Anda di halaman 1dari 21

FARMASI RUMAH SAKIT

PRODUKSI INTERNAL RUMAH SAKIT


SIRUP OBH

Kelompok X:

PROGRAM STUDI D-3 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI“
SEMARANG
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan rahmat
dan hidayahNya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Farmasi
Rumah Sakit ini yang diberi judul “Salep 2-4”.
Maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah dalam rangka melengkapi dan
memenuhi tugas Farmasi Rumah Sakit.
Dalam penulisan makalah ini kami mengalami banyak sekali hambatan yang
menyulitkan terwujudnya penyusunan makalah ini, namun dengan adanya dorongan,
bimbingan, serta doa dari berbagai pihak, maka semua hambatan ini dapat kami atasi.
1.Oleh karena itu pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih
kepada :
2. Dosen pembimbing.
3. Orang tua yang memberi dukungan.
Teman – teman yang sudah membantu dalam menyelesaiakan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
dan bagi penulis khususnya.

Semarang, Oktober 2012

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit (KepMenkes RI No.


1197/MENKES/SK/X/2004) produksi merupakan kegiatan membuat, merubah
bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Menurut Departemen Kesehatan (2004), produksi merupakan kegiatan
membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau non
steril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
PRODUKSI FARMASI RS
 Unit bagian Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang bertugas dalam pembuatan,
merubah bentuk, pengemasan kembali, baik terprogram maupun insidentil
dengan kwalitas baik dan harga terjangkau.
 Penyediaan / pembuatan obat tertentu baik steril ataupun nonsteril
 Salah satu fungsi kefarmasian untuk menunjang kebutuhan obat di rumah
sakit
 Dipimpin seorang Apoteker bertannggung jawab kepada Ka IFRS

Di dalam makalah ini akan terfokus tentang produksi di rumah sakit terutama
pada bagian instalasi farmasi rumah sakit. Produksi obat menunjang ketersediaan obat
dan ketersediaan stok di dalam sebuah rumah sakit. Namun, tidak semua rumah sakit
mempunyai sistem produksi obat sendiri, karena hanya rumah sakit tertentu saja yang
menyelenggarakan proses produksi obat.
BAB II
ISI

Seksi produksi adalah seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan suatu


