Oleh:
ELA NURLAELA
13DB277058
INTISARI
1
Judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen
STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Word Health Organization (WHO) Angka Kematian Ibu (AKI)
ditahun 2013 adalah 81% diakibatkan karena komplikasi selama kehamilan,
persalinan dan nifas dan 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan
dengan anemia kehamilan. Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia
relative tinggi yaitu 63,5% defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak
jarang keduanya saling berinteraksi (Sarwono, 2011).
Kebijakan pemerintah dalam menangani anemia pada kehamilan adalah
pemeberian suplementasi besi dan asam folat. Word Health Organitation
menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk
memenuhi kebutuhan fisiologik selama kehamilan, namun banyak literature
yang menganjurkan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu atau
lebih pada kehamilan. Di wilayah-wilayah dengan prevalensi anemia yang
tinggi dianjurkan untuk memberikan suplementasi zat besi sampai 3 bulan
post partum (Prawirohardjo, S, 2011).
Komplikasi Jumlah
Perdarahan 27%
Infeksi 11%
Tekanan Darah Tinggi 14%
Aborsi 8%
Partus macet 9%
Emboli 3%
Kondisi yang sudah ada 28%
Sumber : WHO 2015
1
2
akibat dari defisiensi besi. Selain itu, defisiensi micronutrient (vitamin A, B6,
B12, riboflavin dan asam folat dan faktor kelainan keturunan seperti
thalassemia dan sickle cell disease juga telah diketahui menjadi penyebab
anemia. Anemia sering terjadi akibat defisiensi zat besi karena pada ibu
hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi dua kali lipat akibat
peningkatan volume darah tanpa ekspansi volume plasma, untuk memenuhi
kebutuhan ibu (mencegah kehilangan darah pada saat melahirkan) dan
pertumbuhan janin. Ironisnya, diestimasi dibawah 50% ibu tidak mempunyai
cadangan zat besi yang cukup selama kehamilannya, sehingga risiko
defiensi zat besi atau anemia meningkat bersama dengan kehamilan. Hal ini
telah dibuktikan di Thailand bahwa penyebab utama anemia pada ibu hamil
adalah karena defisiensi besi (43,1%).
Dalam penelitian studi di Malawi ditemukan dari 150 ibu hamil terdapat
32% mengalami defisiensi zat besi dan satu atau lebih micronutrient.
Demikian pula dengan studi di Tanzania memperlihatkan bahwa anemia ibu
hamil berhubungan dengan defisiensi zat besi, vitamin A dan status gizi
(LILA) terdapat korelasi yang erat antara anemia pada saat kehamilan
dengan kematian janin, abostus, cacat bawaan, berat badan bayi lahir
rendah, cadangan zat besi yang berkurang pada anak atau anak lahir dalam
keadaan anemia gizi. Kondisi ini menyebabkan angka kematian perinatal
masih tinggi, demikian pula dengan mortalitas dan morbiditas pada ibu.
Selain itu, dapat mengakibatkan perdarahan pada saat persalinan yang
merupakan penyebab utama (28%) kematian ibu hamil/bersalin di Indonesia.
Angka kematian merupakan suatu indikator kualitas pelayanan
kesehatan disuatu Negara. Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI 2013) tingkat kematian ibu saat melahirkan masih tinggi, yaitu setiap
satu jam, dua ibu melahirkan meninggal dunia. Berdasarkan penelitian
tentang kualitas penduduk Indonesia tercatat Angka Kematian Ibu (AKI)
mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB)
mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes 2015).
Perdarahan merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu,
sementara anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil
menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan. Anemia pada ibu hamil
adalah suatu keadaan resiko yang berpengaruh terhadap angka kematian
3
ibu (Kartono, 2011). Anemia pada ibu hamil merupakan suatu kondisi ibu
hamil dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr% terutama pada trimester I
dan trimester III. Penyebab Anemia pada Ibu Hamil adalah meningkatnya
jumlah kebutuhan zat besi guna pertumbuhan janin bayi yang dikandungnya
(Admin, 2012).
