Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN

ANEMIA BERAT DI POLI KANDUNGAN RSUD


dr. SOEKARDJO TASIKMALAYA

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai
Gelar Ahli Madya Kebidanan

Oleh:
ELA NURLAELA
13DB277058

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2016
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA BERAT
DI RSUD dr. SOEKARDJO1
TASIKMALAYA

Ela Nurlaela2 Sandriani3 Resna Litasari4

INTISARI

Anemia merupakan masalah yang memerlukan penanganan yang serius,


karena anemia pada ibu hamil disebut “Potential Danger to Mother Child”
(potensial yang membahayakan ibu dan anak). Angka kehamilan di Indonesia
menunjukan angka yang masih tinggi yaitu 63,5%. Anemia pada ibu hamil
merupakan suatu kondisi ibu hamil dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr%
terutama pada trimester I dan trimester III. Penyebab anemia pada ibu hamil
adalah meningkatnya jumlah kebutuhan zat besi guna pertumbuhan janin bayi
yang dikandungnya.

Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh


pengalaman nyata dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
dengan Anemia Berat menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan.
Asuhan kebidanan pada ibu hamil ini dilakukan selama 11 hari dari tanggal 08
April 2016 sampai dengan 18 April 2016 di Poli Kandungan RSUD dr. Soekardjo
Tasikmalaya.

Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran


dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada ibu hamil
mengenai anemia berat. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan
pada ibu hamil kasus anemia di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya dilaksanakan
berdasarkan asuhan kebidanan dan didapatkan tidak ada kesenjangan antara
kajian pustaka dengan kasus yang dikaji.

Kata Kunci : Ibu Hamil, Anemia Berat


Kepustakaan : 11 buku (2007-2015)
Halaman : i-xiii, 56 halaman, 6 lampiran

1
Judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen
STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Word Health Organization (WHO) Angka Kematian Ibu (AKI)
ditahun 2013 adalah 81% diakibatkan karena komplikasi selama kehamilan,
persalinan dan nifas dan 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan
dengan anemia kehamilan. Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia
relative tinggi yaitu 63,5% defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak
jarang keduanya saling berinteraksi (Sarwono, 2011).
Kebijakan pemerintah dalam menangani anemia pada kehamilan adalah
pemeberian suplementasi besi dan asam folat. Word Health Organitation
menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk
memenuhi kebutuhan fisiologik selama kehamilan, namun banyak literature
yang menganjurkan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu atau
lebih pada kehamilan. Di wilayah-wilayah dengan prevalensi anemia yang
tinggi dianjurkan untuk memberikan suplementasi zat besi sampai 3 bulan
post partum (Prawirohardjo, S, 2011).

Tabel 1.1 Penyebab Utama Kematian Ibu

Komplikasi Jumlah

Perdarahan 27%
Infeksi 11%
Tekanan Darah Tinggi 14%
Aborsi 8%
Partus macet 9%
Emboli 3%
Kondisi yang sudah ada 28%
Sumber : WHO 2015

Laporan USAID’s, A2Z, Micronutrient and Child Blindness Project,


ACCESS Program, and Food and Nutrition Technical Assistance (2009)
menunjukan bahwa sekitar 50% dari seluruh jenis anemia diperkirakan

1
2

akibat dari defisiensi besi. Selain itu, defisiensi micronutrient (vitamin A, B6,
B12, riboflavin dan asam folat dan faktor kelainan keturunan seperti
thalassemia dan sickle cell disease juga telah diketahui menjadi penyebab
anemia. Anemia sering terjadi akibat defisiensi zat besi karena pada ibu
hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi dua kali lipat akibat
peningkatan volume darah tanpa ekspansi volume plasma, untuk memenuhi
kebutuhan ibu (mencegah kehilangan darah pada saat melahirkan) dan
pertumbuhan janin. Ironisnya, diestimasi dibawah 50% ibu tidak mempunyai
cadangan zat besi yang cukup selama kehamilannya, sehingga risiko
defiensi zat besi atau anemia meningkat bersama dengan kehamilan. Hal ini
telah dibuktikan di Thailand bahwa penyebab utama anemia pada ibu hamil
adalah karena defisiensi besi (43,1%).
Dalam penelitian studi di Malawi ditemukan dari 150 ibu hamil terdapat
32% mengalami defisiensi zat besi dan satu atau lebih micronutrient.
Demikian pula dengan studi di Tanzania memperlihatkan bahwa anemia ibu
hamil berhubungan dengan defisiensi zat besi, vitamin A dan status gizi
(LILA) terdapat korelasi yang erat antara anemia pada saat kehamilan
dengan kematian janin, abostus, cacat bawaan, berat badan bayi lahir
rendah, cadangan zat besi yang berkurang pada anak atau anak lahir dalam
keadaan anemia gizi. Kondisi ini menyebabkan angka kematian perinatal
masih tinggi, demikian pula dengan mortalitas dan morbiditas pada ibu.
Selain itu, dapat mengakibatkan perdarahan pada saat persalinan yang
merupakan penyebab utama (28%) kematian ibu hamil/bersalin di Indonesia.
Angka kematian merupakan suatu indikator kualitas pelayanan
kesehatan disuatu Negara. Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI 2013) tingkat kematian ibu saat melahirkan masih tinggi, yaitu setiap
satu jam, dua ibu melahirkan meninggal dunia. Berdasarkan penelitian
tentang kualitas penduduk Indonesia tercatat Angka Kematian Ibu (AKI)
mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB)
mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes 2015).
Perdarahan merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu,
sementara anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil
menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan. Anemia pada ibu hamil
adalah suatu keadaan resiko yang berpengaruh terhadap angka kematian
3

