Anda di halaman 1dari 13

KEARIFAN LOKAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Disusun oleh:
1. ARYANTO
2. CHANDRA YUDHA NUGRAHA
3. FAIZAL SURYA GHANI
4. NANDI JULIANSYAH
5. RAMADHAN
6.ZIDAN WIBISONO

SMAN 1 HAURGEULIS
JENJANG AKREDITASI: A (AMAT BAIK)
JL. Budi Utomo No.7, Sukajati, Tlp.(0234)742702 Kec.Haurgeulis Kab.Indramayu 45264
Website : www.sman1haurgeulis.sch.id E-mail : sman1haurgeulis2012@gmail.com
A. PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BERBASIS KEPEMILIKAN LOKAL DAN
PARTISIPASI MASYARAKAT

B. Latar Belakang:

Secara umum sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari


masyarakat secara keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan
manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik
formal maupun material, baik statis maupun dinamis. Sosiologi juga dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial,
termasuk perubahan-perubahan sosial. Sosiologi merupakan ilmu umum
artinya sosiologi mempelajari gejala umum yang ada pada setiap interaksi
manusia, bukan mempelajari ilmu dengan gejala khusus. Maka dari itu
sosiologi mencakup segala aspek dalam kehidupan manusia, karena
manusia adalah makhluk sosial yang hidup bermasyarakat dan selalu
melakukan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

C. Hakikat Kearifan Lokal

Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa


yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah
kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi watak dan
kemampuan sendiri.

Kearifan lokal juga merupakan ciri khas etika dan nilai budaya dalam
masyarakat lokal yang diturunkan dari generasi ke generasi. Di Indonesia,
Kesadaran akan kearifan lokal mulai tumbuh subur pasca jatuhnya rezim
Presiden Soeharto pada tahun 1998.

Lebih lanjut kearifan lokal juga didefinisikan sebagai kemampuan


beradaptasi, menata, dan menumbuhkan pengaruh alam serta budaya lain
yang menjadi motor penggerak transformasi dan penciptaan
keanekaragaman budaya Indonesia yang luar biasa.

Ini juga bisa menjadi suatu bentuk pengetahuan, kepercayaan,


pemahaman atau persepsi beserta kebiasaan atau etika adat yang menjadi
pedoman perilaku manusia dalam kehidupan ekologis dan sistemik.
Struktur dan nilai sosial, serta tata krama, norma dan hukum setempat
akan berubah sesuai dengan kebutuhan situasi sosial. Tantangan dalam
suatu budaya dapat terjadi karena umpan balik yang terjadi dalam
jaringan kehidupan suatu sistem sosial. Hal ini menandakan sedang
berlangsungnya autopoesis yang menandakan bahwa suatu sistem sosial
dalam suatu budaya mengatur dirinya sendiri, suatu tanda bahwa suatu
masyarakat dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang hidup. Dalam
menghadapi perubahan inilah kearifan lokal memainkan peran dan
kearifan lokal memainkan peran dan fungsinya.

Fungsi Kearifan Lokal

Menurut Haba (2007) kearifan lokal memiliki signifikasi serta fungsi


sebagai berikut:

1. Penanda identitas sebuah komunikasi;

2. Elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama, dan


kepercayaan;

3. Unsur kultural yang ada dan hidup dalam masyarakat (bottom up);

4. Warna kebersamaan sebuah komunitas;

5. Akan mengubah pola pikir dan hubungan timbal balik individu dan
kelompok dengan meletakkannya di atas common ground/kebudayaan
yang dimiliki;

6. Mendorong terbangunnya kebersamaan, apresiasi sekaligus sebagai


sebuah mekanisme bersama untuk menepis berbagai kemungkinan yang
meredusir bahkan merusak solidaritas komunal yang dipercaya dan
disadari tumbuh di atas kesadaran bersama dari sebuah komunitas
terintegrasi.

Fungsi-fungsi tersebut menyadarkan akan pentingnya local genius atau


kearifan lokal dalam menghadapi berbagai bentuk konflik yang terjadi
sebagai akibat dari perubahan kebudayaan. Adapun fungsi kearifan lokal
menurut Mariane (2014) adalah sebagai berikut:

1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam,


2. Berfungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia, misalnya
berkaitan dengan upacara daur hidup, konsep kanda pet rate,

3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan,

4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan,

5. Bermakna misalnya sebagai integrasi komunal/kerabat serta upacara


daur pertanian,

6. Bermakna etika dan moral yang terwujud dalam upacara ngaben dan
penyucian roh leluhur,

7. Bermakna politik, misalnya dalam upacara ngangkuk merana dan


kekuasaan patron client.

