05.2 Bab 2
05.2 Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
atau corruptus yang itu berasal pula dari kata corrumpere, suatu bahasa
Latin yang lebih tua. Bahasa Latin itulah turun ke banyak bahasa Eropa
sebagainya);
54
Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan
Internasional, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 4.
55
Evi Hartanti, Op.Cit, hlm. 8.
38
3) Koruptor (orang yang korupsi).
istilah corrupt ialah busuk, buruk, bejat, lancung, salah tulis, dan
kebusukan, penyuapan.56
termuat dalam Pasal 209 KUHP, yang berbunyi “diancam dengan pidana
penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak
dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintah,
56
Artidjo Alkostar, Op.Cit.
57
Ibid, hlm. 63.
39
harfiah dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya istilah korupsi
orang lain. 58
nepotisme yang selalu dikenal dengan istilah KKN (Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme). KKN saat ini sudah menjadi masalah dunia, yang harus
pribadi.59
yaitu:60
a. Menyalahgunakan kekuasaan;
58
Evi Hartanti, Op.Cit.
59
IGM Nurdjana, Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupsi, (Yogyakarta: Total
Media, 2009), hlm. 14.
60
Ibid.
40
b. Kekuasaan yang dipercayakan(yaitu baik di sektor publik
keuntungan materi;
korupsi apabila hukum dilanggar atau tidak dalam bisnis tindakan tersebut
61
Ibid, hlm. 15.
41
diwarnai oleh sikap culas, nafsu saling menguntungkan diri sendiri yang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan
a. Pasal 1 angka 3
pidana korupsi.
b. Pasal 1 angka 4
c. Pasal 1 angka 5
62
Artidjo Alkostar, Op.Cit, hlm. 76.
42
Tindak pidana korupsi menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun
a. Pasal 2
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.
b. Pasal 3
(satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau
43
denda paling sedikit Rp. 50.000.000.00 (lima puluh juta rupiah)
63
Kusumah M.W, Tegaknya Supremasi Hukum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), hlm. 141.
44
ancaman teror, penekanan (presure) terhadap kepentingan
korupsi.
dilakukan seorang diri (single fighter), tidak ada orang lain atau
dukungan (support) dan tak ada orang atau pihak lain yang
terlibat.
64
Chatrina Darul Rosikah dan Dessy Marliani Listianingsih, Pendidikan Anti Korupsi
(Kajian Anti Korupsi, Teori dan Praktik), (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), hlm. 16.
45
sebagainya. Faktor pendorong korupsi jenis ini adalah nilai-
sebagai berikut:65
65
Adam Chazawi, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia, (Malang:
Bayumedia Publishing, 2003), hlm. 33.
46
c. Tindak pidana korupsi Suap dengan Memberikan atau
6).
47
l. Korupsi Suap pada Pegawai Negeri dengan Mengingat
Pemberantasan Korupsi.
66
Astika Nurul Hidayah, “Analisis Aspek Hukum Tindak Pidana Korupsi dalam Rangka
Pendidikan Anti Korupsi”, Jurnal Kosmik Hukum, Vol. 18, No. 2, 2018, hlm. 137.
48
h. Penggelapan kekayaan di sektor privat (embezzlement of
korupsi tidak hanya terbatas pada perbuatan yang selama ini dipahami oleh
masyarakat pada umumnya yaitu korupsi yang diatur di dalam Pasal 2 dan
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
c. Penyuapan.
d. Penyalahgunaan Jabatan.
e. Pemerasan.
f. Kecurangan.
g. Benturan Kepentingan.
h. Gratifikasi.
pidana korupsi.
49
j. Tindak Pidana Lain yang Berkaitan dengan Tindak Pidana
Korupsi.
ketentuan-ketentuan dalam BAB I sampai dengan BAB VIII buku ini juga
mengatur lain dari pada yang telah diatur dalam KUHP, dapat diartikan
(Lex Specialis Derogat Legi Generali). Dengan kata lain Pasal 103 KUHP
67
Evi Hartanti, Op.Cit, hlm. 23.
