Anda di halaman 1dari 59

1

PROPOSAL

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN JAMBU BIJI


TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS TIPE ll DI KELURAHAN
DESA PASSO RW 005 WILLAYAH
KERJA PUSKESMAS PASSO

OLEH :

GLORIA ENGLI TUWATANASSY

NIM : P.1608151

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PASAPUA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

AMBON

2020
2

LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal ini diajukan oleh

Nama : GLORIA ENGLI TUWATANASSY

Nim : P1608151

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : PENGARUH PEMBERIAN AIR


REBUSAN DAUN JAMBU BIJI TERHADAP
KADAR GLUKOSA DARAH PADA
PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI
KELURAHAN DESA PASSO RW 005
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASSO

Telah Disetujui oleh Pembimbing Untuk


Dipertahankan Pada Seminar Proposal Di
Hadapan Dewan Penguji

Ditetapkan di : Ambon

Tanggal 5 November 2020

Pembimbing

Ns. Abdul Thalib, S.Kep.,M.Kep


3

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kepada Tuhan

Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-nya kepada

saya sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal ini

dengan judul “ Pengaruh Stimulasi Permainan Mind Mapping

Terhadap Fungsi Kognitif Anak” tepat pada waktunya.

Penyusunan proposal ini disusun dalam rangka memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan

( S1) pada Program Study Keperawatan STIKES Pasapua

Ambon.

Penyusunan proposal ini terselesaikan atas bantuan banyak

pihak. Penyusun sangat berterima kasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu proses pengerjaan proposal ini dari

masa perkuliahan sampai pada penyusunan proposal ini,

adapun pihak-pihak tersebut antar lain:

1. Rikanita Primahayu Ake. S.kom Selaku ketua Yayasan

Bangun Persada Stikes Pasapua Ambon


4

2. Ns. Dewi Arwini Bugis, S.Kep., M.Kep, selaku ketua

Stikes Pasapua Ambon.

3. Ns. Bazrul Makatita, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku ketua

program studi ilmu keperawatan Stikes Pasapua Ambon.

4. Ns. Abdul Thalib, S.Kep.,M.Kep Selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan bimbingan,

masukan maupun motivasi untuk kesempurnaan

penulisan proposal ini.

5. Kepala Puskesmas Passo serta staf- staf yang telah

mengijinkan penulisan untuk melakukan pengambilan

data awal dan penelitian.

6. Seluruh Staf Dosen, staf perpustakaan dan staf

administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ( STIKES)

Pasapua Ambon.

7. Orang tua Tercinta Mama serta keluarga yang telah

banyak memberikan dukungan dan doa serta motivasi


5

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal dengan baik.

8. Rekan-rekan mahasiswa program studi ilmu keperawatan

angkatan 2016 yang telah memberikan semangat dan

motivasi dalam menyelesaikan proposal ini.


6

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….I

HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………………II

KATA PENGANTAR………………………………………………………………III

DAFTAR ISI………………………………………………………………………...IV

DAFTAR TABEL……………………………………………………………………V

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………..VI

DAFTAR LAMPIRAN……………………………..………………………………VII

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG…………………..…………………………………….1
B. RUMUSAN MASALAH……………………………….……………….……6
C. TUJUAN PENELITIAN…….………………………….……………..……..6
D. MANFAAT PENELITIAAN……………………….………………………..7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM TENTANG DIABETES MELITUS…………..………9


B. TINJAUAN UMUM TENTANG DAUN JAMBU BIJI……………..……..27
C. TINJAUAN UMUM TENTANG KADAR GLUKOSA DARAH…….…...34

BAB III KERANGKA KONSEP,HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. KERANGKA KONSEP……….……………..…………………………….38
B. HIPOTESIS…………………………..…………………………………….39
C. DEFINISI OPERASIONAL……………………….………..………..……39
7

BAB IV METODE PENELITIA

A. DESAIN PENELITIAN……….………………………….………………...41
B. LOKASI PENELITIAN……………………………….……….……………42
C. POPULASI ………………………………….……………………………..42
D. SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL…………...............42
E. INSTRUMENT PENELITIAN………………………………..………....…44
F. PROSEDUR PENGOLAHAN DATA …………………………………....45
G. ANALISA DATA…………………………………..…………………….....46
H. ALU PENELITIAN……………………………….…………………………47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan

heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah

atau hiperglikemia. Gangguan metabolisme secara genetik dan klinis

termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi

karbohidrat. Faktor pencetus penyakit diabetes mellitus, antara lain

faktor keturunan, obesitas (kegemukan), mengkonsumsi makanan

instan, terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat, merokok dan stres,

kerusakan pada sel pankreas, dan kelainan hormonal (Smeltzer and

Bare, 2002).

Jumlah penderita DM semakin meningkat di seluruh dunia. Data

studi global menunjukan bahwa jumlah penderita diabetes melitus

pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang dan di perkirakan

akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. Menurut The

National Institute of Diabetes And Digestive and Kidney Disease, di

perkirakan 16 juta orang Amerika Serikat di ketehuai menderita


9

Diabetes, dan jutaan diantarnya beresiko untuk menderita Diabetes.

(Muliadi Et Al., 2018)

Penderita DM di Indonesia juga mengalami peningkatan yang

signifikan, yaitu sekitar 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 dan di perkirakan

akan mencapai 21,3 juta jiwa pada tahun 2030, World Health

Organization (WHO) menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan

ke-4 terbesar dalam jimlah penderita DM di Dunia. (Muliadi Et Al.,

2018)

Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013, terdapat

sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Pada

tahun 2014, jumlah penderita diabetes meningkat tajam menjadi 12

juta orang, jika dilihat per provinsi prevalensi DM tertinggi di

Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-masing 11,1%), Riau

(10,4%), NAD (8,5%) sedangkan prevalensi DM terendah terdapat di

provinsi Papua (1,7%). Jumlah penderita diabetes mulitus di Sulawesi

Tengah terbilang masih tinggi, Berdasarkan data Dinas Kesehatan

Sulawesi Tengah, jumlah meningkat pada tahun 2015, dibadingkan

tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2014 mencapai 16.330 penderita,

meningkat menjadi 16.456 penderita ditahun 2015. (Sudartin, 2015).

Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh

penyakit tidak menular salah satunya adalah Diabetes melitus (DM).

DM dikenali sekitar 1500 tahun sebelum Masehi oleh bangsa Mesir


10

sebagai sebuah keadaan dimana seseorang buang air kecil berlebihan

dan mengalami penurunan berat badan. Aretaeus (80-138 SM),

seorang ilmuwan yunani menyatakan bahwa urin orang yang

mengidap DM terasa manis, sampai pada 1776 Matthew Dobson

mengoreksi bahwa yang terjadi adalah naiknya konsentrasi glukosa

pada urin penderita DM. Sejak terdiagnosis DM disebabkan oleh

kekurangan insulin, penyakit ini menjadi sangat progresif. Sekalipun

DM dihubungkan dengan penurunan harapan hidup, penderita DM

diharapkan dapat menjalani kehidupan yang aktif dan produktif untuk

beberapa tahun kedepan setelah diagnosis ditegakkan. Prevalensi

penyakit DM pada tiga sampai empat dekade belakangan ini telah

meningkat secara dramatis di berbagai belahan dunia dan

menempatkan DM menjadi salah satu kondisi medis serius yang harus

dihadapi(Hani, 2018)

Diabetes melitus memiliki karakteristik hiperglikemia yang terjadi

karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

banyak klien yang keluar masuk rumah sakit untuk melakukan

pengobatan. Empat pilar utama pengelolaan diabetes mellitus adalah

perencanaan makanan, latihan jasmani atau exercise, edukasi atau

penyuluhan, dan intervensi farmakologi. Penanganan kuratif penyakit

diabetes mellitus terlebih dahulu dilakukan secara non farmakologis

yaitu dengan diet dan olah raga untuk mencapai target glukosa darah
11

yang diinginkan. Penderita diabetes mellitus memerlukan perawatan

dan penanganan seumur hidup karena tidak dapat disembuhkan.

