the nasal cannula in reducing the
impairment of fulfilling the need for oxygenisation. This case of the study is using
qualitative research with a descriptive case study design. The author took 2 patients as
the case of study subjects according to the criteria of the 8th floor of Koja Hospital. The
results show that cannula nasal administration could meet the fulfillment of the need for
oxygenation for both patients. Supported by the existence of research on the relationship
between the accuracy of the installation of an oxygenisation is using cannula nasal to
changes in oxygen saturation in patients with disorders of meeting the needs of
oxygenation. Giving oxygen through the nasal cannula is also seen to reduce shortness
of breath for both patients. Is the conclusion of this case is cannula oxygen
administration in disorders of fulfilling the need for oxygenisation is very influential on
patients who experience impaired breathing patterns.
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut teori Maslow kebutuhan fisiologis manusia yang harus dipenuhi
meliputi oksigen, air, makanan, eliminasi, istirahat dan tidur, penanganan nyeri,
pengaturan suhu tubuh, seksual, dan lain-lain (Goble, 2002). Salah satu
kebutuhan fisiologis yang sangat mendasar ialah kebutuhan oksigenasi, dimana
kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel
tubuh, untuk mempertahankan hidupnya dan untuk aktivitas berbagai organ
atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan
berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien
akan meninggal. Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh
secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara
fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian.
Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama
dan sangat vital bagi tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari
kondisi sistem pernapasan secara fungsional (Kusnanto, 2016).
Menurut data WHO, lebih dari 3 juta jiwa per tahunnya, orang-orang di
dunia mengalami penyakit paru dan diperkirakan 6% dari semua kematian di
seluruh dunia disebabkan karena mengalami penyakit pernapasan (WHO, 2019).
Bentuk gangguan yang dapat terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi yaitu seperti TBC, asma, pneumonia, edema paru, PPOK,
ISPA, bronchitis, influenza, dan kanker paru-paru (Adrian, 2018). Untuk
mengatasi gangguan tersebut, salah satunya dengan pemberian terapi oksigen.
Pemberian oksigen untuk mengurangi atau mengatasi masalah gangguan
pernapasan misalnya melalui nasal kanul, simple mask, rebreathing mask dan
non rebreathing mask, pemberian inhalasi, pemberian terapi komplementer, dan
masih banyak lagi. Salah satu tindakan untuk mengatasi kebutuhan oksigenasi
adalah dengan pemberian nasal kanul, yaitu pemberian O2 dengan sistem aliran
rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu
bernafas dengan pola pernafasan normal, dengan cara memasukkan selang yang
1
2
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pemberian O2 melalui nasal kanul untuk mengatasi
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi?
D. Manfaat Penulisan
1. Masyarakat
Masyarakat yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan
kebutuhan oksigenasi dapat berpartisipasi dalam pemberian terapi
oksigenasi melalui nasal kanul di rumah maupun rumah sakit.
2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan
Menambah keluasan ilmu dalam pemberian terapi oksigen dengan nasal
kanul.
3
3. Penulis
Penulis dapat memahami serta menambah wawasan dan pengalaman
mengenai pemberian oksigen dengan nasal kanul dan dapat menerapkan
prosedur ini untuk masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Proses oksigenasi
Menurut Tarwanto dan Wartonah (2006), pemenuhan kebutuhan
oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas 3 tahapan, yaitu:
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain adanya perbedaan tekanan antara atmosfer
4
5
60%. Indikasi : Pada pasien dengan kondisi seperti nyeri dada (baik
karena serangan jantung atau penyebab lain) dan pasien dengan sakit
kepala. Kontra Indikasi : Pada pasien dengan retensi karbondioksida
karena akan memperburuk retensi (Suciati, N. L., 2010).
c. Rebrathing Mask (Sungkup Muka Dengan Kantong Rebreathing)
Merupakan teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu
35%-60% dengan aliran 6-15 liter/menit, serta dapat meningkatkan
nilai PaCO2. Indikasi : Pasien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah.
