Anda di halaman 1dari 20

Laporan

PENGELOLAAN HAMA PENYAKIT TANAMAN

Kelompok 7
MUTIA HANAPI 613418066
NOVITA ANGRAINI NUR 613418065
BRAYEN MOGOT 613418049

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengelolaan
Hama Penyakit Tanaman” .
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dalam penulisan
maupun materi yang dibahas. Kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat penulis harapkan demi penyerpunaan makalah di masa
mendatang. semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dari semua pihak.

Gorontalo ,28 Maret 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
2.1 Klasifikasi Tanaman Padi...............................................................
2.2 Morfologi Tanaman Padi................................................................
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Padi .......................................................
BAB III METODOLOGI.................................................................................
3.1 Waktu dan Tempat............................................................................
3.2 Alat dan Bahan..................................................................................
3.3 Cara Kerja.........................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................
4.1 Hasil dan Pembahasan....................................................................
BAB V PENUTUP...........................................................................................
5.1 Kesimpulan.....................................................................................
5.2 Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
LAMPIRAN.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Padi merupakan tanaman serealia penting dan digunakan sebagai makanan
pokok oleh bangsa Indonesia. Itulah sebabnya produksi padi sangat perlu untuk
ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi faktor penggangu yang
dapat berakibat pada penurunan produksi. Beberapa faktor yang mempengaruhi
tinggi rendahnya produksi padi adalah penggunaan varietas, pemakaian pupuk,
cara bercocok tanam, serta jasad pengganggu (OPT) (Tarunoku, 2011).
Kendala utama yang sering dihadapi oleh petani adalah adanya Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT). Dimana Organisme pengganggu ini berupa hama
penyakit dan gulma yang dapat menyebabkan rendahnya produktivitas padi per
hektar, bahkan dapat menyebabkan gagal panen atau puso. Rata-rata kehilangan
hasil tanaman padi karena serangan OPT yakni ± 30% dan kehilangan hasil
karena hama sekitar 20 – 25% setiap tahun ( Untung K, 2010). Salah satu jenis
jasad pengganggu yang banyak merugikan petani adalah jenis serangga hama
yakni serangga werng, walang sangit, penggerek batang padi, hama putih palsu,
hama ganjur, ulat grayak, kepik hijau dan beberapa serangga hama lainnya yang
sering dijumpai yang keberadaannya dapat mengganggu tanaman padi sehingga
berdampak pada penurunan hasil. Salah satu daerah yang mengalami kehilangan
hasil yang disebabkan oleh serangga hama walang sangit yakni daerah Sumatra
mulai dari Aceh menelusuri pantai barat sampai Lampung mencapai 50%/ha
(Kahlshoven dalam Kartohardjono, et al., 2009).
Mengingat serangga merupakan organisme tanaman yang dapat
menurunkan hasil, maka keberadaan serangga perlu diantisipasi
perkembangannya karena dapat menimbulkan kerugian bagi petani. Oleh karena
itu untuk meningkatkan produksi padi, beberapa hal perlu dilakukan adalah
dengan memperbaiki kultur teknik budidaya padi sawah dan menanam padi
hibrida atau varietas unggul yang bersertifikat, serta pemakaian pupuk, dan cara
bercocok tanam dalam hal pengaturan jarak tanam.
Varietas unggul berperan penting dalam program peningkatan produksi
padi dimana penggunaan varietas unggul dan tahan terhadap serangan hama
penyakit merupakan dasar sistem PHT (pengendalian hama terpadu) untuk
berbagai jenis OPT. Semakin peka sesuatu varietas, semakin besar kerusakan,
yang akhirnya akan berakibat pada penurunan hasil produksi. Demikian pula
semakin besar kerusakan, semakin besar usaha pengendalian yang dilakukan dan
akan semakin banyak pestisida yang digunakan, akhirnya kerusakan lingkungan
semakin besar pula (Nurwahidah dan Sacnong, 2010). Selain pemilihan varietas
unggul, penggunaan pupuk yang tidak sesuai juga dapat mempengaruhi populasi
serangga dan penurunan hasil produksi.