ibu (Kartono, 2011). Anemia pada ibu hamil merupakan suatu kondisi ibu
hamil dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr% terutama pada trimester I
dan trimester III. Penyebab Anemia pada Ibu Hamil adalah meningkatnya
jumlah kebutuhan zat besi guna pertumbuhan janin bayi yang dikandungnya
(Admin, 2012).
Pada tahun 2012 angka kejadian anemia di Indonesia masih cukup
tinggi yaitu sekitar 57,1% atau 50-70 juta jiwa, anemia defesiensi besi
(anemia yang disebabkan kurang zat besi) mencapai 20% - 30%. Parahnya
lagi 40,1% anemia dialami wanita hamil dengan batas bawah 11 gr/dl
(Admin, 2012).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Barat dari jumlah keseluruhan ibu
hamil 1.044.334 jiwa. Angka kematian ibu di Jawa Barat ini disebabkan oleh
perdarahan 248 (31,7%), hipertensi dalam kehamilan (29,3%), infeksi
(5,6%), partus lama (0,64%), abortus (0,12%), lain-lain (32,5%) (Pogi Jabar
2014).
Berdasarkan penelitian tentang kualitas penduduk Indonesia tercatat
Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup
(Kemenkes, 2014). Angka Kematian Ibu di Jawa Barat mencapai 791 per
100.000 kelahiran hidup (Dinkes, 2014).
Berdasarkan pemantauan rutin Dinkes Kota Tasikmalaya penyebab
utama AKI pada tahun 2015 sebanyak 20 kasus salah satunya anemia,
sedangkan untuk kasus anemia kehamilan pada tahun 2015 sebanyak 570
orang (Dinkes Kota Tasikmalaya, 2015).
Menurut data kehamilan di Poli kandungan RSUD dr. Soekardjo
Tasikmalaya jumlah kunjungan ibu hamil pada tahun 2015 sebanyak 1293
orang. Sedangkan untuk kasus anemia pada ibu hamil tahun 2015 sebanyak
23 orang dari 1293 orang (data kunjungan Poli Kebidanan).
Data tersebut menunjukan bahwa anemia merupakan kompliksi
kehamilan terbanyak yang dialami ibu hamil. Artinya, anemia lebih sering
dijumpai dalam kehamilan, hal ini disebabkan karena dalam kehamilan
keperluan akan zat-zat makanan bertambah, selain itu anemia pada
kehamilan disebabkan kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena
gangguan resorpsi.
4

Anemia merupakan masalah yang memerlukan penanganan yang


serius, karena anemia hamil disebut juga “Potential Danger to Mother Child”
(potensial yang membahayakan ibu dan anak). Dampak anemia pada
persalinan dan nifas adalah meningkatnya angka kasus perdarahan
postpartum, sedangkan pada bayi yang dilahirkan dapat mengakibatkan
berat badan bayi lahir rendah. Oleh karena itu penanganan anemia hamil
tidak hanya melibatkan tenaga kesehatan saja tapi semua pihak yang terkait
termasuk ibu hamil dan keluarga sehingga terbentuk hubungan yang baik
dan ibu memiliki pengetahuan yang cukup juga mau melakukan
pemeriksaan kehamilan rutin, konsumsi tablet Fe juga konsumsi makanan
yang bergizi seimbang sehingga dapat menurunkan angka kejadian anemia
itu sendiri (Saefuddin, 2013).
Allah SWT sebagai pencipta makhluk, telah menjelaskan dalam Al-
Quran bahwa Allah SWT telah menurunkan penyembuh bagi penyakit-
penyakit yang diderita umatnya. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Yunus :
57-58.

Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah :
Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka
bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 57-58).
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT telah berfirman, memberikan
karunia kepada makhluk-Nya yaitu berupa Al-Qur’an yang Agung, yang allah
turunkan kepada rasul-Nya yang mulia. Yaa ayyuhan naasu qad jaa-akum
mau’idhatum mir rabbikum (“Hai manusia! Sesungguhnya telah datang
5

kepadamu pelajaran dari Rabbmu.”). maksudnya pencegah kekejian. Wa


syifaa-ul limaa fish shuduur (“Dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada.”). Maksudnya, dari kesamaran-kesamaran dan
keraguan-keraguan, yaitu menghilangkan kekejian dan kotoran yang ada di
dalamnya. Wa hudaw wa rahmatun (dan petunjuk serta rahmat) maksudnya,
hidayah dan rahmat Allah dapat dihasilkan dengan adanya Al-Quran.
Sesungguhnya rahmat dan hidayat itu hanyalah untuk orang-orang yang
beriman kepadanya, membenarkan dan meyakini apa yang ada di
dalamnya.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis
tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia
berat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, memberikan landasan bagi penulis
untuk membuat rumusan masalah “Bagaimana melaksanakan asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan anemia berat menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan menurut Hellen Varney ?”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umun
Mampu melaksanakan asuahan kebidanan kepada ibu hamil dengan
anemia berat di Poli Kandungan RSUD dr. Soekardjo Tasikamalaya,
dengan pendekatan manajemen kebidanan dan di dokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada ibu hamil G 8P5A2 hamil 38-39 minggu
dengan Anemia Berat.
b. Melakukan interpretasi data dasar serta merumuskan diagnosa
kebidanan dengan masalah pada ibu hamil G 8P5A2 hamil 38-39
minggu dengan Anemia Berat.
c. Megidentifikasi diagnosa potensial atau masalah pada ibu hamil
G8P5A2 hamil 38-39 minggu dengan Anemia Berat.
6

d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera pada ibu hamil


G8P5A2 hamil 38-39 minggu dengan Anemia Berat.
e. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu hamil G 8P5A2 hamil
38-39 minggu dengan Anemia Berat.
f. Melaksanakan perencanaan secara efisiensi dan aman pada ibu
hamil G8P5A2 hamil 38-39 minggu dengan Anemia Berat.
g. Mengevaluasi pada pelaksnaan asuhan kebidanan pada ibu hamil
G8P5A2 hamil 38-39 minggu dengan Anemia Berat.
h. Mengetahui adanya kesenjangan antara teori dan praktek di
lapangan.

D. Manfaat
1. Bagi Institusi Rumah Sakit
Meningkatkan pelayanan kebidanan pada klien secara
komprehensif, sehingga klien dapat merasa puas dan senang atas
pelayanan yang telah diberikan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Bermanfaat sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan
menghasilkan lulusan bidan yang profesional dan mandiri, juga sebagai
penambah bahan kepustakaan yang dapat dijadikan studi banding bagi
studi kasus selanjutnya mengenai pendokumentasian kebidanan secara
komprehensif.
3. Bagi Penulis
Studi kasus ini sebagai bahan masukan atau informasi untuk
mahasiswa mampu mengaplikasikan seluruh teori ilmu yang telah
didapat selama perkuliahan mengenai asuhan kebidanan pada ibu hamil
terhadap praktek dilapangan.
4. Bagi Ibu Hamil
Dengan melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu dapat
melewati persalinan tanpa terjadi komplikasi, melahirkan bayi dengan
sehat dan melewati masa nifas dengan normal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan


a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah hasil dari “kencan” sperna dan sel telur. Dalam
prosesnya perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) bener-
bener penuh dengan perjuangan. Dari sekitar 20-40 juta sperma yang
dikeluarkan, hanya sedikit yang survive dan berhasil mencapai tempat
sel telur. Dari jumlah yang sedikit itu, Cuma 1 sperma saja yang bias
membuahi sel telur (Walyani, 2015).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilitas atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester,
dimana trimester satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua
minggu ke-13 hingga ke-27, dan trimester ketiga minggu ke-28 hingga
ke-40 (Saifuddin, 2010).
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis.
Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah
mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan
seorang pria yang organ reproduksinya sehat (Mandriwati, 2008).
Allah SWT sebagai pencipta makhluk, telah menjelaskan proses
demi proses penciptaan manusia di dalam Rahim seorang perempuan.
Proses perubahan janin dari setetes mani hingga menjadi manusia yang
sempurna. Sebelum teknologi berkembang, hal itu merupakan perkara
gaib yang tidak diketahui oleh manusia, karena letaknya yang semakin
dalam. Dalam Al-Quran dijelaskan tentang proses penciptaan manusia
di dalam rahim tahap demi tahap.