Kontra Indikasi : Pada pasien dengan retensi CO2 karena akan
memperburuk retensi (Asmadi, 2010).
d. Non Rebrathing Mask (Sungkup Muka Dengan Kantong Non-
Rebreathing)
Merupakan teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen yang
tinggi mencapai 90% dengan aliran 6-15 liter/menit. Prinsipnya pada
penggunaan masker Non-Rebreathing ini adalah udara tidak bercampur
dengan udara eskpirasi. Indikasi : Pasien dengan kadar tekanan CO2
yang tinggi, pasien COPD, pasien dengan status pernafasan yang tidak
stabil dan pasien yang memerlukan intubasi. Kontra Indikasi : Pada
pasien dengan retensi CO2 karena akan memperburuk retensi (Suciati,
N. L., 2010).
7. Indikasi
Menurut Standar Keperawatan ICU Depkes RI (2005) dan Andarmoyo
(2012), indikasi terapi oksigen adalah :
a. Pasien hipoksia.
b. Oksigenasi kurang sedangkan paru normal.
c. Oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal.
d. Oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal.
e. Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi tinggi.
f. Pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah.
8. Kontraindikasi
Kontraindikasi utama terapi oksigen dengan nasal kanul adalah jalan
napas yang tersumbat, baik akibat trauma hidung, penggunaan tampon
hidung, atau akibat infeksi/inflamasi.
9. Kriteria Evaluasi
Pemberian oksigen dengan nasal kanul dikatakan berhasil apabila klien
sudah dapat bernapas secara normal tanpa bantuan alat. Respiratory rate
dalam batas normal yaitu 16-20x/menit. Serta SaO2 95-100%
d. Selang oksigen.
e. Plester / pita.
Ventilasi
Obstruksi jalan Perubahan volume
pernapasan
napas/pengeluaran sekuncup, pre load
mucus yang banyak dan after load serta
kontraktilitas
Hipoventilasi/
hiperventilasi
Bersihan jalan napas
tidak efektif Terganggu difusi
pertukaran O2 dan
Takipneu/ CO2 di alveolus
bradipneu
Gangguan pertukaran
Pola Napas gas
Tidak Efektif
C. Fokus Studi
Studi kasus yang dilakukan ialah Penerapan Prosedur Pemberian
Oksigenasi Melalui Nasal Kanul Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi di Lt 8 Ruang Paru RSUD Koja.
12
13
D. Definisi Operasional
1. Prosedur nasal kanul adalah pemberian oksigen yang akan ditempatkan di
hidung dengan tekanan 1-6 L/menit dan diberikan kepada pasien yang
mengalami gangguan kebutuhan oksigenasi dengan cara disangkutkan di
belakang telinga sehingga tidak mengganggu kebutuhan aktivitas klien.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan antara oksigen yang dihirup dengan karbondioksida
yang dikeluarkan pada pertukaran gas antara alveoli dan kapiler.
prosedur yang akan dilakukan oleh peneliti. Peneliti juga akan menerapkan
prinsip beneficience dan nonmaleficience yaitu prosedur yang akan diberikan
kepada pasien bisa berguna dan mendapatkan hasil yang efektif dan peneliti
tidak akan merugikan pasien dengan prosedur yang akan dilaksanakan. Yang
terakhir, peneliti akan menjaga informasi yang telah diperoleh dari pasien dan
keluarga guna menjaga privasinya dan informasi / data yang telah didapat akan
dipergunakan untuk keperluan studi kasus.
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. LAPORAN KASUS
1. Kasus 1
Pasien lahir di Jakarta 13 Desember 1956 usia 62 tahun, beragama
islam, tidak bekerja, status menikah, alamat pasien jl. Baru gang 3 RT 07/01,
kecamatan cilincing, Jakarta Utara. Pasien masuk RSUD Koja pada tanggal
12 April 2019 pukul 06.00, nomor rekam medis pasien 00-20-38-83. Pasien
datang dengan keluhan nyeri dada yang menjalar sampai kebelakang
punggung dan dada terasa sesak jika bernapas. Keluhan ini terjadi setelah
pasien selesai melakukan aktivitas dirumah. Pasien mengatakan pernah
merokok dulu dan sudah berhenti lama. Keluarga pasien mengatakan, pasien
memiliki riwayat penyakit jantung, penyakit asma, dan penyakit paru sejak
tahun 2014. Pasien mengatakan pernah minum obat jantung dari dokter yang
diminum tiap malam 1 tablet, tetapi pasien lupa nama obatnya. Pasien juga
mengalami panas dingin dirumah 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Setelah
itu pasien dibawa ke IGD RSUD Koja dan dipindahkan ke ruang paru lantai
8. Pasien mengatakan tidak pernah ada anggota keluarganya yang
mengalami penyakit seperti pasien saat ini ataupun penyakit menular
lainnya. Hasil pemeriksaan lab didapatkan, Hemoglobin 11,29/dL (N: 13,3
– 18,0 /dL), Jumlah leukosit 16,67 103/µL (N: 4,00 – 10,50 103/µL),
Hematokrit 39,4% (N: 42,0 – 52,0 %), Jumlah trombosit 374 103/µL (N: 163
– 337 103/µL).
Pasien terdiagnosa CAP (Community Acquired Pneumonia). Pasien
mendapatkan terapi medis Rhindovect 3x1 cc, inhalasi Combivent (2,5 ml)
3x1, Ceftriaxone 1x2 gr. Pasien terpasang vemplon di tangan kanan dan
terpasang oksigen nasal kanul 3 L/menit. Sehingga masalah keperawatan
yang muncul adalah gangguan pola napas tidak efektif. Berikut ini adalah
hasil observasi penulis dan respon dari pasien selama diberikan terapi
oksigen nasal kanul.
16
17
Dari data rekam medis pasien, pada pukul 20.00 WIB pasien telah
mendapatkan terapi oksigen nasal kanul. Setelah diberikan oksigen nasal
kanul, pasien terlihat lebih nyaman, tidak sesak lagi, dan pasien merasa bisa
beristirahat mala mini. Frekuensi napas 22x/menit SpO2 98%.
kanul, pasien terlihat lebih nyaman, tidak sesak lagi, dan pasien merasa bisa
beristirahat. Frekuensi napas 20x/menit SpO2 97%.
Kesimpulan
Setelah dilakukan pemberian oksigen melalui nasal kanul selama 4
hari pada pasien 1, terdapat beberapa perubahan yang terlihat yaitu, pada
hari pertama pasien masih terlihat sesak napas. Saat bernapas pasien
menggunakan otot pernapasan dada dan perut. Tidak ada retraksi dada,
pergerakan dada simetris. Suara pada kedua lapang paru vesikuler, tidak ada
ronchi. CRT <2 detik, frekuensi napas pasien 20x/menit dan SpO2 95%.
Dan setelah hari keempat terlihat pasien sudah tidak merasakan sesak lagi,
tidak adanya retraksi dada, pasien masih menggunakan otot bantu
pernapasan perut, tidak ada ronchi, bunyi pernapasan vesikuler, frekuensi
napas masih 28x/menit, SpO2 95%, pasien masih menggunakan otot bantu
pernapasan perut, CRT <2 detik. Pasien selalu mengikuti anjuran dalam
pemberian oksigen nasal kanul dan pasien mengatakan bahwa tindakan
pemberian oksigen nasal kanul sangat berguna untuk kesembuhannya.
2. Kasus 2
Pasien usia 66 tahun, beragama islam, status menikah, tidak bekerja.
Pasien masuk RSUD Koja pada tanggal 12 April 2019 pukul 16.00, nomor
rekam medis pasien 01-38-94-90. Pasien datang dengan keluhan panas
dingin saat dirumah 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga merasa
sesak dan cepat lelah. Pasien sempat dibawa ke RSUD Tanjung Priok dan
dipindahkan ke RS Dewa Kembar. Dan akhirnya, pasien dirujuk kembali
untuk pindah ke RSUD Koja. Pasien juga mengatakan, sebelum pasien
21
belum bisa mengeluarkan sputum. Capillary Revil Time (CRT) <2 detik.