Pada tahun 2012 angka kejadian anemia di Indonesia masih cukup
tinggi yaitu sekitar 57,1% atau 50-70 juta jiwa, anemia defesiensi besi
(anemia yang disebabkan kurang zat besi) mencapai 20% - 30%. Parahnya
lagi 40,1% anemia dialami wanita hamil dengan batas bawah 11 gr/dl
(Admin, 2012).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Barat dari jumlah keseluruhan ibu
hamil 1.044.334 jiwa. Angka kematian ibu di Jawa Barat ini disebabkan oleh
perdarahan 248 (31,7%), hipertensi dalam kehamilan (29,3%), infeksi
(5,6%), partus lama (0,64%), abortus (0,12%), lain-lain (32,5%) (Pogi Jabar
2014).
Berdasarkan penelitian tentang kualitas penduduk Indonesia tercatat
Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup
(Kemenkes, 2014). Angka Kematian Ibu di Jawa Barat mencapai 791 per
100.000 kelahiran hidup (Dinkes, 2014).
Berdasarkan pemantauan rutin Dinkes Kota Tasikmalaya penyebab
utama AKI pada tahun 2015 sebanyak 20 kasus salah satunya anemia,
sedangkan untuk kasus anemia kehamilan pada tahun 2015 sebanyak 570
orang (Dinkes Kota Tasikmalaya, 2015).
Menurut data kehamilan di Poli kandungan RSUD dr. Soekardjo
Tasikmalaya jumlah kunjungan ibu hamil pada tahun 2015 sebanyak 1293
orang. Sedangkan untuk kasus anemia pada ibu hamil tahun 2015 sebanyak
23 orang dari 1293 orang (data kunjungan Poli Kebidanan).
Data tersebut menunjukan bahwa anemia merupakan kompliksi
kehamilan terbanyak yang dialami ibu hamil. Artinya, anemia lebih sering
dijumpai dalam kehamilan, hal ini disebabkan karena dalam kehamilan
keperluan akan zat-zat makanan bertambah, selain itu anemia pada
kehamilan disebabkan kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena
gangguan resorpsi.
4
Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah :
Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka
bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 57-58).
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT telah berfirman, memberikan
karunia kepada makhluk-Nya yaitu berupa Al-Qur’an yang Agung, yang allah
turunkan kepada rasul-Nya yang mulia. Yaa ayyuhan naasu qad jaa-akum
mau’idhatum mir rabbikum (“Hai manusia! Sesungguhnya telah datang
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, memberikan landasan bagi penulis
untuk membuat rumusan masalah “Bagaimana melaksanakan asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan anemia berat menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan menurut Hellen Varney ?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umun
Mampu melaksanakan asuahan kebidanan kepada ibu hamil dengan
anemia berat di Poli Kandungan RSUD dr. Soekardjo Tasikamalaya,
dengan pendekatan manajemen kebidanan dan di dokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada ibu hamil G 8P5A2 hamil 38-39 minggu
dengan Anemia Berat.
b. Melakukan interpretasi data dasar serta merumuskan diagnosa
kebidanan dengan masalah pada ibu hamil G 8P5A2 hamil 38-39
minggu dengan Anemia Berat.
c. Megidentifikasi diagnosa potensial atau masalah pada ibu hamil
G8P5A2 hamil 38-39 minggu dengan Anemia Berat.
6
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Rumah Sakit
Meningkatkan pelayanan kebidanan pada klien secara
komprehensif, sehingga klien dapat merasa puas dan senang atas
pelayanan yang telah diberikan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Bermanfaat sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan
menghasilkan lulusan bidan yang profesional dan mandiri, juga sebagai
penambah bahan kepustakaan yang dapat dijadikan studi banding bagi
studi kasus selanjutnya mengenai pendokumentasian kebidanan secara
komprehensif.
3. Bagi Penulis
Studi kasus ini sebagai bahan masukan atau informasi untuk
mahasiswa mampu mengaplikasikan seluruh teori ilmu yang telah
didapat selama perkuliahan mengenai asuhan kebidanan pada ibu hamil
terhadap praktek dilapangan.