Faktor lain yang menyebabkan tanaman mudah terserang hama penyakit adalah
cara bercocok tanam, misalnya dalam hal mengatur jarak tanam. Dimana
pengaturan jarak tanam hendaknya dilakukan sedemikian rupa agar tidak tercipta
kondisi lingkungan yang mendorong berkembangnya hama (Romdhoni, 2008).
Sistem jarak tanam yang baik dapat mengurangi tingkat kelembaban suatu
tanaman sebab sirkulasi udara terkontrol dan penyinaran matahari pun merata
pada setiap tanaman padi, sedangkan jarak tanam yang terlalu rapat dapat
menyebabkan iklim mikro bagi kehidupan hama pada suatu tanaman, sehingga
mudah terserang hama penyakit. Oleh karena itu dengan adanya perbedaan
penerapan teknologi PHT dapat mengakibatkan terjadinya perubahan keadaan
lingkungan yang dapat menekan populasi serangga hama dan jenis-jenis hama.
Selain itu dengan adanya perbedaan penggunaan varietas, pemupukan dan sistem
jarak tanam maka akan membentuk Agroekosistem berbeda pada pertanaman
padi, dimana jenis dan populasi serangga akan berbeda pada setiap agroekosistem.
sehingga perlu pengetahuan mengenai identifikasi dan klasifikasi serangga.
Identifikasi dan klasifikasi serangga diperlukan agar jenis-jenis serangga yang
demikian banyaknya dapat dibedakan. Misalnya, dari sekian banyak serangga
yang menjadi hama tanaman padi sangat perlu diketahui jenis-jenisnya, karena
mereka memiliki perilaku hidup yang berbeda, menyerang bagian tanaman yang
berbeda (daun, buah, batang, akar) menyebabkan kerugian yang berbeda sehingga
berbeda pula cara penanganannya. Oleh karena itu proses identifikasi yang akurat
harus dilakukan. Salah satu syarat keberhasilan usaha pengendalian hama padi
adalah dengan identifikasi langsung terhadap jasad pengganggunya, sehingga
dengan demikian dapat diketahui hama serangga apa yang menyerang pada
tanaman tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana mengendalikan hama penyakit tanaman padi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman Padi
Tanaman padi merupakan tanaman yang sangat penting bagi warga
Indonesia, karena tanaman padi merupakan sumber utama karbohidrat
masyarakat, dari kalangan atas hingga mengengah kebawah.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monokotil
Subkelas : Commelinids
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza Sativa
2.2 Morfologi Tanaman Padi
1. Akar
literatur Aak (1992) akar adalah bagian tanaman yang berfungsi menyerap
air dan zat makanan dari dalam tanah, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman.
Akar tanaman padi dapat dibedakan atas:
Radikula: akar yang tumbuh pada saat benih berkecambah. Pada benih yang
sedang berkecambah timbul calon akar dan batang. Calon akar mengalami
pertumbuhan ke arah bawah sehingga terbentuk akar tunggang, sedangkan calon
batang akan tumbuh ke atas sehingga terbentuk batang dan daun.
Akar serabut (akaradventif): setelah 5-6 hari terbentuk akar tunggang, akar
serabut akan tumbuh.
Akar rambut: merupakan bagian akar yang keluar dari akar tunggang dan akar
serabut. Akar ini merupakan saluran pada kulit akar yang berada diluar, dan ini
penting dalam pengisapan air maupun zat-zat makanan. Akar rambut biasanya
berumur pendek sedangkan bentuk dan panjangnya sama dengan akar serabut.
Akar tajuk (crown roots): adalah akar yang tumbuh dari ruas batang terendah.
