Anda di halaman 1dari 14

PEIPER KELOMPOK 1

PERHITUNGAN PAJAK TERUTANG PPH PASAL 21

TEORI DAN CONTOH SOAL

Disusun Oleh Kelompok I:

1. Elen Novita (2019017005)


2. Uun Julfiana (2019017012)
3. Elisabet Yanuarista (2019017018)
4. Ainun Ania (2019017021)
5. Sapurang Sangadji (2019017024)
6. Galih Suseno (2019017024)
7. Victorianus Gani Saputra (2019017031)
8. Marselinus Dionisius Umbu Raga (2019017024)
9. Maria Juvianti Mayorga (2019017036)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan  kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nyalah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah perpajakan  ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan. Makalah ini membahas
tentang “PPH Pasal 21”.

            Dalam penyusunan Peiper ini penulis menemukan berbagai kendala ,hambatan, dan
tantangan, tetapi dengan kerja keras dan ridho Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat
menyelesaikan tugas peiper ini dengan baik,dan semua itu tidak lepas dari kerjasama kelompok
dengan teman-teman yang bertugas menyelesaikan Peiper ini. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan yang Maha Esa, dan semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini. Terutama terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada ibu dosen pengampu yang sudah memberikan tugas ini kepada kami
agar kami dapat memiliki ilmu dalam penyusunan peiper ini.
            Kami kelpompok 1 menyadari bahwa masih terdapat kekurangan maupun kesalahan
dalam penyusunan Peiper ini . Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sekalian sangat
penulis harapkan guna perbaikan kualitas dalam penyusunan peiper selanjutnya. Dan semoga
Peiper ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.
BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang

            Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai


kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti
kepentingan rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat dan sebagainya.
Sehingga pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan Negara.
            Pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah merupakan sumber terpenting dari
penerimaan Negara. Lagipula penerimaan Negara dari pajak dapat dijadikan indicator atas peran
serta masyarakat (sebagai subjek pajak) dalam kontribusinya melakukan kewajiban perpajakan,
karena pembayaran pajak yang dilakukan akan dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam
bentuk tidak langsung. PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi
dalam negeri.
Pajak Penghasilan Pasal 21 atau biasa disebut dengan PPh Pasal 21 adalah pajak atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan
dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri. Saat ini PPh pasal 21 harus menjadi
perhatian bagi wajib pajak yang dikenakan PPh pasal 21, oleh karena itu kita akan membahasnya
secara perlahan-lahan agar mudah dimengerti.

2.      Rumusan Masalah
Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang:
a) Defenisi Pajak
b) Pengertian Pajak Penghasilan PPh Pasal 21
c) Siapa subjek atau Wajib Pajak PPh pasal 21
d) Kebijakan Pajak Penghasilan PPh pasal 21
e) Siapa pemotong pajak penghasilan pasal 21
f) Penghasilan apa saja yang dipotong PPh Pasal 21 (Objek Pajak)
g) Cara Perhitungan Pajak Penghasilan PPh pasal 21 atas penghasilan

3.      Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
a) Sebagai Syarat untuk penyelesaian mata kuliah Perpajakan
b) Menjelaskan mengenai semua tentang PPH pasal 21
BAB II
PEMBAHASAN

1. Defenisi Pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan
dan digunakan untuk membayar pengeluaran Umum.

2.      Pengertian Pajak PPh Pasal 21

PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
                       
3.      Siapa Subjek atau Wajib Pajak PPh pasal 21

Wajib pajak yang dipotong PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 adalah orang pribadi yang
merupakan :

a) Pegawai.
b) Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua,
atau jaminan hari tua termasuk ahli warisnya.
c) Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

Yang tidak termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21 yaitu :

a) Pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat lain dari Negara asing dan orang –
orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama
mereka, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yang
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
b) Pejabat perwakilan organisasi internasional dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) huruf c Undang
– Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat
bukan warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan
lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

4.      Kebijakan Pajak Penghasilan PPh pasal 21


Dasar hukum Pajak Penghasilan PPh pasal 21 yaitu :
a) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 28 Tahun
2007.
b) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
c) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo
Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara
Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan
Penundaan Pembayaran Pajak.
d) Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008 tentang Penetapan Bagian
Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta
Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan.
e) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009 tentang Pedoman
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal
21/26.
f) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 162/PMK.011/2012 tentang
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Kena Pajak.
g) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata
Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

5.      Siapa Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21

Pemotong PPh pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU
adalah :