4. Bagi Ibu Hamil
Dengan melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu dapat
melewati persalinan tanpa terjadi komplikasi, melahirkan bayi dengan
sehat dan melewati masa nifas dengan normal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
8
Artinya :
ُ ص اد
ِق َّ َوه َُو ال.صلم. ّللا ِ ّ ُ س ْول ُ ;ح َّد َثنا َ َر
َ َ ّللاُ َع ْن ُه قاَل ّ َع ِن ا ْب ِن َم ْس ُع ْو ٍد َرضِ َي
ُ ُث َّم َي ُك ْون، صد ُْو ُق ; إِنَّ أَ َح َد ُك ْم لَ ُي ْج َم ُع َخ ْلقُ ُه ف ِْي َب ْط ِن أ ُ ِّمه أَ ْر َب ِع ْينَ َي ْوما ً ُن ْط َف ًة
ْ ا ْل َم
َ ُث َّم ُي ْر، ض َغ ًة ِم ْثل َ ذاَلِ َك
سل ُ إِلَ ْي ِه ا ْل َملَ ُك َف َي ْن ُف ُخ فِ ْي ِه ْ ُث َّم َي ُك ْونُ ُم، َعلَ َق ًة ِم ْثل َ ذاَلِ َك
شق ٌِّي أَ ْو َ َو َهلْ ه َُو، َو َع َملِه، َوأَ َجلِه، ت ; ِر ْزقِه ٍ َ َو ُي ْؤ َم ُر بِأ َ ْر َب ِع َكلِما، الر ْو َح
ُّ
– الحديث رواه أحمد- س ِع ْيد
َ
Artinya :
“Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata : Telah bersabda kepada kami
Rasulullah SAW – Beliau adalah orang yang jujur dan terpercaya;
“Sesungguhnya seorang diantara kamu (setiap kamu) benar-benar
diproses kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari berwujud air
mani, kemudian berproses lagi selama 40 hari menjadi segumpal darah,
lantas berproses lagi selama 40 hari menjadi segumpal daging;
kemudian malaikat dikirim kepadanya untuk meniupkan roh
kedalamnya, lantas (sang janin) itu ditetapkan dalam 4 ketentuan : 1.
Ditentukan (kadar) rizkinya, 2. Ditentukan batas umurnya, 3. Ditentukan
amal perbuatannya, 4. Ditentukan apakah ia tergolomg orang celaka
ataukah orang yang beruntung“ (HR Ahmad).
Hadis tersebut Diatas menjelaskan proses kejadian manusia
dalam rahim ibunya, yaitu 40 hari pertama berwujud “ Nutfah “ (air mani
laki-laki bersenyawa dengan sel telur perempuan), 40 hari kedua
berproses menjadi “ Alaqah “ (segumpal darah), 40 hari ketiga
berproses menjadi “ Mudlghoh “ (segumpal daging).
Hadis tersebut menjelaskan lebih lanjut bahwa saat berwujud
mudlghah itulah Allah SWT mengirim malaikat untuk memasangkan roh
kepadanya bersamaan dengan ditetapkannya 4 ketentuan.
b. Proses Kehamilan
Menurut Sulistyawati (2009), proses kehamilan meliputi :
1) Konsepsi yaitu pertemuan antara ovum matang dan sperma sehat
yang memungkinkan terjadinya kehamilan.
2) Fertilisasi yaitu kelanjutan dari proses konsepsi terjadi penyatuan
sperma dan ovum, sampai dengan terjadi perubahan fisik dan
kimiawi ovum-sperma hingga menjadi buah kehamilan.
10
g) Miksi sering
Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih
tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan
hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan,
gejala ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala
janin.
h) Konstipasi atau obstipasi
Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan
oleh pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan
kesulitan untuk buang air besar.
i) Pigmentasi (perubahan warna kulit)
Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang
berwarna lebih tegas, melebar dan bertambah gelap terdapat
pada perut bagian bawah.
j) Epulis
Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah). Sering
terjadi pada triwulan pertama.
k) Varises (pemekaran vena-vena)
Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesterone
terjadi penampakan pembuluh darah vena. Penampakan
pembuluh darah itu terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan
betis, dan payudara.
2) Tanda kemungkinan kehamilan
a) Perut membesar
Setelah kehamilan 14 minggu, Rahim dapat diraba dari
luar dan mulai pembesaran perut.
b) Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi
dari rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa
uterus membesar dan bentuknya makin lama makin bundar.
c) Tanda Hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi
lunak, terutama daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama
ismus uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi
12
hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental
(Harli, 2009).