Karakteristik kearifan lokal

• Harus menggabungkan pengetahuan kebajikan yang mengajarkan orang


tentang etika dan nilai-nilai moral;

• Kearifan lokal harus mengajar orang untuk mencintai alam, bukan untuk
menghancurkannya;

• Kearifan lokal harus berasal dari anggota komunitas yang lebih tua;

• Kearifan lokal dapat berbentuk nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-


istiadat, hukum, adat, aturan-aturan khusus.

Ciri-ciri kearifan lokal

Adapun ciri-ciri kearifan lokal yang perlu kamu ketahui adalah sebagai
berikut:

• Menjadi benteng yang menjaga eksistensi kebudayaan asli dari


pengaruh perkembangan zaman maupun terpaan budaya luar.

• Mampu mengakomodasi unsur-unsur budaya luar. Artinya, kearifan


lokal mampu memilih mana budaya luar yang cocok dan masih sesuai
dengan budaya asli. Ciri ini menunjukkan bahwa kearifan lokal tidak selalu
bersifat tradisional, tapi juga adaptif terhadap perkembangan budaya.

• Mampu mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli.


Kearifan lokal mampu menyatukan budaya luar dan budaya asli dalam
komunitas masyarakat sehingga berpotensi menciptakan kebudayaan
nasional.

• Kearifan lokal sebagai alat kontrol sosial, berarti kearifan lokal menjadi
alat yang mampu menjaga agar masyarakat memiliki tanggung jawab atas
keberlangsungan hidupnya dan agar hubungan sosial di masyarakat tidak
hilang.

• Pemberi arah perkembangan budaya. Artinya, kearifan lokal mampu


menjadi alat untuk Menjadi benteng pertahanan masyarakat dari terpaan
budaya luar. Artinya, kearifan lokal mengarahkan masyarakat agar tetap
berperilaku sesuai budayanya.

Bentuk Kearifan Lokal

Menurut Prof. Nyoman Sirtha dalam “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg
Bali” menyatakan bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat
berupa: nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan
aturan-aturan khusus. Oleh karena bentuknya yang bermacam-macam
dan ia hidup dalam aneka budaya masyarakat maka fungsinya menjadi
bermacam-macam.Nyoman Sirtha menjelaskan bahwa bentuk-bentuk
kearifan lokal yang ada dalam masyarakat berupa nilai, norma,
kepercayaan dan aturan-aturan khusus.

Ada 2 aspek bentuk kearifan lokal, diantaranya:

1. Kearifan Lokal yang Berwujud Nyata (Tangible)

Wujud nyata kearifan lokal, antara lain:

• Tekstual. Sejumlah jenis kearifan lokal tekstual meliputi sistem nilai, tata
cara, ketentuan khusus yang dirangkum dalam tulisan yang dapat
ditemukan dalam prasi (budaya menulis diatas daun lontar), kalender dan
kitab tradisional primbon.

• Arsitektural atau bangunan.

• Karya seni berupa benda cagar alam atau tradisional seperti batik, keris
dan lainnya.

2. Kearifan Lokal yang Tidak Berwujud (Intangible)


Kearifan lokal yang tidak berwujud seperti petuah yang disampaikan
secara oral dan turun-temurun yang dapat berupa kidung dan nyanyian
dengan kandungan nilai ajaran tradisional. Lewat petuah dan bentuk
intangible lainnya, nilai sosial disampaikan secara verbal/oral dari generasi
ke generasi. Contoh kearifan lokal dari etika lingkungan sunda, antara lain:

• Kudu inget ka bali geusan ngajadi (manusia bagian dari alam, harus
mencintai alam, tidak tepisahkan dari alam).

• Hirup katungkul ku pati, paeh teu nyaho di mangsa (segala sesuatu ada
batasnya, termasuk sumber daya alam dan lingkungan).

Wujud Kearifan Lokal

Teezzi, Marchettini, dan Rosini mengatakan bahwa akhir dari sedimentasi


kearifan lokal ini akan mewujud menjadi tradisi atau agama. Dalam
masyarakat kita, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalam nyayian,
pepatah, sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat
dalam perilaku sehari-hari. Kearifan lokal biasanya tercermin dalam
kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat yang telah berlangsung lama.

Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang


berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai itu menjadi
pegangan kelompok masyarakat tertentu yang biasanya akan menjadi
bagian hidup tak terpisahkan yang dapat diamati melalui sikap dan
perilaku mereka sehari-hari.

Proses sedimentasi ini membutuhkan waktu yang sangat panjang, dari


satu generasi ke generasi berikut. Teezzi, Marchettini, dan Rosini
mengatakan bahwa kemunculan kearifan lokal dalam masyarakat
merupakan hasil dari proses trial and error dari berbagai macam
pengetahuan empiris maupun non-empiris atau yang estetik maupun
intuitif.

Kearifan lokal lebih menggambarkan satu fenomena spesifik yang


biasanya akan menjadi ciri khas komunitas kelompok tersebut, misalnya
alon-alon asal klakon (masyarakat Jawa Tengah), rawe-rawe rantas
malang-malang putung (masyarakat Jawa Timur), ikhlas kiai-ne manfaat
ilmu-ne, patuh guru-ne barokah urip-e (masyarakat pesantren), dan
sebagainya.
Kearifan lokal merupakan pengetahuan eksplisit yang muncul dari periode
yang panjang dan berevolusi bersama dengan masyarakat dan lingkungan
di daerahnya berdasarkan apa yang sudah dialami. Jadi dapat dikatakan
kearifan lokan disetiap daerah berbeda-beda tergantung lingkungan dan
kebutuhan hidup.

Ruang Lingkup Kearifan Lokal

Kearifan lokal merupakan fenomena yang luas dan komprehensif.


Cakupan kearifan lokal cukup banyak dan beragam sehingga sulit dibatasi
oleh ruang. Kearifan tradisional dan kearifan kini berbeda dengan kearifan
lokal. Kearifan lokal lebih menekankan pada tempat dan lokalitas dari
kearifan tersebut sehingga tidak harus merupakan sebuah kearifan yang
telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Kearifan lokal bisa merupakan kearifan yang belum lama muncul dalam
suatu komunitas sebagai hasil dari interaksinya denganlingkungan alam
dan interaksinya dengan masyarakat serta budaya lain. Oleh karena itu,
kearifan lokal tidak selalu bersifat tradisional karena dia dapat mencakup
kearifan masa kini dan karena itu pula lebih luas maknanya daripada
kearifan tradisional.

Untuk membedakan kearifan lokal yang baru saja muncul dengan kearifan
lokal yang sudah lama dikenal komunitas tersebut, dapat digunakan
istilah: kearifan kini, kearifan baru, atau kearifan kontemporer. Kearifan
tradisional dapat disebut kearifan dulu atau kearifan lama.

Dimensi Kearifan Lokal

Menurut Mitchell (2003), kearifan lokal memiliki enam dimensi, yaitu:

a. Dimensi Pengetahuan Lokal

b. Dimensi Nilai Lokal

c. Dimensi Keterampilan Lokal

d. Dimensi Sumber daya Lokal

e. Dimensi Mekanisme Pengambilan Keputusan Lokal


Potensi Kearifan Lokal Indonesia

1. Kearifan lokal dalam karya-karya masyarakat, misalnya pada seni tekstil


di Indonesia. Masyarakat Jawa memiliki batik yang menjadi ciri khas dan
kebanggan Indonesia. Tidak hanya motifnya yang indah, namun di balik
motif tersebut tersimpan makna yang mendalam. Motif-motifbatik
tersebut berisi nasihat, harapan dan doa kepada Tuhan.

2. Kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam, kearifan lokal


mengajarkan kita untuk tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan.
Tentunya hal ini bukan tanpa maksud, melainkan agar keberlanjutan hidup
dan diri kita sendiri terus terjaga.

3. Kearifan lokal dalam mitos masyarakat, mitos terhadap pohon-pohon


keramat banyak dijumpai di berbagai wilayah Indonesia. Disadari, mitos ini
sangat membantu keseimbangan alam. Pohon besar secara ilmiah
memang menyimpan cadangan air tanah dan penyedia oksigen. Begitu
pun mitos terhadap hewan yang dianggap keramat turut menyumbang
pelestarian hewan dari kepunahan.

4. Kearifan lokal dalam bidang pertanian, nenekmoyang kita telah


meninggalkan sitem pertanianyang ramah lingkungan dan disesuaikan
dengan kondisi lingkungan, contohnyasistem pertanian Nyabuk Gunung di
Jawa Tengah dan Mitracai di Jawa Barat.

5. Kearifan lokal dalam cerita budaya, petuah dan sastra, contohnya suku
Melayu terkenal dengan seni sastranya. Lewat seni sastra suku Melayu
menggambarkan kearifan lokal yang wajib dijunjung tinggi.

Contoh - contoh Kearifan Lokal

Adapun contoh kearifan lokal yang diantaranya yaitu:

• Hutan larangan adat “desa rumbio kecamatan kampar, provinsi Riau”

Kearifan lokal ini dibuat dengan tujuan untuk agar masyarkat sekitar
bersama-sama melestarikan hutan disana, dimana ada peraturan untuk
tidak boleh menebang pohon dihutan tersebut dan akan dikenakan denda
seperti beras 100 kg atau berupa uang sebesar Rp 6.000.000,- jika
melanggar.
• Awig-Awig (Lombok Barat dan Bali) merupakan aturan adat yang
menjadi pedoman untuk bertindak dan bersikap terutama dalam hal
berinteraksi dan mengolah sumber daya alam dan lingkungan didaerah
Lombok Barat dan Bali.

• Cingcowong (Sunda/Jawa Barat) merupakan upacara untuk meminta


hujan tradisi Cingcowong ini dilakukan turun temurun oleh masyarakat
Luragung guna untuk melestarikan budaya serta menunjukan bagaimana
suatu permintaan kepada yang Maha Kuasa apabila tanpa adanya patuh
terhadap perintahnya.

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS

Pengertian Pemberdayaan Komunitas Secara konseptual, pemberdayaan


masyarakat atau komunitas adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu
untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat. Pemberdayaan komunitas dapat disebut
sebagai suatu upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas atau
kemampuan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam
memecahkan berbagai persoalan yang terkait dengan upaya peningkatan
kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya.

Prinsip - prinsip Dasar Pemberdayaan Komunitas

mengemukakan lima prinsip dasar pemberdayaan komunitas diantaranya


adalah sebgai berikut:

1) Pemberdayaan komunitas memerlukan breakeven dalam setiap


kegiatan yang dikelolanya, meskipun berbeda dengan organisasi bisnis, di
mana dalam pemberdayaan komunitas keuntungan yang diperoleh
didistribusikan kembali dalam bentuk program atau kegiatan
pembangunan lainnya.

2) Pemberdayaan komunitas selalu melibatkan partisipasi masyarakat baik


dalam perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan
3) Dalam pelaksanaan program pemberdayaan komunitas, kegiatan
pelatihan merupakan unsur yang tidak bisa dipisahkan dari usaha
pembangunan fisik

4) Dalam implementasinya, usaha pemberdayaan harus dapat


memaksimalkan sumber daya, khususnya dalam hal pembiayaan

5) Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus dapat berfungsi sebagai


penghubung antara kepentingan pemerintah yang bersifat makro dengan
kepentingan masyarakat yang bersifat mikro.

Ruang Lingkup Pemberdayaan Komunitas Mencakup berbagai program


pemberdayaan.

Program-program tersebut meliputi bidang:

1) Pemberdayaan Ekonomi

2) Pemberdayaan politik, peningkatan bargaining position masyarakat


terhadap pemerintah.

3) Pemberdayaan sosial budaya, peningkatan kemampuan sumber daya


manusia (human investment)

4) Pemberdayaan lingkungan, program perawatan dan pelestarian


lingkungan.

Dasar Terbentuknya Pemberdayaan Komunitas

Upaya pemberdayaan komunitas ini didasari pemahaman munculnya


ketidak berdayaan komunitas akibat masyarakat tidak memiliki kekuatan
(powerless). Jim Ife mengidentifikasi beberapa jenis kekuatan yang
dimiliki masyarakat dan dapat digunakan untuk memberdayakan mereka,
yaitu:

1) Kekuatan atas pilihan pribadi

2) Kekuatan dalam menentukan kebutuhan sendiri

3) Kekuatan dalam kebebasan berekspresi

4) Kekuatan kelembagaan

5) Kekuatan sumber daya ekonomi


6) Kekuatan dalam kebebasan reproduksi

Manfaat Pemberdayaan Komunitas

Manfaat besar dari pemberdayaan komunitas adalah memungkinkan


perkembangan dan penggunaan bakat/atau kemampuan terpendam
dalam, setiap individu. Melalui pemberdayaan komunitas diharapkan
hambatanhambatan tradisional dalam masyarakat dapat dihilangkan, garis
demarkasi disingkirkan, dan deskripsi pekerjaan yang menghalangi dapat
dikesampingkan. Pemberdayaan telah memberikan kontribusinya bagi
kehidupan masyarakat. Masyarakat diberi pengetahuan manajemen,
mutu, teknik, keterampilan, dan metodologi yang baik dapat memperoleh
manfaat yang lebih besar dalam pekerjaan dan perbaikan kinerjanya.

Tujuan dalam Pemberdayaan Komunitas

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk


membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian
tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa
yang mereka lakukan.

Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh


masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan
serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai
pemecahan masalah yang dihadapi dengan menggunakan
daya/kemampuan yang dimiliki.

Terdapat lima hal yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan suatu


masyarakat, yaitu:

1. Menghormati dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia

2. Komitmen global terhadap pembangunan sosial masyarakat adat sesuai


dengan konvensi yang diselenggarakan oleh ILO

3. Isu pelestarian lingkungan dan menghindari keterdesakan komunitas


asli dari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan
4. Meniadakan marginalisasi masyarakat asli dalam pembangunan
nasional

5. Memperkuat nilai-nilai kearifan masyarakat setempat dengan cara


mengintegrasikannya dalam desain kebijakan dan program
penanggulangan masalah sosial.

Model pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal mengandung


arti peletakan nilai-nilai setempat (lokal) sebagai input penanggulangan
masalah sosial seperti kemiskinan. Nilai-nilai setempat (lokal) tersebut
merupakan nilainilai sosial yang menjadi cerminan dari masyarakat yang
bersangkutan. Nilai-nilai tersebut meliputi kegotongroyongan,
kekerabatan, musyawarah untuk mufakat, dan toleransi (tepa selira).
Pemberdayaan komunitas berbasis nilai-nilai kearifan lokal akan
menciptakan masyarakat yang berdaya, ciri-ciri masyarakat yang berdaya
antara lain:

1. Mampu memahami diri dan potensinya dan mampu merencanakan


(mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)

2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri

3. Memiliki kekuatan untuk berunding

4. Memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama


yang saling menguntungkan

5. Bertanggung jawab atas tindakannya

Contoh Pemberdayaan Komunitas yang ada di Indonesia

Berikut ini beberapa contoh pemberdayaan komunitas yang ada di


indonesia berbasis kearifan lokal.

1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM)

Contoh pemberdayaan komunitas yang pertama berasal dari program


nasional yang dicanangkan oleh pihak pemerintah. Ruang lingkupnya
terkait masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial yang

2. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)


Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan lembaga sosial yang
menjadi salah satu contoh pemberdayaan komunitas yang selanjutnya.
Lembaga pemberdayaan komunitas ini fokus terhadap masalah publik,
mulai dari yang terkecil hingga masalah yang cukup besar.

3. Penetapan Lingkungan Pemukiman Berbasis Komunitas (PLPBK)

Untuk contoh pemberdayaan komunitas satu ini bergerak khusus dalam


bidang pembangunan sosial dan ekonomi. Program yang dijalankan
sebagian besar juga berfokus pada penanganan masalah lingkungan dan
penuntasan kemiskinan.

Kesimpulan
Komunitas merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu community artinya sebagai
masyarakat setempat yang memiliki cakupan wilayah sama.Kearifan lokal merupakam
gagasan-gagasan lokal yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai yang tertanam dan
diikuti oleh warga masyarakatnya.Inisiator pemberdayaan komunitas yaitu pemerintah,
swasta, dan masyarakat.

Prinsip pemberdayaan komunitas adalah kesetaraan, partisipatif, keswadayaan, dan


berkelanjutan.Strategi pelaksanaan pemberdayaan komunitas yaitu mempertimbangkan
potensi masyarakat, memberikan pendampingan secara berkelompok, memberikan pelatihan
khusus, meningkatkan kearifan lokal, memberikan bantuan sarana, dan melaksanakan
pemberdayaan secara bertahap.

Anda mungkin juga menyukai