Anda di halaman 1dari 14

makalah

REPRODUKSI SAPI BETINA

Disusun oleh

Nama : Abd. Rahman Husin

Nim : 621420023

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas RidhoNya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik dan tepat pada waktunya. Dengan judul
makalah “Reproduksi Sapi Betina”. Walaupun dengan buku penunjang yang terbatas. Kami
mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan di dalamnya, maka untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif dari para pembaca dalam kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, 22 Oktober 2021

Penyusun

ABD RAHMAN HUSIN


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................

1.3 Tujuan...............................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN

3.1 OVARIUM....................................................................................................

3.2 TUBA FALLOPII.........................................................................................

3.3 UTERUS........................................................................................................

3.4 SERVIKS.......................................................................................................

3.5 VAGINA........................................................................................................

3.6 VULVA...........................................................................................................

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hewan betina tidak hanya menghasilkna sel- sel kelamin betina yang penting untuk
membentuk suatu individu baru, tetapi juga menyediakan lingkungan dimana individu tersebut
terbentuk diberi makan dan berkembang selama masa-masa permuliaan hidupnya. Fungsi-fungsi
ini dijalankan oleh organ-organ reproduksi primer dan sekunder. Organ reproduksi primer,
ovaria, menghasilkan ova dan hormon-hormon kelamin betina. Organ-organ reproduksdi
sekunder atau saluyran reproduksi terdiri dari tuba fallopi (oviduct), uterus, serviks, vagian, dan
vulva. Fungsi organ-organ reproduksi sekunder adalah menerima dan menyalurkan sel-sel
kelamin jantan dan betina yang memberi makan dan melahirkan individu baru. Kelenjar susu
dapat dinggap sebagai suatu organ kelamin pelengkap, karena sangat erat berhubungan dengan
proses-proses reproduksi dan esensial untuk pemberian makanan bagi individu yang baru lahir.
Tulisan ini kami buat sebagai salah satu bentuk untuk menambah bacaan bagi yang memerlukan,
selain itu juga sebagai pemenuhan tugas salah satu mata kuliah di Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran yaitu Reproduksi Ternak