1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat maupun cabang,
perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau pemegang kas yang
membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan.
3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan social tenaga kerja dan badan – badan lain yang
membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar:
a) Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa dan atau
kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status subjek pajak dalam negeri,
termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas
namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya.
b) Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa
yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status subjek pajak luar negeri.
c) Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan dan magang.
d) Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan
internasional, perkumpulan, orang pribadi, serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan
kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk apapun
kepada wajib pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

6.      Penghasilan apa saja yang dipotong PPh Pasal 21 (Objek Pajak)

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :


 
a) Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang
bersifat teratur maupun tidak teratur;
b) Penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima paensiun secara teratur berupa uang
pensiun atau penghasilan sejenisnya;
c) Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan sehubungan
dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat
pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua dan pembayaran lain jenis;
d) Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan;
e) Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan;
f) Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang
rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun,dan
imbalan sejenis dengan nama apapun.

Cara Perhitungan Pajak Penghasilan PPh pasal 21

v  Perhitungan Perubahan PTKP Terbaru Tahun 2016 :

PTKP 2016 Wajib Pajak Tidak Kawin (TK)

Uraian Status PTKP


Wajib Pajak TK0 54.000.000,-
Tanggungan 1 TK1 58.500.000,-
Tanggungan 2 TK2 63.000.000,-
Tanggungan 3 TK3 67.500.000,-

PTKP 2016 Wajib Pajak Kawin

Uraian Status PTKP


WP Kawin K0 58.500.000,-
Tanggungan 1 K1 63.000.000,-
Tanggungan 2 K2 67.500.000,-
Tanggungan 3 K3 72.000.000,-

PTKP 2016 Wajib Pajak Kawin, penghasilan istri dan suami digabung

Uraian Status PTKP


WP Kawin K/I/0 112.500.000,-
Tanggungan 1 K/I/1 117.000.000,-
Tanggungan 2 K/I/2 121.500.000,-
Tanggungan 3 K/I/3 126.000.000,-
 Catatan: 
 Tunjangan PTKP untuk anak atau tanggungan maksimal 3 orang
 TK : Tidak Kawin
 K : Kawin
 K/I : Kawin dan penghasilan pasangan digabung

Tarif pajak

Penghasilan Netto Tarif pajak

Sampai dengan 50 juta 5%

50 juta sampai dengan 250 juta 15%

250 juta sampai dengan 500 juta 25%

Diatas 500 juta 30%


Contoh perhitungan PPh Pasal 21

1. Pegawai Tetap

Perhitungan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Gaji Bulanan Flavio bekerja pada PT NTN dengan
gaji sebulam Rp 5.000.000,00 dan membayar iuran pensiun Rp 36.000.000,00 sebulan. Flavio
menikah dan memiliki 2 orang anak.

Perhitungan PPh Pasal 21 adalah sebagi berikut :

Gaji sebulan Rp 5.000.000,00

Pengurangan :

Biaya Jabatan 5% X Rp 5.000.000,00 = Rp 250.000.000,00

Maksimal = Rp 108.000.000,00 (Rp 108.000.000,00)

Iuran Pensiun (Rp 36.000,00) +

Penghasilan Neto sebulan Rp 4.856.000,00

Penghasilan Neto setahun (Rp 4.856.000,00 X 12) Rp 58.272.000,00

PTKP :

Dari WP Rp 2.880.000,00

Status Kawin Rp 1.440.000,00

Anak (2) Rp 2.880.000,00 +

(Rp 7.200.000,00) +

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 51.072.000,00

PPh Pasal 21 terutang :

5% X Rp 25.000.000,00 = Rp 1.250.000,00

10% X Rp 25.000.000,00 = Rp 2.500.000,00

15% X Rp 1.072.000,00 = Rp 160.800,00 +

Rp 3.910.800,00

PPh Pasal 21 sebulan ( Rp 3.910.800,00 : 12 ) = Rp 325.900,00


2. Perhitungan PPh Pasal 21 Bagi Pegawai yang Mulai Bekerja Dalam Tahun Berjalan

Fandy bekerja pada PT DFT sebagai pegawai tetap sejak tanggal 1 September 2001. Gaji sebulan
adalah sebesar Rp 2.500.000,00 dan membayar iuran pensiun Rp 36.000,00 setiap bulan. Fandy
sudah menikah tetapi belum mempunyai anak.

Perhitungan PPh Pasal 21 adalah sebagi berikut :

Gaji sebulan Rp 2.500.000,00

Pengurangan :

Biaya Jabatan 5% X Rp 5.000.000,00 = Rp 125.000.000,00

Maksimal = Rp 108.000.000,00 (Rp 108.000.000,00)

Iuran Pensiun (Rp36.000,00) +

Penghasilan Neto sebulan Rp 2.356.000,00

Penghasilan Neto setahun (4 Bulan)

1 September s.d 31 Desember 2001

4 X Rp 2.356.000,00 Rp 9.424..000,00

PTKP :

Dari WP Rp 2.880.000,00

Status Kawin Rp 1.440.000,00 +

Rp 4.320.000,00 +

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 5.104.000,00

PPh Pasal 21 terutang :

5% X Rp 5.104.000,00 = Rp 255.200,00

PPh Pasal 21 sebulan ( Rp 255.200,00 : 4 ) = Rp 63.800,00

3. Perhitungan PPh Pasal 21 Atas Pembayaran Uang Rapel

Flavio sebagaimana pada contoh 1 diatas pada bulan Juni 2001 menerima kenaikan gaji, menjadi Rp
6.000.000,00 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2001. Dengan adanya kenaikangaji yang
berlaku surut tersebut Flavio menerima rapel sejumlah Rp 5.000.000,00 (kenaikan gaji untuk bulan
Januari sampai dengan Mei 2001).

Perhitungan PPh Pasal 21 setelah ada kenaikan gaji :

Gaji sebulan setelah kenaikan gaji Rp 6.000.000,00

Pengurangan :

Biaya Jabatan 5% X Rp 6.000.000,00 = Rp 300.000.000,00

Maksimal = Rp 108.000.000,00 (Rp 108.000.000,00)

Iuran Pensiun (Rp 36.000,00) +

Penghasilan Neto sebulan Rp 4.856.000,00

Penghasilan Neto setahun (Rp 4.856.000,00 X 12) Rp 70.272.000,00

PTKP :

Dari WP Rp 2.880.000,00

Status Kawin Rp 1.440.000,00

Anak (2) Rp 2.880.000,00 +

(Rp 7.200.000,00) +

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 63.072.000,00

PPh Pasal 21 terutang :

5% X Rp 25.000.000,00 = Rp 1.250.000,00

10% X Rp 25.000.000,00 = Rp 2.500.000,00

15% X Rp 13.072.000,00 = Rp 1.960.800,00 +

Rp 5.710.800,00

PPh Pasal 21 sebulan ( Rp 5.710.800,00 : 12 ) = Rp 475.900,00

PPh Pasal 21 Januari s.d Mei 2001 seharusnya adalah :

5 X Rp 475.900,00 = Rp 2.379.500,00

PPh Pasal 21 (yang sudah dipotong)

Januari s.d Mei 2001


5 X Rp 325.900,00 = Rp 1.629.000,00 -

PPh Pasal 21 Atas Rapel tersebut Rp 750.000,00

4. perhitungan PPh pasal 21 atas penghasilan berupa gaji bulanan dan pembayaran premi oleh
pemberi kerja.

Damian bekerja pada PT ADT dengan memperoleh gaji sebulan Rp 1.500.000.00. PT ADT
mengikuti program jamsostek dan premi asuransi kecelakaan kerja dan premi kematian dan dibayar oleh
pemberi kerja sebesar Rp 40.000.00 dan Rp 10.000.00 sebulan. PT ADT menanggung iuran THT setiap
bulan sebesar Rp 20.000.00 sedangkan damian membayar iuran THT sebesar Rp 15. 000.00 setiap bulan.
Selain itu PT ADT juga mengikuti program pension untuk pegawainya. PT ADT membayar iuran pension
untuk damian ke dana pension yang pendirinya disahkan oleh menkue, setiap bulan sebesar Rp
80.000.00 sedangkan damian membayar sebesar Rp 50.000.00 damian sudah menikah, tetapi belum
mempunyai anak.

Perhatikan PPh pasal 21 adalah sebagai berikut :

Gaji sebulan Rp 1.500.000.00

Premi asuransi kecelakaan kerja Rp 40.000.00

Premi asuransi kematian Rp 10.000.00 +

JUMLAH Rp 1.550.000.00

Pengurangan :

Biaya jabatan 5% x Rp 1.550.000.00 = Rp 77.500.00

Maksimal = Rp 108.000.00 (Rp 77.500.00)

Iuran pensiun ( Rp 50.000.00)

Iuran THT ( Rp 15.000.00) +

Penghasilan neto sebulan Rp 1.407.500.00

Penghasilan neto setahun (12 x Rp 1.407.500.00) Rp 16.890.000.00

PTKP :

Diri WP Rp 2.880.000.00

Status kawin Rp 1.440.000.00 + Rp 4.320.000.00

Penghasilan kena pajak setahun Rp 12.570.000.00


PPh pasal 21 terutang :

5% x Rp 12.570.000.00 = Rp 628.500.00

PPh pasal 21 sebulan (Rp 628.500 : 12) Rp 52.375.00

5. perhitungan PPh pasal 21 atas bonus

Dian bekerja pada PT FTJ dengan memperoleh gaji sebesar Rp 2.000.000.00 sebulan.
Perusahaan ikut dalam program jamsostek. Premi asuransi kecelakaan kerja dan premi asuransi
kematian dibayar oleh pemberi kerja, masing-masing sebesar Rp 40.000.00 dan Rp 20.000.00 sebulan.
Perusahaan juga membayar iuran THT sebesar Rp 30.000.00 setiap bulan. Dian membayar iuran pensiun
Rp 60.000.00 dan iuran THT sebesar Rp 12.000.00 setiap bulan. Dalam tahun berjalan ia juga menerima
bonus sebesar Rp 4.000.000.00 dian belum kawin.

PPh pasal 21 atas bunos dihitung dengan cara sebagai berikut :

A. PPh pasal 21 atas gaji.

Gaji setahun (12 X Rp 2.000.000.00) Rp 24.000.000.00

Premi asuransi kecelakaan kerja (12 x Rp 20.000.00) Rp 480.000.00

Premi asuransi kematian (12 x Rp 20.000.00) Rp 240.000.00 +

JUMLAH Rp 24.720.000.00

Pengurangan :

Biaya jabatan 5% X Rp 24.720.000.00 = Rp 1.236.000.00

Maksimal = Rp 1.296.000.00 (Rp 1.236.000.00)

Iuran pensiun 12 x Rp 60.000.00 = (Rp 720.000.00)

Iuran THT 12 x Rp 12.000.00 = (Rp 144.000.00) +

Penghasilan neto setahun Rp 22.620.000.00

PTKP :
Diri WP Rp 2.880.000.00 -

Penghasilan kena pajak setahun Rp 19.740.000.00

PPh pasa 21 terutang :

5% X Rp 19.740.000.00 = Rp 987.000.00

B. PPh pasal 21 atas gaji dan bonus

Gaji setahun (12 X Rp 2.000.000.00) Rp 24.000.000.00

Bonus Rp 4.000.000.00

Premi asuransi kecelakaan kerja (12 x Rp 40.000.00) Rp 480.000.00

Premi asuransi kematian (12 x Rp 20.000.00) Rp 240.000.00 +

JUMLAH Rp 28.720.000.00

Pengurangan :

Biaya jabatan 5% X Rp 28.720.000.00 = Rp 1.436.000.00

Maksimal = Rp 1. 296.000.00 (Rp 1.296.000.00)

Iuran pensiun 12 x Rp 60.000.00 = (Rp 720.000.00)

Iuran THT 12 X Rp 12.000.00 = (Rp 144.000.00) +

Penghasilan neto setahun Rp 26.560.000.00

PTKP :

Diri WP Rp 2.880.000.00 -

Penghasilan kena pajak setahun Rp 23.680.000.00

PPh pasal 21 terutang :

5% x Rp 23.680.000.00 = Rp 1.184.000.00

C. PPh pasal 21 atas bonus

PPh pasal 21 atas bonus adalah :

Rp 1.184.000.00 – Rp 987.000.00 = Rp 197.000.00


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan pada subjek pajak atas penghasilan yang
diperolehnya pada tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian
tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak bila
kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir tahun pajak.

Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam
negeri.

Penghasilan Tidak Kena Pajak, disingkat PTKP adalah pengurangan terhadap penghasilan bruto
orang pribadi atau perseorangan sebagai wajib pajak dalam negeri dalam menghitung
penghasilan kena pajak yang menjadi objek pajak penghasilan yang harus dibayar wajib pajak di
Indonesia.

Dasar Hukum Pajak Penghasilan PPh pasal 21 di Indonesia yang terbaru adalah :

Peraturan Menteri Keuangan PMK-162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Penghasilan Tidak


Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran, Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan Atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa Dan Kegiatan Orang Pribadi

Anda mungkin juga menyukai