Anda di halaman 1dari 12

makalah

SIKLUS REPRODUKSI TERNAK SAPI

Disusun oleh

Nama : Abd. Rahman Husin

Nim : 621420023

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga
makalah “ILMU REPRODUKSI TERNAK” yang berjudul “SIKLUS ESTRUS“ ini dapat diselesaikan
tepat pada waktu yang telah ditentukan.Shalawat dan salam kita hadiahkan kepada Rasulullah SAW yang
telah membawa kita ke alam jahiliah ke alam islamiah seperti yang kita rasakan saat ini.Penyusun
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan.Oleh karena itu, diharapkan saran dan
kritik demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi para pembaca
dan khususnya penyusun sendiri.

Gorontalo, 27 okotober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................


DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................

1.3 Tujuan dan manfaat..................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................

BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................................

3.1. Siklus Estrus…………………………………………………………………………………...

3.2.1. Proestrus………………………………………………………………………………………

3.2.2. Estrus…………………………………………………………………………………………

3.2.3. Metestrus……………………………………………………………………………………..

3.2.4. Diestrus………………………………………………………………………………………

3.3 Sifat siklus kehidupan reproduktif betina……………………………………………………...

3.4 Hormon pengendali siklus birahi………………………………………………………………..

3.5 Hormon Hipofisa Anterior………………………………………………………………………

3.6 Hormon-Hormon Ovarium……………………………………………………………………...

3.7 Pubertas………………………………………………………………………………………….

3.8. Periode siklus birahi…………………………………………………………………………….

3.9. Peubahan ovarium selama siklus birahi………………………………………………………..

3.10. Perubahan saluran alat kelamin selama siklus birahi………………………………………….

3.11 Perubahan Pembuluh Darah……………………………………………………………………

BAB IV Penutup……………………………………………………………………………………..

Kesimpulan …………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia kedokteran dan peternakan, ilmu tentang sistem reproduksi betina sangat berguna untuk
meningkatkan kemampuan dan keahlian para praktisi dan peneliti agar ditemukan suatu penemuan atau
inovasi dalam bidang teknologi reproduksi.Siklus estrus sangat berpengaruh dalam reproduksi ternak,
didalam siklus esterus dapat diketahui fase-fase yang dapat menentukan kapankah waktu perkawinan atau
inseminasi dilakukan pada betina. Siklus estrus merupakan interval antara timbulnya suatu periode berahi
ke permulaan periode berahi berikutnya pada hewan ternak yang memiliki pola yang khas pada betina
yang tidak bunting. Interval-interval ini disertai perubahan fisiologik di dalam saluran betina

1.2 Ruang Lingkup

Pada makalah ini akan dibahas tentang sifat siklik kehidupan reproduktif betina, hormon pengendali
siklus berahi, masa pubertas, periode siklus berahi,perubahan ovarium selama siklus berahi, perubahan
saluran kelamin selama siklus berahi,pengendalian siklus berahi secara buatan.

1.3 Tujuan dan Manfaat

 Untuk membantu pembaca dalam memahami materi SIKLUS ESTRUS


 untuk meningkatkan pemahaman matakuliah.