Akar tajuk ini dibedakan lagi berdasarkan letak kedalaman akar di tanah yaitu
akar yang dangkal dan akar yang dalam. Apabila kandungan udara di dalam tanah
rendah,maka akar-akar dangkal mudah berkembang. Bagian akar yang telah
dewasa (lebih tua) dan telah mengalami perkembangan akan berwarna coklat,
sedangkan akar yangbaru atau bagian akar yangmasih muda berwarna putih.
2. Batang
Pertumbuhan batang tanaman padi adalah merumpun, dimana terdapat
satu batang tunggal/batang utama yang mempunyai 6 mata atau sukma, yaitu
sukma 1, 3, 5 sebelah kanan dan sukma 2, 4, 6 sebelah kiri. Dari tiap-tiap sukma
ini timbul tunas yang disebut tunasorde pertama. Tunas orde pertama tumbuhnya
didahului oleh tunas yang tumbuh dari sukma pertama, kemudian diikuti oleh
sukma kedua, disusul oleh tunas yang timbul dari sukma ketiga dan seterusnya
sampai kepad apembentukan tunas terakhir yang keenam pada batang
tunggal.Tunas-tunas yang timbul dari tunas orde pertama disebu ttunas orde
kedua. Biasanya dari tunas-tunas orde pertama ini yang menghasilkan tunas-tunas
orde kedua ialah tunas orde pertama yang terbawah sekali pada batang tunggal/
utama. Pembentukan tunas dari orde ketiga pada umunya tidak terjadi,oleh karena
tunas-tunas dari orde ketiga tidak mempunyai ruang hidup dalam kesesakan
dengan tunas-tunas dari orde pertama dan kedua.
3. Daun
Padi termasuk tanaman jenis rumput-rumputan mempunyai daun yang
berbeda-beda, baik bentuk, susunan, atau bagian bagiannya. Ciri khas daun padi
adalah adanya sisik dan telinga daun. Hal inilah yang menyebabkan daun padi
dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain. Adapun bagian-bagian daun padi
adalah :
Helaian daun: terletak pada batang padi dan selalu ada. Bentuknya memanjang
seperti pita. Panjang dan lebar helaian daun tergantung varietas padi yang
bersangkutan.
Pelepah daun (upih): merupakan bagian daun yang menyelubungi batang,
pelepah daun ini berfungsi memberi dukungan pada bagian ruas yang jaringannya
lunak, dan hal ini selalu terjadi.
Lidah daun: lidah daun terletak pada perbatasan antara helai daun dan upih.
Panjang lidah daun berbeda-beda, tergantung pada varietas padi. Lidah daun
duduknya melekat pada batang. Fungsi lidah daun adalah mencegah masuknya air
hujan diantara batang dan pelepah daun (upih). Disamping itu lidah daun juga
mencegah infeksi penyakit, sebab media air memudahkan penyebaran penyakit.
Daun yang muncul pada saat terjadi perkecambahan dinamakan coleoptile.
Koleopti lkeluar dari benih yang disebar dan akan memanjang terus sampai
permukaan air. koleoptil baru membuka, kemudian diikuti keluarnya daun
pertama, daun kedua dan seterusnya hingga mencapai puncak yang disebut daun
bendera, sedangkan daun terpanjang biasanya pada daun ketiga. Daun bendera
merupakan daun yang lebih pendek daripada daun-daun di bawahnya, namun
lebih lebar dari pada daun sebelumnya. Daun bendera ini terletak di bawah malai
padi. Daun padi mula-mula berupa tunas yang kemudian berkembang menjadi
daun. Daun pertama pada batang keluar bersamaan dengan timbulnya tunas (calon
daun) berikutnya. Pertumbuhan daun yang satu dengan daun berikutnya (daun
baru) mempunyai selang waktu 7 hari,dan 7 hari berikutnya akan muncul daun
baru lainnya.
4. Bunga dan Buah
Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas
dinamakan malai. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang
kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang.
Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dancara bercocok
tanam. Dari sumbu utama pada ruas buku148yang terakhir inilah biasanya
panjang malai (rangkaian bunga) diukur. Panjang malai dapat dibedakan menjadi
3 ukuran yaitu malai pendek (kurang dari 20 cm), malai sedang (antara 20-30 cm),
dan malai panjang (lebih dari 30cm). Jumlah cabang pada setiap malai berkisar
antara 15-20 buah, yang paling rendah 7 buah cabang, dan yang terbanyak dapat
mencapai 30 buah cabang. Jumlah cabang ini akan mempengaruhi besarnya
rendemen tanaman padi varietas baru, setiap malai bisa mencapai100-120 bunga
(Aak, 1992).
Buah padi yang sehari-hari kita sebut biji padi atau butir/gabah,sebenarnya
bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini
terjadi setelah selesai penyerbukkan dan pembuahan. Lemma dan palea serta
bagian lain yang membentuk sekam atau kulit gabah (Departemen Pertanian,
1983). Jika bunga padi telah dewasa, kedua belahan kembang mahkota (palea dan
lemmanya) yang semula bersatu akan membuka dengan sendirinya sedemikian
rupa sehingga antara lemma dan palea terjadi siku/sudut sebesar 30-600.
Membukanya kedua belahan kembang mahkota itu terjadi pada umumnya pada
hari-hari cerah antara jam 10-12, dimana suhu kira-kira 30-320C. Di dalam dua
daun mahkota palea dan lemma itu terdapat bagian dalam dari bunga padi yang
terdiri dari bakal buah (biasa disebut karyiopsis). Jika buah padi telah masak,
kedua belahan daun mahkota bunga itulah yang menjadi pembungkus berasnya
(sekam). Diatas karyiopsis terdapat dua kepala putik yang dipikul oleh masing-
masing tangkainya. Lodicula yang berjumlah dua buah, sebenarnya merupakan
daun mahkota yang telah berubah bentuk. Pada waktu padi hendak berbunga,
lodicula menjad imengembang karena menghisap cairan dari bakal buah.
Pengembangan ini mendorong lemma dan palea terpisah dan terbuka. Hal ini
memungkinkan benang sari yang memanjang keluar dari bagian atas atau dari
samping bunga yang terbuka tadi. Terbukanya bunga diikuti dengan pecahnya
kandung serbuk, yang kemudian menumpahkan tepung sarinya. Sesudah tepung
sarinya ditumpahkan dari kandung serbuk maka lemma dan palea menutup
kembali.   Dengan berpindahnya tepung sari dari kepala putik maka selesailah
sudah proses penyerbukkan. Kemudian terjadilah pembulaian yang menghasilkan
lembaga danendosperm. Endosperm adalahpenting sebagai sumbercadangan
makanan bagitanaman yang baru tumbuh.
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Padi
Tanaman padi dapat tumbuh dan berkembang dalam kondisi yang baik,
dalam hal ini adalah dukungan alam (Ina, 2007). Adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi adalah:
Tanah
Tanah yang sesuai untuk tanaman padi, secara fisik mempunyai tekstur
lempung hingga lempung liat berpasir, strukturnya ringan, memiliki pori-pori
mikro yang cukup dengan komposisi 20%. Secara kimia, mengandung bahan
organik 1 – 1,5%, cukup mengandung KTK 10 – 20 me/100 g, hara tersedia
POlsen 5 – 10 ppm, Kdd 0,15 – 0,30 me/100 g, serta pH tanah berkisar antara 5 –
7 (Departemen Pertanian, 2008). Berdasarkan kajian Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, bahwa tanah yang
cocok untuk tanaman padi lebih ditentukan oleh pengelolaannya dibandingkan
kondisi iklim dan tanahnya. Reaksi tanah (pH) yang masih dapat ditoleransi
tanaman padi adalah berkisar antara 4,5 – 8.