7
8

Artinya :

Sungguh kami telah menciptakan manusia dari sari pati tanah.


Kemudian kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (Rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah,
Pencipta Yang Paling Baik (Q.S. Al-Mukminun: 12-14).

Ayat diatas menjelaskan bahwa proses penciptaan manusia itu


mulai dari sari pati tanah, kemudian mengalami beberapa fase
penciptaannya dan kejadiannya. Sama halnya dengan proses kehamilan
yang didalamnya terdapat beberapa fase pertumbuhan termasuk
pertumbuhan janin. Allah adalah sebaik-baiknya pencipta, karena
seluruh pencipta tersebut membuktikan bahwa Allah secara detail
mempersiapkan segala hal yang memungkinkan adanya kehidupan
suatu makhluk ciptaan-Nya, termasuk manusia. Proses kejadian
manusia terbukti melalui Al-Quran dan ilmu pengetahuan sehingga hal
tersebut harus memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWT.
Adapun hadist yang menceritakan tentang proses kejadian manusia di
dalam rahim ibunya:
9

ُ ‫ص اد‬
‫ِق‬ َّ ‫ َوه َُو ال‬.‫صلم‬. ‫ّللا‬ ِ ّ ُ ‫س ْول‬ ُ ‫;ح َّد َثنا َ َر‬
َ َ ‫ّللاُ َع ْن ُه قاَل‬ ّ ‫َع ِن ا ْب ِن َم ْس ُع ْو ٍد َرضِ َي‬
ُ‫ ُث َّم َي ُك ْون‬، ‫صد ُْو ُق ; إِنَّ أَ َح َد ُك ْم لَ ُي ْج َم ُع َخ ْلقُ ُه ف ِْي َب ْط ِن أ ُ ِّمه أَ ْر َب ِع ْينَ َي ْوما ً ُن ْط َف ًة‬
ْ ‫ا ْل َم‬
َ ‫ ُث َّم ُي ْر‬، ‫ض َغ ًة ِم ْثل َ ذاَلِ َك‬
‫سل ُ إِلَ ْي ِه ا ْل َملَ ُك َف َي ْن ُف ُخ فِ ْي ِه‬ ْ ‫ ُث َّم َي ُك ْونُ ُم‬، ‫َعلَ َق ًة ِم ْثل َ ذاَلِ َك‬
‫شق ٌِّي أَ ْو‬ َ ‫ َو َهلْ ه َُو‬، ‫ َو َع َملِه‬، ‫ َوأَ َجلِه‬، ‫ت ; ِر ْزقِه‬ ٍ َ ‫ َو ُي ْؤ َم ُر بِأ َ ْر َب ِع َكلِما‬، ‫الر ْو َح‬
ُّ
–‫ الحديث رواه أحمد‬- ‫س ِع ْيد‬
َ
Artinya :
“Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata : Telah bersabda kepada kami
Rasulullah SAW – Beliau adalah orang yang jujur dan terpercaya;
“Sesungguhnya seorang diantara kamu (setiap kamu) benar-benar
diproses kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari berwujud air
mani, kemudian berproses lagi selama 40 hari menjadi segumpal darah,
lantas berproses lagi selama 40 hari menjadi segumpal daging;
kemudian malaikat dikirim kepadanya untuk meniupkan roh
kedalamnya, lantas (sang janin) itu ditetapkan dalam 4 ketentuan : 1.
Ditentukan (kadar) rizkinya, 2. Ditentukan batas umurnya, 3. Ditentukan
amal perbuatannya, 4. Ditentukan apakah ia tergolomg orang celaka
ataukah orang yang beruntung“ (HR Ahmad).
Hadis tersebut Diatas menjelaskan proses kejadian manusia
dalam rahim ibunya, yaitu 40 hari pertama berwujud “ Nutfah “ (air mani
laki-laki bersenyawa dengan sel telur perempuan), 40 hari kedua
berproses menjadi “ Alaqah “ (segumpal darah), 40 hari ketiga
berproses menjadi “ Mudlghoh “ (segumpal daging).
Hadis tersebut menjelaskan lebih lanjut bahwa saat berwujud
mudlghah itulah Allah SWT mengirim malaikat untuk memasangkan roh
kepadanya bersamaan dengan ditetapkannya 4 ketentuan.
b. Proses Kehamilan
Menurut Sulistyawati (2009), proses kehamilan meliputi :
1) Konsepsi yaitu pertemuan antara ovum matang dan sperma sehat
yang memungkinkan terjadinya kehamilan.
2) Fertilisasi yaitu kelanjutan dari proses konsepsi terjadi penyatuan
sperma dan ovum, sampai dengan terjadi perubahan fisik dan
kimiawi ovum-sperma hingga menjadi buah kehamilan.
10

3) Implantasi (Nidasi) yaitu masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi


ke dalam endometrium.
c. Pembagian kehamilan
Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan, yaitu triwulan pertama (0-12
minggu), triwulan kedua (13-28 minggu), dan triwulan ketiga (29-42
minggu) (Manuaba, 2010).
d. Tanda dan Gejala Kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan menurut Prawiroharjo (2010) dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu :
1) Tanda tidak pasti kehamilan
a) Amenorea (tidak dapat haid)
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil
tidak dapat haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama
haid terakhir supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran
tanggal persalinan akan terjadi, dengan memakai rumus
Neagie : HT-3 (bulan +7).
b) Mual dan Muntah
Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga
akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut
“morning sickness”.
c) Mengidam (ingin makanan khusus)
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan
tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
d) Pingsan
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan
padat. Biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
e) Anoreksia (tidak ada selera makan)
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, tetapi
setelah itu nafsu makan timbul.
f) Mamae menjadi tegang dan membesar
Keadaan ini disebabkan pengaruh hormone estrogen dan
progesterone yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
11