Fenomena yang terjadi Bila kedua cara non-farmakologi belum

mampu mencapai target glukosa darah yang diinginkan maka tindakan

kuratif diabetes mellitus dapat dibantu dengan pengobatan farmakologi

tetapi tergantung pada tipe diabetes mellitusnya (Nurrahmani,2011).

Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau

Diabetes Mellitus tipe II lazimnya digunakan obat-obatan antidiabetes

oral, diantaranya adalah glinid dan sulfonilurea sebagai pemicu

ekskresi insulin, metformin dan tiazolidindion sebagai penambah

sensitifitas terhadap insulin. Namun pengkonsumsian obat-obat

antidiabetes dalam jangka panjang beresiko buruk terhadap kesehatan

dan resiko resisten sehingga pemberian obat semakin lama semakin

tinggi serta obat hipoglikemik oral (OHO) yang berasal dari bahan

sintetis memiliki efek samping diantaranya gangguan saluran cerna

dan hipoglikemia berlebih yang mendorong pembebasan hormon

skortisol, katekolamin, dan hormon pertumbuhan serta timbulnya

kerusakan pembuluh darah (Dalimartha, 2012).

Penangan non farmakologi diabetes mellitus tipe II dapat

menggunakan tanaman herbal. Beberapa tanaman yang bisa

digunakan sebagai bahan baku obat diabetes mellitus diantaranya


12

adalah belimbing, brotowali, jagung, jambu biji, jinten hitam, alpokat,

apel dan lain sebagainya (Wasito, 2011; Wijoyo, 2012).

Prevelensi DM di Indonesia pada usia ≥ 15 tahun adalah 10,5%

dimana kejadian DM di Maluku dari tahun 2013 sampai dengan tahun

2018 meningkat (Riskesdas, 2018). Sedangkan menurut data Rapat

Kerja Kesehatan Daerah Provinsi Maluku (Rakerkesda) bahwa usia

hidup orang Maluku masih berada di bawah rata-rata nasional.Di

Maluku usia rata-rata adalah 64 tahun, sementara rata-rata hidup

orang Indonesia 71 tahun. Prevelensi Diabetes Melitus juga meningkat

sebanyak 157%, Diabetes Melitus dapat menyebabkan penyakit lain

seperti jantung (Rakerkesda, 2019).

Tingginya kasus kejadian Diabetes Melitus di Provinsi Maluku

tentunya menjadi perhatian khusus. Berdasarkan data yang diperoleh

penulis dari Puskesmas Passo jumlah kunjungan pasien diabetes

melitus tipe 2 dari bulan Januari sampai Desember 2017 tercatat

sebanyak 65 orang, sedangkan pada bulan Januari sampai dengan

Desember 2018, penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas

Passo sebanyak 105 orang, pada bulan Januari sampai dengan

Desember 2019, penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas

Passo sebanyak 222 orang.


13

Dari data yang penulis dapatkan dari kader puskesmas

passo,jumlah penderita diabetes pada RW 005 berjumlah 38 orang

yang terdiri dari laki-laki 2 orang dan perempuan sebanyak 36 orang.

Berdasarkan uraian data tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Air Rebusan

Daun Jambu Biji (psidium guajava) Terhadap Kadar Glukosa Darah

Pada Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas

Passo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah ada Pengaruh sebelum dan sesudah

diberikan Rebusan Daun Jambu Biji Pada Pasien Diabetes Melitus

Tipe 2 di Kelurahan Desa Passo RW 005 Wilayah Kerja Puskesmas

Passo?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Air

Rebusan Daun Jambu Biji (Psidium guajava) Terhadap Penurunan

Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melittus Tipe II Di

Kelurahan Desa Passo RW 005 Wilayah kerja Puskesmas Passo.


14

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran karakteristik responder berupa

usia,jenis kelamin,status pekerjaan pada penderita diabetes

mellitus tipe II di Kelurahan Desa Passo RW 005 Wilayah Kerja

Puskesmas Passo.

b. Mengidentifikasi gambaran kadar glukosa darah pada penderita

diabetes mellitus tipe II sebelum dan sesudah diberikan rebusan

daun jambu biji (Psidium Guajava) di Kelurahan Desa Passo RW

005 Wilayah Kerja Puskesmas Passo.

c. Mengidentifikasi pengaruh usia dengan kadar glukosa darah pada

spenderita diabetes mellitus tipe II di Kelurahan Desa Passo RW

005 Wilayah Kerja Puskesmas Passo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai

pengembangan bagi ilmu pengetahua dan informasi dalam

menurunkan kadar gula darah penderita herbal denga air

rebusan daun jambu biji sehingga pengobatan lebih optimal.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Pendidikan
15

Diharapkan dapat memberikan manfaat dan

menambah perbendaraan bacaan bagi Fakultas Kesehatan,

Program Studi Keperawatan.

b. Bagi Puskesmas

Penelitian ini dapat dijadikan masukan dan informasi

bagi seluruh praktisi kesehatan dalam menentukan asuhan

keperawatan dan pengenalan inovasi pemberian air rebusan

daun jambu biji terhadap kadar glukosa darah pada pasien

diabetes mellitus tipe II.

c. Bagi Masyarakat

Menambah wawasan masyarakat tentang pengaruh

pemberian air rebusan daun jambu biji sebagai kadar

glukosa darah pada penyakit diabetes melitus dan

mendukung kesembuhan serta kesejahteraan pasien dan

keluarga.

d. Bagi Peneliti

Dapat memahami dan menambah wawasan

mengenai pengaruh pemberian air rebusan daun jambu biji

sebagai kadar glukosa darah, sehingga dapat

disebarluaskan kepada masyarakat agar masyarakat

mengetahui mengenai penyakit tersebut sehingga dapat

melakukan pencegahannya
16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Diabetes Mellitus

1. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang

terjadi karena pancreas tidak menghasilkan cukup insulin

(hormone yang mengatur gula darah), atau bila tubuh dapat secara

efektif menggunakan insulin yang dihasilkan (Struktural et al.,

2018)

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Diabetes

mellitus juga disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,

lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon

insulin secara relatif maupun absolut (Struktural et al., 2018)

Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan

metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat

penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas atau gangguan

fungsi insulin (resistensi insulin ), diabetes melitus tipe 2 bukan

disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena sel sel

sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara


17

normal, keadaan ini lazim disebut sebagai resistensi insulin (Ii,

2015)

Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan

heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah

atau hiperglikemia. Gangguan metabolisme secara genetik dan

klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya

toleransi karbohidrat. Faktor pencetus penyakit diabetes mellitus,

antara lain faktor keturunan, obesitas (kegemukan),

mengkonsumsi makanan instan, terlalu banyak mengkonsumsi

karbohidrat, merokok dan stres, kerusakan pada sel pankreas, dan

kelainan hormonal (Hidayah et al., 2015)