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini, yakni apa saja yang termasuk pada anatomi
fungsional organ reproduksi sapi betina serta apa saja fungsi dari setiap organorgan tersebut.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk mengetahui apa saja yang termasuk
pada anatomi fungsional organ reproduksi sapi betina serta apa saja fungsi dari setiap organ-
organ tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Organ kelamin betina pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian yaitu organ kelamin dalam
dan organ kelamin luar. organ kelamin dalam terdiri dari ovarium,oviduct, cornu uteri, corpus
uteri, cervix, dan vagina, sedang organ kelamin luar terdiri dari vulva, clitoris, vestibulum
vaginae, dan kelenjar vestibulae.organ kelamin dalam, pada bagian dorsal digantung oleh
beberapa penggantung.ovarium digantung oleh alat penggantung mesovarium dan ligamentum
utero ovarika.oviduct digantung oleh mesosalpinc, sedangkan uterus, cervix, dan sebagian vagina
digantung oleh mesometrium atau sering disebut ligamentum lata (Blakely and Bade, 1998).
Ovarium ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual, gametogenesis, dan
perkembangan serta pemasakan kuning telur (folikel) (Yuwanta, 2004). Ovarium juga memiliki
fungsi sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon kelamin betina, yakni estrogen dan
progesteron. Estrogen terutama dihasilkan oleh sel-sel teka interna menjadi estrogen. Progesteron
terutama dihasilkan oleh sel-sel lutein besar selama metestrus, diestrus dam kebuntingan, di
samping dihasilkan pula oleh plasenta (Dellman and Brown, 1992). Oviduct (Tuba fallopi) Tuba
fallopi juga dikenal dengan istilah oviduct (saluran telur) dan kadangkadang disebut tuba uterina.
Saluran ini terdapat pada setiap sisi uterus dan membentang dari cornuuteri kearah dinding
lateral pelvis (Farrer,1996). Oviduct bersifat bilateral, strukturnya berliku-liku yang menjulur
dari daerah ovarium ke cornu uteri dan menyalurkan ovum, spermatozoa dan zigot. Tiga segmen
tuba uterina dapat besar), ampulla (bagian dibedakan,berdinding yakni infundibulum (berbentuk
tipis yang mengarah ke corong belakang dari infundibulum, dan isthmus (segmen berotot yang
berhubungan langsung dengan uterus (Dellman and Brown, 1992). Uterus Uterus adalah organ
yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis, antara rektum di belakang dan
kandung kencing di depan (Pearce, 1995). Uterus merupakan tempat implantasi konseptus (zigot
yang telah berkembang menjadi embrio). Uterus mengalami serangkaian perubahan selama
berahi (estrus) dan daur reproduksi. Pada kebanyakan spesies, uterus terdiri dari kornua bilateral
yang dihubungkan dengan tuba uterina, corpus dan cervix yang berhubungan dengan vagina
(Dellman and Brown, 1992). Cervix Cervix atau leher uterus berdinding tebal karena berotot dan
banyak mengandung serabut elastik. Mukosa-submukosa membentuk lipatan primer tinggi dan
berlanjut dengan lipatan sekunder dan tersier. Cervix sapi betina terdapat empat lipatan
melingkar dan 15 sampai 25 lipatan memanjang, masing-masing mengandung lipatan sekunder
dan tersier. Lipatan tersebut sering memberikan kesan salah pada struktur kelenjar. Kelenjar
uterus tidak menjulur dalam cervix pada kebanyakan spesies, dan elemen kelenjar yang terdapat
pada cervix kebanyakan bersifat musigen (Dellmann and Brown, 1992). Vagina Vagina
merupakan buluh berotot yang menjulur dari cervix sampai vestibulum. Lipatan memanjang
rendah dari mukosa-submukosa terentang sepanjang vagina.

Vagina sapi betina, lipatan melingkar yang penting juga terdapat di bagian kranial vagina.
Variasi daur tampak pada tinggi serta struktur epitel. Peningkatan jumlah lendir vagina selama
berahi terutama berasal dari cervix. Epitel yang mengalami kornifikasi yang meluas merupakan
gejala berahi. Proses ekstensifikasi sangat jelas pada karnivora dan rodensia, tidak terjadi secara
nyata pada ruminansia, mungkin karena pengeluaran estrogen yang rendah pada jenis ruminansia
pada umumnya (Dellmann and Brown, 1992).Vulva Vulva merupakan organ genitalia eksterna,
yang terdiri dari vestibulum dan labia. Vestibulum merupakan bagian dari saluran kelamin betina
yang berfungsi sebagai saluran reproduksi dan urinaria.Vestibulum bergabung dengan vagina
pada external urethal orifice. Vulva dapat menjadi tegang karena bertambahnya volume darah
yang mengalir ke dalamnya. Labia terdiri atas labia mayora (lipatan luar vulva)dan labiaminora
(lipatan dalam vulva). Labia minora homolog dengan praeputium pada hewan jantan dan tidak
menyolok pada hewan ternak. Labia mayora homolog denganskrotum pada hewan jantan dan
banyak(Widayati et.al., 2008). Clitoris Clitoris mengandung erectile tissue sehingga berereksi
mengandung ujung syaraf perasa. Syaraf ini memegang peranan penting pada waktu kopulasi.
Clitorisbereaksi pada hewan yang sedang estrus, tetapi hal ini tidak cukup untuk dijadikan
sebagai pendeteksi estrus pada spesies (Widayati et al.,2008).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 OVARIUM