obat yang meliputi pembuatan obat mulai dari pengadaan bahan awal, proses
pengolahan, pengemasan sampai obat jadi siap didistribusikan. Produksi sendiri
dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), bila produk obat/sediaan
farmasi tersebut tidak diperdagangkan secara komersial atau jika diproduksi sendiri
akan lebih menguntungkan.
Produksi obat sediaan farmasi yang dilakukan merupakan produksi lokal
untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Dalam proses produksi tersebut dilakukan
berbagai tahap mencakup desain dan pengembangan produk, pengadaan, perencanan
dan pengembangan proses, produksi, pengujian akhir, pengemasan, penyimpanan,
sampai dengan penghantaran produk tersebut pada penderita/profesional kesehatan.
Oleh karena itu, IFRS perlu menerapkan standar sistem mutu ISO 9001 dan
dilengkapi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Dalam rangka memutuskan
tepat tidaknya produksi lokal di rumah sakit, beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan adalah rancangan kapasitas dan sumber produksi, seleksi produksi,
persediaan produksi serta pengontrolan kualitas dan harga produk.
Kriteria obat yang diproduksi:
1. Sediaan farmasi dengan formula khusus
2. Sediaan farmasi dengan harga murah
3. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil
4. Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran
5. Sediaan farmasi untuk penelitian
6. Sediaan nutrisi parenteral
7. Rekonstruksi sediaan obat kanker
Tujuan perencanan produksi obat adalah merencanakan produksi obat yang
sesuai dan kebutuhan rumah sakit.
Dalam proses produksi untuk menghasilkan anggaran yang tepat selama
produksi maka farmasis akan menentukan inventaris dan pemakaian anggaran yang
diperlukan untuk produk akhir dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1.Persediaan dan tingkat pemakaian produk jadi.
Mengenai tingkat pemakaian setiap jenis barang yang akan diproduksi. Hal ini
dilakukan dengan meninjau kembali catatan dari satu atau dua tahun sebelumnya dan
membandingkan catatan ini dengan pola resep yang ditulis oleh dokter.
2.Persyaratan bahan
Seorang farmasis di rumah sakit harus menentukan produk yang akan dibuat
dengan memperhitungkan jumlah dan banyaknya produksi yang akan dibuat serta
menyusun cara terbaik dan termudah dalam mendapatkan persediaan. Persediaan ini
meliputi : Bahan baku, Wadah, Etiket dan bahan lainnya seperti kertas saring, kotak
dan etiket khusus.
3.Kepastian produksi.
Dalam kapasitas produksi ini farmasis harus mempertimbangkan dua hal yaitu
apakah farmasis mempunyai perlengkapan untuk pembuatan produk dan apakah
mesin atau perlengkapan tersebut sanggup untuk memproduksi dalam jumlah yang
diinginkan. Waktu merupakan faktor yang berharga dalam proses produksi, maka
farmasis harus menggunakan kapasitas maksimum dari peralatannya, pemilihan
perlengkapan harusnya dibuat sebagai dasar untuk mendapatkan peralatan yang
mempunyai banyak fungsi dan mencegah kerugian akibat penumpukan peralatan
mahal yang nantinya tidak akan digunakan.
4.Peralatanproduksidansumber-sumbernya.
Macam dan ukuran dari perlengkapan produksi yang disyaratkan dalam
farmasi rumah sakit berbeda tiap rumah sakit. Penentuan peralatan berdasarkan
jangkauan program produksi, jumlah yang akan diproduksi, lainnya waktu yang
hendak disyaratkan ke pemakai produk, tersedianya personil dan tersedianya fasilitas
fisik.
5. Tenaga produksi
Tenaga produksi yang terlalu banyak akan mengakibatkan pemborosan
anggaran, akibatnya harga produksi akan menjadi mahal. Bagian produksi harus
diawasi oleh farmasis yang didukung oleh tambahan personil yang terlatih untuk
mengadakan pekerjaan non teknis seperti memasukkan cairan ke dalam botol,
menyaring, memberi etiket, dan lain-lain
6.Biaya operasi
Biaya operasi yang dikontrol dengan baik tentu akan menghasilkan suatu hasil
yang menguntungkan pemakaian biaya operasi yang tepat biasnya digunakan biaya
langsung dan tidak langsung. Biaya langsung ditujukan pada tenaga kerja sedangkan
biaya tidak langsung ditujukan pada biaya personil dalam kedudukannya sebagai
pengawas, tempat sewa, asuransi dan penurunan nilai peralatan, pemeliharaan
anggaran rumah tangga dan lain-lain. Biaya tidak langsung seharusnya dibandingkan
dengan biaya langsung untuk memastikan biaya sebenarnya dari produk.