Iklim
Keadaan iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, termasuk
padi. Tanaman padi sangat cocok tumbuh di iklim yang berhawa panas dan
banyak mengandung uap air. Komponen iklim ini, meliputi curah hujan, suhu,
ketinggian tempat, sinar matahari, dan angin.
Curah hujan
Tanaman padi membutuhkan curah hujan rata-rata 200 mm/bulan atau
lebih dengan distribusi selama empat bulan. Curah hujan yang baik akan
memberikan dampak yang baik dalam pengairan, sehingga genangan air yang
diperlukan tanaman padi di sawah dapat terpenuhi.
Suhu
Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 23oC ke atas,
sedangkan di Indonesia pengaruh suhu tidak terasa karena suhunya hampir
konstan sepanjang tahun. Adapun salah satu pengaruh suhu terhadap tanaman padi
ialah kehampaan pada biji.
Ketinggian Tempat
Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah maupun
dataran tinggi. Ketinggian tempat untuk tanaman padi dataran rendah yaitu 0 –
650 meter diatas permukaan laut dengan suhu 22 – 27oC, sedangkan untuk
dataran tinggi 650 – 1500 meter diatas permukaan laut dengan suhu 19 – 23oC.
Sinar Matahari
Sinar matahari diperlukan oleh tanaman padi untuk melangsungkan proses
fotosintesis, terutama proses pengisian dan pemasakan biji padi akan tergantung
terhadap intensitas sinar matahari.
Angin
Angin memiliki peranan yang cukup penting bagi pertumbuhan tanaman
padi. Tanaman padi dapat melakukan proses penyerbukan dan pembuahan dengan
bantuan angin. Jenis angin yang cocok untuk penyerbukan dan pembuahan
tanaman padi adalah angin sepoi-sepoi.
BAB III
METODEOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum mewawancarai petani dilaksanakan pada hari Sabtu, Tanggal
27 Maret 2021 pukul 08.00 sd 10.00 WIT. Kegiatan praktikum ini di laksanakan
di Kelurahan Heledulaa, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
1. Alat
Kamera
Alat Tulis Menulis
2.Bahan
Tanaman Padi
Kuisioner
3.3 Cara Kerja
1. Menentukan lokasi areal pertanaman padi yang akan dijadikan sebagai
areal observasi lapang budidaya padi.
2. Mengajukan beberapa pertanyaan berupa pertanyaan yang terdapat di
kuisioner.
3. Membuat laporan tertulis sesuai kegiatan observasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan
Hama dan Penyakit Tanaman Padi Hasil pengamatan Hama dan Penyakit
Tanaman Padi yang ditemukan pada praktikum Pengelolaan Hama dan Penyakit
di daerah Sawah Heledulaa Utara Kota Timur, Kota Gorontalo dengan petani
yang bernama Bapak Umur Sulila Usia 41 tahun dan Bapak Mani Hasan Usia 60
tahun bahwa masalah utama yang sering dihadapi yaitu adanya serangan hama
dan penyakit, adalah sebagai berikut, yaitu : Wereng Coklat, Hama Putih, Walang
Sangit, Penyakit Hawar Daun. Berikut adalah penjelasan mengenai hama dan
penyakit yang ditemukan praktikan dibawah ini!
1. Pengenalan Walang Sangit
Walang sangit (L. oratorius L) merupakan salah satu hama penting yang
menyerang tanaman padi sawah. Hama ini umumnya menyerang tanaman padi
pada fase pemasakan dengan cara menghisap cairan bulir padi yang sedang
mengisi sehingga menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak
sempurna.
Di Indonesia walang sangit merupakan hama potensial yang pada kondisi
tertentu menjadi hama penting dan dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga
mencapai 50%. Hasil penelitian menunjukkan populasi walang sangit 5 ekor per 9
rumpun padi akan menurunkan hasil 15%. Hubungan antara kepadatan populasi
walang sangit dengan penurunan hasil menunjukkan bahwa serangan satu ekor
walang sangit per malai dalam satu minggu dapat menurunkan hasil 27%.