Manfaat

 Pembaca dapat memahami materi tentang siklus.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem reproduksi hewan betina pada umumnya menampakkan perubahan-perubahan secara teratur
dan disebut siklus berahi. Periode berahi merupakan perubahan terpenting di dalam siklus berahi, yaitu
pada waktu hewan betina bersedia dikawini hewan jantan dan segera sesudah itu terjadi pelepasan telur
dari ovarium. Sepanjang siklus berahi beberapa bagian dari saluran produksi betina menjalani perubahan-
perubahan yang dikendalikan oleh kerja hormon hipofisa dan hormon ovarial. Di samping hormon
sebagai penyebab diawainya periode perkawinan, hormon ini juga mempersiapkan alat reproduksi untuk
menerima spermatozoa, menghasilkan ova dan membantu terjadinya kebuntingan, implantasi dan
pemberian makanan embrio dan foetus. (Salisbury. Dkk, 1996)Meskipun anak sapi dilahirkan denga alat
kelamin yang telah terbentuk,alat kelamin ini belum berfungsi untuk beberapa bulan. Dengan
pertumbuhan dan pengaruh hormon hipofisa, saluran reproduksi berkembang bertahap sampai kurang
lebih berumur 9 bulan, lalu dimulailah aktivitas kelamin. Awal pubertas dapat lebih dini atau lebih
lambat, tergantung pada bangsanya tingkatan makanan dan faktor-faktor tertentu lainnya. (Salisbury.
Dkk, 1996) Bila pubertas telah tercapai dan berahi yang pertama telah selesai, maka hewan betina pada
umumnya melanjutkan hidupnya dengan tugas menghasilkan anak. Jika berahi yang pertama tidak
menghasilkan kebuntingan maka berahi yang pertama itu akan disusul oleh berahi yang kedua, yang
ketiga dan seterusnya sampai betina tersebut menjadi bunting. Jarak antara berahi yang satu sampai pada
berahi berikutnya disebut satu siklus berahi, sedangkan berahi itu sendiri adalah saat dimana hewan betina
bersedia menerima pejantan untuk kopulasi. Kopulasi dapat menghsilkan kebuntingan dan selanjutnya
dapat menghasilkan anak.(Partodiharjo. 1987)
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Siklus Estrus

Siklus estrus umumnya terdiri dari empat fase, yaitu proestrus, estrus,metestrus, dan diestrus. Namun
ada juga yang membagi siklus estrus hanya menjadi dua fase, yaitu fase folikuler atau estrogenik yang
meliputi proestrus estrus, dan fase luteal yang terdiri dari metestrus-diestrus (Toelihere, 1979).

3.2.1. Proestrus

Proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan pertumbuhan folikel oleh
Follicle Stimulating Hormone (FSH). Folikel yang sedang tumbuh menghasilkan cairan folikel dan
estradiol yang lebih banyak. Penelitian yang dilakukan pada sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH)
dijelaskan bahwa pada fase ini terjadi peningkatan dalam pertumbuhan sel sel dan lapisan bacillia pada
tuba fallopi dalam vaskularisasi mucosa uteri. Serviks mengalami relaksasi gradual dan makin banyak
mensekresikan mucus tebal dan berlendir dari sel-sel goblet pada serviks dan vagina anterior. Mucus
menjadi terang transparan dan menggantung pada akhir proestrus (Suharto, 2003). Fase proestrus ini FSH
yang dikeluarkan oleh kelenjar adenohipofisa akan memicu perkembangan folikel di dalam ovarium,
bersama Luteinizing Hormone (LH) ovarium kemudian meningkatkan produksi estrogen melalui
peningkatan cairan folikel. Pada fase ini juga terjadi perkembangan organ-organ reproduksi yaitu oviduct,
uterus, dan vagina (Frandson, 1992). Beberapa spesies hewan mengalami pertumbuhan sel-sel dan lapisan
bercilia pada oviduct, serta vaskularisasi mucosa uterus. Serviks mengalami relaksasi dan banyak
mensekresikan mucus yang tebal dan berlendir dari sel-sel goblet serviks dan vagina anterior, serta
kelenjar kelanjar uterus. Sekresi estrogen ke dalam urine mengalami peningkatan, sementara progesteron
di dalam darah menurun akibat terjadinya vakuolisasi degenerasi dan pengecilan corpus luteum secara
cepat. (Toelihere, 1979). Proestrus merupakan fase yang berlangsung selama 1 - 2 hari dan terjadi
sebelum fase estrus berlangsung (Lenira, 2009).