1. Perencanaan produksi, mulai dari seleksi produk, pengemasan bahan baku dan
kemasan serta pengembangan formula. Dalam perencanaan ini perlu
dipertimbangkan seleksi produk yang mungkin untuk dimanufaktur,
didasarkan pada permintaan rumah sakit terhadap ketersediaannya,
menetapkan kemungkinan pelaksanaannya secara ekonomi dan berdasarkan
penilaian dasar.
2. Perencanaan gedung dan fasilitas produksi, peralatan dan personel yang
memenuhi syarat.
3. Mengadakan pelatihan personel secara teratur, inspeksi dan evaluasi kerja.
4. Mengadakan dokumentasi proses produksi.
5. Menjamin mutu produk akhir.
6. Sub instalasi produksi farmasi membuat perencanaan produksi obat-obat yang
dibutuhkan selama satu bulan dan mencatat realisasi kerjanya, perencanaan
produksi dibuat untuk bulan berikutnya berdasarkan permintaan barang dari
sub instalasi apotek pegawai distribusi farmasi dan persediaan minimum
produksi, selanjutnya dilaksanakan dalam kegiatan harian.
Kegiatan yang dilakukan dalam produksi non steril yaitu pembuatan,
pengenceran, dan pengemasan kembali.
a. Pembuatan
Sub instalasi produksi farmasi memproduksi obat non steril berdasarkan
master formula. Produksi obat dilakukan dengan mengisi formulir pembuatan
obat. Tahapan pembuatan obat dilakukan berdasarkan urutan seperti contoh
yang terdapat pada formulir pembuatan obat dan pada setiap tahap pembuatan
harus diparaf oleh petugas yang mengerjakannya. Formulir pembuatan obat
dibuat berdasarkan per item obat. Pengemasan dan pemberian etiket dilakukan
setelah produksi obat atau pengenceran antiseptik selesai dibuat dan diperiksa
kembali. Setelah selesai pengemasan, maka penyelia harus mengisi lembaran
atau formulir pengemasan yang berisi tanggal produksi, nama obat, nomor
produksi, volume dan kemasan, kemudian diparaf. Selanjutnya formulir
pembuatan obat, formulir pengemasan dan etiket diparaf atau diberi cap oleh
penanggung jawab sebagai tanda bahwa obat sudah diperiksa dan dapat
didistribusikan.
b. Pengenceran
Pengenceran dilakukan berdasarkan urutan seperti yang terdapat pada
formulir obat dan pada setiap tahap harus diparaf oleh petugas yang
mengerjakannya. Pengenceran misalnya pembuatan alkohol 70% dari alkohol
95%.
c. Pengemasan kembali
Pengemasan kembali misalnya Betadine dan Rivanol dari kemasan besar
menjadi kemasan yang lebih kecil.
Penyimpanan hasil produksi dipisahkan antara obat dalam dan obat luar yang
masing-masing disusun secara alfabet. Obat yang lebih dulu dikeluarkan
adalah obat yang lebih dulu diproduksi dengan mempertimbangkan waktu
kadaluarsanya. Setiap pengeluaran obat dicatat dalam kartu sediaan.
Instalasi produksi farmasi melayani kebutuhan barang dari sub instalasi
distribusi, apotek pegawai dan apotek korpri. Pengiriman barang dilakukan
setiap minggu. Sub instalasi produksi farmasi juga melayani permintaan untuk
pembuatan formula khusus yang berasal dari resep dokter dan tidak ada dalam
rencana produksi.
Laporan-laporan yang dibuat adalah laporan pemasukan dan pengeluaran
bahan baku yang dibuat setiap bulan; laporan pembuatan dan pengeluaran
produk jadi non steril, serta laporan pelayanan sitostatika. Obta-obat yang
diproduksi di instalasi produksi farmasi adalah obat-obat yang lebih murah
jika diproduksi sendiri dan obat yang tidak terdapat di pasaran atau
merupakan formula khusus.

