FARMAKOTERAPI
ARITMIA
1. Kelainan kecepatan
Jarak antara dua kompleks QRS yang berturutan di sebuah
rekaman EKG dikalibrasikan ke kecepatan denyut jantung. Kecepatan
denyut jantung yang melebihi 100 denyut per menit di kenal sebagai
takikardia, sedangkan denyut yang lambat yang kurang dari 60 kali per
menit di sebut bradikardia.
+
2. Kelainan Pembentukan Impuls
a.Automatisitas normal berubah (pengaruh perubahan
tonus susunan saraf otonom)
- Delayed After-depolarization
Depolarisasi sekunder yang terjadi pada awal diastol, yaitu
setelah repolarisasi penuh di capai.peristiwa ini terjadi bila sel tertentu
terpapar katekolamin, digitalis, atau kadar K+ ekstrasel yang rendah atau
kadar Na+ yang rendah dan Ca++ tinggi. Depolarisasi ini dapat mencapai
ambang dan meimbulkan depolarisasi tunggal yang prematur. Bila
depolarisasi yang prematur ini diikuti oleh depolarisasi berikutnya, maka
akan terjadi sepasang ekstrasisol atau berubah menjadi takiaritmia.
- Aktivitas terpacu
Delayed After-depolarization daat menimbulkan ekstrasistol
tunggal, atau berulang, walaupun tidak dapat timbul dengan sendirinya.
Aktivitas terpicu dapat berlangsung terus menerus
+
Electrocardiogram
Ambulatory monitors , terdiri dari
Holter monitor
Transtelephonic monitor
Transtelephonic monitor with a memory loop
Event monitor
Stress test
Echocardiogram
Cardiac catheterization
Electrophysiology study (EPS)
Head-up tilt table test
Elektrolit
Pemeriksaan obat
Pemeriksaan tiroid
Laju sedimentasi
GDA/nadi oksimetri
+
Terapi
Non-farmakologi
+
Terapi
Farmakologi
Penggolongan antiaritmia dilakukan menurut klasifikasi Vaughn
Williams atas dasar sifat-sifat elektrofisiologisnya yang diukur di sel-
sel myocard tertentu dalam 4 tipe sebagai berikut:
+
+
+
Kelas I – Penghambat kanal cepat Na
Subclass IA
Memperpanjang depolarisasi
Meningkatkan durasi potensial aksi
Meliputi:
Quinidine – 1 st antiarrhythmic used, untuk aritmia
atrial dan ventricular, meningkatkan periode refraktori
Procainamide – meningkatkan periode refraktory
Disopyramide – memperpanjang durasi aksi, hanya
digunakan untuk treatment aritmia ventricular
+
Subclass IB
Memperpendek depolarisasi
Menurunkan durasi potensial aksi
Meliputi:
Lidocaine – memblok kanal Na+ terutama di sel
ventricular, juga baik untuk aritmia karena digitalis
Mexiletine – turunan lidocaine oral, aktivitasnya
sama
Phenytoin – antikonvulsan yang juga bekerja
sebagai antiaritmia sama seperti lidocane
+ Subclass IC
Tidak mempunyai efek pada depolarisasi
Tidak ada efek pada durasi potensial aksi
Meliputi:
Flecainide
Konduksi lambat di semua bagian jantung
Juga menghambat abnormal automatisitas
Propafenone
Konduksi lambat
β – blocker lemah
Blokade some Ca2+ channel blockade
+
Quinidine
Jantung:
Efek antimuskarinik pada jantung yg dapat menghambat efek vagal
peningkatan kecepatan sinus dan peningkatan konduksi atrioventrikular
1-5 % pasien mengalami syndrom quinidine syncope: nyeri kepala
ringan berulang dan episode pingsan akibat torsade de pointes
Luar Jantung:
Gangguan saluran cerna: mual, muntah, diare
Dapat meningkatkan kadar plasma digoxin dan memicu toksisitas
digitalis
+
Kelas II – β–adrenergic blockers
Berdasarkan dua aksi:
1) Blokade reseptor β–adrenergic miokardial
2) Stabilisasi membran langsung melalui blokade kanal Na+
Meliputi:
Propranolol
Mempunyai efek blokade β–adrenergic miokardial dan stabilisasi membran
Slows SA node dan ectopic pacemaking
Dapat memblok aritmia yang diinduksi oleh exercise
Efekpada Jantung
Memperpanjang periode refrakter efektif dan masa
potensial aksi ventrikuler (tetapi bukan atrial)
Karena menyebabkan rilis awal katekolamin maka
dapat memberikan efek inotropik positif pada
pemberian awal
Efek luar jantung: Efek simpatoplegik
Efek samping utama: Hipotensi postural
+
Kelas IV – Penghambat kanal Ca2+
memperlambat laju konduksi AV pada atrial fibrillation, Meliputi:
Verapamil
Diltiazem
Verapamil
Toksisitas
Jantung:
EfekInotropik Negatif
Penyakatan atrioventrikular pada dosis besar
Luar
Jantung:
Konstipasi, kelelahan, kegelisahan dan edema perifer
+