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak
kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan
antara 32 dan 36 minggu.
c. Faktor Prodisposisi Anemia Pada Kehamilan
1) Umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun, mempunyai resiko yang sangat tinggi untuk hamil. Karena
akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil
maupun janinnya, berisiko mengalami perdarahan dan dapat
menyebabkan ibu mengalami anemia. Wintrobe (2011) menyatakan
bahwa usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu
semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar
hemoglobinnya. Muhilal et al (2011) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu
hamil maka presentasi anemia semakin besar. Pada penelitian ini
belum menunjukan adanya kecendrungan semakin tua umur ibu
hamil maka kejadian anemia semakin besar. Karena 80% ibu hamil
berusia tidak berisiko yaitu antara 20 tahun hingga 35 tahun.
2) Paritas
Semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin
tinggi angka kejadian anemia, artinya ibu hamil dengan paritas
tinggi mempunyai resiko lebih besar untuk mengalami anemia
dibanding yang paritas rendah.
3) Jarak kehamilan yang terlalu dekat
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya
anemia pada wanita adalah jarak kehamilan pendek. Menurut
Muhilal Et Al (2011) hal ini disebabkan karena kekurangan nutrisi
yang merupakan mekanisme biologis dan pemulihan faktor
hormonal dan adanya kecendrungan bahwa semakin dekat jarak
kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
16
c) Terapi
Tablet asam folik diberikan dalam dosis 15-30 mg
sehari, apabila disebkan oleh defisiensi vitamin B12, maka
diberi vitamin B12 dengan dosis 100-1000 mg sehari baik
oral maupun parental.
3) Anemia Hipoplastik
Anemia ini disebabkan karena sumsum tulang kurang
mampu membuat sel-sel darah baru. Sumsum tulang bersifat
normoblastik dengan erithopoesis yang nyata. Ciri lain adalah
bahwa pengobatan dengan segala macam obat penambah
darah tidak memberi hasil.
Etiologi anemia ini belum jelas, kecuali yang disebabkan
oleh sepsis, sinar rontgen, racun atau obat-obatan, satu-
satunya cara untuk memperbaiki keadaan ini adalah transfusi
darah.
4) Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel
darah merah belangsung lebih cepat dari pembuatannya.
Pengobatan anemia hemolitik dalam kehamilan tergantung
pada jenis dan beratnya. Pengobatan anemia hemolitik dalam
kehamilan tergantung pada jenis dan beratnya. Obat-obat
penambah darah tidak berhasil. Transfusi darah yang kadang-
kadang diulang beberapa kali, diperlukan pada anemia berat
untuk meringankan penderitaan ibu dan mengurangi bahaya
hipoksia pada bayi.
11) Pencegahan dan Penanganan Anemia Pada Ibu Hamil
1) Pencegahan anemia
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil
melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat
diketahui data dasar kesehatan ibu tersebut, dalam
pemeriksaan kesehatan di sertai pemeriksaan laboratorium
termasuk pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya
infeksiparasit (Manuaba, I. B. G. 2010).
21
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Anemia Berat
Penerapan asuhan kebidanan menurut Varney (2007) meliputi
pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, dan tindakan antisipasi
segera untuk mencegahnya, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan
dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap, yaitu :
a) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam,
2007). Data subjektif meliputi :
1) Biodata
Identitas pasien dan tanggung jawab (suami, ayah, keluarga).
Menurut Nursalam (2007), identitas meliputi :
a) Nama pasien
Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk
menghindari adanya kekeliruan atau untuk membedakan
dengan klien atau pasiennya.
b) Umur
Ditulis dalam tahun, untuk mengetahui adanya resiko.
c) Suku/Bangsa
Ditunjukan untuk mengetahui adat istiadat dan kebiasaan
pasien.
d) Agama
Untuk mempermudah bidan dalam melakukan pendekatan
didalam melakukan asuhan kebidanan.
23
e) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual karena tingkat
pendidikan mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang.
f) Pekerjaaan
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan pasien
terhadap permasalahan keluarga pasien/klien.
g) Alamat
Untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam
keadaan mendesak sehingga bidan mengetahui tempat
tinggal pasien.
2) Keluhan utama
Mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan
(Nursalam, 2007). Pada kasus ibu hamil dengan anemia berat
keluhan utamanya badan lemas, mudah letih setiap melakukan
aktifitas (Manuaba, 2007).
3) Riwayat menstruasi
Menarche, siklus, lama menstruasi, banyaknya darah
menstruasi, teratur atau tidak, keluhan-keluhan yang dirasakan
pada waktu menstruasi. Hal ini dinyatakan dengan maksud untuk
mengetahui Hari pertama haid dan hari terakhir haid (Nursalam,
2007).
4) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil
akhirnya (abortus, lahir hidup, apakah anaknya masih hidup, dan
apakah dalam keadaan yang baik), apakah terdapat komplikasi
atau intervensi pada kehamilan, persalinan ataupun nifas
sebelumnya dan apakah ibu tersebut mengetahui penyebabnya
(Farrer, 2007).
5) Riwayat kesehatan
Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang, dahulu
maupun penyakit keluarga seperti Jantung, Ginjal, Asma, TBC,
Hepatitis, Diabetes, Hipertensi, Epilepsi, serta riwayat keturunan
kembar dan riwayat operasi (Saifudin, 2007).
24
b) Data Obyektif
Data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik ibu dan
pemeriksaan laboratorium (Nursalam, 2007). Pemeriksaan fisik
untuk mengetahui keadaan umum pasien :
1. Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu baik, sedang, atau
lemas (Wartonah, 2007). Keadaan ibu baik.
2. Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai
composmentis, apatis, samnollen, sopor, koma, atau delirium
(Uliyah, 2007). Kesadaran composmentis.
3. Tanda Vital
a) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau
hipotensi, tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg
(Wiknjosastro, 2007). Tekanan darah pada anemia berat
<90/60 mmHg. Tekanan darah ibu 120/80 mmHg.
b) Pengukuran suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada
o
peningkatan atau tidak. Suhu tubuh normal 35,6 C –
37,6oC (Wiknjosastro, 2007). Suhu badan ibu 36,7oC.
c) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1
menit. Normalnya 80-90x/menit (Saifudin, 2007). Nadi ibu
setelah dilakukan penghitungan 80x/menit.
d) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien
dalam 1 menit, batas normal 18-24x/menit (Saifudin,
2007). Respirasi 22x/menit.
4. Status Generalis
a) Muka
Keadaan umum pucat atau tidak adakah kelainan,
adakah oedema, adakah cloasma gravidarum
(Wiknjosastro, 2007). Muka pucat tidak ada oedema.
25
b) Mata
Conjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik atau
unikterik (alimul, 2007). Conjungtiva pucat, sclera putih.
c) Mulut
Untuk mengetahui apakah mulut bersih atau tidak,
ada caries dan karang gigi tidak, ada stomatitis atau tidak
(Nursalam, 2007). Mulut bersih dan tidak ada kelainan.
d) Payudara
Apakah ada benjolan tumor dan apakah ukurannya
simetris kanan dan kiri (Farrer, 2007). Payudara simetris
tidak ada kelainan.
e) Abdomen
Apakah ada jaringan parut atau bekas operasi.
Adakah nyeri tekan dan adanya masa (Wiknjosastro,
2007). Pada perut tidak ada bekas operasi, tidak ada
kelainan.
f) Palpasi
Leopold I untuk menentukan TFU dan menentukan
dibagian fundus. Leopold II untuk menentukan bagian
kanan dan kiri, leopold III untuk menentukan dibagian
terendah, leopold IV untuk menentukan sudah masuk PAP
atau belum. Auskultasi adalah untuk menentukan denyut
jantung janin (Ferry, 2007). Leopold I teraba bulat, lembek,
tidak melenting (bokong), leopold II sebelah kanan teraba
keras, memanjang seperti kayu (punggung), sebelah kiri
teraba bagian-bagian kecil janin, leopold III teraba bulat,
keras dan melenting (kepala), leopold IV kepala kepala
belum masuk PAP, divergen.