Kualitas gabah (beras) yang terserang oleh walang sangit akan berkurang.
Diantaranya menyebabkan meningkatnya Grain dis-coloration perubahan warna
pada gabah ataupun beras yang dihasilkan. Serangan walang sangit dapat
menurunkan produksi dan menurunkan kualitas gabah.
Pengendalian
Sampai sekarang belum ada varietas padi yang tahan terhadap hama walang
sangit. Berdasarkan cara hidup walang sangit, tanam serempak dalam satu
hamparan merupakan cara pengendalian yang sangat dianjurkan. Setelah ada
tanaman padi berbunga walang sangit akan segera pindah dari rumput-rumputan
atau tanaman sekitar sawah ke pertanaman padi yang pertama kali berbunga.
Sehingga jika pertanaman tidak serempak pertanaman yang berbunga paling awal
akan diserang lebih dahulu dan tempat berkembang biak . Pertanaman yang paling
lambat tanam akan mendapatkan serangan yang relatif lebih berat karena walang
sangit sudah berkembang biak pada pertanaman yang berbunga lebih dahulu.
Dianjurkan beda tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 2,5 bulan.
2. Pengendalian Wereng coklat
Wereng coklat (Nilapavarta lugens) merupakan salah satu hama penting pada
tanaman padi, karena pada serangan yang berat dapat menyebabkan puso (gagal
panen).
a. Ekobiologi Wereng Coklat
Ekobiologi hama wereng adalah sebagai berikut:
 Menyukai tanaman yg dipupuk N dosis tinggi dengan jarak tanam rapat.
 Siklus hidup 21-33 hari.
 Stadia rentan adalah sejak pembibitan hingga fase masak susu.
 Hama menghisap cairan tanaman pada sistem vaskuler (pembuluh).
Imago Wereng Coklat
b. Tanda Serangan
Tanaman padi yang terserang hama wereng coklat menunjukkan gejala
menguning dan mengering dengan cepat. Umumnya gejala terlihat mengumpul
pada satu lokasi dan melingkar (hopperburn). Selain sebagai hama, wereng coklat
juga merupakan vektor (penular) penyakit virus kerdil rumput pada tanaman padi.
Pengendalian Wereng Coklat
Pencegahan:
1) Bersihkan gulma dari sawah dan areal sekitarnya.
2) Hindari penggunaan pestisida secara tidak tepat yang dapat
menyebabkan terbunuhnya musuh alami.
3) Gunakan varietas tahan,. Inpari 6, Inpari 13 , Inpari 18, Inpari19,
Inpari 23
4) Jumlah kritis: Pada kepadatan 1 wereng coklat/ batang atau kurang,
masih ada peluang untuk bertindak guna menekan populasi.
5) Amati wereng di persemaian setiap hari, atau setiap minggu setelah
tanam pindah pada batang dan permukaan air. Periksa kedua sisi
persemaian. Pada tanaman yang lebih tua, pegang tanaman dan
rebahkan sedikit dan tepuk dengan pelan dekat bagian basal untuk
melihat kalau ada wereng yang jatuh ke permukaan air.
6) Gunakan perangkap cahaya pada waktu malam ketika terlihat ada
gejala serangan wereng. Jangan tempatkan cahaya dekat
persemaian atau sawah.
7) Jarak tanam jajar legowo
8) Pemupukan berimbang
Pengendalian secara mekanik dan fisik:
1) Genangi persemaian, selama sehari, sampai hanya ujung bibit saja yang
terlihat.
2) Sapu persemaian dengan jaring untuk menghilangkan wereng (tapi tidak
telurnya), terutama dari persemaian kering. Pada kepadatan wereng yang
tinggi, penyapuan tidak akan dapat menghilangkan wereng dalam jumlah
banyak dari bagian basal tanaman.
Pengendalian hayati:
1) Bila musuh alami lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan wereng,
risiko ledakan serangan kecil. Musuh alami wereng termasuk laba-
laba,kumbang tanah,paedorus dan beberapa jenis parasitoid telur.
2) Pemanfaatan agensi hayati cendawan patogen seperti Beauveria sp,
Metarhizium Anisoptiae, Verticillium.
Pengendalian kimiawi:
Apabila populasi hama sudah di atas ambang ekonomi maka perlu
penggunaan insektisida dengan bahan aktif buprofezin, BPMC dan imidakloprid.
Penggunaan insektisida yang tidak sesuai akan mengganggu
keseimbangan alami karena terbunuhnya musuh alami wereng, menyebabkan
resurjensi atau ledakan serangan hama. Sebelum menggunakan pestisida, hubungi
petugas perlindungan tanaman atau penyuluh untuk mendapatkan saran dan
petunjuk. Baca petunjuk yang tertera di label dengan teliti setiap sebelum
pestisida digunakan (among wibowo).
3. Hama Putik/palsu
Hama ini disebut hama putih palsu karena gejala serangannya hampir
menyerupai gejala serangan hama putih. Walaupun hama putih palsu
(Cnaphalocrocis medinalis) bukan hama utama dan hama yang membahayakan
bagi tanaman padi akan tetapi serangan hama putih palsu tetap akan berdampak
merugikan bagi petani. Dari pengalaman maspary serangan hama putih palsu
terjadi pada saat tanaman masih dalam vase vegetatif (tanaman muda) walaupun
tidak menutup kemungkinan juga kadang terjadi saat tanaman sudah keluar malai.
Dan biasanya menjadi serangan yang berarti bila kerusakan pada daun terjadi saat
padi memasuki fase anakan maksimum dan fase pematangan mencapai > 50%.
Hama putih palsu biasanya menjadi hama penting pada tanaman padi yang
dipupuk berat. Ledakan populasi/jumlah dapat terjadi pada musim tanam setelah
melewati musim kemarau yang panjang.
Kerusakan akibat serangan larva/ ulat hama putih palsu terlihat dengan adanya
warna putih pada daun di pertanaman. Larva makan jaringan hijau daun dari
dalam lipatan daun meninggalkan permukaan bawah daun yang berwarna putih.
Siklus hidup hama ini berkisar 30-60 hari.
Gejala Serangan:
 Daun bergulung dan terdapat garis-garis putih transparan sepanjang 15 –
20 cm.
 Dalam setiap daun terdapat lebih dari 1 garis.
 Garis-garis putih transparan tersebut sejajar dengan dengan ibu tulang
daun.
 Jika terjadi serangan berat, maka setiap tanaman banyak terdapat
gulungan-gulungan daun.
 Daun yang rusak berat akan mengering dan sawah yang terserang berat
tampak seperti terbakar.
 Serangan akan menimbulkan kerugian besar jika daun bendera (daun yang
tegak lurus ke atas) ikut rusak.
Cara Pengendalian:
Budidaya Kultur Teknik
 Mengurangi dosis pupuk N (seperti Urea). Lakukan pupuk berimbang
antara N, P dan K.
 Memberantas gulma (rumput pengganggu) di pematang sawah
Hayati/Alami
 Tingkat kematian yang tinggi yang sering terjadi di lapangan merupakan
akibat dari aktivitas musuh alaminya.
 Musuh alami dapat menyerang hama putih palsu mulai dari fase telur
hingga fase dewasa (imago/ngengat).
 Contoh musuh alami hama putih palsu yaitu parasit telur berupa tabuhan
Apanteles ruficrus, parasit ulat (larva) Melcha maculiceps dan parasit
kepompong (pupa) Brachymeria sp.