Diabetes melitus adalah penyakit kronis progresif yang

ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan

metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, mengarah ke

hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi). Diabetes mellitus

adalah sesuai karena lolosnya sejumlah besar urine yang

mengandung gula ciri dari DM yang tidak terkontrol. Proses

patologis dan faktor resiko lain adalah penting dan terkadang

merupakan faktor-faktor independen. Diabetes mellitus dapat

berhubungan dengan komlipkasi serius, namun orang dengan DM

dapat mengambil cara-cara pencegah untuk mengurangi

kemungkinan kejadian tersebut (Belakang Et Al., 2014)


18

Diabetes mellitus diklasifikasikan sebagai salah satu dari

empat status klinis berbeda meliputi tipe1, tipe2, gestasional, atau

tipe DM spesifik lainnya. Diabetes mellitus tipe 1 merupakan hasil

destruksi autoimun sel beta, mengarah kepada defisiensi insulin

abssolut. DM tipe2 adalah akibat dari defek sekresi insulin

progresif diikuti dengan resisten insulin, umunya berhubungan

dengan obesitas. DM tipe lain mungkin sebagai akibat dari defek

genetic fungsi sel beta, penyakit prangkreas (misal kistik fibrosis)

atau penyakit yang diinduksi oleh obat-obatan. (Hidayah et al.,

2015)

Kadar glukosa darah normal pada pagi hari sebelum makan

atau berpuasa adalah 70-110 mg/dl. Kadar gula darah normal

biasanya kurang dari 120-140 mg/dl pada 2 jam setelah makan

atau minum cairan yang mengandung gula maupun mengandung

karbohidrat (Subiyono et al., 2016)

Seseorang dapat didiagnosa dabetes melitus apabila

mempunyai gejala klasik diabetes melitus seperti polyuria, polidipsi

dan polifagi disertai dengan kadar gula darah sewaktu 200 mg/dl

dan gula darah puasa 126 mg/dl. (Subiyono et al., 2016)


19

2. Manifestasi klinik Diabetes Melitus.

Menurut (Soebroto, 2011) beberapa gejala umum yang dapat

ditimbulkan penyakit diabetes melitus diantaranya

a. Pengeluaran urin (Poliuria)

Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam

24 jam meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul

sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh

relative tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk

menguranginya dan berusaha untuk mengeluarkannya

melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi

pada malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung

glukosa.

b. Timbul rasa haus (Polidipsia)

Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul

karena kadar glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh

merespon untuk meningkatkan asupan cairan.

c. Timbul rasa lapar (Polifagia)

Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal

tersebut disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin

habis sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup tinggi.


20

d. Penyusutan berat badan

Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan

karena tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak

sebagai cadangan energi.

3. Klasifikasi Diabetes Melitus

Menurut (anonym, 2007) diabetes melitus diklasifikasikan

menjadi 4 tipe yaitu :

a. Diabetes melitus (DM) tipe I

DM yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel

beta di pankreas. kerusakan ini berakibat pada keadaan

defisiensi insulin yang terjadi secara absolut. Penyebab dari

kerusakan sel beta antara lain autoimun dan idiopatik.

b. Diabetes melitus (DM) tipe II

Penyebab DM tipe II seperti yang diketahui adalah

resistensi insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi

tidak dapat bekerja secara optimal sehingga menyebabkan

kadar gula darah tinggi di dalam tubuh. Defisiensi insulin

juga dapat terjadi secara relatif pada penderita DM tipe 2

dan sangat mungkin untuk menjadi defisiensi insulin absolut.

c. Diabetes Melitus Gestasional

Gestasional Diabetes Melitus (GDM) adalah diabetes

didiagnosis selama kehamilan. Wanita dengan diabetes


21

gestasional memiliki peningkatan resiko komplikasi selama

kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki resiko

diabetes tipe 2 yang lebih tinggi dimasa depan.

d. Diabetes Melitus (DM) tipe lain

Penyebab DM tipe lain sangat bervariasi. DM tipe ini

dapat disebabkan oleh defek genetik fungsi sel beta, defek

genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,

endokrinopati pankreas, obat, zat kimia, infeksi, kelainan

imunologi dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan

DM. Menurut (anonym, 2007) Diabetes Mellitus tipe lain,

yaitu:

1. Defek Genetic fungsi sel beta

2. Defek genetic kerja insulin

3. Penyakit eksokrin pancreas

4. Endokrinopati pancreas

5. Karena obat atau zat kimia

6. Infeksi

7. Kelainan imunologi

8. Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan Diabetes

Melitus
22

4. Etiologi

Penyebab Diabetes Melitus tipe 2 diantaranya oleh faktor

genetik, resistensi insulin, dan faktor lingkungan. Selain itu

terdapat faktor-faktor pencetus diabetes diantaranya obesitas,

kurang gerak/olahraga, makanan berlebihan dan penyakit

hormonal yang kerjanya berlawanan dengan insulin(Betteng, 2014)

5. Patofisiologi

Patofisiologi diabetes melitus dapat diawali dari penurunan

jumlah insulin yang menyebabkan glukosa sel menurun atau tidak

ada sama sekali, sehingga energi di dalam sel untuk metabolisme

seluler berkurang, kondisi tersebut direspon tubuh dengan

meningkatkan kadar glukosa darah. Respon tersebut antara lain

sensasi lapar, mekanisme lipolisis dan glukoneogenesis. Jika

respon tersebut terjadi berkepanjangan maka tubuh mengalami

penurunan protein jaringan dan menghasilkan benda keton.

Kondisi ini dapat mengakibatkan ketosis dan ketoasidosis.

Hipergilkemi menyebabkan gangguan pada aktivitas leukosit dan

menimbulkan respon inflamatorik sehingga menyebabkan

viskositas darah meningkat dan membentuk trombus terutama

pada mikrovaskuler, hal ini mengakibatkan terjadinya kerusakan

pada pembuluh darah mikro sebagai gejala gangguan sirkulasi di

jaringan perifer. Kerusakan mikrovaskuler juga diakibatkan karena


23

stimulasi hepar untuk mengkonversi glukosa darah yang tinggi

menjadi trigliserida, hal ini berakibat pada peningkatan kadar

trigliserida dalam darah. Tingginya kadar trigliserida akan

meningkatkan resiko arterosklerosis. Kadar glukosa tinggi yang

berkepanjangan dapat mengakibatkan gangguan jalur

metabolisme poliol/alkohol sehingga meningkatkan sorbitol. 22

Kadar sorbitol yang tinggi mengakibatkan gangguan kondusi

impuls syaraf sehingga terjadi gangguan neuropati diabetik (Fauci,

2009). Kadar glukosa yang tinggi juga dapat merusak membran

kapiler nefron pada ginjal akibat angiopati. Kerusakan nefron yang

progresif akan berujung pada glomerulosklerosis. Kerusakan ini

terjadi akibat beban yang berlebih kadar gula darah sehingga

membran glomerulus kehilangan daya filtrasinya. Rendahnya

produksi insulin atau rendahnya uptake insulin oleh sel-sel tubuh

dapat menimbulkan gangguan metabolik berupa peningkatan

asam lemak darah, kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein. Jika hal ini

terjadi secara terus-menerus maka akan memicu terjadinya

angiopati yang dapat menimbulkan komplikasi pada retina, ginjal,

jantung koroner dan stroke (Suyono, 2015)


24

a. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 1

Pada DM tipe 1, sistem imunitas menyerang dan

menghancurkan sel yang memproduksi insulin beta

pankreas (ADA, 2014). Kondisi tersebut merupakan

penyakit autoimun yang ditandai dengan ditemukannya anti

insulin atau antibodi sel anti-islet dalam darah (WHO, 2014).

National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney

Diseases (NIDDK) tahun 2014 menyatakan bahwa

autoimun menyebabkan infiltrasi limfositik dan kehancuran

islet pankreas. Kehancuran memakan waktu tetapi

timbulnya penyakit ini cepat dan dapat terjadi selama

beberapa hari sampai minggu. Akhirnya, insulin yang

dibutuhkan tubuh tidak dapat terpenuhi karena adanya

kekurangan sel beta pankreas yang berfungsi memproduksi

insulin. Oleh karena itu, diabetes tipe 1 membutuhkan terapi

insulin, dan tidak akan merespon insulin yang

menggunakan obat oral.

b. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2

Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun

tidak mutlak. Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu

memproduksi insulin yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan yang ditandai dengan 15 kurangnya sel beta


25

atau defisiensi insulin resistensi insulin perifer (ADA, 2014).

Resistensi insulin perifer berarti terjadi kerusakan pada

reseptor-reseptor insulin sehingga menyebabkan insulin

menjadi kurang efektif mengantar pesan-pesan biokimia

menuju sel-sel (CDA, 2013). Dalam kebanyakan kasus

diabetes tipe 2 ini, ketika obat oral gagal untuk merangsang

pelepasan insulin yang memadai, maka pemberian obat

melalui suntikan dapat menjadi alternatif.

c. Patofisiologi Diabetes Gestasional

Gestational diabetes terjadi ketika ada hormon

antagonis insulin yang berlebihan saat kehamilan. Hal ini

menyebabkan keadaan resistensi insulin dan glukosa tinggi

pada ibu yang terkait dengan kemungkinan adanya reseptor

insulin yang rusak (NIDDK, 2014 dan ADA, 2014).

6. Komplikasi Diabetes Melitus

a. Komplikasi Akut

1. Ketoasidosis Diabetik (KAD)

Akibat gangguan pada sekresi hormon insulin,

kerja insulin atau oleh keduanya pada pasien diabetes

melitus Tipe II dan kerusakan sel beta pula Langerhans

pada DM tipe I, pasien DM akan mengalami kondisi

hiperglikemia akibat penurunan uptake glukosa kedalam


26

sel yang diikuti peningkatan lipolysis, gluconeogenesis di

hepar dan pemecahan protein. Peningkatan lipolisis

dapat mengakibatkan peningkatan oksidasi asam lemak

bebas disertai pembentukan benda keton (asetoasetat,

hidroksibutirat, dan aseton), benda keton keluar melalui

urine (ketonuria), peningkatan aseton dalam tubuh akan

menyebabkan bau napas seperti buah (aseton). Selain

itu, kondisi hiperglikemik diperparah dengan peningkatan

glukosa dari proses gluconeogenesis di hepar.

Kekurangan insulin juga akan mengakibatkan

pemecahan protein. Protein akan dikonversi menjadi

glukosa sehingga menyebabkan peningkatan BUN

(blood urea nitrogen). Peningkatan BUN dan

peningkatan benda keton akan menyebabkan suatu

kondisi yang dikenal dengan asidosis metabolik.

Manifestasi asidosis metabolik diantaranya pH (pH turun

dibawah 7,3) dan kadar bikarbonat (Deni Yasmara et, al

2016). Mekanisme tubuh dalam mengatasi asidosis

metabolik diatas dengan cara meningkatkan frekuensi

pernapasan dalam upaya mengeluarkan kelebihan CO2

yang dibentuksebagai upaya tubuh mebentuk ekuilibrium

asam-basa. Pernapasan tersebut dikenal dengan


27

pernapasan Kusmaul. Kondisi diatas apabila tidak

ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,

koma bahkan kematian. Kondisi hipoglikemik yang

terjadi pada pasien juga akan menyebabkan syok

hipovolemik akibat diuresis osmotic yang tidak ditangani.

Ketoasidosis/ ketoasidosis diabetic sering kali ditemukan

pada DM tipe I dibandingkan tipe II, karena pada DM

tipe I kekurangan insulin lebih bersifat absolut (Ridwan

et al., 2018)

Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik

(HHNK).

Orang banyak dijumpai pada penderita diabetes

tipe II adalah sindrom hiperglikemik hiperosmolar

nonketotik, peningkatan glukosa darah yang disebebkan

oleh gangguan sekresi insulin, resistensi insulin ataupun

dapat mengakibatkan hiperglikemia berat dengan kadar

glukosa darah lebih dari 300 mg/100 mL. Peningkatan

glukosa ini akan menyebabkan ambang batas ginjal

untuk glukosa, sehingga muncul manifetasi glukosuria

yang diikuti dengan diuresis osmotik (Deni Yasmara et,

al 2016).
28

Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan

kedalam urine (glukosuria), ekskresi ini akan disertai

pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan,

keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat

dari kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan

pasien akan mengalami dehidrasi dan kehilangan

banyak elektrolit, pasien dapat menjadi hipotensi dan

mengalami syok. Selanjutnya pasien dapat mengalami

penurunan serebral sehingga tanpa penanganan yang

cepat dan tepat pasien bisa mengalami koma dan

meninggal .

2. Hipoglikemia

Hipoglikemia (kadar glukosa darah rendah) umum

terjadi pada penyandang DM tipe I dan terkadang terjadi

pada penyandang DM tipe 2 yang diobati dengan agens

hipoglikemik oral tertentu. Kondisi ini sering kali disebut

syok insulin, reaksi insulin, atau “penurunan” pada

pasien DM tipe I. Hipoglikemia terutama disebabkan oleh

ketidaksesuaian antara asupan insulin (mis., kesalahan

dosis insulin), aktivitas fisik, dan kurang tersedianya

karbohidrat (mis., melewatkan makan). Asupan alcohol

dan obat-obatan seperti kloramfenikol (Chloromycetin),


29

Coumadin, inhibitor monoamine oksidase (MAO),

probensid (Benemid), salisat, dan sulfonamide juga

dapat menyebabkan hipoglikemia (LeMone, 2016).

Manifestasi hipoglikemia terjadi akibat respons

kompensatorik sistem saraf otonom (SSO) dan akibat

kerusakan fungsi serebral akibat penurunan

ketersediaan glukosa yang dapat dipakai oleh otak.

Manifestasi berbeda-beda, khususnya pada lansia.

Awitan mendadak dan glukosa darah biasanya kurang

dari 450-60 mg/dl.Hipoglikemia berat dapat

menyebabkan kematian (LeMone, 2016).

b. Komplikasi Kronis

Menurut (Edwina & Manaf, 2015) komplikasi kronik

biasanya terjadi 10 – 15 tahun setelah awitan diabetes

melitus. Komplikasinya mencakup berikut:

1. Penyakit makrovaskular (pembuluh darah besar):

Mempengaruhi sirkulasi koroner, pembuluh darah peri

fer, dan pembuluh darah otak.

2. Penyakit mikrovaskular (pembuluh darah kecil):

mempengaruhi mata (retinopati)


30

dan ginjal (nefropati); kontrol kadar gula darah untuk

menunda atau mencegah awitan komplikasi

mikrovaskular maupun makrovaskular.

3. Penyakit neuropati:

mempengaruhi saraf motorik dan otonom serta

berperan memunculkan sejumlah masalah, seperti

impotensi dan ulkus kaki.

7. Faktor Resiko

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan kadar

glukosa darah dan terjadinya DM tipe 2, diantaranya adalah usia,

jenis kelamin dan penyakit penyerta (Betteng, 2014)

a. Usia

Golberg dan Coon dalam Rochmah (2006) menyatakan

bahwa umur sangat erat maka prevalensi diabetes dan

gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. DM tipe

kaitannya dengan kenaikan kadar glukosa darah, sehingga

semakin meningkat usia 2 biasanya terjadi setelah usia 30

tahun dan semakin sering terjadi setelah usia 40 tahun serta

akan terus meningkat pada usia lanjut

Proses menua yang berlangsung setelah umur 30

tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis dan

biokimia. Perubahan dimulai dari tingkatan sel berlanjut ke


31

tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang

mempengaruhi fungsi homeostatis. Komponen tubuh yang

mengalami perubahan adalah sel β pankreas penghasil

insulin, sel-sel jaringan target yang menghasilkan glukosa,

sistem saraf pusat dan hormon lain yang mempengaruhi

kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg/dl/tahun pada saat

puasa dan naik 5,6-13 mg/dl/tahun pada 2 jam setelah

makan.

b. Jenis kelamin

Beberapa teori menyatakan perempuan lebih banyak

mengalami DM tipe 2 hal ini diakibatkan karena secara

fisik memiliki peluang peningkatan index masa tubuh yang

lebih besar. Sindrom siklus bulanan (premenstrual

syndrome), pasca menopause membuat distribusi lemak di

tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal

tersebut sehingga perempuan lebih beresiko menderita DM

tipe 2

c. penyakit penyerta

Separuh dari kesembuhan pasien DM yang berusia 50

tahun ke di rumah sakit setiap tahunnya dan komplikasi DM

menyebabkan atas dirawat peningkatan angka rawat inap

bagi pasien DM tipe 2 (Smeltzer & Bare, 2002).


32

Penyandang DM mempunyai risiko untuk terjadinya

penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah otak

2 kali lebih besar, 5 kali lebih mudah menderita

ulkus/gagren, 7 kali lebih mudah mengidap gagal ginjal

terminal dan 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan

akibat kerusakan retina dari pada pasien non DM

(Waspadji, 2009). Kalau sudah terjadi penyulit, usaha untuk

menyembuhkan melalui pengontrolan kadar glukosa darah

dan pengobatan penyakit tersebut kearah normal sangat

sulit, kerusakan yang sudah terjadi umumnya akan

menetap.

d. Lama menderita DM

DM merupakan penyakit metabolik yang tidak dapat

disembuhkan, oleh karena itu kontrol terhadap kadar gula

darah sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi baik

komplikasi akut maupun kronis. Lamanya pasien menderita

DM dikaitkan dengan komplikasi akut maupun kronis. Hal ini

didasarkan pada hipotesis metabolik, yaitu terjadinya

komplikasi kronik DM adalah sebagai akibat kelainan

metabolik yang ditemui pada pasien DM (Waspadji, 2009).

Semakin lama pasien menderita DM dengan kondisi

hiperglikemia, maka semakin tinggi kemungkinan untuk


33

terjadinya komplikasi kronik. Kelainan vaskuler sebagai

manifestasi patologis DM dari pada sebagai penyulit karena

erat hubungannya dengan kadar glukosa darah yang

abnormal, sedangkan untuk mudahnya terjadinya infeksi

seperti tuberkolosis atau gangrene diabetic lebih sebagai

komplikasi.

8. Epidemiologi

Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171

juta orang diseluruh dunia menderita DM atau sekitar 2,8% dari

total populasi. Insidennya terus meningkat dengan cepat dan

diperkirakan tahun 2030 angka ini mencapai 366 juta jiwa atau

sekitar 4,4% dari populasi dunia. DM terdapat diseluruh dunia,

persentase 90% yang merupakan jenis DM tipe 2 terjadi di negara

berkembang, peningkatan prevalensi terbesar adalah di Asia dan

di Afrika. Hal ini akibat tren urbanisasi dan perubahan gaya hidup

seperti pola makan yang tidak sehat (N. Putri & Isfandiari, 2013)

Indonesia menduduki peringkat ke-4 terbesar penderita DM di

dunia. International Diabetes Federation menyebutkan bahwa

pada tahun 2014 terdapat 387 juta orang yang menderita DM dan

diperkirakan jumlah penderita DM di dunia mencapai 592 juta

orang pada tahun 2035. Di Indonesia, prevalensi DM yang

terdiagnosis dokter atau gejala tertinggi terdapat di Sulawesi


34

Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%),

dan Nusa Tenggara Timur (3,3 %) (N. Putri & Isfandiari, 2013)

9. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan

kualitas hidup penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan

meliputi:

1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan Diabetes

Melitus, memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko

komplikasi akut.

2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat

progresivitas penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.

3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan

mortalitas Diabetes Melitus.

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian

glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid,

melalui pengelolaan pasien secara komprehensif.

B. Tinjauan Umum tentang Daun Jambu Biji

1. Pengertian Daun Jambu Biji

Daun jambu biji (Psidium guajava) adalah herbal yang

bermanfaat sebagai penormal fungsi kelenjar pankreas dengan


35

efek farmakologis memperlancar sistem sirkulasi darah dalam

membantu menormalkan fungsi pankreas dalam mengatasi

diabetes mellitus. Daun jambu biji mengandung senyawa tanin

yang berfungsi sebagai penghambat a-glukosidase yang

bermanfaat untuk menunda absorpsi glukosa setelah makan,

sehingga menghambat kondisi hiperglikemia postprandial. Kalsium

pada daun jambu biji mampu menaikkan produksi sel-sel beta

pankreas untuk menghasilkan insulin. Kalsium bereaksi dengan

menstimulus pembebasan insulin dari sel beta pada pulau

langerhans pankreas, dalam penelitian mengungkapkan 5 lembar

daun jambu biji mengandung senyawa tanin 75% dan polifenolat

2,875mg/g, polifenolat mampu menjaga kadar gula darah tetap

rendah. Penurunan kadar glukosa ini disebabkan adanya senyawa

fenolik, yang menghambat asupan glukosa dalam proses

metabolisme sehingga kadar glukosa dalam darah menjadi

menurun (Parimin, 2005)

Berdasarkan penelitian Maharani, Rosalina & Purwaningsih

(2013) pemberian air rebusan daun jambu biji terhadap penurunan

kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus dapat

membantu dalam menurunkan kadar glukosa darah. Pengaruh

yang signifikan terhadap pemberian air rebusan daun jambu biji

sebagai penurunan kadar glukosa darah pada menderita diabetes


36

mellitus, mean difference kadar glukosa darah responden

kelompok intervensi setelah diberikan air rebusan daun jambu biji

sebesar 39,857 mg/dL, sedangkan pada kelompok kontrol yang

diberikan air rebusan daun pandan mean difference perbedaan

kadar glukosa darah sebesar 1,214 mg/dL. Hasil mean difference

kadar glukosa darah tersebut menunjukkan responden kelompok

intervensi setelah diberikan air rebusan daun jambu biji lebih

rendah dibandingkan kelompok kontrol yang hanya diberikan air

rebusan daun pandan. Inovasi yang dilakukan selama 14 hari

dalam 4x perawatan dengan frekuensi 4 hari sekali.

Jambu biji merupakan tumbuhan yang mudah hidup berbagai

lahan yang pada musim apapun dapat hidup dan berbuah. Hampir

di seluruh daerah dapat ditemukan tanaman ini dan hampir semua

orang mengenalnya. Namun, sampai saat ini belum banyak

dimanfaatkan karena kurangnya informasi tentang khasiat daun

jambu biji (Parimin, 2005) Tanaman ini paling dikenal untuk

mengobati diare, beser, masuk angin, dan perut kembung. Banyak

yang tidak mengetahui bahwa daun jambu biji juga dapat

menurunkan kadar gula darah untuk Diabetes Mellitus (DM).

Penatalaksanaan DM selama ini hanya mengacu pada obat kimia.

Pengetahuan penderita DM tentang cara menurunkan kadar gula

darah pun yang lebih banyak hanya terbatas pada terapi


37

farmakologis. Kebanyakan dari penderita DM hanya mengetahui

jenis tanaman sirih merah, kumis kucing, lidah buaya, dan

mengkudu untuk menurunkan kadar gula darah. Padahal,

tanamantanaman tersebut tidak mudah untuk ditemukan. Terdapat

tanaman yang mudah ditemukan sebagai alternatif untuk

menurunkan kadar gula darah yaitu daun jambu biji.

Tanaman jambu biji adalah tumbuhan yang mudah tumbuh

dimana saja dan tanpa mengenal musim selalu dapat tumbuh dan

berbuah lebat. Daun jambu biji belum banyak dimanfaatkan

dikarenakan kurangnya informasi mengenai manfaat daun jambu

biji. Masyarakat banyak yang tidak mengetahui bahwa daun jambu

biji juga dapat menurunkan kadar glukosa darah(Parimin, 2005)

2. Klasifikasi Jambu Biji

Menurut (Parimin, 2006) jambu biji diklasifikasikan sebagai

berikut:

 Kingdom : Plantae

 Divisi : Spermatophyta

 Sub Divisi : Angiospermae

 Class : Dycotyledoneae

 Order : Myrtales

 Family : Myrtaceae

 Genus : Psidium
38

 Species : Psidium Guajava Lin

3. Morfologi Jambu Biji

Menurut (Parimin, 2005) morfologi tanaman jambu biji ada

empat tipe, yaitu:

a. Daun

Bagian ini adalah bagian yang penting karena fungsinya

yang digunakan untuk mengambil zat-zat makanan,

respirasi dan asimilasi transparansi. Dapat digolongkan

untuk daun jambu biji adalah daun yang tergolong tidak

lengkap, karena strukturnya sendiri dari tangkai dan helaian

saja. Oleh sebab itu sering disebut daun bertangkai.

b. Batang

Tumbuhan jambu biji jika dilihat secara umum memiliki

batang dengan bagian bawahnya yang lebih besar dan akan

semakin mengecil ke ujungnya. Cabang jambu biji

mempunyai bentuk berkayu, permukaan licin serta bagian

kulit yang mati terlihat mengelupas, batangnya sendiri

tumbuh tegak lurus atau erectus.

c. Akar
39

Akar merupakan bagian pokok nomor tiga dalam jambu

biji setelah batang dan daun. Sistem dari perakarannya

yakni sistem akar tunggang. Untuk akar tunggang yang

dimiliki jambu biji adalah jenis akar tunggang bercabang.

d. Buah

Buah tanaman jambu biji berbentuk bulat, ukurannya

kurang lebih seperti bola tenis, ada juga jambu biji yang

berbentuk bulat telur, berwarna hijau sampai hijau

kekuningan. Daging buahnya tebal, buah yang sudah

matang bertekstur lunak, berwarna putih kekuningan atau

merah jambu. Biji-bijinya banyak berkumpul ditengah,

ukurannya kecil-kecil, keras, dan berwarna kuning

kecoklatan.

4. Kandungan Daun Jambu Biji

Daun jambu biji mengandung senyawa tanin yang berfungsi

sebagai penghambat a-glukosidase yang bermanfaat untuk

menunda absorpsi glukosa setelah makan, sehingga menghambat

kondisi hiperglikemia postprandial. Kalsium pada daun jambu biji

mampu menaikkan produksi sel-sel beta pankreas untuk

menghasilkan insulin. Kalsium bereaksi dengan menstimulus

pembebasan insulin dari sel beta pada pulau langerhans pankreas,

dalam penelitian mengungkapkan 5 lembar daun jambu biji


40

mengandung senyawa tanin 75% dan polifenolat 2,875mg/g,

polifenolat mampu menjaga kadar gula darah tetap rendah.

Penurunan kadar glukosa ini disebabkan adanya senyawa fenolik,

yang menghambat asupan glukosa dalam proses metabolisme

sehingga kadar glukosa dalam darah menjadi menurun

(Mardikasari et al., 2017)

5. Manfaat Daun Jambu Biji

Daun jambu biji ternyata memiliki khasiat tersendiri bagi tubuh

kita, baik untuk kesehatan ataupun untuk obat penyakit tertentu.

Dalam penelitian yang telah dilakukan ternyata daun jambu biji

memiliki kandungan yang banyak bermanfaat bagi tubuh kita.

Diantaranya, anti inflamasi, anti mutagenik, anti mikroba dan

analgesik. Pada umumnya daun jambu biji (P. Guajava L.)

digunakan untuk pengobatan seperti diare akut dan kronis, perut

kembung pada bayi dan anak, kadar kolesterol darah meninggi,

sering buang air kecil, luka, sariawan, larutan kumur atau sakit gigi

dan demam berdarah. Berdasarkan hasil penelitian, telah berhasil

diisolasikan suatu zat flavonoid dari daun jambu biji yang dapat

memperlambat penggandaan (replika) Human Immunodeficiency

Virus (HIV) penyebab penyakit AIDS. Zat ini bekerja dengan cara

menghambat pengeluaran enzim reserved transriptase yang dapat


41

mengubah RNA virus menjadi DNA di dalam tubuh manusia.

(Parimin, 2005)

C. Tinjauan Umum Tentang Kadar Glukosa Darah

1. Pengertian Kadar Glukosa Darah

Kadar Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah

yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan

sebagai glikogen di hati dan otot rangka (Joyce, 2007). Energi

untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan berasal dari glukosa.

Pembentukan energi alternatif juga dapat berasal dari metabolisme

asam lemak, tetapi jalur ini kurang efisien dibandingkan dengan

pembakaran langsung glukosa, dan proses ini juga menghasilkan

metabolit-metabolit asam yang berbahaya apabila dibiarkan

menumpuk, sehingga kadar glukosa di dalam darah dikendalikan

oleh beberapa mekanisme homeostatik yang dalam keadaan sehat

dapat mempertahankan kadar dalam rentang 70 sampai 110 mg/dl

dalam keadaan puasa.(Amir et al., 2015)

Glukosa adalah gula sederhana atau monosakarida yang

merupakan hasil dari metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.

Glukosa merupakan sumber energi utama yang dibutuhkan oleh


42

sel-sel saraf untuk mencegah gangguan fungsi saraf dan kematian

sel (Amir et al., 2015)

2. Kriteria Diagnosik Glukosa Darah

Menurut.(Setiawan, 2012) Pengukuran glukosa darah sering

dilakukan untuk memantau keberhasilan mekanisme

regulatorik.Kriteria diagnosik glukosa darah yaitu:

Tabel 2.1 Kriteria Diagnosik Glukosa Darah (Setiawan, 2012)

Bukan Diabetes Pra Diabetes Diabetes

Puasa <110 mg/dl 110-125 mg/dl ≥ 126 mg/dl

Sewaktu <110 mg/dl 110-199 mg/dl ≥ 200 mg/dl

3. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Glukosa

Darah

Menurut (Astuti & Setiarini, 2013) beberapa faktor yang

berhubungan dengan kadar glukosa darah antara lain:


43

a. Perilaku Diet

Perilaku diet merupakan sikap positif pasien DM

karena sudah mengetahui dan merasakan manfaat

ataupun pengalaman yang didapatkan dari proses diet.

b. Pengobatan

Pengobatan yang digunakan pasien DM untuk

menurunkan kadar gula darah termasuk dalam obat

Hipoglikemik Oral (OHO). OHO adalah obat yang

berfungsi untuk menurunkan kadar gula darah dengan

mekanisme kerja sesuai golongannya, ada yang bekerja

meningkatkan sensitivitas insulin, merangsang sekresi

insulin dan menghambat penyerapan glukosa oleh

darah.

c. Olahraga

Olahraga merupakan latihan jasmani yang dapat

menjaga kebugaran, menurunkan berat badan dan

memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan

memperbaiki kendali glukosa darah.

4. Komplikasi Kadar Glukosa Darah

Peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) dapat

menyebabkan komplikasi baik yang bersifat akut maupun kronis.


44

Komplikasi Diabetes Melitus yang bersifat akut meliputi

hipoglikemia dan hiperglikemia sedangkan komplikasi yang

bersifat kronis dibedahkan antara gangguan mikrovaskuler dan

makrovaskuler (E. L. Putri, 2016)

a. Komplikasi Akut

1. Kadar Gula Darah Tinggi (Hiperglikemia

Kenaikan Kadar glukosa darah yang terjadi pada pagi

hari dapat disebabkan oleh dosis insulin yang tidak adekuat.

2. Kadar Gula Darah Rendah (Hipoglikemia)

Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula

darah (glukosa) secara abnormal. Dalam keadaan normal tubuh

mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dl. Pada

diabetes, kadar gula darah terlalu tinggi sedangkan pada

hipoglikemia kadar gula darah terlalu rendah. Kadar Gula Darah

yang rendah menyebkan berbagai sistem organ tubuh

mengalami kelainan fungsi.

b. Komplikasi Kronik

1. Komplikasi mikrovaskuler, terjadi penyumbatan di pembuluh

darah yang lebih kecil seperti pada mata dan ginjal.


45

2. Komplikasi makrovaskuler, terjadi karena penyumbatan

dipembuluh darah besar seperti jantung atau pembuluh darah

tepi (ekstermitas)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN

DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini adalah dengan menghubungkan

variabel independen dengan variabel dependen yaitu:

Variabel Independen Variabel Dependen

Kadar glukosa
Daun Jambu Biji
darah

Keterangan :
46

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Garis penghubung

B. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ho (hipotesis nul)

Tidak ada Pengaruh Daun Jambu Biji Terhadap Kadar Glukosa

Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas Passo

2. Ha (hipotesis alternatif)

ada Pengaruh Daun Jambu Biji Terhadap Kadar Glukosa Darah

Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas Passo.

C. Defenisi Operasional

Secar rinci definisi operasional pada pasien penelitian ini

dijelaskan pada table 3.1 dibawah ini :

Tabel 3.1 Defenisi Operasional


47

No Variabel definisi operasional alat ukur hasil ukur

skala
48

Independen

Daun jambu biji Daun jambu biji Gelas dan Gram

adalah herbal yang timbangan

bermanfaat sebagai

penormal fungsi

kelenjar pankreas

dengan efek

farmakologis

memperlancar sistem

sirkulasi darah

dalam membantu

menormalkan

fungsi pankreas

dalam mengatasi

diabetes melitus.

Dependen

Kadar Glukosa -Gula darah Alat Normal jika Ordinal

Darah sewaktu (GDS) pemeriksaan ≤200 mg/dl

≤200 mg/dl Gula darah Tidak

(Easy Normal jika

Touch) ≥200mg/dl
49

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pre eksperimental design dengan rancangan one group pretest-

posttest. One group pretest dan posttest design,merupakan desain

eksperimen yang hanya menggunakan satu kelompok subyek (kasus

tunggal) serta melakukan pengukuran sebelum diberikan perlakuan

(pretest) dan sesudah diberikan perlakuan (posttest), perlakuan dalam

penelitian ini berupa daun jambu biji terhadap kadar glukosa darah

pada pasien diabetes melitus tipe II.

Pasien Pre test Post test

Intervensi 01 ^ 02

Gambar.4.1 Desain Penelitian


50

Keterangan:

01 : sebelum pemberian daun jambu biji

02 : sesudah pemberian daun jambu biji

X : perlakuan

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Desa Passo Rw

005 wilayah kerja Puskesmas Passo.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Agustus –

September 2020.

C. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes

melitus tipe II di Kelurahan Desa Passo Rw 005 wilayah kerja

Puskesmas Passo sebanyak 38 orang.

D. Sampel dan Teknik pengambilan Sampel

1. Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah seluruh

penderita diabetes melitus tipe II di Kelurahan Desa Passo Rw 005


51

Puskesmas Passo sebanyak 34 orang dengan menggunakan

rumus Slovin sebagai berikut:

n =N1+N(e)2

n = 381+38 (0,05)2

n =381+38 (0,0025)

n =381+0,095

n =381,1095

n = 34

Keterangan :

n: Sampel

N: Populasi

e : Nilai Signifikan (p< 0,05)

2. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik

non propability sampling dengan pendekatan purposive sampling

Dalam pengambilan sampel penelitian harus memperhatikan dua

kriteria yaitu:

a. Kriteria inklusi

1. Penderita Diabetes melitus

2. Usia lebih dari 45 tahun

3. Bersedia menjadi responden


52

b. Kriteria eksklusi

1. Responden tidak ada ditempat selama penelitian.

2. Tidak memiliki penyakit penyerta seperti stroke,gagal

ginjal,jantung dan lain-lain.

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. blood glucose meter

Gambar 4.2 Blood Glucose meter

2. Lembar Observasi

Dalam penelitian ini lembar observasi digunakan untuk

mengukur tekanan darah pretest dan posttest sebelum dan

sesudah diberikan perlakuan dengan menggunakan blood

glucose meter.

3. Sop pengukuran tekanan darah

4. Sop pembuatan air rebusan daun jambu biji:


53

a. mencuci daun jambu biji

b. mempersiapkan air 400cc

c. merebus daun jambu biji didalam air 400cc

dan jadikan air rebusan menjadi 200cc

d. saring air rebusan daun jambu biji

e. air rebusan daun jambu biji siap dikonsumsi.

Gambar 4.3 hasil olahan daun jambu biji

F. Prosedur Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh perlu diolah terlebih dahulu dengan

tahap-tahap sebagai berikut:

1. Editing

Editing adalah proses pengecekan isian lembar

observasi apakah pengisian sesuai yang diharapkan atau

tidak. Sehingga pada saat proses pemasukan data (entry

data) tidak ada lagi data yang missing.

2. Coding

Coding adalah kegiatan merubah data yang berbentuk

huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan.

3. Skoring
54

Skoring yaitu dengan menjumlahkan seluruh skor

jawaban responden berdasarkan variabel timbang terima

perawat dan variabel kepuasan pasien.

4. Entry

Entry adalah kegiatan memasukan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database

computer. Data yang sudah didapatkan dimasukan dalam

program SPSS hingga muncul hasil,kemudian peneliti

membuat distribusi frekuensi sederhana.

5. Tabulating

Tabulating adalah pengelompokan data kedalam suatu

tabel tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya sesui

dengan tujuan penelitian,hal ini untuk memudahkan dalam

menganalisa data selanjutnya.

G. Analisa Data

Analisa data yaitu menganalisis data untuk dapat membuktikan

hipotesis. Analisa data dilakukan untuk menyerderhanakan dan

memudahkan penafsiran melalui proses komputerisasi dalam bentuk

distribusi frekuensi dan presentase yang sudah terkumpul dilakukan

analisis sebagai berikut:

1. Analisis Univariat
55

Merupakan suatu analisis yang digunakan untuk

mengembangkan distribusi frekuensi responden serta statistic

deskriptif.

2. Analisis Bivariat

Analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan. Uji statistic yang digunakan adalah uji paired

sample T Test & Wilcoxon Siggned Rank dengan

derajat kemaknaan ¿) adalah 0,05 apabila nilai p ¿ 0,05 maka

hasilnya bermakna statistik atau terdapat pengaruh (Ho ditolak

dan Ha di terima), sedangkan bila nilai p ¿ 0,05 maka hasilnya

tidak bermakna secara statistik atau tidak terdapat pengaruh

(Ho diterima dan Ha ditolak).

H. ALUR PENELITIAN

Seluruh penderita
diabetes diwilayah kerja
Puskesmas Passo

Menetapkan populasi
penelitiannya itu semua
pasien diabetes melitus di
Puskesmas Passo

Menetapkan populasi
sampe yang memenuhi
kriteria inklusi

Pemberian informed
concent
56

Variabel Independen
Variabel Dependen
pemberian air daun
jambu biji Kadar glukosa darah

Uji T
Berpasangan
DAFTAR PUSTAKA

Amir, S. M. J., Wungouw, H., & Pangemanan, D. (2015). Kadar Glukosa

Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas

Bahu Kota Manado. Jurnal E-Biomedik.

https://doi.org/10.35790/ebm.3.1.2015.6505

Anonym. (2007). Klasifikasi Diabetes Melitus. Klasifikasi Diabetes Melitus

Menurut Perkeni Universitas Sumatera Utara.

Astuti, C. M., & Setiarini, A. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Pengendalian Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Rawat Jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang

Tahun 2013. Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Indonesia.

Betteng, R. (2014). Analisis Aktor Resiko Penyebab Terjadinya Diabetes

Melitus Tipe 2 Pada Wanita Usia Produktif Dipuskesmas Wawonasa.

Jurnal E-Biomedik. https://doi.org/10.35790/ebm.2.2.2014.4554


57

Belakang, L., Melitus, D., Melitus, D., Black, J. M., Black, J. M., & Diseases,

k. (2014). Bab I Pendahuluan. 2(Iddm), 1–8.

Edwina, D., & Manaf, A. (2015). Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes

Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil

Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.

Hidayah, N., Purnomo, M., & ... (2015). Obesitas Dan Riwayat Genetik

Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Pada Penggunaan Kb Suntik

Depogestin Di Bpm Handayani Isro’Desa ….Jurnal Ilmu….

Hani, U. (2018). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Jambu Biji


Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe Ii
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekkabatakabupaten Polewali Mandar.
Bina Generasi : Jurnal Kesehatan, 9(2), 1–9.
Https://Doi.Org/10.35907/Jksbg.V9i2.40
Ii, B. A. B. (2015). Penyakit Kardiovaskular, Neuropati, Nefropati, Dan
Penyakit Mata, Yang Menyebabkan Retinopati Dan Kebutaan (IDF,
2017). 1. Diabetes Mellitus, 1–10.
Mardikasari, S. A., Nafisah, A., Mallarangeng, T. A., Ode, W., Zubaydah, S.,

& Juswita, E. (2017). Formulasi dan Uji Stabilitas Lotion dari Ekstrak

Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Sebagai Antioksidan.

Jurnal Farmasi.

Muliadi, A., J. Kurnoli, F., & Nurjanah. (2018). Tingkat Penyembuhan Luka
Diabetik Dengan Teknik Modern Dressing Di Klinik Risky Wound Care
Center Palu. 252–267.
Parimin. (2005). Jambu Biji. Budidaya dan Ragam Pemanfaatannya.

Pasundan Food Technology Journal.


58

Parimin. (2006). Klasifikasi Tanaman Jambu Biji. Jurnal, 53(9), 13–35.

Putri, E. L. (2016). Hubungan antara Latihan Jasmani dengan Kadar Glukosa

Darah Penderita Diabetes. Jurnal Berkala Epidemiologi.

Putri, N., & Isfandiari, M. (2013). Hubungan Empat Pilar Pengendalian Dm

Tipe 2 dengan Rerata Kadar Gula Darah. Jurnal Berkala Epidemiologi.

Rosalina; Purwaningsih, Puji, M. (2013). Pengaruh Pemberian Air Rebusan

Daun Jambu Biji ( Psidium Guajava) Terhadap Kadar Glukosa Darah

Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Desa Leyangan Kecamatan

Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Jurnal Keperawatan Medikal

Bedah, Vol 1, No 2 (2013): Jurnal Keperawatan Medikal Bedah.

https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKMB/article/view/1103

Ridwan, Z., Bahrun, U., & R, R. D. P. (2018). Ketoasidosis Diabetik Di

Diabetes Melitus Tipe 1. Indonesian Journal Of Clinical Pathology And

Medical Laboratory. https://doi.org/10.24293/ijcpml.v22i2.1127

Rosalina, M., Kp, S., Kes, M., Purwaningsih, P., & Kep, S. (2013). Pengaruh
Pemberian Air Rebusan Daun Jambu Biji ( Psidium Guajava ) Terhadap
Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Desa
Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Jurnal
Keperawatan Medikal Bedah, 1(2), 119–126.
sSetiawan, M. (2012). Pre-Diabetes Dan Peran Hba1c Dalam Skrining Dan

Diagnosis Awal Diabetes Melitus. Saintika Medika.

https://doi.org/10.22219/sm.v7i1.1087
59

Soebroto, C. (2011). Manifestasi dermatologis pada pasien diabetes melitus.

Damianus Journal of Medicine.

Struktural, B., Ginintasasi, R., Putri, N. H. K., Isfandiari, M. A., Mufti, T.,

Dananjaya, R., Yuniarti, L., Husamah, Fatchur, R., Sutomo Hedi, Riberu,

P., Mulasari, S. A., Husodo, A. H., Muhadjir, N., Utami, B. D., Indrasti, N.

S., Dharmawan, A. H., Indriyanti, D. R., Banowati, E., … Rizki, M. R.

(2018). Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan. Informatika.

Subiyono, Martsiningsih, M. A., & Gabrela, D. (2016). Gambaran kadar

glukosa darah metode GOD-PAP (Glucose Oxsidase – Peroxidase

Aminoantypirin) sampel serum dan plasma Edta (Ethylen Diamin Terta

Acetat). Jurnal Teknologi Laboratorium.

Suyono, S. (2015). Patofisiologi Diabetes Melitus. In Penatalaksanaan

Diabetes Melitus Terpadu Edisi Kedua.

Anda mungkin juga menyukai