g) Miksi sering
Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih
tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan
hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan,
gejala ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala
janin.
h) Konstipasi atau obstipasi
Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan
oleh pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan
kesulitan untuk buang air besar.
i) Pigmentasi (perubahan warna kulit)
Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang
berwarna lebih tegas, melebar dan bertambah gelap terdapat
pada perut bagian bawah.
j) Epulis
Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah). Sering
terjadi pada triwulan pertama.
k) Varises (pemekaran vena-vena)
Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesterone
terjadi penampakan pembuluh darah vena. Penampakan
pembuluh darah itu terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan
betis, dan payudara.
2) Tanda kemungkinan kehamilan
a) Perut membesar
Setelah kehamilan 14 minggu, Rahim dapat diraba dari
luar dan mulai pembesaran perut.
b) Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi
dari rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa
uterus membesar dan bentuknya makin lama makin bundar.
c) Tanda Hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi
lunak, terutama daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama
ismus uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi
12

ismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi


panjang dan lebih lunak.
d) Tanda Chadwick
Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada
vulva, vagina, dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan
oleh pengaruh hormone estrogen.
e) Tanda Piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang
pembesaran tidak rata tetapi didaerah telur bernidasi lebih
cepat tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus membesar ke
salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan
pembesaran.
f) Tanda Braxton-Hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas
untuk uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang
membesar tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma
uteri, tanda Braxton-Hicks tidak ditemukan.
g) Teraba Ballotemen
Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini
adalah tanda adanya janin di dalam uterus.
h) Reaksi kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya
human chorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah
air kencing pertama pada pagi hari.
Dengan tes ini dapat membantu menentukan diagnosa
kehamilan sedini mungkin.
3) Tanda pasti kehamilan
Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian-
bagian janin dan denyut jantung janin.
a) Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec
b) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
c) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram
13

Dilihat pada ultrasonografi. Terlihat tulang-tulang janin dalam foto


rontgen.

4) Penyulit yang menyertai kehamilan


Menurut (Manuaba, 2012) sebagai berikut:
a) Keluhan Ringan Hamil Muda
Keluhan ringan hamil muda ini adalah emesis gravidarum,
kram pada kaki, varises, hiperemesis gravidarum dan
hipersalivasi (ptialismus).
b) Kehamilan Remaja
Masyarakat menghadapi kenyataan bahwa kehamilan
pada remaja makin meningkat dan menjadi masalah. Terdapat
dua faktor yang mendasari perilaku seks pada remaja.
Pertama, harapan untuk kawin dalam usia yang relatif muda
(20 tahun) dan kedua, makin derasnya arus informasi yang
dapat menimbulkan rangsangan seksual remaja terutama
remaja daerah perkotaan yang mendorong remaja melakukan
hubungan seksual pranikah yang akhirnya memberikan
dampak berupa penyakit hubungan seks dan kehamilan di luar
perkawinan pada remaja.
5) Kunjungan Dalam Kehamilan
Menurut Salmah (2007), ibu hamil memerlukan sedikitnya 4 kali
kunjungan selama kehamilan.
a) Kehamilan trimester kesatu (<13 minggu) satu kali kunjungan.
b) Kehamilan trimester kedua (13-27 minggu) satu kali
kunjungan.
c) Kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu) dua kali kunjungan.

Walaupun demikian, disarankan kepada ibu hamil untuk


kehamilan 28 minggu periksa empat minggu sekali, kehamilan 28-
36 minggu perlu pemeriksaan dua minggu sekali, kehamilan 36-40
minggu perlu pemeriksaan satu minggu sekali.
14

Bila ada masalah atau gangguan kehamilan, ibu segera


menemui petugas kesehtan professional (bidan atau dokter) untuk
penanganan lebih lanjut.

B. Konsep Dasar Anemia


a. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar
hemoglobin hematocrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada
penderita anemia, lebih disebut kurang darah, kadar sel darah merah
(hemoglobin atau HB) di bawah nilai normal.
Anemia dalam kehamilan adalah kadar hemoglobin kurang dari 11
gr%. Anemia pada trimester kedua saat kadar hemoglobinnya kurang
dari 11 gr% dan anemia pada trimester ke tiga saat kadar hemoglobinya
kurang dari 10,5 gr% (Manuaba, 2010).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar HB di
bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar HB <10,5 gr% pada
trimester II, sedangkan menurut WHO menetapkan HB 1 gr%.
b. Patofisiologis Anemia
Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan, hal itu disebabkan
karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah
dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang.
Darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut
hidremia atau hypervolemia, akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah
kurang apabila dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga
terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai
berikut : plasma 30%, sel darah 18 %, dan hemoglobin 19%.
Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara
fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama
pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih
berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hidremia cardiac output
meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah.
Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik.
Kedua, pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang
15

hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental
(Harli, 2009).
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak
kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan
antara 32 dan 36 minggu.
c. Faktor Prodisposisi Anemia Pada Kehamilan
1) Umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun, mempunyai resiko yang sangat tinggi untuk hamil. Karena
akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil
maupun janinnya, berisiko mengalami perdarahan dan dapat
menyebabkan ibu mengalami anemia. Wintrobe (2011) menyatakan
bahwa usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu
semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar
hemoglobinnya. Muhilal et al (2011) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu
hamil maka presentasi anemia semakin besar. Pada penelitian ini
belum menunjukan adanya kecendrungan semakin tua umur ibu
hamil maka kejadian anemia semakin besar. Karena 80% ibu hamil
berusia tidak berisiko yaitu antara 20 tahun hingga 35 tahun.
2) Paritas
Semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin
tinggi angka kejadian anemia, artinya ibu hamil dengan paritas
tinggi mempunyai resiko lebih besar untuk mengalami anemia
dibanding yang paritas rendah.
3) Jarak kehamilan yang terlalu dekat
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya
anemia pada wanita adalah jarak kehamilan pendek. Menurut
Muhilal Et Al (2011) hal ini disebabkan karena kekurangan nutrisi
yang merupakan mekanisme biologis dan pemulihan faktor
hormonal dan adanya kecendrungan bahwa semakin dekat jarak
kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
16