3.2.2. Estrus

Periode estrus adalah masa puncak keinginan untuk kawin ditandai dengan manifestasi birahi secara
fisik. Dalam serviks jumlah lendir maupun jumlah sekresi lendir dalam tiap-tiap kelenjar lendir
bertambah. Lendir ini bersifat transparan/tembus pandang, bening, dan dapat mengalir ke vagina serta
vulva hingga secara nyata terlihat menggantung di ujung vulva. Pada fase strus keseimbangan hormon
hipofisa bergeser dari FSH ke LH. Pengaruh peningkatan LH terlihat pada masa sesudah estrus, dimana
LH membantu terjadinya ovulasi dan pembentukan corpus luteum. Lama periode estrus pada ruminansia
kecil selama 2 - 3 hari. Tanda-tanda keberadaan ternak berada pada siklus estrus dapat diamati adanya
perubahan secara fisik salah satunya adalah keluarnya lender sampai ke vulva yang sangat jelas.
Perubahan fisik yang tampak dari luar tersebut dapat dijadikan dasar oleh peternak untuk menentukan
puncak berahi. Fase estrus pada dasarnya dipengaruhi oleh sistem hormonal yang mempengaruhi estrus
berpusat pada gonadotropin dari hipofisa interior dan hormon ovari yaitu FSH dan estrogen (Nurfitriani et
al., 2015). Estrus masih masuk ke dalam fase folikuler dan akan terjadi setelah fase proestrus. Dalam
penelitian Iskandar (2015) dijelaskan bahwa pada saat kambing berada pada fase estrus terjadi
peningkatan kadar estrogen yang bekerja pada organ kelamin betina dan meningkatkan sekresi lendir
serviks sehingga dijumpai adanya lendir yang menempel pada bagian vulva. Dalam fase estrus, hormon
FSH dalam darah menurun, sedangkan sekresi LH meningkat guna merangsang terjadinya ovulasi,
selanjutnya ovum terlempar dari folikel de Graaf ke bagian atas tuba uterin (Frandson, 1992). Oviduct
menegang, epitel menjadi matang, sekresi cairan tuba meningkat, dan cilia aktif, serta terjadi kontraksi
oviduct dan ujung tuba yang berfimbrae merapat ke folikel de Graaf. Uterus mengalami ereksi karena
memperoleh suplai darah yang semakin tinggi, mucosa tumbuh dengan cepat dan lendir disekresikan
dalam jumlah yang banyak. Lendir serviks dan vagina menjadi lebih banyak (Toelihere, 1979).

3.2.3. Metestrus

Fase metestrus ditandai dengan adanya perubahan sekresi lendir serviks oleh kelenjar-kelenjar
serviks dari carir menjadi kental, lendir serviks ini berfungsi sebagai sumbat lumen serviks (Suharto,
2003). Metestrus merupakan fase mulai tumbuhnya corpus luteum setelah terjadi ovulasi atau sering
disebut dengan fase luteal. Pada fase ini Luteotropic Hormone (LTH) akan disekresikan oleh
adenohipofisa guna mempertahankan corpus luteum. Terjadi peningkatan sekresi progesteron yang
dihasilkan oleh corpus luteum dan sekresi estrogen menurun. Progesteron akan menekan keberadaan FSH
untuk menghambat terjadinya perkembangan folikel selanjutnya dan mencegah terjadinya estrus
(Frandson, 1992). Sekresi mucus menurun dan terjadi pertumbuhan endometrium secara cepat (Toelihere,
1979). Metestrus adalah masa setelah estrus yaitu masa dimana corpus luteum tumbuh cepat dari sel
granulosa (Akbar, 2010). Metestrus terjadi setelah fase estrus berakhir, fase metestrus berlangsung selama
2 - 3 hari (Lenira, 2009).

3.2.4. Diestrus

Diestrus merupakan fase yang berlangsung paling lama. Fase diestrus merupakan fase pematangan
corpus luteum dan progesteron secara nyata mempengaruhi organ-organ reproduksi.Uterus mengalami
penebalan pada endometrium dan kelenjar-kelenjarnya berhipertrofi, serta otot-otot mengendor. Serviks
menutup dan lendir vagina menjadi keruh dan lengket. Selaput mocusa vagina menjadi pucat (Toelihere,
1979). Fase diestrus berlangsung kurang lebih selama 13 - 14 hari (Lenira, 2009).

3.3 Sifat siklus kehidupan reproduktif betina

Beberapa jenis ternak, termasuk sapi, dalam keadaan normal menampakkan siklus berahi yang teratur
dan berurutan selama kehidupan reproduktifnya. Ternak semacam ini disebut polyestrus. Namun, dalam
keadaan setengah liar, dimana pejantan dilepaskan dengan betina sepanjang tahun,perkawinan terjadi
selama akhir musim semi dan musim panas.Kuda dan domba betina menampakkan terjadinya siklus
berahi hanya pada musim tertentu dalam satu tahun, oleh karena itu disebut polyestrus musiman. Diantara
musim aktifitas reproduksi terdapat satu musim istirahat atau tidak aktif; periode ini disebut periode
anestrus. Hewan yang hanya menampakkan satu puncak aktivitas reproduksi tiap tahun, atau satu kali
dalam 2 musim dalam satu tahun (umpama anjing betina) disebut monoestrus.Rangsangan untuk
mengawali aktifitas reproduksi agaknya dipengaruhi oleh cahaya, melewati syaraf opticus, pada kelenjar
hipofisa (1, 2, 3). Rangsangan ini menyebabkan hipofisa mengeluarkan hormon gonadotropin, yang
memacu fungsi kelenjar gonad.Di samping meghasilkan hormon yang mengawali aktifitas reproduksi
betina, kelenjar hipofisa mempertahankan kelangsungan siklus berahi. Hormon yang dikeluarkan oleh
hipofisa menyebabkan ovarium mengeluarkan hormon.Jadi, hormon hipofisa dan hormon ovarial
bersama-sama mempunyai tanggungjawab yang besar terhadap pengaturan siklus berahi.
3.4 Hormon pengendali siklus birahi

Ada tiga hormon hipofisa anterior dan dua hormon dari ovarium dikenal memiliki fungsi khusus dalam
pengendalian siklus berahi. Tentu saja hormon lain tergantung dalam pengendalian siklus ini, namun
peranan pastinya belum terungkapkan dengan jelas.

3.5 Hormon Hipofisa Anterior

Hormon hipofisa anterior yang berperan dalam pengendalian siklus estrus adalah FSH, LH (ICSH),
dan LTH (prolactin). Semua hormon ini bersifat protein dan larut dalam air. Hormon hipofisa anterior
yang bekerja mempengaruhi gonad(ovaria dan testes) disebut gonadotropin.Hormon FSH merangsang
pertumbuhan folikel ovarium. Ia dianggap sebagai substansi yang mengawali siklus berahi, karena secara
normal aktivitas berahi tidak akan terjadi sebelum folikel yang bertumbuh dan masak terlihat di
ovarium.Hormon LH mengawali pertumbuhan tenunan luteal dan merangsang pembentukan corpus
luteum. Terdapatnya LH juga penting untuk ovulasi. Air seni hewan bunting banyak mengandung
LH.Hormon luteotropin (LTH) mempertahankan corpus luteum dalam keadaan fungsional semenjak
tenunan luteal terbentuk. Tanpa LTH corpus luteum tidak akan menghasilkan hormon progesteron. LTH
corpus luteum tidak akan menghasilkan hormon progesteron. LTH juga penting untuk mengawali laktasi.

3.6 Hormon-Hormon Ovarium

Hormon-hormon ovarium yang telah ditemukan sehubungan dengan siklus berahi adalah estrogen
(komponen penyebab berahi) dan progesteron. Estrogen dan progesteron adalah steroid dan larut dalam
minyak. Stuktur kimiawinya serupa dengan testosteron, yaitu hormon kelamin jantan.Estradiol pada sapi
merupakan substansi estrogen yang paling sering ditemukan. Dua substansi estrogen lainnya, estron dan
estriol, dikandung dalam konsentrasi yang lebih rendah dan diperkirakan berasal dari estradiol. Sel-sel
techa interna diduga sebagai sumber estrogen. Disamping menimbulkan tanda berahi, estrogen juga
memperlancar peredaran darah dan perkembangan saluran alat kelamin dan menunjang pertumbuhan
sistem pembuluh kelenjar susu.Progesteron dihasilkan oleh corpus luteum. Hormon ini penting untuk
mempertahankan kebuntingan, dan menyebabkan pertumbuhan alveoli di dalam kelenjar susu yang
mensekresikan susu.