50
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1960
disebutkan bahwa:69
51
mempergunakan modal dan atau kelonggaran-kelonggaran
17 April 1958.
peraturan Undang-Undang.
52
Korupsi diganti dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang
berikut:70
pembangunan Nasional;
pidana korupsi baru dengan modus operandi yang sama sekali baru, mau
53
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
korupsi;
72
Konsideran Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
54
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
sebagai berikut:74
73
Mahrus Ali, Op.Cit, hlm. 26.
74
Konsideran huruf a dan b Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
55
b. bahwa untuk lebih menjamin kepastian hukum, menghindari
75
OC Kaligis, Pengawasan Terhadap Jaksa Selaku Penyidik Tindak Pidana Khusus
dalam Pemberantasan Korupsi, (Bandung: PT. Alumni: 2006), hlm. 40.
56
Terdapat berbagai macam penyebab atau pendorong seseorang
untuk melakukan tindak pidana, termasuk dalam hal ini untuk melakukan
dan efisien.
d. Modernisasi.
76
Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan
Internasional, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 13.
77
IGM Nurdjana, Op.Cit, hlm. 32.
57
b. Dalam masyarakat tradisional dengan berbagai macam sistem
58
Menurut Guy J. Pauker di dalam tulisannya berjudul “Indonesia
1979: The Record of Three Decades” (Asia Survey, Vol. XX, No. 2, 1980:
governance).
d. Faktor ekonomi.
tersebut dapat dikatakan sukses. Maka dari itu orang akan melakukan cara
78
Mansur Kartayasa, Op.Cit, hlm. 32.
79
Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 15.
59
apapun untuk mendapatkan kekayaan tersebut termasuk dengan cara
pendidikan agama, moral, dan etika juga merupakan penyebab lain yang
korupsi, yaitu:81
keperluan hidup.
diri.
diri.
korupsi itu justru lebih kecil volumenya dan kasus-kasus yang terjadi di
80
Putu Ariesta Wiryawan dan Made Tjatrayasa, “Analisis Hukum Penyebab Terjadinya
Tindak Pidana Korupsi”, Open Journal Systems, Vol. 05, No. 02, 2016, hlm. 4.
81
Artidjo Alkostar, Op.Cit, hlm. 70.
60
kalangan pegawai negeri biasa atau pegawai kecil dibandingkan dengan
yang disalahgunakan akan lebih besar pula bahayanya. Dan di lain pihak,
justru perbuatan pidana korupsi itu banyak terjadi di kota-kota besar, yang
bisa jadi dikarenakan oleh faktor lingkungan, faktor dorongan orang lain
seperti istri atau suami. Faktor kurangnya kontrol dari yang berwenang
dalam hal ini pemerintah, dan kontrol sosial dari masyarakat, faktor
lemahnya sistem dan kontrol yang ada sehingga selalu memberi peluang
atau kesempatan bagi yang mau berbuat korupsi. Kemauan berbuat korup
masyarakat.84
61
berbagai penyebab atau pendorong seseorang melakukan korupsi yang
korupsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor
dan etika.
62
gejala ini harus dapat dimaklumi, karena mengingat dampak negatif yang
63
Secara detail tentang akibat dari korupsi adalah sebagai berikut:87
64
Pendapatan Negara dapat berkurang apabila tidak diselamatkan
65
Menurut Arif Sritua, korupsi menciptakan empat dampak negatif
88
Arif Sritua, Korupsi, (Jakarta: Lembaga Studi Pembangunan: 1986), hlm. 76.
66
Tindak pidana korupsi dapat menimbulkan berbagai akibat yang
merugikan terhadap suatu negara, bahwa akibat dari tindak pidana korupsi
tidak hanya terbatas kepada kerugian keuangan negara namun juga dapat
sebagai tindak kejahatan yang luar biasa (extra ordinary crime), yaitu:89
invesment.