Ovarium adalah organ reproduksi primer pada hewan betina. dikatakan primer karena
ovarium menghasilkan ovum dan hormon-hormon kelamin betina seperti estrogen dan
progesteron. Besar ovarium relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan besar tubuhnya. Hanya
terlihat satu tonjolan pada permukaan ovarium, karena hanya satu folikel yang masak dan
berovulasi dalam setiap periode siklus berahi. Ukuran ovarium sangat bervariasi. Ovarium aktif
lebih besar dari dari yang tidak aktif. Partodihardjo (1980) Ovarium atau gonad merupakan
bagian alat kelamin yang utama, ovarium menghasilkan telur, oleh karena itu dalam bahasa
Indonesia seringkali disebut induk telur. Ovarium sapi pada umumnya berbentuk oval besarnya
kira-kira sebesar biji kacang tanah sampai sebesar buah pala. Diameternya 0,75 cm sampai 5 cm.
Ovarium kanan umumnya lebih besar dari ovarium kiri yang disebabkan karena fisiologik
ovarium kanan lebih aktif daripada yang kiri.Ilyas dan Leksmono (1995) menyatakan bahwa
ovarium atau indung telur adalah organ reproduksi primer yang memiliki dua fungsi utama,
yakni sebagai penghasil sel telur (ovum) dan hormon kelamin betina. Puluhan ribu sel telur
sudah tersedia pada permukaan ovarium sejak lahir dan tidak terbentuk lagi semasa hewan betina
beranjak menjadi dewasa. Suatu kantong kecil (folikel) akan menyelubungi setiap sel telur
tersebut. Satu demi satu folikel akan bergantian tumbuh pada hewan dewasa, menjadi matang
dan melepaskan sel telur yang terkandung didalamnya.

Ovarium terdiri dari medulla di bagian dalam dan cortex di bagian pinggir atau kulit.
Medulla mengandung pembuluh-pembuluh darah primer, syaraf-syaraf dan jaringan konektif. Di
daerah cortex ovarium hewan betina yang telah dewasa dapat dilihat berbagai bentuk ovum yang
sedang berkembang. Bentuk-bentuk tersebut mulai dari ooganium, oocyt primer, oocyt sekunder
dan ovum. Ooganium merupakan sel yang berdiri sendiri, di sebelah luarnya tidak diselaputi oleh
sel-sel lain dan letaknya berkelompok-kelompok atau tersebar. Oocyt diselaputi oleh sel-sel
folikel. Oocyt berikut sel-sel folikel yang mengitarinya disebut folikel. Pada ovarium hewan
yang telah dewasa dapat ditemukan bentuk-bentuk folikel pada berbagai tingkat pertumbuhan
mulai dari folikel primer, folikel sekunder, folikel tertier dan folikel de Graaf (folikel tersier yang
sudah matang). Adapun tahapan oogenesis antara lain adalah sel telur berasal dari oogonia atau
sel telur induk, seperti halnya spermatozoa, oogonia juga bersifat diploid. Oogonia akan
membelah menjadi oocyt primer dan kemudian akan membelah secara meiosis menjadi dua sel
yang tidak sama ukurannya. Yang berukuran normal disebut oocyt sekunder, sedangkan yang
ukurannya lebih kecil karena kekurangan plasma darah disebut badan kutub primer. Pembelahan
dari oocyt primer menjadi oocyt sekunder dan polosit primer disebut tahapan meiosis I,
selanjutnya oocyt sekunder mengalami pembelahan yang disebut dengan meiosis II
menghasilkan ootid dan polosit sekunder. Polosit primer membelah menjadi dua polosit
sekunder,yang mana akhirnya ootid akan berkembang menjadi ovum atau sel telur. Oogenesis
hanya menghasilkan satu sel telur masak, sedangkan tiga lainnya adalah sel-sel rudimenter yang
disebut badan polar atau polosit (Toelihere,1985). Proses oogenesis pada sapi berlangsung pada
hari ke-45 sampai lebih dari 110 hari. Sedangkan proses oogenesis pada domba berlangsung hari
ke-35 sampai hari ke90 masa kebuntingan (Toelihere,1985 )

3.2 TUBA FALLOPII

Pangkal dari tubafalopii terdapat fimbrae dan ostium. Fimbrae adalah struktur bentuk corong
yang berfungsi menangkap ovum yang telah diovulasi oleh ovarium dan akan diteruskan kearah
tubafalopii melalui ostium. Tubafalopii merupakan saluran reproduksi betina yang kecil, berliku-
liku dan kenyal serta terdapat sepasang dan merupakan saluran penghubung antara ovarium dan
uterus. Oviduk atau tuba fallopii merupakan saluran kelamin paling anterior, kecil berliku-liku,
dan terasa keras seperti kawat terutama pada pangkalnya. Pada sapi dan kuda, panjang oviduk
mencapai 20--30 cm dengan diameter 1,5--3 mm. oviduk tergantung pada mesosalpink. Ia dapat
dibagi atas infundibulum dengan fimbriae-nya, ampula, dan isthmus.Ujung oviduk dekat
ovarium membentang ternganga membentuk suatu struktur berupa corong (infundibulum).
Muara infundibulum (ostium abdominale) dikelilingi oleh penonjolan-penonjolan ireguler pada
tepi ujung oviduk (fimbriae). Pada saat ovulasi, pembuluh-pembuluh darah pada fimbriae penuh
berisi darah yang mengakibatkan pembesaran dan penegangan fimbriae. Penegangan ini diiringi
oleh kontraksi otot-otot menyebabkan ostium tuba fallopii mendekati permukaan ovarium untuk
menerima ovum matang yang akan dilepaskan. Ampula tuba fallopii merupakan setengah dari
panjang tuba dan bersambung dengan daerah tuba yang sempit, isthmus. Pada saat ovulasi, ovum
disapu ke dalam ujung oviduk yang berfimbrial. Kapasitas sperma, fertilisasi, dan pembelahan
embrio terjadi di dalam tuba fallopii. Cairan luminal tuba fallopii merupakan lingkungan yang
baik untuk terjadinya fertilisasi dan permulaan perkembangan embrional. Cairan dihasilkan oleh
lapisan epitel tuba karena pengaruh hormon ovarial. Pertemuan uterotubal mengatur
pengangkutan sperma dari uterus ke tuba fallopii dan transpor embrio dari tuba ke dalam uterus.

3.3 UTERUS

Uterus merupakan suatu struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk penerimaan ovum
yang telah dibuahi, nutrisi dan perlindungan fetus dan stadium permulaan ekspusi pada waktu
kelahiran. Uterus terdiri dari dua buah cornua, satu buah corpus, dan cervix (Feradis, 2010).
Menurut Dellmann dan Brown (1992), Uterus merupakan tempat implantasi konseptus (zigot
yang telah berkembang menjadi embrio). Selanjutnya uterus mengalami serangkaian perubahan
selama berahi (estrus) dan daur reproduksi. Uterus digantung oleh ligamentum atau
mesometrium yaitu saluran yang bertaut pada dinding ruang abdomen dan ruang pelvis (Dellman
dan Brown, 1992).Struktur Dinding Uterus Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu selaput
mukosa dan sub mukosa yang disebut endometrium, lapisan yang berada ditengah merupakan
lapisan otot yang disebut sebagai myometrium, dan lapisan luar yaitu lapisan serosa yang disebut
sebagai perimetrium. Berikut adalah gambar dari struktur Uterus:

Gambar 1. Struktur uterus

a. Endometrium Merupakan struktur glanduler yang terdiri dari lapisan epithel yang membatasi
rongga uterus. Pada ruminansia, terdapat endometrim dengan penebalan terbatas, disebut
karankula. Karankula ini banyak mengandung fibroblast dan vasikularisasinya ekstensif
(Dellman dan Brown, 1992). Karankula adalah tonjolan-tonjolan yang menyerupai bentuk
cendawan dari permukaan dalam uterus ruminansia yang merupakan tempat perlekatan membran
fetus (Frandson, 1992). Uterus sapi memiliki 70-120 karankula yang masing-masing berdiameter
15 cm, sedangkan pada waktu bunting karunkula terlihat seperti spons karena banyak kripta yang
menerima villi chorion. Endometrium merupakan lapisan selaput lendir yang disusun oleh
jaringan epitel, kelenjar dan banyak pembuluh darah. Epitel penyusunnya adalah epitel selapis
silindris, banyak kelenjar yang memproduksi lendir pada bagian ini.

b. Myometrium Merupakan lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler dan di sebelah
luar berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik, berbentuk
anyaman, lapisan ini paling kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang berada di sana.
Myometrium merupakan bagian yang paling tebal. Terdiri dari otot polos yang disusun
sedemikian rupa hingga dapat mnedorong isinya keleuar saat persalinan. Di antara serabut-
serabut otot terdapat pembuluh-pembuluh darah, pembuluh lympa dan urat saraf. Otot uterus
terdiri dari 3 bagian :
1. Lapisan luar, yaitu lapisan seperti kap melengkung melalui fundus menuju kea rah
ligament
2. Lapisan dalam, merupakan serabut-serabut otot yang berfungsi sebagai sfingter dan
terletak pada ostium internum tubae dan orificium uteri internum
3. Lapisan tengah, terletak antara ke dua lapisan di atas, merupakan anyaman serabut otot
yang tebal ditembus oleh pembuluh-pembuluh darah. Jadi, dinding uterus terutama
dibentuk oleh lapisan tengah ini. Pada myometrium terjadi kontraksi uterus, uterus akan
berkontaksi secara lembut saat dalam fase estrus. Pada fase ini hormon yang bekerja
dalah homon estrogen + oksitosin, sedangkan pada saat kontraksi yang kuat terjadi ketika
dalam fase partrus dan hormon yang bekerja adalah hormon oksitosin + estrogen.

c. Perimetrium Yakni lapisan serosa / terdiri atas peritoneum viserale yang meliputi dinding
uterus bagian luar. Ke anterior peritoneum menutupi fundus dan korpus, kemudian membalik ke
atas permukaan kandung kemih. Lipatan peritoneum ini membentuk kantung vesikouterina. Ke
posterior, peritoneum menutupi menutupi fundus, korpus dan serviks, kemudian melipat pada
rektum dan membentuk kantung rekto-uterina. Ke lateral, hanya fundus yang ditutupi karena
peritoneum membentuk lipatan ganda dengan tuba uterina pada batas atas yang bebas. Lipatan
ganda ini adalah ligamentum latum yang melekatkan uterus pada sisi pelvis.

3.4 SERVIKS

Serviks merupakan otot sphincter yang terletak di antara uterus dan vagina. Struktur serviks
pada hewan mamalia berbeda-beda tetapi umumnya dicirikan adanya penonjolan-penonjolan
pada dindingnya. Pada ruminansia penonjolan-penonjolan ini terdapat terdapat dalam bentuk
lereng-lereng transversal dan saling menyilang, disebut cincin-cincin annuler (annulus
servikalis). Cincin-cincin ini sangat nyata pada sapi (biasanya 4 buah) yang dapat menutup rapat
serviks secara sempurna. Dinding serviks terdiri atas mukosa, muskularis dan serosa. Mukosa
serviks tersusun dalam lipatan-lipatan, berepitel kolummar tinggi. Sel-sel goblet pada lumen
serviks berlipat-lipat dan bercabang-cabang hingga permukaan sekretoris menjadi luas. Sekresi
dari serviks bersifat muskus, jumlah dan viskositasnya akan berubah mengikuti fase siklus estrus.
Lapisan otot serviks kaya akan jaringan fibrosa, serabut-serabut otot polos, jaringan kolagen, dan
jaringan elastis. Fungsi serviks yang utama adalah menutup lumen uterus sehingga dapat
melindungi masuknya jasad renik ke dalam uterus. Lumen serviks selalu tertutup kecuali pada
waktu estrus dan beranak (partus). Pada waktu estrus hanya terbuka sedikit untuk memberi jalan
masuk bagi semen. Pada waktu estrus sel-sel goblet pada dinding lumen serviks menghasilkan
sekresi yang banyak mengandung air. Pada sapi, cairan serviks ini terang tembus, jernih, dan
bersih. Pada kebanyakan sapi cairan ini cukup banyak jumlahnya hingga keluar dari vulva dan
dapat dipakai sebagai tanda bahwa sapi dalam keadaan estrus. Fungsi cairan fungsi serviks
adalah memberi jalan dan arah bagi sperma yang dideposisikan oleh penis ke dalam vagina.
Sperma akan berenang mengikuti arah asal cairan tersebut. Cairan serviks juga menyeleksi
sperma yang tidak mampu berenang menuju ke depan (progresif) sehingga tidak dapat masuk ke
dalam serviks, melainkan aka berputar-putar di permukaan serviks. Pada hewan bunting,
sekretum yang bersifat mukus dari kanalis servikalis menutup os serviks. Pada sapi yang bunting
sering kali sekretum ini berlebihan hingga meleleh keluar melalui vagina dan vulva. Sekretum
yang kental, yang merupakan sumbat pada kanalis servikalis, sesaat sebelum kelahiran, yaitu
pada stadium pembukaan serviks, mencair. Mungkin pencairan ini terjadi di bawah pengaruh
suatu hormon. Setelah sumbat mencair, seluruh serviks akan rileksasi.

3.5 VAGINA

Vagina merupakan perpanjangan dari cervix sampai ketempat sambungan uretra dengan
saluran alat kelamin adalah bagian yang berdinding tipis. Vagina merupakan bagian dari organ
repoduksi merupakan organ kopulasi pertemuan antara organ reproduksi jantan dan betina. Sel
epitel berada dinding vagina yang berada dekat Serviks terdiri dari lapisan jajaran sel-sel
penghasil lendir dan sel epitel tipis. Vagina adalah bagian saluran peranakan yang terletak di
dalam pelvis di antara uterus (arah kranial) dan vulva (kaudal). Fungsi dari vagina adalah sebagai
alat kopulasi dan tempat sperma dideposisikan; berperan sebagai saluran keluarnya sekresi
cervix, uterus dan oviduct, dan sebagai jalan peranakan saat proses beranak. Vagina akan
mengembang agar fetus dan membran dapat keluar pada waktunya. Membran mukosa dari
vagina adalah epitel squamosa berstrata yang tak berkelenjar. Pada bagian vagina sapi tersebut
permukaannya tidak mengalami kornifikasi, kemungkinan karena rendahnya tingkat sirkulasi
estrogen.Vagina terdiri dari 2 bagian yaitu vestibulum yang letaknya dekat dengan vulva serta
merupakan saluran reproduksi dan saluran keluarnya urin dan yang kedua adalah portio vaginalis
cervixis yang letaknya dari batas antara keduanya hingga cervix. Vestibulum dan portio vaginalis
cervixis dibatasi oleh suatu selaput pembatas yang disebut hymen. Menurut Toelihere (1981),
pada hewan yang tidak bunting panjang vagina sapi mencapai 25,0 sampai 30,0 cm. Variasi
ukuran vagina ini tergantung pada jenis hewan, umur dan frekuensi beranak (semakin sering
beranak, vagina semakin lebar).