4) Pengetahuan kesehatan reproduksi


Menyangkut pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan
kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara mengatasi anemia pada ibu
hamil diharapkan dapat mencegah ibu hamil dari amenia. Semakin
rendah pengetahuan kesehatan reproduksi, maka akan semakin
tinggi angka kejadian anemia.
5) Pemeriksaan Antenatal Care
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh tenaga profesional yaitu dr.Ginekologi dan Bidan
serta memenuhi syarat 5T (Tinggi Badan, Berat Badan, Tekanan
Darah, Tinggi Fundus, TT, Tablet Fe). Jika pemeriksaan Antenatal
Care kurang atau tidak ada sama sekali maka akan semakin tinggi
angka kejadian anemia.
6) Pola Makan Dan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe
Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang
sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan
produktif. Agar sasaran keseimbangan gizi dapat dicapai, maka
setiap orang harus mengkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan
dari tiap golongan bahan makanan yaitu KH, protein hewani dan
nabati, sayuran, buah dan susu ( Kodyat, 2011).
7) Kebutuhan Zat Besi Pada Ibu Hamil
Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena
terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50-80 cc setiap
bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30-40 mg. Disamping itu
kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan sel
darah merah, janin, juga plasenta sebagai gambaran berapa
banyak kebutuhan zat besi pada kehamilan adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan sel darah merah ibu 500 mg Fe
2) Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe
3) Untuk darah janin 100 mg
Jumlah kebutuhan zat besi pada ibu hamil adalah 800 mh Fe.
Jika persalinan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan
menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia
pada kehamilan. Pada kehamilan, relative terjadi anemia karena
17

darah ibu hamil mengalami pengenceran dengan peningkatan


volume 30-40% yang puncaknya pada kehamilan 32-34 minggu.
Jumlah peningkatan sel darah 18-30% dan hemoglobin sekitar 19%.
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800
mg.
Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin
dan 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa hemoglobin
maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan diekskresikan oleh usus,
urin, dan kulit. Kebutuhan ibu hamil setiap 100 kalori akan
menghasilkan sekitar 8-10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali
dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20-25 mg zat besi
perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil
akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan
zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil.
8) Gejala dan Tanda
Gejala awal biasanya tidak ada atau tidak spesifik (misalnya:
kelelahan, kelemahan, pusing, dyspnea ringan dengan tenaga).
Gejala dan tanda lain yaitu pucat dan jika terjadi anemia berat akan
mengalami takikardi atau hipotensi. Anemia meningkatkan resiko
kelahiran premature dan infeksi ibu postpartum. Gejala anemia
selama kehamilan :
1) Merasa lelah atau lemah.
2) Kulit pucat.
3) Denyut jantung cepat.
4) Sesak nafas.
5) Konsentrasi terganggu.
9) Masalah Potensial Anemia Pada Ibu Hamil
1) Pasa usia kehamilan 3 bulan pertama
a) Dapat terjadi keguguran.
b) Cacat bawaan.
2) Pada usia kehamilan 4-9 bulan
a) Persalinan belum cukup bulan.
b) Perdarahan dalam melahirkan.
c) Gangguan pertumbuhan bayi dalam kandungan.
18

d) Bayi kekurangan oksigen dalam kandungan sampai


menyebabkan kematian.
e) Mudah terkena infeksi.
3) Pada saat melahirkan
a) Kekuatan mengejan kurang.
b) Melahirkan berlangsung lama.
c) Tertahannya plasenta dan perdarahan saat melahirkan.
d) Akibat anemia terhadap bayi.
e) Kematian dalam kandungan (IUFD).
f) Cacat bawaan.
g) Kecerdasannya rendah.
h) Bayi lahir dengan anemia.
i) Berat badan bayi lahir rendah.
j) Diagnosa anemia pada kehamilan.

Untuk menegakkan anemia pada kehamilan dapat dilakukan


dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapat keluhan seperti
lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual
muntah lebih hebat pada hamil muda.
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sahli dilakukan minimal dua kali selama
kehamilan, yaitu pada trimester I dan pada trimester III.
Berdasarkan klasifikasi dari WHO kadar hemoglobin pada ibu hamil
dapat dibagi menjadi 4 kategori yaitu : (Manuaba I.B.G, 2010. HAL
38)
Hb > 11 gr% Tidak anemia (Normal) pada Kehamilan.

Hb 9-10 gr% Anemia ringan pada Kehamilan.

HB 7-8 gr% Anemia sedang pada Kehamilan.

Hb < 7 gr% Anemia berat pada Kehamilan.

Dengan pertimbangan bahwa sebagian ibu hamil mengalami


anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet
pada ibu hamil.
19

10) Jenis-Jenis Anemia (Sarwono, 2010)


1) Anemia Difisiensi besi
Anemia dalam kehamilan yang sering dijumpai adalah
anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini dapat
diakibatkan karena kurang masuknya unsur besi dengan
makanan, karena gangguan reabsorbsi, atau karena terlalu
banyaknya besi keluar dari badan, misalnya perdarahan
(Suryani, 2010).
a) Diagnosa
Sifat yang khas dari anemia defisiensi besi adalah :
(1) Kadar besi serum yang tinggi.
(2) Daya ikat besi serum tinggi.
(3) Protoporifin eritrosit tinggi.
b) Pencegahan
(1) Glukonas 1 tablet sehari.
(2) Makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang
mengandung banyak mineral serta vitamin.
(3) Ferrum oksidum sakkartum, sodium differat dan
dekstran besi secara IV.
(4) Tranfusi darah.
2) Defisiensi Asam Folat
Anemia megaloblasti disebabkan karena defisiensi asam
folik, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12.
a) Diagnosa
Diagnosa anemia megaloblasti dibuat apabila
ditemukan megaloblasti atau pramegaloblas dalam darah
atau sumsum tulang. Pemeriksaan asam formimino
glutamic dalam air kencing dapat membantu dan
percobaan pengeluaran asam folik.
b) Pencegahan
Apabila pengobatan anemia dengan besi saja tidak
berhasil, maka besi harus ditambahkan dengan asam folik.
20

c) Terapi
Tablet asam folik diberikan dalam dosis 15-30 mg
sehari, apabila disebkan oleh defisiensi vitamin B12, maka
diberi vitamin B12 dengan dosis 100-1000 mg sehari baik
oral maupun parental.
3) Anemia Hipoplastik
Anemia ini disebabkan karena sumsum tulang kurang
mampu membuat sel-sel darah baru. Sumsum tulang bersifat
normoblastik dengan erithopoesis yang nyata. Ciri lain adalah
bahwa pengobatan dengan segala macam obat penambah
darah tidak memberi hasil.
Etiologi anemia ini belum jelas, kecuali yang disebabkan
oleh sepsis, sinar rontgen, racun atau obat-obatan, satu-
satunya cara untuk memperbaiki keadaan ini adalah transfusi
darah.
4) Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel
darah merah belangsung lebih cepat dari pembuatannya.
Pengobatan anemia hemolitik dalam kehamilan tergantung
pada jenis dan beratnya. Pengobatan anemia hemolitik dalam
kehamilan tergantung pada jenis dan beratnya. Obat-obat
penambah darah tidak berhasil. Transfusi darah yang kadang-
kadang diulang beberapa kali, diperlukan pada anemia berat
untuk meringankan penderitaan ibu dan mengurangi bahaya
hipoksia pada bayi.
11) Pencegahan dan Penanganan Anemia Pada Ibu Hamil
1) Pencegahan anemia
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil
melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat
diketahui data dasar kesehatan ibu tersebut, dalam
pemeriksaan kesehatan di sertai pemeriksaan laboratorium
termasuk pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya
infeksiparasit (Manuaba, I. B. G. 2010).
21

2) Penanganan anemia sebagai berikut :


a) Anemia Ringan
Pada kehamilan dengan kadar HB 9-10 gr% masih
dianggap ringan sehingga hanya diperlukan kombinasi 60
mg/hari zat besi dan 500 mg asam folat per oral sekali
sehari. (Arisman, 2011).
b) Anemia Sedang
Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi
feros 600-1000 mg/hari seperti sulfat ferosus atau
glukonas ferosus (Arisman, 2011)
c) Anemia berat
Pemberian preparat parenteral yaitu dengan fero
dextrin sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2x10 ml
intramuskuler . Transfusi darah kehamilan lanjut dapat
diberikan walaupun sangat jarang diberikan mengingat
resiko transfusi bagi ibu dan janin. (Ayu, 2011)
Untuk mencegah anemia pada ibu hamil menurut Depkes RI,
(2012) yang dilakukan adalah :
Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan
zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi
dapat diperoleh dari daging (terutama daging merah seperti daging
kambing), telur, ikan dan ayam, serta hati. Pada sayuran zat besi
dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam
dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan lain.
Perlu diperhatikan bahwa zat besi pada daging lebih mudah diserap
oleh tubuh dari pada zat besi pada sayuran atau pada makanan
olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.
12) Resiko Kehamilan dengan Anemia
Dengan seiring perkembangan zaman anemia pada
kehamilan menunjukkan peningkatan. Hai ini terutama disebabkan
adanya factor predisposisi sehingga memberikan dampak terhadap
kelangsungan hidup dan konsekuensinya terjadi kehamilan.
Komplikasi dari kehamilan dan kelahiran bayi yang tidak aman
adalah penyebab utama kematian pada perempuan dengan
22

anemia. Anemia pada kehamilan termasuk dalam kriteria komplikasi


dimana keduanya berperan meningkatkan morbiditas dan mortalitas
pada ibu maupun janin.

C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Anemia Berat
Penerapan asuhan kebidanan menurut Varney (2007) meliputi
pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, dan tindakan antisipasi
segera untuk mencegahnya, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan
dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap, yaitu :
a) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam,
2007). Data subjektif meliputi :
1) Biodata
Identitas pasien dan tanggung jawab (suami, ayah, keluarga).
Menurut Nursalam (2007), identitas meliputi :
a) Nama pasien
Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk
menghindari adanya kekeliruan atau untuk membedakan
dengan klien atau pasiennya.
b) Umur
Ditulis dalam tahun, untuk mengetahui adanya resiko.
c) Suku/Bangsa
Ditunjukan untuk mengetahui adat istiadat dan kebiasaan
pasien.
d) Agama
Untuk mempermudah bidan dalam melakukan pendekatan
didalam melakukan asuhan kebidanan.
23

e) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual karena tingkat
pendidikan mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang.
f) Pekerjaaan
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan pasien
terhadap permasalahan keluarga pasien/klien.
g) Alamat
Untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam
keadaan mendesak sehingga bidan mengetahui tempat
tinggal pasien.
2) Keluhan utama
Mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan
(Nursalam, 2007). Pada kasus ibu hamil dengan anemia berat
keluhan utamanya badan lemas, mudah letih setiap melakukan
aktifitas (Manuaba, 2007).
3) Riwayat menstruasi
Menarche, siklus, lama menstruasi, banyaknya darah
menstruasi, teratur atau tidak, keluhan-keluhan yang dirasakan
pada waktu menstruasi. Hal ini dinyatakan dengan maksud untuk
mengetahui Hari pertama haid dan hari terakhir haid (Nursalam,
2007).
4) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil
akhirnya (abortus, lahir hidup, apakah anaknya masih hidup, dan
apakah dalam keadaan yang baik), apakah terdapat komplikasi
atau intervensi pada kehamilan, persalinan ataupun nifas
sebelumnya dan apakah ibu tersebut mengetahui penyebabnya
(Farrer, 2007).
5) Riwayat kesehatan
Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang, dahulu
maupun penyakit keluarga seperti Jantung, Ginjal, Asma, TBC,
Hepatitis, Diabetes, Hipertensi, Epilepsi, serta riwayat keturunan
kembar dan riwayat operasi (Saifudin, 2007).
24

b) Data Obyektif
Data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik ibu dan
pemeriksaan laboratorium (Nursalam, 2007). Pemeriksaan fisik
untuk mengetahui keadaan umum pasien :
1. Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu baik, sedang, atau
lemas (Wartonah, 2007). Keadaan ibu baik.
2. Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai
composmentis, apatis, samnollen, sopor, koma, atau delirium
(Uliyah, 2007). Kesadaran composmentis.
3. Tanda Vital
a) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau
hipotensi, tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg
(Wiknjosastro, 2007). Tekanan darah pada anemia berat
<90/60 mmHg. Tekanan darah ibu 120/80 mmHg.
b) Pengukuran suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada
o
peningkatan atau tidak. Suhu tubuh normal 35,6 C –
37,6oC (Wiknjosastro, 2007). Suhu badan ibu 36,7oC.
c) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1
menit. Normalnya 80-90x/menit (Saifudin, 2007). Nadi ibu
setelah dilakukan penghitungan 80x/menit.
d) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien
dalam 1 menit, batas normal 18-24x/menit (Saifudin,
2007). Respirasi 22x/menit.
4. Status Generalis
a) Muka
Keadaan umum pucat atau tidak adakah kelainan,
adakah oedema, adakah cloasma gravidarum
(Wiknjosastro, 2007). Muka pucat tidak ada oedema.
25

b) Mata
Conjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik atau
unikterik (alimul, 2007). Conjungtiva pucat, sclera putih.
c) Mulut
Untuk mengetahui apakah mulut bersih atau tidak,
ada caries dan karang gigi tidak, ada stomatitis atau tidak
(Nursalam, 2007). Mulut bersih dan tidak ada kelainan.
d) Payudara
Apakah ada benjolan tumor dan apakah ukurannya
simetris kanan dan kiri (Farrer, 2007). Payudara simetris
tidak ada kelainan.
e) Abdomen
Apakah ada jaringan parut atau bekas operasi.
Adakah nyeri tekan dan adanya masa (Wiknjosastro,
2007). Pada perut tidak ada bekas operasi, tidak ada
kelainan.
f) Palpasi
Leopold I untuk menentukan TFU dan menentukan
dibagian fundus. Leopold II untuk menentukan bagian
kanan dan kiri, leopold III untuk menentukan dibagian
terendah, leopold IV untuk menentukan sudah masuk PAP
atau belum. Auskultasi adalah untuk menentukan denyut
jantung janin (Ferry, 2007). Leopold I teraba bulat, lembek,
tidak melenting (bokong), leopold II sebelah kanan teraba
keras, memanjang seperti kayu (punggung), sebelah kiri
teraba bagian-bagian kecil janin, leopold III teraba bulat,
keras dan melenting (kepala), leopold IV kepala kepala
belum masuk PAP, divergen.
5. Pemeriksaan penunjang atau laboratorium
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa,
apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium (Perry,
2007). Data penunjang dengan melakukan pemeriksaan HB,
Protein urin, dan Glukosa urin. Pada Ibu Hamil dengan anemia
berat didapatkan kadar Hb 6,9 gr/dl.
26

2. Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis atau masalah dan kebutuhan kline berdasarkan interpretasi
data yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan.
a) Diagnosa
Diagnosa kebidanan, dengan : G8P5A2 hamil 38-39 minggu
dengan anemia berat.
b) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman
pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosa sesuai keadaan pasien (Varney, 2007). Masalah yang
sering ditemukan pada ibu hamil dengan anemia berat adalah
lemas, pusing, cepat lelah, mudah mengantuk, konsentrasi
menurun, pandangan berkunang-kunang terutama bila bangkit dari
duduk, tampak pucat (Manuaba, 2010).
c) Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan
yang belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang
didapatkan dengan melakukan analisis data menurut varney
(Estiwidani, 2008). Kebutuhan segera ibu pada anemia berat yaitu
segera dilakukan transfusi dan perawatan.
3. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah di
identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Masalah potensial yang
sering muncul pada kasus ini adalah perdarahan, Hipoksia, BBLR,
Partus Prematurus (Manuaba, 2010).
4. Mengidentifikasi Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien. Pada kehamilan dengan anemia
berat segera yang dilakukan menurut Egan (2007) adalah dengan cara :
a) Melakukan pemeriksaan fisik
27

b) Pemeriksaan HB
c) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
5. Menyusun Rencana Tindakan
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyuluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manejemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah di
identifikasi atau di antisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Menurut Abidin (2009)
perencanaan pada ibu hamil dengan anemia berat adalah :
a) Pemeriksaan fisik.
b) Meningkatkan konsumsi makanan bergizi, yaitu :
Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan
makanan hewani (daging, ayam, ikan, hati, telur) dan bahan
makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan,
tempe).
c) Istirahat yang banyak.
d) Pemeriksaan Hb.
e) Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi dan
melakukan transfuse.
6. Melaksanakan Perencanaan
Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan bidan dapat berkolaborasi
dengan dokter obgyne untuk pemberian terapi dan transfusi. Bidan juga
ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan rencana perawatan
komprehensif dan kolaboratif. Penatalaksanaan yang bisa dilakukan
oleh bidan adalah:
a) Mengobservasi tanda-tanda vital dan keadaan umum.
b) Pemeriksaan hemoglobin
c) Beri dukungan psikologi kepada ibu tentang keadaanya.
d) Jelaskan pada pasien tentang anemia berat.
e) Jelaskan bagaimana cara mengkonsumsi makanan.
f) Jelaskan tentang tanda bahaya anemia berat.
g) Jelaskan tanda dan gejala anemia.
h) Berkolaborasi dalam memberikan tablet sulfat ferosa 3 x 300 mg,
Vit C 250 mg 1x 1, Vit B12 3 x 250 gr dan transfusi.
28

7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
telah di identifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagai rencana tersebut
lebih efektif sedang sebagian belum efektif. Evaluasi hasil yang
diharapkan dari tindakan yang dilakukan pada anemia berat :
a) Keadaan ibu baik.
b) Ibu mengerti tentang kebutuhan gizi ibu hamil.
c) Ibu mau mengkonsumsi zat Fe.
d) Ibu mengerti tentang makanan tambahan ibu hamil.
e) HB meningkat.

D. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan


1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan
dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada kline (Varney, 2007).
2. Proses manajemen kebidanan
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana
setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah
tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang diaplikasikan dalam
situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi
lebih langkah-langkah yang lebih rinci bias berubah sesuai dengan
kebutuhan pasien. Ketujuh langkah tersebut adalah :
a) Langkah I : Penyajian Data
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien
secara lengkap.
29

b) Langkah II : Interpretasi Data


Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi data yang benar atas dasar data-data yang telah
dikumpulkan.
c) Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah
di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati kline (
Egan, 2007).
d) Langkah IV : Mengidentifikasi Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Egan,
2007).
e) Langkah V : Menyusun Rencana Tindakan
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi.
f) Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dilangkah
ke lima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan
ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan
oleh bidan dan sebagian lagi dari klien, atau anggota tim kesehatan
lainnya.
g) Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemehuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis.
30

3. Pendokumentasian Asuhan kebidanan ( SOAP)


Menurut Helen varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien
meliputi 7 langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan
oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka dilakukan
pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu :
a) Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
kline dan keluarga melalu anamnesa sebagai langkah I Varney.
b) Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium dan diagnostic lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
c) Assessment atau Analisa Data
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi,
diagnosa atau masalah, antisipasi diagnosa atau masalah potensial,
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultan atau
kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah II, III, IV Varney.
d) Planning atau Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan,
tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assesment
sebagai langkah V, VI, VII Varney. (Salmah, 2007).
31

Gambar 2.1 Alur Pikir Bidan (Sumber Varney, 2012)

Dari penjelasan diatas dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:

Alur pikir bidan Pencatatan dari asuhan kebidanan

Proses Manajemen kebidanan Dokumen kebidanan

7 langkah (varney) SOAP NOTES


Pengkajian Data Subjek dan Objektif
Interpretasi Data
Mengidentifikasi Diagnosa
dan Masalah Potensial Assessment/Diagnosa
Mengidentifikasi Tindakan
Segera
Menyusun Rencana Plan :
Tindakan a. Konsul
Melaksanakan Perencanaan b. Tes diagnostik
c. Rujukan
d. Pendidikan
Evaluasi
d. Konseling
e. Follow up

E. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan


Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu pencatatan dengan
pelaporan informasi tentang kondisikan perkembangan kesehatan pasien
dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan,
dokter/perawat dan petugas kesehatan lainnya). Pendokumentasian dari
32

asuhan kebidanan di rumah sakit dikenal dengan istilah rekam medik.


(Fitria, 2011).
Dokumentasi kebidanan menurut SK Menkes RI No 749 a adalah
berkas yang berisi catatan dan dokumen yang berisi tentang identitas :
anamnesa, pemeriksaan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan
kepada seorang pasien selama dirawat di rumah sakit yang dilakukan di unit-
unit rawat termasuk UGD dan Unit Rawat Inap. Dokumentasi berisi
dokumen/pencatatan yang memberi bukti dan kesaksian tentang sesuatu
atau suatu pencatatan tentang sesuatu (Fitria, 2011).
Metode pendokumentasian yaitu dengan menggunakan metode
SOAPIER, SOPIED, SOAPIE dan SOAP. Semua metode dokumentasi
memiliki kesamaan dalam pengkajiannya, tetapi dari semua metode tersebut
yang dipakai dalam pendokumentasian asuhan kebidanan pada saat ini,
yaitu memakai metode SOAP. S merupakan Data Subjektif, O = Data
Objektif, A = Analisa/ Assessment/ Pengkajian dan P = Plan/ Planning/
Perencanaan (Fitria, 2011).

F. Kewenangan Bidan
Berdasarkan peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Ijin Penyelenggaraan Praktik Bidan
yang disebutkan pada :
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktek berwenang untuk memberikan pelayanan
yang meliputi :
a) Pelayanan kesehatan ibu
b) Pelayanan kesehatan anak
c) Pelayanan kesehatan reproduksi dan KB
Dalam menangani kasus seorang bidan diberi kewenangan sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia No :
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan, yang
disebut dalam BAB V praktik bidan antara lain :
Pasal 16
(1) Pelayanan kebidanan diantaranya meliputi :
1. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
33

2. Pertolongan kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan


abortus iminens, hyperemesis gravidarum tingkat I, preeklamsi
ringan dan anemia ringan.
3. Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta,
renjatan dan infeksi ringan.

Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Nomor


369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan, disebutkan pada
Kompetensi ke 4 bahwa bidan harus memiliki pengetahuan dasar dan
berwenang memberikan pertongan kehamilan abnormal pada : abortus
iminens, hyperemesis gravidarum tingkat I, preerklamsi ringan dan anemia
ringan. Sehingga dengan peran bidan sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik, dan peneliti dapat melakukan upaya promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitative terhadap kehamilan abnormal dengan anemia berat.
Meskipun demikian, sebagai bidan dengan fasilitas terbatas maka
kehamilan abnormal dengan anemia berat sebaiknya dikonsultasikan dan
sedapat mungkin dilakukan rujukan kerumah sakit sehingga mendapat
pertolongan yang adekuat.

G. Tinjauan Anemia Menurut Pandangan Islam


Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin
hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita
anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah
(hemoglobin atau HB) di bawah nilai normal, sehingga pada kasus ini
diperlukan transfuse darah untuk mrngembalikan kadar sel darah merah
(hemoglobin).
Menurut hukum islam pada dasarnya, darah yang dikeluarkan dari
tubuh manusia termasuk najis mutawasithah. Maka darah tersebut
hukumnya haram untuk dimakan dan dimanfaatkan, sebagaimana yang
terdapat dalam surat al-Maidah ayat 3 :
34

Artinya :

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging)


hewan yang disembelih bukan atas nama allah, yang tercekik, yang
dipukul, yang jatuh (dari tempat tinggi), yang ditanduk, dan yang diterkam
binatang buas, kecuali yang sempet kamu sembelih. Dan (diharamkan
pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi
nasib dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada
hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu,
sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku.
Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku
cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.
Tetapi barang siapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin berbuat
dosa, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(QS. Al-Maidah:3).

Ayat diatas pada dasarnya melarang memakan maupun


mempergunakan darah, baik secara langsung maupun tidak. Akan tetapi
apabila darah merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan jiwa
seseorang yang kehabisan darah, maka mempergunakan darah
diperbolehkan dengan jalan transfusi. Bahkan melaksankan transfusi darah
35

dianjurkan demi kesehatan jiwa manusia, kemaslahatan yang terkandung


dalam mempergunakan darah dalam transfusi darah adalah untuk menjaga
kesehatan jiwa seseorang yang merupakan hajat manusia dalam keadaan
darurat, karena tidak ada bahan lain yang dapat dipergunakan untuk
menyelamatkan jiwanya. Najis seperti darahpun boleh dipergunakan untuk
mempertahankan kehidupan. Misalnya seseorang yang menderita
kekurangan darah (anemia) dan arena kecelakaan, maka dalam hal ini
diperbolehkan menerima darah dari orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Abiding, (2009). Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil. Jakarta. EGC.

Admin, (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil. Jakarta : EGC.

Alimul, (2007). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Jakata : EGC.

Al-Qur’an Surat Yunus : 57-58.

Al-Qur’an Surat Al-Mukminun : 12-14.

Al-Qur’an Surat Al-Maidah : 3.

Arisman, (2011). Anemia Pada Kehamilan.. Yogyakarta : Nuha Medika.

Depag RI, (2013). Al-Quranul Karim. Jakarta : Aksara.

Dinkes Jabar, (2014). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

Dinkes Tasikmalaya, (2015). Profil Kesehatan Kota Tasikmalaya.

Farrer, (2007). Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.

Harli, (2009). Asuhan Kehamilan Pada Kehamilan. Jakarta : EGC.

Hartanto, (2007). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi . Jakarta : Sinar


Harapan.

Helen varney, (2007). Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.

Kartono, (2011). Psikolog Wanita. Bandung : Mandar Maju.

Kemenkes, (2015). Profil Kesehatan Indonesia.

Kodyat, (2011). Obstetric dan Ginekologi untuk Keperawatan dan Kebidanan.


Yogyakarta : Nuha medika.

Mandriwati, (2008). Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta : EGC.

55
Manuaba, (2010). Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan
Bidan. Bidan.EGC.

Muhilal, et al. (2011). Obstetri dan Ginekologi untuk Keperawatan dan


Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Nursalam, (2007). Obstetri dan Ginekologi untuk Keperawatan dan Kebidanan.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Notoatmodjo, (2010). Metologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT.Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Salmah, (2007). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Jakarta : EGC.

Saefuddin, (2013). Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Soepardan, (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.

Sulistyawati, (2009). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.Jogjakarta : EGC.

Suryani, (2010). Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC

Uliyah, (2007). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Jakarta : EGC.

Unisa, L. (2011). Ilmu Kedokteran, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana.
http://unhieluizkebidanan.blogspot.com/2011/12/skripsi
anemia.html

Walyani, (2015). Konsep Dasar Kehamilan. Jakarta : EGC.

Wiknjosastro, (2011). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Jakarta : EGC.

Yugo, P. (2008). http://yugoananda.blogspot.com/2008/11/science-dalam-al-


qur’an-embriologi.html.

56

Anda mungkin juga menyukai