5. Pemeriksaan penunjang atau laboratorium
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa,
apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium (Perry,
2007). Data penunjang dengan melakukan pemeriksaan HB,
Protein urin, dan Glukosa urin. Pada Ibu Hamil dengan anemia
berat didapatkan kadar Hb 6,9 gr/dl.
26
2. Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis atau masalah dan kebutuhan kline berdasarkan interpretasi
data yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan.
a) Diagnosa
Diagnosa kebidanan, dengan : G8P5A2 hamil 38-39 minggu
dengan anemia berat.
b) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman
pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosa sesuai keadaan pasien (Varney, 2007). Masalah yang
sering ditemukan pada ibu hamil dengan anemia berat adalah
lemas, pusing, cepat lelah, mudah mengantuk, konsentrasi
menurun, pandangan berkunang-kunang terutama bila bangkit dari
duduk, tampak pucat (Manuaba, 2010).
c) Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan
yang belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang
didapatkan dengan melakukan analisis data menurut varney
(Estiwidani, 2008). Kebutuhan segera ibu pada anemia berat yaitu
segera dilakukan transfusi dan perawatan.
3. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah di
identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Masalah potensial yang
sering muncul pada kasus ini adalah perdarahan, Hipoksia, BBLR,
Partus Prematurus (Manuaba, 2010).
4. Mengidentifikasi Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien. Pada kehamilan dengan anemia
berat segera yang dilakukan menurut Egan (2007) adalah dengan cara :
a) Melakukan pemeriksaan fisik
27
b) Pemeriksaan HB
c) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
5. Menyusun Rencana Tindakan
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyuluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manejemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah di
identifikasi atau di antisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Menurut Abidin (2009)
perencanaan pada ibu hamil dengan anemia berat adalah :
a) Pemeriksaan fisik.
b) Meningkatkan konsumsi makanan bergizi, yaitu :
Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan
makanan hewani (daging, ayam, ikan, hati, telur) dan bahan
makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan,
tempe).
c) Istirahat yang banyak.
d) Pemeriksaan Hb.
e) Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi dan
melakukan transfuse.
6. Melaksanakan Perencanaan
Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan bidan dapat berkolaborasi
dengan dokter obgyne untuk pemberian terapi dan transfusi. Bidan juga
ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan rencana perawatan
komprehensif dan kolaboratif. Penatalaksanaan yang bisa dilakukan
oleh bidan adalah:
a) Mengobservasi tanda-tanda vital dan keadaan umum.
b) Pemeriksaan hemoglobin
c) Beri dukungan psikologi kepada ibu tentang keadaanya.
d) Jelaskan pada pasien tentang anemia berat.
e) Jelaskan bagaimana cara mengkonsumsi makanan.
f) Jelaskan tentang tanda bahaya anemia berat.
g) Jelaskan tanda dan gejala anemia.
h) Berkolaborasi dalam memberikan tablet sulfat ferosa 3 x 300 mg,
Vit C 250 mg 1x 1, Vit B12 3 x 250 gr dan transfusi.
28
7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
telah di identifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagai rencana tersebut
lebih efektif sedang sebagian belum efektif. Evaluasi hasil yang
diharapkan dari tindakan yang dilakukan pada anemia berat :
a) Keadaan ibu baik.
b) Ibu mengerti tentang kebutuhan gizi ibu hamil.
c) Ibu mau mengkonsumsi zat Fe.
d) Ibu mengerti tentang makanan tambahan ibu hamil.
e) HB meningkat.
F. Kewenangan Bidan
Berdasarkan peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Ijin Penyelenggaraan Praktik Bidan
yang disebutkan pada :
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktek berwenang untuk memberikan pelayanan
yang meliputi :
a) Pelayanan kesehatan ibu
b) Pelayanan kesehatan anak
c) Pelayanan kesehatan reproduksi dan KB
Dalam menangani kasus seorang bidan diberi kewenangan sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia No :
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan, yang
disebut dalam BAB V praktik bidan antara lain :
Pasal 16
(1) Pelayanan kebidanan diantaranya meliputi :
1. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
33
Artinya :
55
Manuaba, (2010). Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan
Bidan. Bidan.EGC.
56