3.7 Pubertas

Secara normal, pertumbuhan dan perkembangan alat reproduksi adalah suatu proses yang bertahap,
dan memerlukan beberapa waktu posnatal sebelum terihat tanda-tanda berahi pada individu baru.
Pertumbuhan dan perkembangan tubuh hewan pada umumnya penting artinya bagi perkembangan fungsi
kelamin pada hewan jantan maupun hewan betina. Willie membagi perkembangan dan pendewasaan alat
reproduksi sapi menjadi tiga tingkatan. Pertama adalah pendewasaan kelenjar hipofisa di antara umur 3
sampai 6 bulan. Kedua adalah pendewasaan ovarium 6 sampai 12 bulan. Ketiga adalah pendewasaan
uterus, yang tidak pernah sempurna sebelum tercapai tahu ketiga atau lebih lambat lagi. Sejak dilahirkan
sampati berumur kira-kira 1 tahun terjadi pertumbuhan hipofisa yang mantap dan cepat. Selama periode
ini kecepatan pertumbuhan kelenjar tersebut lebih tinggi daripada waktu-waktu kemudian. Akibat
perkembangan hipofisa dan pengaruh hormonnya terhadap pertumbuhan badan dan aktivitas ovarium,
terjadilah pertumbuhan dan perkembangan uterus dan bagian-bagian lain dari saluran reproduksi.
Perubahan ini menyebabkan saluran reproduksi pada sapi-sapi dara menjadi operatif berfungsi. Jadi masa
pubertas telah dicapai.

3.8. Periode siklus birahi

Siklus estrus secara kasar dapat dibagi atas empat periode menurut perubahan-perubahan yang tampak
maupun tidak tampak yang terjadi selam siklus estrus itu; proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus
Proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan pertumbuhan folikel oleh FSH.
Folikel yang sedang bertumbuh menghasilkan cairan folikel dan estradiol yang lebih banyak. Estradiol
meningkatkan jumlah suplai darah ke alat kelamin dan meningkatkan pertumbuhannya. Vulva agak
membengkak dan vestibulum menjadi berwarna merah terang, karena kongesti pembuluh darah. Bagian
vagina dari cervix membesar karena pembengkakan sel-sel mukosa, dan dimulailah sekresi lendir dari
saluran serviks. Terdapat vaskularisasi pada selaput lendir uterus. Proestrus berlangsung 2-3 hari.Estrus,
masa keinginan kawin., ditandai oleh manifestasi berahi secara psikhik. Sapi biasanya akan menguak dan
tidak tenang.Vulva akan membangkak dan vestibulum akan berwarna merah tua. Terjadilah
pembengkakan hebat den penjuluran lipatan-lipatan seaput lendir serviks ke arah vagina. Terlihat
pengeluaran lendir yang mudah melekat, jernih dan kental. Selama periode ini folikel terus membesar
dengan cepat. Tidak seperti keadaan pada kebanyakan hewan lainnya, ovulasi tidak terjadi pada sapi
betina sampai berakhir masa estrus. Dalam waktu kurang dari sehari susunan saraf tepi betina biasanya
bersifat refraktoris terhadap konsentrasi estradiol yang tinggi dan sapi betina tidak lagi menerima sapi
jantan. Dalam pada itu, keseimbangan hormon hipofisa bergeser dari FSH ke LH. Pengaruh peningkatan
LH terlihat pada masa sesudah estrus,dimana LH membantu terjadinya ovulasi dan pembentukan korpus
luteum. Metestrus atau postestrus ditandai dengan berhentinya berahi yang sekonyong-konyong. Ovulasi
terjadi dengan pecahnya follikel, dan rongga folikel segera berangsur mengecil; dan pengeluaran endir
berhenti. Selama metestrus epitel vagina melepaskan sebagian besar sel-sel barunya yang terbentuk.
Selama diestrus, periode akhir, corpus luteum berkembang dengan empurna, dan pengaruh hormon yang
dihasilkan, progesteron, tampak pada dinding uterus. Endometrium menebal, kelenjar dan urat daging
terus berkembang, sebagai persiapan uterus untuk menampung dan memberi makan embrio dan persiapan
uterus untuk menampung dan memberi makan embrio dan pembentukan plasenta. Bila terjadi
pembuahan, kondisi demikian akan terus berlangsung selama sapi itu bunting dan korpus luteum tetap
tinggal selama kebuntingan. Bila ovum tidak dibuahi, corpus luteum tetap akan berfungsi selama kurang
lebih 19 hari, tetapi mulai berdegenerasi kira-kira pada waktu yang bersamaan, jadi mempersiapkan
kembali siklus estrus yang akan datang.