Kimiawi
 Jika hama telah menyerang sampai pada ambang batas ekonomi maka baru
diperlukan pengendalian menggunakan insektisida kimiawi
 Gunakan insektisida (bila diperlukan) berbahan aktif fipronil atau
dimehipo
4. Penyakit Hawar Daun
Penyakit hawar daun bakteri atau kresek disebabkan oleh bakteri
Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Serangan yang terjadi pada awal
pertumbuhan menyebabkan tanaman menjadi layu dan mati, gejala ini disebut
kresek dan pada tanaman dewasa menimbulkan gejala hawar (blight). Gejala
hawar daun bakteri dimulai dari tepi daun, berwarna keabu-abuan dan daun
menjadi kering. Bagian yang kering ini akan semakin meluas ke arah tulang daun
hingga seluruh daun akan mengering. Serangan oleh bakteri ini dapat terjadi pada
fase vegetatif dan generatif yang mengakibatkan kerusakan tanaman serta
menurunkan hasil produksi tanaman padi. Bahkan, dalam serangan berat dapat
mengakibatkan terjadinya puso.
Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit yang terbawa oleh benih (seed
borne diseases). Penyakit akan berkembang dari benih padi yang terinfeksi oleh
patogen. Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan penyakit hawar daun
bakteri antara lain:
1) penggunaan varietas rentan penyakit hawar daun bakteri;
2) pemupukan tidak berimbang, dan;
3) kondisi cuaca (kelembaban tinggi, suhu rendah, curah hujan tinggi dan
angin kencang).
4) Pengendalian penyakit hawar daun bakteri baik secara preventif maupun
responsif dilakukan dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT),
dengan cara ramah lingkungan antara lain yaitu :
5) benih sehat dan toleran terhadap penyakit hawar daun bakteri;
6) menerapkan pola tanam jajar legowo;
7) melakukan pemupukan berimbang;
8) melakukan sanitasi lingkungan dari gulma inang dan sisa tanaman padi;
9) melakukan pengairan berselang;
10) menggunakan agens hayati Paenibacillus polymyxa pada benih maupun
tanaman, dan;
11) menggunakan pestisida apabila serangan sudah mencapai ambang
pengendalian.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hama dan Penyakit yang menyerang padi ternyada sangat banyak
dan beragam. Saat melakukan wawancara ada beberapa ghama dan
penyakit yang ditemui salah satunya Walang Sangit, Wereng Coklat,
Hama Putih dan Penyakit Hawar Daun. Pengendalian hama dan penyakit
pada tanaman padi dilakukan dengan cara hayati, biologis, kimiawi,
mekanis, dan lain sebagainya guna meningkatkan produksi tanaman.
Hama Penyakit tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
ada tanaman padi, sehingga diperlukan berbagai cara untuk
mengendalikanya.
5.2 Saran
Dimohon kepada mahasiswa harap serius dalam menjalani
praktikum, harap memperhatikan dosen yang sedang menjelaskan, dan
fokus dalam mengidentifikasi hama dan penyakit tanaman guna bekal ilmu
yang bermanfaat dalam mengabdi kepada masyarakat.
Akan lebih baik jika kita sering mengamati dan melkukan
penanggulangan langsung di lahan, sangat bermanfaat dan sekalian
mengasah ilmu untuk mendapat pengetahuan yang lebih mendalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Pengendalian Penggerek Batang Padi. . Diakses Tanggal 11 Juni
2013. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2009.
Padi. Jakarta (Perdana, A, S,. 200. Budidaya Padi Gogo. Mahasiswa Swadaya
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian UGM) Matnawi, H,. 1986.
Perlindungan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta. Tjahjadi, N,. 1986. Hama
dan Penyakit Tanaman. Kasinius, Yogyakarta.
Seto,Jakes. 2011. Buku PERTANIAN. Departemen Pertanian:Jakarta
Anonim. 2008. Bercocok Tanam Padi. Tribhuwana: Bandung Wikipedia.co.id
Nasoetion,Andi Hakim.1990. Pengantar ke Ilmu-Ilmu Pertanian. Litera
Antarnusa:Jakarta
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai