Anda di halaman 1dari 7

BAB III

TINJAUAN KASUS
A. DEFINISI
Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit kepala,
tengkorak, dan otak. (Morton, 2002)
Klasifikasi cedera kepala
Berdasarkan patologi :
1. Cedera kepala primer
Merupakan akibat cedera awal. Cedera awal menyebabkan gangguan
integritas fisik, kimia dan listrik dari sel diarea tersebut, yang menyebabkan
kematian sel.
2. Cedera Kepala Sekunder
Merupakan cedera yang menyebabkan kerusakn otak lebih lanjut yang
terjadis setelah trauma sehingga meningkatkan TIK yang tak terkendali
meliputi respons fisiologis cedera otak, termasuk edema serebral, perubahan
biokimia, dan perubahan hemodinamik serebral, iskemia serebral, hipotensi
sistemik, dan infeksi lokal atau siskemik.
Menurut jenis cedera:
1. Cedera kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan
laserasi duameter. Trauma yang menembus tengkorak dan jaringan otak.
2. Cedera kepala tertutup dapat disamakan pada pasien dengan gegar otak
ringan dengan cedera serebral yang luas.
Menurut berat ringannya berdasarkan GCS (Glasgow Coma Scale)
1. Cedera kepala ringan/minor
- GCS 14 -15
- Dapat terjadi kehilangan kesadaran, amnesia, tetapi kurang dari 30 menit
- Tidak ada fraktur tengkorak
- Tidak ada kontusia serebral, hemotuma
2. Cedera kepala sedang
- GCS 9 – 13
- Kehilangan kesadaran dan asam anamnesa lebih dari 30 m tetapi kurang

1
2

dari 24 jam
- Dapat mengalami fraktur tengkorak
- Diikuti contusia serebral, leserasi dan hematoma intrakranial
3. Cedera kepala berat
- GCS 3 – 8
- Kehilangan kesadaran atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam
- Juga meliputi kontusia serebral, leserasi atau hematoma intra kranial
Skala Koma Glasgow
Dewasa Respon Bayi dan Anak - Anak
Buka mata (eye)
Spontan 4 Spontan
Berdasarkan perintah 3 Berdasarkan suara
verbal
Berdasarkan rangsang 2 Berdasarkan rangsang nyeri
nyeri
Tidak memberi respon 1 Tidak memberi respon
Respon verbal
Orientasi balik 5 Senyum, orientasi terhadap rangsang
Perkataan kacau 4 Menangis tetapi dapat ditenangkan
Kata – kata kacau 3 Menangis dan tdk dapat ditenangkan
Mengerang 2 Mengerang dan agitatif
Tidak memberi respon 1 Tidak memberi respon
Respon motorik
Menurut perintah 6 Aktif
Melokalisir rangsang nyeri 5 Melokalisir rangsang nyeri
Menjauhi rangsang nyeri 4 Menjauhi rangsang nyeri
Fleksi abnormal 3 Fleksi abnormal
Ekstensi abnormal 2 Ekstensi abnormal
Tidak memberi respons 1 Tidak memberi respon
Skor 14 - 15 12 - 13 11 - 12 8 – 10 >5
3

Kondisi Compos Apatis Somnolent Stupor Koma


Mentis

B. ETIOLOGI
Mekanisme cedera kepala meliputi cedera akselerasi, deselerasi,
akselerasi – deselerasi, coup – countre coup, dan cedera rotasional.
1. Cedera akselerasi, terjadi jika objek bergerak menghantam kepala
yangtidak bergerak (misal, alat pemukul menghantam kepala atau peluru
yang ditembakkan ke kepala)
2. Cedera deselerasi, terjadi jika kepala yang bergerak memberntur objek
yang diam seperti pada kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala
memebentur kaca depan mobil.
3. Cedera coup – countre coup, terjadi jika kepala terbenturyang
menyebabkan otak bergerak dalam ruang kranial dan dengan kulit mengenai
area tulang tengkorak yang berlawanan serta area kepala yang petama kali
terbentur. Sebagai contoh pasien dipuluk dibagian kepala belakang.
4. Cedera rotasional, terjadi jika pulukan/benturan menyebabkan otak
berputar dalam rongga tengkorak yang mengakibatkan perenggangan atau
robeknya neuron dalam substansia albe serta robeknya pembuluh darahyang
memfikasi otak dengan bagian dalam rongga tengkorak.

C. MANIFESTASI KLINIS
Pada pemeriksaan klinis biasa yang dipakai untuk menentukan cedera kepala
menggunakan pemeriksaan BCS yangdikelompokkan menjadi cedera kepala
ringan, sedang, dan berat seperti diatas :
Nyeri yang atau setempat, biasanya menunjukkan adanya fraktur.
(smeltzer,suzanna,2002)
1. Fraktur kubah kranial menyebabkan bengkak pada sekitar fraktur
2. Fraktur dasartengkorak dicurigai ketika SCC keluardari telinga dan hidung
3. Literasi atau kontusio ditunjukkan oleh cairan spinal berdarah
4

Kondisi cedera kepala yang dpat terjadi antara lain :


1. Komosio Serebri
Tidak ada jaringan otak yang rusak tetapi hanya kehilangan fungsi otak
sesaat (pingsan (<10 Menit) atau amnesia pasca cedera kepala.
2. Kontusio Serebri
Adanya kerusakan fungsi otak dan jaringan otak (pingsan >10 menit) dan
terdapat lesi neurologik yang jelas. Kontusio serebri sering terjadi dan
sebagian besar terjadi di lobus frontal dan lobus temporal, walaupun dapat
juga terjadi pada setiap bagian dari otak. Kontusio serebri dalam waktu
beberapa jam atau hari dpat berubah menjadi pendarahan intraserebral yang
membutuhkan tindakan operasi. (brain injury association of Michigan)
3. Leserasi serebri
Kerusakan otak yang luas disertai robekan durameter serta fraktur terbuka
pada kranium. (brain injury association of Michigan)
4. Epidural hematon (EDH)
Hematon antara durameter dan tulang, biasanya sumber pendarahannya
adalah robeknya arteri meningea media. Ditandai dengan penurunan
kesadaran dengan ketidaksamaan neurologis sisi kiri dan kanan
(hemiperase/plegi, pupil anisoker, refleks patologis satu sisi). Gambaran CT
Scan area heperdens dengan bentuk bikonbvek atau lentikuler diantara 2
sutura. Jika pendarahan > 20 CC atau > 1 cm midline shift > 5 mm
dilakukan operasi untuk menghentikan pendarahan.
5. Subdural hematon (SDH)
Hematon dibawah lapisan durameter dan sumber perdarahan dapat berasal
dari Bridging vein, a/v cortical, sinus venous. Subdural hematon adalah
terkumpulnya darah anataran durameter danjaringan otak, dapat terjadi akut
dan kronik. Terjadi akibat rusaknya pembuluh darah vena, peerdarahan
lambat dan sedikit. Periode akut dapat terjadi dalam 48 jam – 2 hari, 2
minggubatau beberapa bulan. Gejala – gejalanya adalah nyeri kepala,
bingung, mengantuk, berpikir lambat, kejang dan udem pupil, dan secara
klinis dapat ditandai dengan penurunankesadaran, disertai dengan adanya
5

literalisasi yang penting sering berguna hemiparese/pregi. Pada pemeriksaan


CT Scan didapatkan gambaran heperdens yang berupa bulan sabit (cresent).
Indikasi operasi jika perdarahan tebalnya > 1 cm dan terjadi pergeseran
garis tengah > 5 mm.
6. SAH (Subarachnoid Hematom)
Merupakan perdarahan fokaldi daerah subarachnoid.Gejala klinis nya
meyerupai contusio cerebri.Pada pemeriksaan CT-scan didapatkan lesi
hiperdens yang mengikuti arah girus girus serebri di daearh yang berdekatan
dengan hematom. Hanya di berikan terapi konservatif dan tidak memerlukan
tindakan operatif.
7. ICH (Intracerebral Hematom)
Merupakan perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasa nya akibat
robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Pada pemeriksaan
CT-scan di dapatkan lesi perdarahan di antara neuron otak yang relatif
normal. Indikasi dilakukan operasi adanya daerah hyperdens, diameter >
3cm, perifer, adanya petgeseran garis tengah.
8. Fraktur Basis Kranial
Fraktur dari dasar tengkorak, biasanya melibatkan tulang temporal, oksipital,
sphenoid, dan etmoid. Terbagi menjadi fraktur basis krani anterior dan
posterior. Pada anterior melibatkan tulang etmoid dan spenoid, sedangkan
posterior melibatkan tulang temporal, oksipital dan beberapa bagian tulang
spenoid.
Tanda tanda bila terjadi fraktur basis krani adalah :
 Ekimosis periorbital (Racoon’s eyes)
 Ekimosis mastoid (Battle’s sign)
 Keluar darah beserta cairan cerebrospinal dari hidung atau telinga
(rinore atau otore)
 Kelumpuhan nervus cranial.
6

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Foto polos tengkorak ( skull X-ray)
 Angiografi serebral
 Pemeriksaan MRI
 Ct-scan : indikasi nya apabila nyeri kepala atau muntah muntah,
penurunan GCS lebih 1 point, adanya lateralisasi, bradikardi ( <
60x/m ), fraktur impresidengan lateralisasi yang tidak sesuai, tdk ada
perubahan selama 3 hari perawatandan luka tembus akibat benda tajam
atau peluru.

E. PENATALAKSANAAN PENANGANAN CEDERA KEPALA


 Stabilisasi kardiopulmuner mencakup prinsip prinsip ABC
 Semua cedera kepala berat memerlukan tindakan intubasi pada
kesempatan pertama
 Pemeriksaan umum untuk mendeteksi berbagai macam cidera atau
gangguan
 Pemeriksaan neurologis
 Penanganan cedera cedera di bagian lainnya
 Pemberian pengobatan (antiedemecerebri, anti kejang, natrium
bikarbonat)
 Tindakan pemeriksaan diagnostik

F. INDIKASI RAWAT INAP PADA PENDERITA DENGAN CEDERA KEPALA


RINGAN
 Amnesia antegrade/pascatraumatik
 Adanya riwayat penurunan kesadaran/pingsan
 Intoksikasi alkohol atau obat obatan
 Adanya fraktur tulang tengkorak
 Adanya kebocoran likuor serebro-spinalis
 Cedera berat bagian tubuh lain
7

 Indikasi sosial
Dari cedera kepala ringan dapat berlanjut ke cedera sedang/berat dengan
catatan bila ada gejala gejal seperti berikut :
 Mengantuk dan sukar dibangunkan
 Mual, muntah, dan pusing hebat
 Salah satu pupil melebar atau adanya tampilan gerakan mata yg tidak biasa
 Kelumpuhan anggota gerak salah satu sisi dan kejang
 Nyeri kepala yg hebat atau bertambah berat
 Kacau atau bingung, tidak mampu berkonsentrasi
 Gaduh gelisah
 Perubahan denyut nadi atau pola nafas

G. KRITERIA SEDERHANA SEBAGAI PATOKAN INDIKASI TINDAKAN


OPERASI
 Lesi masa intra atau extra-aksial yang menyebabkan pergeseran garis tengah yg
melebihi 5 mm
 Lesi masa extra aksial yang tebal nya melebihi 5 mm dari tabula interna
tengkorak dan berkaitan dengan pergeseran arteri serebri anterior atau media
 Lesi masa extra aksial bilateral dengan tebal 5 mm dari tabula external (kecuali
bila ada atrofi otak )
 Lesi masa intraaksial lobus temporalis yang menyebabkan elevasi hebat dari
arteri serebri media atau menyebabkan pergeseran garis tengah.

Anda mungkin juga menyukai