Aturan dan prosedur


Prosedur harus tercantum dalam prosedur manual bagian farmasi tentang preparasi,
perbekalan, pelabelan, penyimpanan, tanggal kadaluarsa untuk menetapkan
pengawasan mutu.
a. Stabilitas, tanggal kadaluarsa ditentukan melalui uji stabilitas oleh pabrik farmasi.
Farmasis peneliti atau peneliti mandiri juga dapat melakukan uji ini bagi obat yang
ditambahkan ke dalam larutan intravena atau dicampur obat lain. Stabilitas bahan
aktif produk parenteral dipengaruhi oleh wadah, penyimpanan, kondisi lingkungan,
pelarut, bahan lain yang dicampur ke dalam produk. Tanggal kadaluarsa harus
didasarkan pada data sterilitas dan stabilitas.
b. Inkompatibilitas obat dan produk, dikategorikan secara fisik, kimia dan terapi.
Masalah fisik terjadi jika dua atau lebih produk dicampur bersama menghasilkan
perubahan tampak dalam larutan yang dihasilkan. Masalah kimia mengakibatkan
kerusakan atau ketidakaktifan bahan aktif. Masalah terapi berupa terapi interaksi obat
dengan penyalut yang menurunkan potensi obat atau timbulnya toksisitas obat.
c. Teknik aseptik, metode untuk menangani produk steril. Produk parenteral steril
terbebas dari mikroorganisme hidup, bahan partikulat, pirogen.
d. Intravena profiling, ketika pesanan produk parentral diterima harus ditinjau profil
pasien untuk menentukan adanya masalah kompatibilitas atau stabilitas sebelum
penyimpanan produk.
3. Peralatan dan perlengkapan.
a. Laminar air flow hoods, untuk mempertahankan area agar bebas mikroorganisme
dan bahan partikulat.
b. Lemari pendingin, pendingin diperlukan untuk stabilitas optimal sediaan,
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Beberapa sediaan intravena yang dibuat
diserahkan pada bagian farmasi untuk didinginkan sampai akan dipakai.
c. Personal, dipengaruhi sistem pembuatan sediaan intravena dan jumlah pembuatan
dosis individu.
d. Tempat penyimpanan, luasnya tergantung tipe sistem yang digunakan karena
variasi luas ruang yang dibutuhkan untuk penyimpanan perbekalan perlu
diperhatikan.
e. Pertimbangan ekonomi, tempat penyimpanan, personil, peralatan untuk peracikan
berpengaruh besar pada anggaran belanja farmasi.
f. Sistem peracikan, dipilih yang hanya membutuhkan sedikit usaha pencampuran
dengan menggunakan produk langsung pakai dari pabrik.
g. Sumber air, air untuk injeksi harus tersedia cukup, proses osmosis terbalik dan
penggunaan alat destilasi dari kaca digunakan dalam pemurnian air.
Alternatif lain dengan menggunakan alat destilasi dari kaca. Resiko kontaminasi dari
bakteri dapat dikontrol pada saat sterilisasi dengan otoklaf atau dengan filter bakteri.
Untuk mengantisipasi adanya cemaran bakteri dan pirogen dilakukan oleh
laboratorium lokal, seharusnya cairan IV tidak boleh diproduksi lokal.
LAYOUT
Tujuan dari perencanaan tata letak adalah memberikan kegiatan operasi yang lebih efisien bagi
pekerja dan mesin atau peralatan. Tata letak (layout) merupakan salah satu
keputusanyang menentukan efesiensi operasi perusahaan dalam jangka panjang.Tata
letak yang efektif membantu perusahaan mencapai hal-hal sebagai berikut:
 Pemanfaatan yang lebih besar atas ruangan, peralatan dan manusia
 Arus informasi, bahan baku, dan manusis yang lebih baik 
 Lebih memudahkan konsumen
 Peningkatan moral karyawan dan kondisi yang lebih aman
 Terjadinya perubahan desain produk yang secara terus-menerus untuk
membuat produk baru
 Kemungkinan penggantian fasilitas yang harus selalu baru (up to date)
 Setiap perubahan fasilitas akan menciptakan perubahan kondisi kerja yang
tidak selalu menciptakan kepuasan atau kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam proses
 Perpindahan lokasi pemasaran (market changes), dan untuk alas an penghematandan
pengiriman atau pelayanan yang cepat dan baik 
Pertimbangan desain layout
Dalam semua kasus, desain tata letak harus mempertimbangkan bagaimana untuk
dapatmencapai:
a. Utilisasi ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi 
b. Aliran informasi barang, atau orang yang lebih baik 
c. Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang lebih aman
d. Interaksi dengan pelanggan yang lebih baik
 e. Fleksibilitas (bagaimanapun kondisi tata letak yang ada sekarang, tata letak tersebutakan perlu
diubah)

Selain itu, berbagai hal yang perlu diperhitungkan baik-baik yaitu:


- Biaya-biaya bangunan
- Sistem komunikasi dalam pabrik
 - Keamanan- Kebutuhan
-kebutuhan ruangan
- Peralatan penanganan bahanJenis pola layout
 

LAYOUT RUANG PRODUKSI INTERNAL RUMAH SAKIT

PENIMBANGAN PERACIKAN PELABELAN

TINJAUAN PUSTAKA
 SIRUPI (Sirop)
Sirop adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kecuali
dinyatakan lain, kadar sakarosa tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%.

Pembuatan kecuali dinyatakan lain, sirop dibuat sebagai berikut :


Buat cairan untuk sirop, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didhkan hingga larut.
Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki,
buang busa yang terjadi lalu diserkai.
Peraturan-peraturan untuk pembuatan sirop-sirop diberikan dalam Farmakope:
Sirop-sirop selalu mengandung gula 60-64%, karena jika kurang akan tumbuh lapuk-
lapuk.
Sirupus simplek: terdiri dari air dengan gula 64%
Mengenai sirop-sirop lainnya dapat kita perhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Cairan yang harus dipakai untuk melarutkan gua, dapat dibuat
a. Dengan perkolasi, misalnya
Sirupus Aurantinum
Sirupus Thymi
Sirupus Cinnamomi, yang mula-mula diperkolasi dengan aqua cinnamomi dan
kemudian dengan air
Sirupus Papaveris
Sirupus senegae, yang diperkolasi dengan campuran dari 1 bagian etanol 90% dan 9
bagian air.
b. Dengan maserasi, misalnya
Sirupus Althaeae, segera setelah diserkai, siropnya harus dimasak
Sirupus Liquiritae
Sirupus Rhei, yang diserkai dengan larutan soda
c. Dengan menghangatkan pada 900, misalnya
Sirupus Sennae
Sirupus Rhoeados
Sirupus Rhei composites
2. Pada pembuatan sirop-sirop dari bahan-bahan yang mengandung minyak
atsiri, maka gula harus dilarutkan dalan cairan yang diperoleh itu, dalam sebuah
bejana yang tertutup, pada sirupus thyme dan aurantiorum boleh memanaskan,
sedangkan sirupus cinnamomi tidak boleh karena sinamaldehid mudah teroksid, perlu
dianjurkan untuk sirupus sinegae dibuat dengan cara yang sama seperti sirupus
cinnamomi.
3. Faemakope memberikan petunjuk, bahwa sirop-sirop baru boleh dimasukkan
kedalam botol yang kering, setelah didinginkan, jika memasukkannya dalam keadaan
panas maka lapisan teratas sirop akan diencerkan oleh air yang mengembun dibagian
atas didalam botol, yang karenanya akan melancarkan pertumbuhan lapuk.

Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat.

Obat batuk hitam (potio nigra)

(Formularium nasional hal 251)

Komposisi tiap 300 ml mengandung :


R/ Glycirrhizae Succus 10 g
Ammonium Chlorida 6g
Ammoniae Anisi spiritus 6g
Aqua destillata hingga 300 ml

Penimbangan bahan untuk pembuatan 100 botol @ 100 ml

No. Nama Bahan Perhitungan Jumlah


1. Glycirrhizae Succus 10 x 100/300 x 100 333,33 gr
2. Ammonium Chlorida 6 x 100/300 x 100 200 gr
3. SASA 6 x 100/300 x 100 200 gr
4. Aqua destillata 300 x 100/300 x 100 Ad 10000 ml

II. Kelengkapan Resep


-    Paraf dokter tidak tertera

III. Penggolongan Obat


-    O :
-    G :
-    W :
-    B : Glycirrizae succus, Ammonium klorida, SASA, aqua destillata.
IV. Komposisi Bahan

   Komposisi tiap 300 ml mengandung :


R/ Glycirrhizae Succus 10 g
Ammonium Chlorida 6g
Ammoniae Anisi spiritus 6g
Aqua destillata hingga 300 ml

V. Uraian Bahan

1.    Glycirrhizae Succus


    Sinonim    : Ekstrak akar manis, sari akar manis, succus
    Khasiat    : Ekspektoran
Pemerian: Batang berbentuk silinder atau bongkah besar, licin, agak mengkilap,
hitam coklat tua, atau serbuk berwarna coklat, bau lemah khas, rasa manis,
khas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2.  Ammonium Chlorida 
Sinonim    : Salmiak, chloramon
     Khasiat    : Ekspektoran
Pemerian: Serbuk putih atau hablur putih, tidak berbau, rasa asin dan dingin,
higroskopik.
Kelarutan: Mudah larut dalam air dan dalam gliserol P, lebih mudah larut
dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95%P).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat dan penggunaan : Ekspektoran

3.    Ammoniae Anisi spiritus


a.    Sinonim    : SASA
b.    Khasiat    : zat tambahan, pelarut
Pemerian : Cairan,tidak berwarna atau warna kuning pucat, bau
menyerupai buahnya, rasa manis dan aromatik, menghablur jika didinginkan
Kelarutan : Dalam etanol larut dalam 3 bagian volume etanol
(95%)p, larutan menunjukkan opalesensi tidak lebih kuat dari opalesensi yang terjadi
jika 0,5 mL perak nitrat 0,1 N ditambahkan pada campuran 0,5 mL natrium klorida
0,02 N dan 50 mL air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung
dari Cahaya. Jika menghablur, sebelum digunakan harus dipanaskan hingga mencair.
Khasiat : Zat tambahan

4. Aqua destillata
a. Sinonim    : Air suling
b. Khasiat    : zat tambahan, penambah volume
c. Rumus molekul : H2O
d. Berat molekul : 18,02
e. Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
f. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

VI. Cara kerja


1. Disiapkan alat dan bahan obat
2. Ditimbang Glycirrhizae Succus lalu dilarutkan dengan air panas dengan cara
digerus tuang didalam mortir.
3. Kemudian ditimbang ammonium klorida dimasukkan dalam erlemeyer dan
dilarutkan dengan aquades sampai larut.
4. Campurkan kedua bahan diatas, lalu tambahkan SASA, diaduk sampai homogeny
5. ditambahkan aquadest sampai 10 liter.
6. Dibagi dalam masing-masing botol 100 ml
7. Diberi etiket dan label “Dikocok dahulu”

VII. Penandaan
Etiket biru
label : dikocok dahulu

VIII. Edukasi
1.    Obat ini berkhasiat sebagai obat batuk berdahak, dengan cara pengeluaran lender
2. Obat ini mempunyai efek samping yaitu Mengantuk, gangguan pencernaan,
insomnia, gelisah, eksitasi, tremor, takikardia, aritmia, mulut kering, palpitasi, retensi
urin.
I. ALAT-ALAT
Spatula
Spatula biasanya digunakan untuk memindahkan bahan padat seperti serbuk, salep,
atau krim.Mereka juga digunakan untuk mencampur bahan bersama-sama menjadi
campuran homogen.Spatula tersedia dalam stainless steel, plastik dan hard rubber.
Jenis spatula yang digunakan tergantung pada apa yang sedang dipindahkan atau
dicampur (Madinah, 2008).

Gambar 2. Spatula
Mortar dan Stamper
Mortar dan stamper digunakan untuk menggiling partikel ke dalam bubuk halus
(triturasi).Penggabungan cairan (levigasi) dapat mengurangi ukuran partikel lebih
lanjut. Mortar dan stamper terbuat dari kaca, porselin, wedgwood atau marmer. Kaca
lebih baik digunakan untuk pencampuran bentuk sediaan cairan dan semi padat
(Madinah, 2008).

Gambar 3. Mortar dan stamper


Homogenizer
Homogenizer paling efektif dalam memperkecil ukuran fase dispers kemudian
meningkatkan luas permukaan fase minyak dan akhirnya meningkatkan viskositas
emulsi sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya ”creaming”. Homogenizer
bekerja dengan cara menekan cairan dimana cairan tersebut dipaksa melalui suatu
celah yang sangat sempit lalu dibenturkan ke suatu dinding atau ditumbuhkan pada
peniti-peniti metal yang ada di dalam celah tersebut. Homogenizer umumnya terdiri
dari pompa yang menaikkan tekanan dispersi pada kisaran 500-5000 psi, dan suatu
lubang yang dilalui cairan dan mengenai katup penghomogenan yang terdapat pada
tempat katup dengan suatu spiral yang kuat.Ketika tekanan meningkat, spiral ditekan
dan sebagian dispersi tersebut bebas di antara katup dan tempat (dudukan) katup.Pada
titik ini, energi yang tersimpan dalam cairan sebagian tekanan dilepaskan secara
spontan sehingga produk menghasilkan turbulensi yang kuat dan shear hidrolik.Cara
kerja homogenizer ini cukup efektif sehingga bisa didapatkan diameter partikel rata-
rata kurang dari 1 mikron tetapi homogenizer dapat menaikkan temperatur emulsi
sehingga dibutuhkan pendinginan (Lieberman HA & Lachmann, 1994).

Gambar 6. Homogenizer
Mixer
Mixer memiliki sifat menghomogenkan sekaligus memperkecil ukuran partikel tapi
efek menghomogenkan lebih dominan. Mixer biasanya digunakan untuk membuat
emulsi tipe batch.Terdapat berbagai macam mixer yang dapat digunakan dalam
pembuatan sediaan semi padat.Dalam hal ini sangat penting untuk merancang dan
memilih mixer sesuai dengan jenis produk yang diproduksi atau sedang dicampur.
Sebagai contoh: salah satu aspek desain mixer yang penting adalah seberapa
baik/tahan dinding internal dari mixer. Hal ini karena terdapat beberapa permasalahan
dengan baja tahan karat dari mixer sebab mata pisau pengikis harus fleksibel cukup
untuk memindahkan/mengaduk bagian dalam dinding mixer. Atau dengan kata lain,
mata pisau atau pengaduk harus mampu mengaduk atau memindahkan bahan yang
melekat pada dinding mixer tanpa merusak dinding mixer. Jika proses pengadukan
tidak berjalan dengan baik (masih banyak bahan yang menempel/tersisa pada
dinding mixer), maka hasil pencampurannya tidak akan homogen. Oleh
karena mixer mempunyai aksi planetary mixing maka kemampuannya untuk
mencampur fase air, fase minyak dan emulgator sangat tergantung pada macam
pengaduk yang digunakan. Selain spesifikasi untuk tiap alatnya, harus diperhatikan
pula agar tidak terlalu banyak udara yang ikut terdispersi ke dalam cairan karena akan
membentuk buih atau bisa yang menggangu saat melakukan pembacaan volume
sedimentasi (Lieberman HA & Lachmann, 1994).

Gambar 7. Mixer
Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer flask, Conical flask, E-flaks)
Fungsi Erlenmeyer:  Erlenmeyer digunakan dalam proses titrasi untuk menampung
larutan yang akan dititrasi
Dalam mikrobiologi, erlenmeyer digunakan untuk pembiakan mikroba. Erlenmeyer
tidak dapat digunakan utnuk mengukur volume
Gelas Ukur | Fungsi dan Pengertian Gelas Ukur - Dalam Dunia pendidikan Gelas
Ukur merupakan salah satu alat penting khususnya dalam jurusan IPA. Gelas ukur
merupakan suatu alat yang di gunakan untuk mengukur volume larutan yang
bentuknya seperti corong ataupun gelas yang mempunyai ukuran volume mililiter
yang berfariasi.

Penggunaan gelas ukur di sesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Bentuk gelas ukur
bermacam - macam ada yang besar ada juga yang keci. Fungsi gelas ukur adalah
menghitung larutan kimia yang tinggi dalam jumlah tertentu.

DESAIN KEMASAN DAN ETIKET

Anda mungkin juga menyukai