3.9. Peubahan ovarium selama siklus birahi

Sesudah pecahnya folikel, rongga folikel akan mengeriput sampai garis tengahnya menjadi 6-7 mm,
dan lapisan-lapisan granulosa dan techa interna akan mengisi rongga folikel yang telah mengeriput itu.
Secara normal tidak terdapat darah beku di dalam rongga folikel sesudah pecah, tetapi terdapat sedikit
pendarahan pada titik tempat pecahnya folikel. Sel-sel luteal (sel pigmen korpus luteum) terbentuk dari
granulosa dan techa interna. Pembuluh darah dan tenunan pengikat dari sekitar tenunan ovarium pun
tumbuh mengisi rongga folikel.Korpus luteum yang baru terbentuk berwarna merah. Warnanya akan
berubah menjadi kuning tua keemasan menjelang hari ke 7, dan kuning muda keemasan menjelang hari
ke 20, lalu menjadi oranye dan akhirnya menjadi merah bata muda sepanjang waktu involusi. Perubahan
warna ini berkaitan dengan perubahan kadar dan sifat badan lipoid di dalam sel luteal.Korpus luteum
yang telah masak dapat berbentuk bulat atau memanjang dan biasanya sedikit menonjol di atas
permukaan ovarium.Penonjolan tersebut biasanya mempunyai kepundan di tengah-tengah yang
menandakan tempa pecahnya folikel. Sering korpus luteum dapat menjadi atau melebihi tenunan ovarium
yang tersisa. Involusi atau retrogesi corpus luteum merupakan suatu proses yang berjalan lambat. Proses
ini lebih lambat dan kurang sempurna pada sapi tua.Korpus luteum tua kelihatan seperti benda kecil
berwarna merah di ovaria, dan dapat tetap seperti ini berbulan-bulan.

3.10. Perubahan saluran alat kelamin selama siklus birahi

Fungsi hormon ovarium, estradiol dan progesteron, saling bergantian selama siklus berahi
menyebabkan perubahan-perubahan dalam saluran alat kelamin. Fase folikular pengaruhnya relatif
singkat dibandingkan fase luteal, karena korpus luteum memiliki periode fungsional yang lebih lama.
Perubahan- perubahan disebabkan karena kegiatan pada sistem pembuluh darah di lapisan urat daging dan
karena sekresi kelenjar-kelenjar di dalam saluran reproduksi.

3.11 Perubahan Pembuluh Darah

Selama fase folikular di dalam siklus berahi jaringan pembuluh darah bertambah banyak sesuai
dengan perkembangan saluran reproduksi karena pengaruh estradiol. Arteriol pada jumlahnya lebih
banyak dan bergelung terutama di bagian ujungnya. Akan tetapi bila sapi ini diberi hormon estrogen
dalam jumlah besar arteriol di dalam endometrium menjadi bertambah banyak dan bergelung, seperti
keadaan pada sapi yang normal. Bertambahnya vaskularitas dimulai pada waktu proestrus, kemudian
waktu estrus, dan mencapai jumlah maksimum kira-kira 1 hari setelah estrus. Kelihatannya tidak cukup
banyak estrogen pada saat itu untuk mempertahankan pembuluh darah. Segera pembuluh yang terisi
penuh dengan darah mulai pecah, maka keluarlah sedikit darah ke dalam alat kelamin dan sering terlihat
mengotori ekor atau bagian belakang sapi.Perdarahan setelah estrus pada sapi tidak sama dengan
peristiwa menstruasi pada wanita. Perdarahan pda waktu menstruasi pad wanita terjadi kira-kira 14 hari
sesudah ovulasi dan diduga terutama karena kadar progesteron yang

BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan

Siklus Estrus . Siklus estrus umumnya terdiri dari empat fase, yaitu proestrus, estrus,metestrus, dan
diestrus. Namun ada juga yang membagi siklus estrus hanya menjadi dua fase, yaitu fase folikuler atau
estrogenik yang meliputi proestrus estrus, dan fase luteal yang terdiri dari metestrus-diestrus (Toelihere,
1979). 3.2.1. Proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan pertumbuhan
folikel oleh Follicle Stimulating Hormone (FSH). Estrus . Tanda-tanda keberadaan ternak berada pada
siklus estrus dapat diamati adanya perubahan secara fisik salah satunya adalah keluarnya lender sampai
ke vulva yang sangat jelas. Perubahan fisik yang tampak dari luar tersebut dapat dijadikan dasar oleh
peternak untuk menentukan puncak berahi. Metestrus . Pada fase ini Luteotropic Hormone (LTH) akan
disekresikan oleh adenohipofisa guna mempertahankan corpus luteum. Terjadi peningkatan sekresi
progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum dan sekresi estrogen menurun. 3.2.4. Diestrus merupakan
fase yang berlangsung paling lama. Beberapa jenis ternak, termasuk sapi, dalam keadaan normal
menampakkan siklus berahi yang teratur dan berurutan selama kehidupan reproduktifnya. Rangsangan ini
menyebabkan hipofisa mengeluarkan hormon gonadotropin, yang memacu fungsi kelenjar gonad.Di
samping meghasilkan hormon yang mengawali aktifitas reproduksi betina, kelenjar hipofisa
mempertahankan kelangsungan siklus berahi. Ada tiga hormon hipofisa anterior dan dua hormon dari
ovarium dikenal memiliki fungsi khusus dalam pengendalian siklus berahi. Hormon hipofisa anterior
yang berperan dalam pengendalian siklus estrus adalah FSH, LH (ICSH), dan LTH (prolactin). Hormon-
hormon ovarium yang telah ditemukan sehubungan dengan siklus berahi adalah estrogen (komponen
penyebab berahi) dan progesteron. Hormon ini penting untuk mempertahankan kebuntingan, dan
menyebabkan pertumbuhan alveoli di dalam kelenjar susu yang mensekresikan susu. Ketiga adalah
pendewasaan uterus, yang tidak pernah sempurna sebelum tercapai tahu ketiga atau lebih lambat lagi.
Sejak dilahirkan sampati berumur kira-kira 1 tahun terjadi pertumbuhan hipofisa yang mantap dan cepat.
Periode siklus birahi. Metestrus atau postestrus ditandai dengan berhentinya berahi yang sekonyong-
konyong. Selama metestrus epitel vagina melepaskan sebagian besar sel-sel barunya yang terbentuk.
Peubahan ovarium selama siklus birahi. Pembuluh darah dan tenunan pengikat dari sekitar tenunan
ovarium pun tumbuh mengisi rongga folikel.Korpus luteum yang baru terbentuk berwarna merah. Sering
korpus luteum dapat menjadi atau melebihi tenunan ovarium yang tersisa. Perubahan saluran alat kelamin
selama siklus birahi. Fungsi hormon ovarium, estradiol dan progesteron, saling bergantian selama siklus
berahi menyebabkan perubahan-perubahan dalam saluran alat kelamin. Fase folikular pengaruhnya relatif
singkat dibandingkan fase luteal, karena korpus luteum memiliki periode fungsional yang lebih lama.
Selama fase folikular di dalam siklus berahi jaringan pembuluh darah bertambah banyak sesuai dengan
perkembangan saluran reproduksi karena pengaruh estradiol. Akan tetapi bila sapi ini diberi hormon
estrogen dalam jumlah besar arteriol di dalam endometrium menjadi bertambah banyak dan bergelung,
seperti keadaan pada sapi yang normal.

DAFTAR PUSTAKA
Arthur, G.F.;D. E.Noakes.;H. Pearson and T. M. Parkison. 2001. Veterinary Reproduction and Obstetrics.
London : W.B. Sounders.

Arthur, G.F.;D.E.Noakesand H. Pearson. 1989.Veterinary Reproduction and Obstetrics. Sixth Edition.


ELBS. Bailliere Tindall. London. p: 60–86.

Wibisono W. 2010. Analisa Sapi Bali. http://ohsapi.blogspot.com/2010/05/analisa-sapibali.htmL. diakses


pada 5 Juni 2012.

Wang XZ, Brown MA, Gao FQ, Wu JP, Lalman DL, Liu WJ. 2009. Relationships of milk production of
beef cows to postweaning gain of the calves. The Professional Animal Scientist 25: 266-272.

Sutiyono, Setiatin ET, Kuncara S, Mayasari. 2008. Pengaruh pemberian ekstrak hipofisa terhadap
birahi dan fertilitas pada domba yang birahinya diserentakan dengan progesterone. Journal
Indonesian Tropical Animal Agriculture 33 (1): 20-26.

Anda mungkin juga menyukai