Pasien mendapatkan terapi oksigen nasal kanul 3 L/menit dan mendapatkan
terapi inhalasi combivent 2,5 mg sebanyak 3x dalam sehari. Hasil
pengkajian didapatkan pasien mengatakan sesak napas, batuk dan sulit
untuk mengeluarkan dahaknya. Nafsu makan pasien baik. Pasien
mengatakan sudah terpasang oksigen sejak awal masuk rumah sakit.
Tekanan darah 128/90 mmHg, nadi 98x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu
36,3℃, SpO2 99%. CRT < 2 detik.
Pada pukul 13.30 WIB penulis melakukan pemberian oksigen nasal
kanul pada Tn.B. Penulis mengatakan akan memberikan oksigen melalui
nasal kanul dan pasien setuju. Sebelumnya penulis menjelaskan tujuan dari
pemberian oksigen melalui nasal kanul untuk memenuhi kebutuhan
oksigenasi. Setelah di cek, didapatkan SpO2 pasien 92%. Penulis mencuci
tangan terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan. Setelah itu
menyiapkan alat oksigen nasal kanul. Penulis memasang selang oksigen
pada tabung humidifier yang telah terisi air sesuai batasan. Selanjutnya
penulis menyalakan oksigen dan merasakan oksigen yang keluar di
permukaan kulit. Setelah oksigen terasa, penulis memposisikan pasien
menjadi semi fowler dan memasangkan oksigen nasal kanul dan
disangkutkan dibelakang telinga. Selanjutnya, penulis mendokumentasikan
hasil pemberian oksigen nasal kanul. Penulis melihat respon dari pasien.
Pasien mengatakan sudah merasa lebih enak setelah menggunakan oksigen.
Hasil dari saturasi oksigen yaitu 99%. Pasien tidak terlihat sesak. Frekuensi
napas pasien menjadi 22x/menit. Tidak ada retraksi dada. Suara napas
pasien vesikuler dan tidak terdengar ronchi.
Dari data rekam medis pasien, pada pukul 20.00 WIB pasien telah
mendapatkan terapi oksigen nasal kanul. Setelah diberikan oksigen nasal
kanul, pasien terlihat lebih nyaman, dan pasien terlihat sudah mau tidur.
Frekuensi napas 16x/menit SpO2 98%.
vital 129/69, nadi 82x/menit, suhu 38,1℃, frekuensi napas 20x/menit, SpO2
97%. Pasien saat ini sedang demam. Penulis sudah memberikan
paracetamol. Pasien masih menggunakan oksigen nasal kanul dan masih
terpasang dengan benar. Air pada humidifier masih pada batas maksimum.
Pasien saat ini hanya tiduran diatas tempat tidur dan selimutan. Pasien tidak
terlihat sesak. Pasien tidak terlihat menggunakan otot bantu pernapasan.
Tidak terlihat adanya retraksi dada. Konjungtiva anemis.
Pada pukul 17.30 WIB penulis melakukan observasi kembali.
Demam pasien sudah mulai turun, suhu 37,6℃. Tekanan darah 90/60
mmHg, frekuensi napas 24x/menit, nadi 102x/menit, SpO2 99%. Pasien
masih menggunakan oksigen nasal kanulnya. Oksigen masih terpasang
sesuai dengan anjuran 3L/menit dan masih terpasang dengan benar. Pasien
mengatakan tidak ada sesak. Pusing sedikit dan lebih ingin untuk tiduran
sore hari ini. Tidak ada retraksi dada, konjungtiva pasien terlihat anemis,
suara napas vesikuler dan CRT <2 detik.
oksigen nasal kanul. Didapatkan hasil frekuensi napas pasien saat ini
24x/menit. SpO2 90%. Penulis menyarankan pasien untuk menggunakan
kembali oksigen nasal kanulnya. Pasiein menyetujuinya. Penulis
memasangkan oksigen nasal kanul sesuai dengan sop sebelumnya dan
disangkutkan di belakang telinga. Setelah oksigen terpasang, penulis
kembali mengecek hasilnya. Frekuensi napas menjadi 20x/menit, SpO2
menjadi 99%, suara napas vesikuler, Tidak ada retraksi dada, pernapasan
menggunakan otot bantu napas dada. Kongjungtiva anemis. Capillary revil
time <2 detik.
Dari data rekam medis pasien, pada pukul 20.00 WIB pasien telah
mendapatkan terapi oksigen nasal kanul. Setelah diberikan oksigen nasal
kanul, pasien terlihat lebih nyaman, tidak sesak lagi, dan pasien merasa bisa
beristirahat malam ini. Frekuensi napas 22x/menit SpO2 98%.
Kesimpulan
Setelah dilakukan pemberian oksigen melalui nasal kanul selama 4
hari pada pasien 1, terdapat beberapa perubahan yang terlihat yaitu, pada
hari pertama pasien masih terlihat sesak napas. Saat bernapas pasien
menggunakan otot pernapasan dada. Tidak ada retraksi dada, pergerakan
dada simetris. Suara pada kedua lapang paru vesikuler, tidak ada ronchi.
CRT <2 detik, frekuensi napas pasien 22x/menit dan SpO2 99%. Dan
setelah hari keempat terlihat pasien sudah tidak merasakan sesak lagi, tidak
adanya retraksi dada, pasien masih menggunakan otot bantu pernapasan
perut, tidak ada ronchi, bunyi pernapasan vesikuler, frekuensi napas menjadi
20x/menit, SpO2 99%, pasien masih menggunakan otot bantu pernapasan
dada, CRT <2 detik. Pasien selalu mengikuti anjuran dalam pemberian
oksigen nasal kanul dan pasien mengatakan bahwa tindakan pemberian
oksigen nasal kanul sangat berguna untuk kesembuhannya.
26
Kasus 2
Pada hari senin 15 April 2019, pasien sudah terpasang oksigen nasal
kanul. Oksigen terpasang di tempat yang benar, kecepatan aliran oksigen
3L/menit, air humidifier berada dalam batas minimum, tidak ada sumbatan pada
jalan napas sehingga pasien dapat meggunakan oksigen nasal kanul secara
bebas.
Pada hari selasa 16 April 2019, pasien masih menggunakan oksigen nasal
kanulnya. Air humidifier masih dalam batas minimum. Oksigen amsih terpasang
dengan benar. Kecepatan aliran 3L/menit. Posisi pasien saat ini sedang tiduran.
Pasien mengatakan sedang ingin tiduran hari ini.
Pada hari rabu 17 April 2019, pasien melepas oksigennya. Pasien
mengatakan sudah tidak terlalu sesak dan tadi habis dari kamar mandi. Oksigen
sudah di matikan dan air humidifier sudah mau habis.
27
C. PEMBAHASAN
Menurut Potter & Perry (2010) yang perlu diperhatikan dalam pemberian
oksigen nasal kanul adalah tidak adanya hambatan / sumbatan pada jalan napas
yang dapat mengakibatkan jalan napas tersebut menjadi tersumbat. Agar oksigen
dapat masuk kedalam tubuh, sebaiknya jalan napas harus paten dan terbebas dari
sumbatan misalnya seperti sputum, darah, ataupun obstruksi jalan napas.
Keluhan utama pada pasien dengan gangguan pola napas adalah batuk, produksi
sputum berlebih, batuk berdarah, sesak napas, dan nyeri dada (Muttaqin, 2008).
Pada pasien 1 didapatkan hasil observasi yaitu, pasien terkadang mengalami
sesak napas, nyeri dada hingga ke punggung belakang. Sedangkan pada pasien
2 didapatkan hasil observasi yaitu pasien mengalami batuk 2 hari sebelum pasien
pulang. Batuk disertai sputum putih kental tetapi tidak terlalu banyak. Padahal
sebelumnya pasien tidak mengalami batuk.
Pada hari pertama, didapatkan frekuensi pernapasan pada pasien 1 yaitu
20x/menit dan SpO2 95%. Setelah 4 hari pemberian terapi nasal kanul, pasien
masih menggunakan oksigen. Didapatkan frekuensi napas menjadi 28x/menit
dan SpO2 95%. Pasien memiliki riwayat penyakit jantung, penyakit asma, dan
penyakit paru. Pasien juga sering merasa lelah ketika selesai melakukan
aktivitas, misalnya ketika pasien pergi ke kamar mandi pasien selalu merasa
sesak. Dan ketika kembali ke tempat tidur, pasien juga merasa sesak. Pada pasien
2, didapatkan pada hari pertama frekuensi pernapasan 22x/menit dan SpO2 99%.
Setelah 4 hari pemberian terapi nasal kanul, pasien sudah tidak menggunakan
oksigen nasal kanul. Pemberian terapi nasal kanul pun dihentikan. Pasien tidak
mengalami sesak napas ketika akan pergi ke kamar mandi maupun setelah
selesai dari kamar mandi. Pasien sebelumnya memiliki riwayat ada plek di paru-
parunya dan telah menjalani pengobatan selama 2 bulan dan dinyatakan oleh
dokter sudah sembuh. Kusnanto (2016) menyatakan bahwa gangguan pada
sistem respirasi dapat disebabkan oleh peradangan, obstruksi, trauma, kanker,
28
mengikuti diit makanan yang sudah dianjurkan dari rumah sakit. Dukungan dari
keluarga terutama istri yang selama ini menemani pasien sangat terlihat pada
pasien 1. Pada pasien 2, dukungan didapat dari anak dan cucu pasien yang
senantiasa menjaga pasien secara bergantian. Keluarga pun juga menggunakan
alat pelindung diri seperti masker ketika menemani pasien selama di ruangan.
Hal ini sesuai dengan teori Friedman (2010) yang menyatakan bahwa beberapa
bentuk dukungan keluarga diantaranya, dukungan penilaian, dukungan
instrumental, dukungan informasional, dan dukungan emosional. Dukungan
emosional memberikan individu mempunyai perasaan yang nyaman, merasa
dirinya dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat,
empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa
berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat
dan memberikan semangat.
A. Kesimpulan
Gangguan pertukaran gas merupakan suatu keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan antara oksigen yang dihirup dengan karbondioksida yang
dikeluarkan pada pertukaran gas antara alveoli dan kapiler. Kebutuhan tubuh
terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan mendesak.
Tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh akan mengalami kerusakan yang
menetap dan menimbulkan kematian. Salah satu terapi yang dapat mengurangi
gangguan pertukaran gas dengan cara terpi oksigen dengan nasal kanul. Nasal
kanul merupakan pemberian oksigen menggunakan selang nasal yang diletakkan
di hidung dan disangkutkan dibelakang telinga dengan kecepatan aliran oksigen
1-6 L/menit.
Pada saat penerapan di RSUD Koja mengenai terapi pemberian oksigen
nasal kanul sesuai dengan SOP yang ada, terdapat perbedaan dan persamaan
antara pasien 1 dengan pasien 2. Pada pasien 1 didapatkan setelah 4 hari
pemberian terapi oksigen, pasien terkadang mengalami sesak napas, nyeri dada
hingga ke punggung belakang frekuensi pernapasan 28x/menit. Pada pasien 2
didapatkan setelah 4 hari pemberian terapi oksigen, pasien mengalami batuk 2
hari sebelum pasien pulang, pasien tidak mengeluh sesak, frekuensi pernapasan
20x/menit. Setelah 2 pasien tersebut diberikan terapi oksigen nasal kanul
sebanyak 3L/menit, didapatkan adanya perubahan pada saturasi oksigen (SpO2).
Pada pasien 1, terjadi kenaikan SpO2 menjadi 94% dan pada pasien 2 terjadi
pula kenaikan SpO2 menjadi 98%.
Dari hasil pembahasan juga didapatkan persamaan pada pasien 1 dan
pasien 2 dari hasil observasi selama pasien dirawat di rumah sakit mengenai
motivasi untuk kesembuhan dari penyakit yang sedang dialaminya. Motivasi
pasien untuk sembuh sangat bagus. Pasien mengikuti semua anjuran perawatan
yang akan dilakukan misalnya seperti pemberian obat melalui inhalasi, intravena
maupun peroral. Pasien juga mengikuti diit makanan yang sudah dianjurkan dari
rumah sakit. Dukungan dari keluarga terutama istri yang selama ini menemani
pasien sangat terlihat pada kedua pasien.
30
31
B. Saran
Sebaiknya mahasiswa yang akan melakukan studi kasus, sebelum
melakukan studi kasus, alangkah baiknya mahasiswa harus bisa lebih
memahami dari materi apa yang akan dibahas supaya tidak ada hambatan dalam
penulisan karya tulis ilmiah nantinya dan juga sebelum melakukan kontrak
dengan pasien yang akan dijadikan subjek studi kasus lebih baik tanyakan
kepada kakak perawat yang ada di ruangan mengenai pasien yang sekiranya
masih lama berada di rumah sakit. Gunakan komunikasi terapeutik kepada
keluarga pasien agar tidak ada keraguan antara keluarga terhadap mahasiswa.
Untuk institusi pendidikan, sebaiknya institusi selalu mengupdate referensi
buku-buku berbentuk hard copy maupun soft copy mengenai gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi terbaru dan jika bisa buku hasil terjemahan
lebih di perbanyak.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, K. (2018). Gangguan yang Bisa Menimpa Sistem Resspirasi. Diakses dari
https:www.alodokter.com/, tanggal 8 Mei 2019.
Basri, S. dkk. (2015). Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Model Pengukuran Risiko
Pencemaran Udara terhadap Kesehatan). Jurnal Kesehatan.
Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga: Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Hanifah, Ifah. (2013). Pembelajaran membaca permulaan melalui metode analisis glass
bagi siswa berkesulitan membaca (Reading Difficulties), 42.
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurjanah, KL. Mufid, A. (2014). Gangguan Fungsi PAru dan Kadar Continine pada
Urin Karyawan yang Terpapar Asap Rokok Orang Lain. Jurnal Kemas.
Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Concept, Process And Practice. Edisi
7. Vol. 3. Jakarta: EGC
32
33
Rahayu,S & Harnanto, Addi.M. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan
Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia 2. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Samosir, H.A. (2015). Polusi Udara Sebabkan Hampir 60 Persen Penyakit Di Jakarta.
Diakses dari https://www.cnnindonesia.com/, tanggal 5 Februari 2019.
Sindif, N., Nofiyanto, M., Prasojo, R, A, J. (2014). Tidak Adahubungan Antara Durasi
Pemberian Oksigen Melalui Nasal Kanul Non Humidifier Dengan Insiden Iritasi
Mukosa Hidung Pada Pasien Di ICU. 3(3).154.
WHO. (2000). Air Quality Guidelines for Europe. Copenhagen: WHO Regional Office
for Europe.
1. Judul
Penerapan Prosedur Pemberian Oksigen Dengan Nasal Kanul Pada Pasien Pola
Napas Tidak Efektif.
2. Tujuan
Tujuan pada studi kasus ini adalah menggambarkan pemberian terapi oksigenasi
melalui nasal kanul untuk menurunkan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi.
3. Perlakuan terhadap subjek
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana peneliti akan melakukan
wawancara serta observasi terhadap subjek peneliti dan akan
mendokumentasikannnya secara narasi.
4. Masalah etik yang akan dihadapi responden
Studi kasus ini tidak menimbulkan kerugian secara ekonomi, fisik, maupun
secara hukum.
5. Kerahasiaan data
Peneliti akan menjamin kerahasiaan data yang telah diberikan responden dan
hanya akan menggunakan data tersebut untuk kepentingan studi kasus.
6. Hak untuk mengundurkan diri
Responden yang telah menyetujui untuk mengikuti studi kasus, tanpa paksaan,
dan atas kemauan dari diri sendiri, berhak untuk mengundurkan diri kapanpun
jika dirasa penelitian ini merugikan untuk responden.
7. Informasi tambahan
Jika responden memiliki pertanyaan atau hal yang perlu di klarifikasi dalam
penelitian ini, responden dapat bertanya langsung kepada peneliti
(Riska Fitriani)
Lampiran 2
Dengan ini menyatakan SETUJU menjadi Responden untuk studi kasus yang berjudul
“Penerapan Prosedur Pemberian Oksigen Dengan Nasal Kanul Pada Pasien Pola Napas
Tidak Efektif”. Dari penjelasan yang sudah dipaparkan oleh peneliti, saya mengerti
segala yang berhubungan dengan penyakit. Dan saya menyanggupi untuk menjadi
responden dari penelitian studi kasus ini beserta segala resikonya dengan sebenar-
benarnya dan tanpa paksaan dari pihak manapun.
Saksi Responden
( ) ( )
Lampiran 3
Studi Kasus : Penerapan Prosedur Pemberian Oksigen Dengan Nasal Kanul Pada
Pasien Pola Napas Tidak Efektif.
Nama Inisial : Tn. D
Umur : 62 tahun.
Pekerjaan : tidak bekerja
Pewawancara : Riska Fitriani
Pertanyaan :
2. Apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama?
Jawab: “gaada. Baru saya saja.”
Studi Kasus : Penerapan Prosedur Pemberian Oksigen Dengan Nasal Kanul Pada
Pasien Pola Napas Tidak Efektif.
Nama Inisial : Tn. B
Umur : 66 tahun.
Pekerjaan : tidak bekerja
Pewawancara : Riska Fitriani
Pertanyaan :
2. Apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama ?
Jawab : “gaada. Baru saya saja.”
9. Apa ada perbedaan sesudah dan sebelum menggunakan oksigen nasal kanul?
Jawab: “sama aja rasanya. Tapi pas udah dikasih oksigennya, jadi enakan
napasnya.”
Lampiran 5
Dilakukan
No Tindakan keperawatan Keterangan
Ya Tidak
1. Tahap Pra Interaksi
a. Cek catatan perawatan dan
catatan medis pasien untuk ✔
pemeriksaan
b. Sebelum dan sesudah tindakan
cuci tangan ✔
c. Siapkan alat-alat
1. Tabung oksigen lengkap
dengan flow meter dan ✔
humidifier
2. Alat oksigenasi (nasal
kanul) ✔
3. Selang oksigen ✔
4. Aquabides ✔
5. Plester ✔
6. Gunting ✔
7. Bengkok ✔
8. Handscoon ✔
9. Masker ✔
2. Tahap Orientasi
d. Berikan salam, panggil pasien
✔
dengan namanya
e. Memperkenalkan nama
✔
perawat
f. Jelaskan tujuan tindakan pada
✔
pasien
g. Beri kesempatan pada pasien
✔
untuk bertanya.
h. Sediakan privasi bagi pasien.
✔
3. Tahap Kerja
i. Atur aliran oksigen sesuai
dengan kecepatan yang
dibutuhkan, Kemudian
✔
observasi humidifier dengan
melihat air bergelembung.
j. Memastikan volume air steril
dalam tabung pelembab sesuai ✔
ketentuan
k. Menghubunbgkan selang dari
kanula nasal ke tabung
✔
oksigen
l. Memeriksa apakah oksigen
✔
keluar dari kanula
m. Pasang kanula nasal pada
hidung dan atur pengikat ✔
untuk kenyaman pasien
n. Periksa kanula tiap 6-8 jam ✔