89
Mansur Kartayasa, Op.Cit, hlm. 38-39.
67
d. Bersifat transnasional (bribery of foreign public officials and
signifkan.
(sustainable development).
law).
transnasional.
68
n. Menimbulkan diskriminasi, mengganggu access to justice,
kekayaan.
merupakan kejahatan yang luar biasa (extra ordinary crime), karena akibat
yang ditimbulkan dari tindak pidana korupsi tidak hanya terbatas kepada
69
Menurut Artidjo Alkostar, dalam hubungannya dengan akibat dari
merugikan masyarakat.
ditanggulangi
90
Artidjo Alkostar, Op.Cit, hlm. 82.
70
perekonomian negara, sehingga apabila tidak selalu diadakan
berkurang.
pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan munculnya sikap ABS (Asal
Bapak Senang) serta tingkah laku hipokrit.91 Berbagai akibat atau dampak
yang timbul dari tindak pidana korupsi tersebut telah memberikan dampak
yang negatif secara sistemik mulai dari uang negara yang digerogoti
dari hak asasi manusia adalah kehidupan dan martabat manusia. Martabat
91
Ibid, hlm. 96.
71
menjadi korban perbudakan atau pemiskinan, termasuk jika hidup tanpa
gagasan hak asasi manusia modern, dapat ditemukan dalam semua ajaran
agama. Secara filosofis, akar nilai dan perspektif hak asasi manusia
asasi manusia dan nilai agama karena bagi mereka agama memiliki aspek
panjang.93
filosofis dari munculnya gagasan hak asasi manusia adalah teori hak
Abad Pencerahan di Eropa seperti John Locke, Thomas Paine dan Jean
semua individu dikaruniai oleh alam hak-hak yang melekat pada dirinya,
dan karena itu tidak dapat dicabut oleh negara. Teori hak kodrati
Hak Asasi Manusia pada tahun 1948, istilah hak asasi manusia mengacu
92
Eko Riyadi, Op.Cit, hlm. 1.
93
Ibid, hlm 3.
94
Ibid, hlm. 4.
72
pada praktik di tingkat nasional. Artinya, sebenarnya jauh sebelum hak
negara telah memiliki pandangan dan istilah yang bermakna hak asasi
sama.
sangat sulit ditemukan definisi detail tentang hak asasi manusia. Instrumen
being are born free and equal in dignity and rights. They are endowed
with reason and conscience and should act toward one another in a spirit
95
Ibid, hlm. 6-7.
73
martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani
yaitu: hak, asasi, dan manusia. Dua kata pertama, hak dan asasi, berasal
dari bahasa Arab, sementara kata manusia adalah kata dalam bahasa
Indonesia. Kata haqq diambil dari kata haqqa, yahiqqu, haqqaan yang
berarti benar, nyata, pasti, tetap, dan wajib. Apabila dikatakan, “Yahiqqu
‘alaika an taf’ala kadza”, itu artinya kamu wajib melakukan seperti ini.
asaisy berasal dari kata assa, yaussu, asasaan yang berarti membangun,
mendirikan, meletakkan. Kata itu dapat juga berarti asal, asas, pangkal,
yang bermakna dasar dari segala sesuatu. Dengan demikian, asasi artinya
Secara sederhana hak asasi manusia itu dapat dipahami sebagai hak
melainkan dari dzat yang lebih tinggi dari manusia. Oleh karena itu, hak
asasi tidak bisa direndahkan dan dicabut oleh hukum positif manapun,
96
Ibid, hlm. 8.
97
Mahrus Ali dan Syaif Nurhidayat, Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat In Court
System & Out Court System, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), hlm. 6.
74
bahkan dengan prinsip demikian hak asasi wajib diadopsi oleh hukum
positif.98
(1689-1755).
pemikiran dan gerakan hak asasi manusia tidak pernah dimaksudkan untuk
98
Afif Hasbullah, Politik Hukum Ratifikasi Konvensi HAM di Indonesia, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 17.
99
Ibid, hlm. 17-18.
100
Ibid, hlm. 18-19.
75
Tentang pengertian HAM , A. Gunawan Setirdja
mengemukakan:101
perjanjian internasional.
norma-norma etis.
Smith, hak asasi manusia adalah hak-hak yyang dimiliki manusia semata-
101
Gunawan Setiardja, Loc.Cit.
76
mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena
manusia.102
melekat pada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dan hak
tersebut dibawa manusia sejak lahir ke muka bumi sehingga hak tersebut
negara.103
dari umat manusia. Hak asasi merupakan hak natural dan merupakan
alamiah manusia. Hak asasi manusia tidak diberikan oleh peraturan rezim,
undang-undang ataupun siapapun juga. Oleh karena itu tidak satu seorang
atau satu pihak pun yang bisa mengambilnya. Hal ini berdasar pada
tugas suci dan anugrah bagi umat manusia. Hak asasi manusia selalu
terjadi krisis hak asasi manusia akan muncul revolusi sosial. Banyak
102
Rhona K.M. Smith, Op.Cit, hlm. 11.
103
Mahfud MD, Loc.Cit.
77
piagam, dokumen, deklarasi, perjanjian yang berkaitan dengan
pelanggaran HAM.104
Adapun hak asasi manusia yang dimuat di dalam Pasal 1 ayat (1)
Manusia memuat muatan hukum yang sama, yang menentukan bahwa hak
asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
asasi manusia adalah hak sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang
melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi, berkaitan
teori hak kodrati (natural rights theory). Teori kodrati mengenai hak itu
bermula dari teori hukum kodrati (natural law theory), yang di mana pada
104
Artidjo Alkostar, Pengadilan HAM, Indonesia, dan Peradaban, (Yogyakarta:
PUSHAM UII, 2004), hlm. 1.
78
yang lebih dikenal dengan nama Latinnya “Grotius” mengembangkan
Inggris, Amerika Serikat dan Perancis pada abad ke-17 dan ke -18.105
dorongan sosial untuk hidup secara damai dan harmoni bersama dengan
yang lainnya. Apapun yang cocok dengan sifat alami tersebut, adalah hal
yang rasional. Karena itu, sebenarnya makhluk hidup itu benar dan adil.
gangguan atas harmoni sosial, adalah salah dan tidak adil. Bagi Grotius,
sebuah perbuatan sesuai atau tidak sesuai dengan alam rasional di mana di
John Locke, yang juga mendasari diri dengan teori hak alami, yaitu
79
alami adalah kehidupan dalam bentuk kesetaraan, dalam arti tidak berada
individu dikaruniai oleh alam hak mereka sendiri dan tidak dapat dicabut
atau dipreteli oleh negara. Melalui suatu kontak sosial (social contract),
perlindungan atas hak yang tidak boleh dicabut ini diserahkan kepada
hak alaminya: hak untuk hidup, kebebasan, dan hak untuk memiliki harta
dasar alami tersebut. Bila negara atau pemerintah lalai dari kewajiban ini,
dan kedudukannya.109
kodrati itu mendapat tantangan serius pada abad ke-19. Berbeda jauh
dengan Grotius dan Locke, kaum positivsm berpendapat bahwa tidak ada
sumber hak kecuali dari negara atau badan yang diberi otoritas. Bagi kaum
positivism, filsafat moral sebagai sumber hak manusia sangat tidak kuat
untuk mengikat manusia untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Bagi
aliran ini, hukum yang dibuat dengan segala sanksinya itu mutlak
107
Ibid, hlm. 69.
108
Rhona K.M. Smith, Loc.Cit.
109
Hamid Awaludin, Loc.Cit.
80
dijalankan karena itulah yang mengikat, terlepas dari motivasi dan
Di lain pihak ada Edmund Burke, orang Irlandia yang resah dengan
sia-sia pada manusia yang sudah ditakdirkan menjalani hidup yang tidak
dungu: hak yang kodrati dan tidak bisa dicabut adalah omong kosong yang
Bentham, hak dan hukum merupakan hal yang sama, hak adalah anak
kandung hukum, dari berbagai fungsi hukum lahirlah beragam jenis hak.
Baginya, hak kodrati adalah seorang anak yang tidak pernah punya
seorang ayah.112
dan positivis tersebut tidak membuat teori hak-hak kodrati dilupakan dan
110
Ibid, hlm. 70.
111
Rhona K.M. Smith, Loc.Cit.
112
Ibid, hlm. 13.
81
kehilangan pamornya, justru hak-hak kodrati tampil kembali pada masa
akhir Perang Dunia II. Gerakan untuk menghidupkan kembali teori hak
dunia inilah yang pertama kali membuat dokumen tertulis tentang HAM
yang diakui dan diterima oleh seluruh bangsa. Dokumen tersebut kita
a. Proklamasi
113
Ibid.
114
Hamid Awaludin, Op.Cit, hlm. 81.
115
Rhona K.M. Smith, Op,Cit, hlm.. 14.
116
Sri Rahayu Wilujeng, “Hak Asasi Manusia: Tinjauan Dari Aspek Historis dan
Yuridis”, HUMANIKA, Vol. 18, No. 2, 2013, hlm. 6.
82
Sebagai pernyataan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia
pribadi atau hidup bebas. Jika ada bangsa yang tidak merdeka
c. Pancasila
83
masyarakat. Kebebasan dalam Pancasila adalah kebebasan
bahwa prinsip hak asasi manusia ada empat yaitu universal (universality),
117
Eko Riyadi, Op.Cit, hlm. 25.
118
Ibid, hlm. 26-31.
84
terkait (all human rights are universal, indivisible,
dipenuhi.
mengakui kategori hak tertentu. Jika salah satu dari bagian hak
85
asasi manusia tidak terpenuhi secara otomatis hak asasi
satunya saja. Tidak boleh satu hak diberikan, namun ada hak
Dengan kata lain, seluruh hak asasi manusia adalah satu paket,
satu kesatuan. Hak sipil dan politik adalah satu kesatuan juga
86
juga harus mendapatkan fasilitas pendidikan, kesehatan,
e. Kesetaraan (Equality)
kesetaraan.119
119
Rhona K.M. Smith, Op.Cit, hlm. 39.
87
disabilitas agar mereka dapat melakukan aktivitas hidup secara
f. Non-Diskriminasi (Non-Discrimination)
120
Ibid, hlm. 40.
88
Pemahaman diskriminasi kemudian meluas dengan
89
bermartabat. Jika hak seseorang dicabut, maka mereka tidak
121
Ibid.
90
Hal serupa ditegaskan kembali di dalam Pasal 71 Undang-
Indonesia.
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
dunia.
122
Fika Ynlialdina Hakim, “Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia”, Indonesia
Journal of International Law, Vol. 4, No. 1, 2006, hlm. 135.
91
c. Perlindungan HAM dengan rule of law.
Madinah. Piagam Madinah terdiri dari 47 pasal yang terdiri dari hal
dan Penutup. Di sinilah kita bisa melihat peran dan fungsi Muhammad
123
Daniel Alfaruqi, “Korelasi Hak Asasi Manusia dan Hukum Islam (Correlation of
Human Rights and Islamic Law)”, Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, Vol. 4, No. 1, 2017, hlm. 66.
124
Ibid, hlm. 67.
92
Prinsip-prinsip hak asasi manusia dalam Piagam Madinah adalah
sebagai berikut:125
Manusia
internasional hak asasi manusia yang disahkan pada tahun 1948 oleh
yang jadi standar bersama bagi semua orang dan bangsa). Ia diadopsi
lewat Resolusi PBB No. 217 (III) Tahun 1948. Ia disebut sebagai
125
Ibid.
93
namun dokumen-dokumen tersebut tidak pernah dimufakati oleh semua
UDHR yaitu:128
126
Hamid Awaludin, Op.Cit, hlm. 128.
127
Ibid, hlm. 130.
128
Muhammad Faisal Hamdani, “Hukum Keluarga Islam dalam Perspektif HAM
Universal (UDHR) dan HAM Islam (UIDHR)”, Jurnal Ilmu Syariah, Vol. 16, No. 1, 2016, hlm.
25.
94
d. Hak untuk bebas mengurus diri dan keluarganya sendiri tanpa
Pasal 16.
(Pasal 18).
(Pasal 21).
95
m. Hak untuk istirahat, liburan, menikmati seni dan berbudaya,
diri dan keluarganya (Pasal 24, Pasal 25, dan Pasal 27 ayat (1)).
(Pasal 26).
tabulasi hak yang mengikat secara hukum dan Protokol Tambahan pada
Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik serta kedua komite
pada suatu negara. Deklarasi ini merupakan hukum lunak (soft law) yang
memiliki kekuatan moral yang sangat tinggi karena disahkan oleh Majelis
Umum PBB.130
129
Rhona K.M. Smith et.al., Op.Cit, hlm. 88-89.
130
Eko Riyadi, Op.Cit, hlm. 80.
96
mengumumkan sebuah Deklarasi yang tidak mengikat secara hukum (non-
terikat. Sehingga banyak negara yang sudah meratifikasi namun tetap tidak
ada kemajuan dalam perlindungan hak asasi manusia.132 Oleh karena itu,
pada tahun 1993 diadakan Konferensi Dunia tentang Hak Asasi Manusia
dunia sesuai dengan UDHR dan instrumen lain yang ada kaitannya dengan
yang megikat secara hukum yaitu Kovenan Internasional tentang Hak Sipil
131
Ibid.
132
Mahrus Ali dan Syarif Nurhidayat, Op.Cit, hlm. 5.
133
Ibid. (lihat juga Ahmad Kosasih, HAM dalam Perspektif Islam; Menyingkap
Persamaan dan Perbedaan antara Islam dan Barat, (Jakarta: Salemba Diniyyah, 2003), hlm. 23).
97
dan Politik (KIHSP) dan Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya (KIHESB).134
Komisi HAM untuk merancang dua kovenan tentang HAM, satu kovenan
134
Rhona K.M. Smith et.at., Op.Cit, hlm. 90-91.
135
Ni Putu Selyawati dan Maharani Chandra Dewi, “Implementasi Nilai-Nilai HAM
Universal Berdasarkan Universal Declaration of Human Rights di Indonesia”, Lex Scientia Law
Review, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 45.
98
hak yang terhimpun di dalamnya juga sering disebut sebagai hak-hak
dalamnya akan dapat terpenuhi apabila peran negara terbatasi atau terlihat
ini yaitu hak atas kebebasan berkumpul secara damai, hak atas
136
Ifdhal Kasim, Kovenan Hak-Hak Sipil dan Politik, Seri Bacaan Khusus HAM untuk
Pengacara, (Jakarta, Elsam: 2007), hlm. 2.
137
Ibid.
99
kebebasan berserikat, termasuk membentuk dan menjadi
tulisan).
“melebihi dari yang ditetapkan oleh Kovenan ini”, dan diharuskan juga
Secara rinci hak-hak sipil dan politik antara lain sebagai berikut:139
138
Ibid.
139
Mahrus Ali dan Syarif Nurhidayat, Op.Cit, hlm. 9-10.
100
a. Setiap manusia berhak atas hak hidup yang melekat pada
beragama.
pendapat.
101
Politik kemudian meratifikasi kovenan tersebut melalui Undang-Undang
a. Pasal 28A.
140
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan
International Convenant on Civil and Political Rights (Pengesahan Konvensi Internasional tentang
Hak-Hak Sipil dan Politik).
102
tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya) merupakan dua instrumen
sebelumnya bahwa hak-hak sipil dan politik disebut juga sebagai hak-hak
negatif (negative rights), artinya hak dan kebebasan yang dijamin dapat
dan budaya merupakan hak positif (positive rights) yang berarti negara
berperan aktif. Sehingga dalam hal ini dibutuhkan peran aktif negara
Karena itu hak ekonomi, sosial dan budaya ini dirumuskan dalam
bahasa yang positif “hak atas” (rights to) bukan dalam bahasa yang negatif
“bebas dari” (freedom from). Hak-hak ini adalah hak atas pekerjaan dan
upah yang layak, hak atas jaminan sosial, hak atas pendidikan, hak atas
kesehatan, hak atas pangan, hak atas perumahan, hak atas tanah, hak atas
141
Penjelasan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang
Pengesahan International Convenant on Civil and Political Rights (Pengesahan Konvensi
Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik).
142
Mahrus Ali dan Syarif Nurhidayat, Op.Cit, hlm. 10.
103
lingkungan yang sehat dan hak atas perlindungan karya ilmiah,
143
Retno Kusniati, “Integrasi Standar Perlindungan, Penghormatan, dan Pemenuhan
HAM dalam Tugas dan Fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2, No.
1, 2011, hlm. 87-88.
144
James Reinaldo Rumpia dan H. S. Tisnanta, “Hukum dan Bahasa: Refleksi dan
Transformasi Pemenuhan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya”, Lentera Hukum, Vol. 5, No. 2,
2018, hlm. 236.
145
Mahrus Ali dan Syarif Nurhidayat, Op.Cit, hlm. 12-13.
104
e. Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama untuk
hak yang merupakan bagian dari the human rights approach to sustainable
berkelanjutan), yaitu:146
kehidupannya.
jaminan ekonomi.
layak.
146
Heribertus Jaka Triyana dan Aminoto, “Implementasi Standar Internasional Hak
Ekosob oleh Pemerintah Provinsi DIY”, Mimbar Hukum, Vol. 21, No. 3, 2009, hlm. 615-616.
105
f. Rights of workers, yaitu hak-hak yang dimiliki oleh para
hubungan kerja.
masyarakat adat.
l. Rights to the rule of law, yaitu hak atas perlakuan hukum yang
adil.
c. Pasal 28F
106
d. Pasal 28H ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4).
hak-hak sipil dan politik, dan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya
masyarakat.
Konstitusi berbeda-beda, kalau kita bandingkan UUD 1945 dan dua UUD
yang pernah juga berlaku di Negara kita Indonesia, yakni KRIS 1949 dan
UUDS 1950 mengatur HAM secara rinci atau sarat dengan HAM,
sementara itu dalam Batang Tubuh UUD 1945 tidak ada BAB khusus
147
I Dewa Gede Atmadja et. al., Demokrasi, HAM, & Konstitusi, (Malang: Setara Press,
2011), hlm. 21.
107
amandemen UUD 1945 memberikan suatu titik terang bahwa Indonesia
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Semangat keduanya, baik itu
Nomor 39 Tahun 1999 adalah sama yakni menganut pendirian bahwa hak
bertumpu pada landasan falsafah Pancasila, falsafah ini sarat dengan nilai-
148
Tenang Haryanto et.al., “Pengaturan tentang Hak Asasi Manusia Berdasarkan
Undang-Undang Dasar 1945 Sebelum dan Setelah Amandemen”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 8,
No. 2, 2008, hlm. 139.
149
Ibid.
150
I Dewa Gede Atmadja, Op.Cit, hlm. 22.
108
c. Hak keamanan dan persamaan di muka hukum (Pasal 27 ayat
(1)).
(2)).
j. Hak ekonomi.
daerah.
109
dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
i. Hak wanita.
j. Hak anak.
tentang Hak Asasi Manusia yang didasari oleh TAP MPR No.
110
Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita, Konvensi Perserikatan
tegas, pada dasarnya materi HAM telah mencakup HAM di bidang sipil,
dalam UUD 1945 juga telah mencakup HAM di bidang sipil, politik,
ekonomi, sosial dan budaya seperti yang telah penulis uraikan sebelumnya
Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Hal ini
153
Mukhamad Luthfan Setiaji dan Aminullah Ibrahim, “Kajian Hak Asasi Manusia dalam
Negara the Rule of Law: Antara Hukum Progresif dan Hukum Positif”, Lex Scientia Law Review,
Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 70.
154
Tenang Haryanto et.al., Op.Cit, hlm. 143.
111
merupakan ekspresi penghargaan terhadap nilai-nilai Hak Asasi Manusia
dilakukan oleh negara dan juga karena tidak seimbangnya posisi negara
kewajiban.156
155
Bambang Heri Supriyanto, “Penegakan Hukum Hak Asasi Manusia (HAM) Menurut
Hukum Positif Indonesia”, Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 2, No.
3, 2014, hlm. 159.
156
Eko Riyadi, Op.Cit, hlm. 71.
157
Ibid, hlm. 72.
112
ketika negara seharusnya secara aktif melakukan kewajibannya
113
yang menetapkan penyalahgunaan kekuasaan sebagai
respect), memenuhi (to fulfill), dan melindungi (to protect) hak asasi
manusia.160
pelanggaran hak asasi manusia yang telah diterima secara umum. Meski
160
Ibid.
114
pelanggaran terhadap kewajiban negara yang lahir dari instrumen-
omission).161
lainnya. Jadi sebetulnya yang menjadi titik tekan dalam pelanggaran hak
161
Rhona K.M. Smith et.al., Loc.Cit.
162
Ibid.
115
mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
antara pelanggaran hak asasi manusia dengan tindak pidana biasa seperti
hak asasi manusia harus dilihat dalam perspektif yang khusus, yaitu
dan bukan atas nama pribadi.163 Sehingga pelanggaran hak asasi manusia
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia sudah keluar dari konteks
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia bukan saja
163
Eko Riyadi, Op.Cit, hlm. 74.
116
tetapi juga bisa mengaburkan konsep tanggungjawab negara dalam hukum
hak dan kebebasan orang lain, sebagaimana dimuat di dalam Pasal 28J
ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945. Namun, ketentuan mengenai pelanggaran
kasus yang berdimensi hak ekonomi, sosial dan budaya seperti hak atas
164
Rhona K.M. Smith, Op.Cit, hlm. 67.
117
pendidikan, hak atas kesehatan, hak atas pekerjaan, dan hak atas
kejahatan kemanusiaan.
a. Kejahatan genosida.
165
Muh. Khamdan dan Naniek Pangestuti, Modul 3 Diklat Latihan Dasar Pelanggaran
HAM, (Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM, 2017), hlm. 9.
118
genosida, kejahatan kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan agresi,
bahwa pelanggaran HAM yang berat hanya terdiri dari kejahatan genosida
166
R. Wiyono, Op.Cit, hlm. 18.
119
pelanggaran hak asasi manusia yang berat dan langkah-langkah
pertimbangan:167
167
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia.
120
1) Diperlukan penyelidikan dangan membentuk tim ad hoc,
hoc.
di pengadilan.
saksi.
berat.
Syarif Nurhidayat, bahwa semua bentuk kejahatan HAM yang terjadi pada
HAM dalam konteks luas dan membaginya dalam empat kategori, yaitu:168
168
Mahrus Ali dan Syarif Nurhidayat, Op.Cit, hlm. 19-20.
121
a. Kekerasan langsung, yaitu kekerasan yang merujuk pada
untuk hidup.
122
manusia dan kesamaan hak bagi manusia yang terkait dengan
di Afrika Selatan.
pihak yang bertanggung jawab sebagai pelaku, baik pelaku yang bersifat
aktif maupun pasif, jika memang terbukti dilakukan oleh para oknum
169
Ibid, hlm. 20.
123