3.6 VULVA

Vulva merupakan alat kelamin betina bagian luar termasuk clitoris dan vestibulum. Bagian
ini memiliki syaraf perasa, yang memegang peranan penting pada waktu kopulasi. Kira-kira 7-10
cm masuk ke dalam dari lubang luar dan pada lantai dinding ventral vestibulum terdapat celah
sepanjang 2 cm. Celah ini merupakan pintu masuk kedalam kantung buntu seburetrha
(devertikulum suburethralis) dan juga merupakan sebagai orificium urethralis. Saluran urethra
masuk ke dalam vestibulum sedikit di depan saluran buntu suburethra tadai pada dinding depan
dan dapat merupakan sebagian dari saluran buntu tadi. Saluran buntu sendiri panjangnya 3 – 4
cm. saluran urethra berjalan ke depan, tepat di bawah vagina, ke kantung air seni
(Salisbury,1986). Vulva (pupendum feminium) adalah bagian eksternal dari genitalis betina yang
terentang dari vagina sampai bagian yang paling luar. Pertautan antara vagina dan vulva ditandai
oleh orifis uretral eksternal dan sering juga oleh suatu pematang, pada posisi cranial terhadap
orifis uretral eksternal, yaitu hymen vestigial. Seringkali hymen tersebut demikian rapat hingga
mempengaruhi kopulasi (Frandson, 1086).
Vestibula vagina adalah bagian tubular dari saluran reproduksi antara vagina dan labia vulva.
Labia atau bibir vulva adalah sederhana saja dan tidak terdiri dari labia mayor dan minor seperti
pada manusia (Frandson, 1086). Lubang luar alat reproduksi sapi betina berada tepat dibawah
anus. Panjang 12 cm dan mempunyai sudut lebar berbentuk bulat disebelah dorsal dan sudut
sempit di sebelah ventral. Labia mayor yang tebal ditutup oleh rambut-rambut halus sampai
tempat sambungan dengan mucosa. Pada perkawinan secara alamiah penis masuk ke dalam alat
reproduksi betina melewati vulva, dan pada waktu melahirkan anak sapi melewatinya (Salisbury,
1986).
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Anatomi anatomi fungsional organ reproduksi sapi betina terdiri atas organ primer dan
sekunder. Organ reproduksi primer terdiri atas gonad atau ovarium, menghasilkan ova, dan
hormon reproduksi betina. Organ-organ reproduksi sekunderatau saluran reproduksi yang
berfungsi menerima dan menyalurkan sel-sel reproduksi jantan dan betina, memberi makan dan
melahirkan individu baru, terdiri atas tuba Fallopii (oviduk), uterus, serviks, vagina dan vulva.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2013.Ovarium Female Anatomy and Histology.

(http://www.ansci.wisc.edu/jjp1/ansci_repro/lec/lec1/female_hist.html). Accesion date at


September 12nd, 2018 time 22.02 WIB. Anonim.2018.Pengertian,jenis,danfungsi uterus
pada ternak

http://agroteknologi.web.id/sains/pengertian-jenis-dan-fungsi-uterus-padaternak/ Diakses 17
September 2018. Anonim.2017.Uterus(Rahim)Pengertian,Struktur,Fungsi.

https://www.ilmudasar.com/2017/05/Pengertian-Struktur-dan-FungsiUterus-Rahim-adalah.html
Diakses 17 September 2018. Blakely, J., and D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta. Dellmann, H. Dieter and Etsher M. Brown. 1992.
Buku Teks Histologi Veteriner II. Universitas Indonesia press. Jakarta. Feradis. 2010.
Reproduksi Ternak. Alfabeta. Bandung. Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi
Ternak. Edisi Keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hardjopranjoto, S.
1995. Ilmu Kemajiran Ternak. Airlangga University Press. Surabaya. Ilyas, A.Z. dan C.S.
Leksmono. 1995. Pedoman pengembangan dan perbaikan ternak kerbau di Indonesia.
Dirjen Peternakan bekerjasama dengan FAO.

Lestari, Tita Damayanti., Ismudiono. 2013. “Ilmu Reproduksi Ternak”. Surabaya: Airlangga
University Press. Lewis, A. W., J. G. Berardinelli. 2001. Gross Anatomical and
Histomorphometric Characteristics of The Oviduct and Uterus During The Pubertal
Transition in Sheep. Department of Animal and Range Sciences, Montana State
University, Bozeman 59717-2900. Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan.
Mutiara. Jakarta. Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit
Angkasa. Bandung. Widayati, D.T, Kustono., Ismaya., S. Bintara. 2008. Ilmu Reproduksi
Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Yusuf, M. 2012.
Buku Ajar Ilmu Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
Makassar.

https://unggulwidyoseno12.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai