Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ Tentang imunisasi Hepatitis B,Imunisasi BCG,Imunisasi Dpt

Imunisasi Polio,Imunisasi campak.”

DISUSUN OLEH :

Nama : Anggun Deadestialisma

NPM : ( 200105002 )

Dosen Pengampu : Mareza Yolanda Umar S.,ST.,Mkes

UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU

FAKULTAS KESEHATAN

DIII KEBIDANAN

Tahun 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. Yang telah memberikan rahmat
taufik sertahidayah nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Tentang Imunisasi Hepatitis B,Imunisasi BCG,Imunisasi Dpt,Imunisasi Polio,Imunisasi
Campak” di ajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan
Balita .

Pada kesemapatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut
adil dalam penyusunan makalah ini hingga batas waktu yang telah di tentukan. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dari isi
maupun sistematiknya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan
penulis. Oleh sebeb itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan karya ilmiah ini.

Akhirnya, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat,


khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Pringsewu, 23 Febuari 2022

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

Cover ...........................................................................................................

Kata Pengantar ............................................................................................

Daftar Isi .....................................................................................................

BAB 1 .........................................................................................................

Pendahuluan ................................................................................................

A. Latar Belakang ..........................................................................


B. Rumusan Masalah .....................................................................
C. Tujuan .......................................................................................

BAB 2 .........................................................................................................

Pembahasan .................................................................................................

A. IMUNISASI HEPATITIS B .....................................................


B. IMUNISASI BCG .....................................................................
C. IMUNISASI DPT .....................................................................
D. IMUNISASI POLIO .................................................................
E. IMUNISASI CAMPAK ............................................................

BAB 3 .........................................................................................................

Penutupan ....................................................................................................

A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ...............................................................................................

Daftar Pustaka .............................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. latar Belakang Penulisan

Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan
vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap suatu penyakit
tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat
anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin, BCG, DPT, campak
dan melalui mulut seperti vaksin polio . Vaksin adalah suatu produk biologik yang terbuat
dari kuman (bakteri maupun virus), komponen kuman atau racun kuman yang telah
dilemahkan atau dimatikan, atau tiruan kuman dan berguna untuk untuk merangsang
pembentukan kekebalan tubuh seseorang . Suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan
paparan pada suatu antigen berasal dari suatu patogen disebut dengan vaksinasi . Vaksin yang
akan digunakan harus betul-betul efektif dan harus ditinjau secara terus menerus. Suatu
persyaratan sehingga vaksin dapat dinyatakan efektif bila dapat merangsang timbulnya
imunitas yang tepat, stabil dalam penyimpanan, dan mempunyai imunitas yang kuat.

Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan kematian pada bayi dengan
memberikan vaksin. Dengan imunisasi, seseorang menjadi kebal terhadap penyakit
khususnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka kejadian penyakit infeksi akan
menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010).
Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox). Strategisnya imunisasi
sebagai alat pencegahan, menjadikan imunisasi sebagai program utama suatu negara. Bahkan
merupakan salah satu alat pencegahan penyakit yang utama di dunia. Di Indonesia, imunisasi
merupakan andalan program kesehatan (Achmadi, 2006). Imunisasi bayi dan anak dipandang
sebagai perlambang kedokteran pencegahan dan pelayanan kesehatan. Angka cakupan
imunisasi sering dipakai sebagai indikator pencapaian pelayanan kesehatan (Marimbi, 2010)

B. Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya imunisasi hepatitis B terhadap pertumbuhan anak?
2. Apa pentingnya imunisasi BCG terhadap pertumbuhan anak?
3. Apa pentingnya imunisasi DPT terhadap pertumbuhan anak?
4. Apa pentingnya imunisasi campak terhadap pertumbuhan anak?
5. Apa pentingnya imunisasi polio terhadap pertumbuhan anak?

C. Tujuan

Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui pentingnya imunisasi hepatitis B terhadap pertumbuhan anak.


2. Untuk mengetahui pentingnya imunisasi BCG terhadap pertumbuhan anak.
3. Untuk mengetahui pentingnya imunisasi DPT terhadap pertumbuhan anak.
4. Untuk mengetahui pentingnya imunisasi campak terhadap pertumbuhan anak .
5. Untuk mengetahui pentingnya imunisasi polio terhadap pertumbuhan anak.

Tujuan umum

Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap


kelengkapan imunisasi dasar bayi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. IMUNISASI HEPATITIS B

Hepatitis virus adalah suatu infeksi sistemik yang terutama mempengaruhi hati. Lima
kategori telah diketahui : virus Hepatitis (HAV), virus Hepatitis B (HBV), virus Hepatitis C
(HCB), agen delta yang yang berhubungan dengan HBV atau virus Hepatitis D (HDV) dan
virus Hepatitis E (HEV).

Hepatitis B yang merupakan peradangan hati yang dapat berpotensi fatal, disebabkan
infeksi virus hepatitis B, ibarat fenomena gunung es. Suatu anggota famili Hepadnavirus
yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus
dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Infeksi hepatitis B merupakan problem
kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Upaya vaksinasi mampu menurunkan jumlah
pengidap virus hepatitis B dan angka kesakitan akut. Pemerintah Indonesia saat ini telah
mengintegrasikan vaksinasi hepatitis B untuk balita ke dalam Program Pengembangan
Imunisasi (Extended Program of Imunization/EPI). Vaksinasi hepatistis B yang selama ini
dilakukan mampu menurunkan angka kesakitan. Namun, keberhasilan vaksinasi terancam
oleh adanya escape mutant atau virus mutasi yang lolos. Hal ini antara lain akibat vaksin
yang dibuat bukan berdasarkan galur virus lokal sehingga antibodi yang terbentuk tidak
mampu membunuh virus hepatitis B yang ada. Oleh karena itu perlu desain vaksin hepatitis B
yang tepat dan optimum untuk Indonesia (Siswono, 2001).

 Berikut gejala-gejala pada Hepatitis B :

Beberapa kasus tidak memiliki gejala. Ketika gejala terjadi, bisa termasuk kulit atau
mata menguning (jaundice), mual, sakit perut, kelelahan, dan demam.

 Cara pemberian dosis


Imunisasi diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan melalui injeksi intramuskular.
Kandungan vaksin adalah HbsAg dalam bentuk cair. Terdapat vaksin Prefill Injection
Device (B-PID) yang diberikan sesaat setelah lahir, dapat diberikan pada usia 0-7
hari. Vaksin B-PID disuntikan dengan 1 buah HB PID. Vaksin ini, menggunakan
Profilled Injection Device (PID), merupakan jenis alat suntik yang hanya diberikan
pada bayi. Vaksin juga diberikan pada anak usia 12 tahun yang dimasa kecilnya
belum diberi vaksin hepatitis B.

 Efek Samping dan Bahaya Vaksin Hepatitis B

Beberapa efek samping umum yang dapat terjadi setelah menerima vaksin hepatitis B
adalah:

 Kemerahan, nyeri, bengkak, atau muncul benjolan di area suntikan


 Sakit kepala
 Kelelahan

B. IMUNISASI BCG

Imunisasi BCG diperuntukkan dalam mencegah penyakit TBC. Penyakit Tuberkulosis


(TBC) adalah penyakit menular yang menyerang organ tubuh utamanya paru yang
disebabkan oleh basil batang yaitu Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis
juga menyerang organ tubuh seperti tulang sendi, usus, kelenjar limfa, dan selaput otak.
Penyakit TBC menular apabila seseorang menghirup udara yang tercemar bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk (Pudiastuti,
2011). Di Indonesia penyakit TBC masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
dan penyebab utama kematian nomor 1 untuk penyakit infeksi. Laporan TB dunia oleh WHO
yang terbaru, masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang terbesar nomor 3 di dunia
setelah India dan Cina. Jumlah kasus TBC pada anak di Indonesia sekitar seperlima dari
seluruh kasus TBC (Dwiastuti dan Prayitno, 2013). Salah satu faktor yang perlu diperhatikan
dalam pemberian imunisasi BCG adalah ketepatan waktu imunisasi BCG. Salah satu faktor
yang perlu diperhatikan dalam pemberian imunisasi BCG adalah ketepatan waktu imunisasi
BCG. Imunisasi BCG tepat apabila diberikan pada bayi usia < 2 bulan dan diberikan hanya
satu kali Apabila Ibu tidak tepat dalam imunisasi BCG bayi Nya maka antibodi yang dimiliki
bayi untuk melawan penyakit tuberkulosis akan melemah akibatnya bayi akan rentan
terserang penyakit tuberkulosis apabila sudah terserang penyakit tuberkulosis dapat
menyebabkan status kesehatan bayi rendah yang akhirnya akan mengakibatkan tingginya
angka morbiditas dan mortalitas pada bayi buka kurung ( indarwati 2008 ).

Meski tergolong imunisasi wajib, ada beberapa kondisi bayi yang membuat
pemberian imunisasi BCG perlu ditunda, seperti: Demam. Infeksi kulit. Memiliiki daya tahan
tubuh yang lemah, misalnya karena infeksi HIV yang belum diobati atau efek samping obat-
obatan, misalnya obat imunosupresan.

 Dosis dan Jadwal Pemberian Vaksin BCG


 Dewasa: 0,2–0,3 ml diberikan melalui suntikan ke kulit.
 Anak usia >1 bulan: 0,2–0,3 ml obat dicampurkan dengan 1 ml air steril yang
selanjutnya disuntikan ke kulit.
 Anak usia <1 bulan: 0,2–0,3 ml obat dicampurkan dengan 2 ml cairan steril yang
selanjutnya disuntikan ke kulit.

 Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.

 Kontraindikasi

Vaksin BCG untuk pencegahan penyakit tuberkulosis (TB) tidak dianjurkan pada
seseorang yang memiliki riwayat imunodefisiensi dan uji tuberkulin positif.
Kontraindikasi lain adalah individu yang sedang demam, mengonsumsi obat
imunosupresan seperti kortikosteroid, penderita HIV dan TB aktif. Seseorang dengan
kondisi kulit septik sebaiknya jangan diberikan vaksin BCG.

 Efek Samping saat Anak Melakukan Imunisasi BCG


 Vaksin yang digunakan untuk imunisasi BCG terbuat dari kuman Mycobacterium
bovis yang sudah dilemahkan. ...
 Imunisasi BCG dapat menimbulkan efek samping berupa bisul atau luka bernanah
pada bekas suntikan. ...
 Munculnya luka atau bisul bisa berbeda-beda pada setiap anak.

C. IMUNISASI DPT

Imunisasi DPT adalah vaksin yang diberikan untuk melindungi anak dari penyakit
difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin ini perlu diberikan sebelum anak berusia 1 tahun. Tak
hanya melindungi, vaksin DPT juga dapat mencegah komplikasi yang disebabkan ketiga
penyakit tersebut.

Penyakit difteri, pertusis, dan tetanus adalah tiga jenis penyakit berbeda yang sangat
berbahaya bagi kesehatan. Ketiga penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri ini dapat
memicu komplikasi serius dan bahkan kematian bila dibiarkan tanpa penanganan langsung,
Difteri, pertusis, dan tetanus masuk ke dalam tubuh dengan cara yang berbeda. Seseorang
bisa tertular difteri dan pertusis saat ia tidak sengaja menghirup atau terkena percikan air liur
yang dikeluarkan penderita saat batuk dan bersin. Sementara itu, bakteri tetanus dapat masuk
ke dalam tubuh melalui luka pada kulit, seperti luka akibat tertusuk paku dan jarum atau luka
karena gigitan hewan.

a) Difteri

Difteri adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium


diptheriae. Penyakit ini menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan.
Meski tidak selalu menimbulkan gejala, penyakit ini biasanya ditandai oleh
munculnya selaput atau lapisan tebal berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan
dan amandel penderita. Bakteri penyebab difteri menghasilkan racun yang bisa
merusak jaringan di hidung dan tenggorokan. Bahkan, racun ini juga bisa menyebar
melalui aliran darah dan menyebabkan kerusakan berbagai organ tubuh.

b) Pertusis

Pertusis atau batuk rejan disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis, yang sangat
mudah menular. Infeksi bakteri ini menyebabkan peradangan pada saluran
pernapasan. Untuk melawan infeksi bakteri pertusis, tubuh memproduksi banyak
lendir pada tenggorokan. Hal inilah yang menyebabkan penderita pertusis sering kali
batuk disertai dahak. Bila tidak ditangani, pertusis dapat menyebabkan berbagai
komplikasi serius, seperti pneumonia, mimisan, perdarahan otak, gangguan paru-paru,
dan bahkan kematian.

c) Tetanus

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Clostridium tetani, bakteri yang
banyak ditemukan pada tanah dan kotoran hewan. Bakteri ini dapat masuk ke dalam
tubuh melalui luka pada kulit. Saat masuk ke dalam tubuh, bakteri tetanus akan
menyerang saraf yang mengendalikan otot. Hal ini menyebabkan penderita penyakit
tetanus mengalami kaku atau kejang pada otot rahang, leher, dada, dan perut.

Tetanus yang tidak diobati dapat menyebabkan sejumlah komplikasi serius, seperti
gangguan pernapasan, pneumonia, dan kerusakan otak karena kekurangan pasokan
oksigen. Bahkan, risiko terjadinya patah tulang bisa terjadi saat penderitanya
mengalami kejang hebat. Pemberian imunisasi DPT dapat mencegah terjadinya
penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Meski terjangkit pun, anak yang sudah
mendapat imunisasi DPT akan mengalami gejala yang lebih ringan daripada anak
yang tidak diberikan imunisasi.

Untuk imunisasi yang harus diberikan beberapa kali dengan interval waktu tertentu
agar kadar antibodi yang diinginkan tercapai (di atas ambang perlindungan), contohnya
seperti vaksin DPT, polio. Hib, pneumoni konjugasi, hepatitis A ata hepatitis B,
keterlambatan atau memanjangnya interval tidak bermakna mempengaruhi respon
imunologis dalam membentuk antibodi. Jumlah pemberian imunisasi tetap harus dilengkapi
supaya kadar ambang perlindungan bisa dicapai dan anak terlindung dari penyakit.
Keterlambatan akan menunda tercapainya ambang kadar antibodi yang memberikan
perlindungan tersebut sehingga resiko tertular atau terkena penyakit yang ingin dicegah
masih tetap tinggi

Berikut pemberian imunisasi DPT :


Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu)
dengan interval 4-6 minggu. DPT-1 umur 2 bulan. DPT-2 umur 3 bulan. DPT-3 umur 4
bulan. DPT 1 diberikan umur 2-4 bulan, DPT 2 umur 3-5 bulan, dan DPT 3 umur 4-6 bulan,
Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi intramuskular. Suntikan diberikan
pada paha tengah luar atau subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc.

Imunisasi DPT kemungkinan akan menimbulkan imunisasi, antara lain: demam


ringan, muncul bengkak di bekas suntikan, kulit di bekas suntikan menjadi merah dan terasa
sakit, anak terlihat lelah, dan menjadi rewel. Efek samping ini umumnya terjadi dalam satu
sampai tiga hari setelah anak menerima imunisasi.

D. IMUNISASI POLIO

Penyakit polio bisa dicegah melalui imunisasi dengan memberikan vaksin polio
kepada anak-anak (Utama, 2005). Vaksin polio bermanfaat untuk mencegah penyakit polio
(kelumpuhan) yang disebabkan oleh virus polio.Virus ini akan merusak bagian anterior
susunan syaraf pusat tulang belakang. Gejalanya ialah menjadi lumpuh pada salah satu
anggota geraknya setelah ia menderita demam selama 2-5 hari. Bila kelumpuhan terjadi pada
otot pernafasan, anak akan meninggal karena sukar bernafas (Utama,Andi, 2005).

Polio dapat menyebabkan gejala yang ringan atau penyakit yang sangat parah.
Penyakit ini dapat menyerang sistem pencernaan dan sistem syaraf. Polio menyebabkan
demam, muntah-muntah, dan kakuatan otot dan dapat menyerang syaraf-syaraf,
mengakibatkan kelumpuhan permanen. Penyakit ini dapat melumpuhkan otot pernapasan dan
otot yang mendukung proses penelanan, menyebabkan kematian. Diantara dua sampai lima
persen penderita polio akan meninggal akibat penyakit ini dan sekitar 50% pasien yang masih
bertahan hidup menderita kelumpuhan seumur hidup. Polio dapat ditularkan jika tinja
penderita mencemari makanan, air atau tangan. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan
terserang poliomyelitis antara lain dikarenakan malnutrisi, tonsilektomi,kurangnya sanitasi
lingkungan, karena suntikan dan juga virus bisa ditularkan melalui plasenta ibu, sedangkan
antibodi yang diberikan pasif melalui plasenta tidak dapat melidungi bayi secara ade kuat.

 Fungsi dan manfaat imunisasi polio


 Mencegah penyakit polio atau lumpuh layu yang bisa membuat kelumpuhan,
bahkan berpotensi menyebabkan kematian.
 Polio termasuk ke dalam imunisasi anak yang wajib diberikan sebelum bayi
berusia 6 bulan bersamaan dengan vaksin hepatitis B, DPT, dan HiB.
 Imunisasi polio juga termasuk dalam daftar imunisasi yang harus Anda ulang,
seperti vaksin MMR.
 Center for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan dalam situs
resminya bahwa penyebab penyakit ini adalah virus polio yang menyerang otak
dan sumsum tulang belakang.
 Akibat penyakit ini, penderita tidak bisa menggerakan bagian tubuh tertentu,
biasanya terjadi pada salah satu atau bahkan kedua kakinya.
 Ada dua jenis vaksin polio yang harus anak-anak dapatkan, yaitu vaksin polio oral
(OPV) dan vaksin polio suntik (IPV)

 Efek samping :

Reaksi imunitas biasanya tidak ada, mungkin pada bayi akan berak–berak ringan.
Imunisasi polio tidak ada efek samping, bila ada mungkin berupa kelumpuhan
anggota gerak seperti pada penyakit polio yang sebenarnya (Ranuh, 2005).

 Pemberian dan dosis :

Vaksin polio pada anak akan diberikan sebanyak 4 kali dan vaksin booster sebanyak 1
kali. Sebagai imunisasi primer, dosisnya adalah 0,5 ml. Dosis pertama diberikan
kepada bayi sesaat setelah lahir dalam bentuk tetes mulut (OPV). Vaksin selanjutnya
diberikan saat usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.

 Kontraindikasi (jangan dikonsumsi pada kondisi)

Sedang mengalami infeksi virus, seperti diare atau muntah-muntah. Sedang menderita
penyakit sedang atau berat dengan demam. Reaksi alergi yang mengancam jiwa
terhadap vaksin apa pun yang mengandung virus polio hidup atau tidak aktif.
E. CAMPAK

Campak adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang sangat menular. Penyakit ini
ditandai dengan ruam kulit di seluruh tubuh dan gejala seperti flu. Campak atau disebut juga
rubeola disebabkan oleh virus. Campak merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus dari
keluarga paramyxovirus. Penularan umumnya terjadi melalui percikan liur yang dikeluarkan
oleh orang yang terinfeksi saat ia bersin dan batuk. Siapa pun yang menghirup percikan liur
tersebut akan tertular campak. Virusnya sendiri bisa bertahan selama beberapa jam dan
dengan mudah menempel pada benda-benda. Jika seseorang menyentuh benda yang sudah
terkontaminasi oleh virus campak, maka besar kemungkinan ia akan tertular. Umumnya,
gejala muncul sekitar satu hingga dua minggu setelah tubuh terkena virus campak tersebut.
Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak dan bisa berakibat fatal. Namun, penyakit
ini bisa dicegah dengan mendapatkan vaksin.

Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya


penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah
virus yang dilemahkan (Hidayat, 2008). Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional adalah
salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka
kematian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan
prioritas utama. Dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak atau balita, tidak hanya
memberikan perlindungan pada anak tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya
karena terjadi tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi
(Ranuh dkk, 2011). Imunisasi telah terbukti sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat
yang sangat penting. Program imunisasi telah menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dan
merupakan usaha yang sangat hemat biaya dalam mencegah penyakit menular (Depkes RI,
2010).

 Cara pemberian dosis campak

Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat dilakukan pada umur 9-11
bulan, dengan dosis 0,5 CC. Sebelum disuntikan, vaksin campak terlebih dahulu
dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang derisi 5 ml cairan pelarut.
Kemudian suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan.

 Efek samping
Imunisasi campak adalah dapat terjadi ruam pada tempat penyuntikan dan timbul
panas atau demam

 Kontra Indikasi Vaksin Campak

Diantara vaksin, maka campak memiliki potensi reaksi simpang yang harus
diperhatikan. Vaksin tidak boleh diberikan ketika anak sedang menderita infeksi
saluran nafas, atau infeksi lain yang disertai dengan demam. Anak setelah menerima
transfusi darah juga harus menunda pemberian campak selama tiga bulan. Anak-anak
yang memiliki kekebalan rendah tidak dianjurkan untuk mendapatkan vaksin ini, serta
tentu saja anak-anak penderita TBC yang tidak diobati harus terlebih dahulu
disembuhkan penyakitnya. Wanita hamil tidak diperbolehkan menerima vaksin ini
(Achmadi, 2006)
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
1. lmunisasi hepatitis B adalah vaksin untuk mencegah infeksi virus hepatitis
B,Infeksi hati serius yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang mudah dicegah
dengan vaksin.
2. Imunisasi DPT (difteri, pertusis, tetanus):vaksin kombinasi yang bisa mencegah
ketiga penyakit mematikan pada bayi tersebut.
3. lmunisasi BCG :
4. Fungsinya adalah untuk mencegah penyakit tuberkulosis (TBC) atau yang
sekarang dikenal dengan sebutan TB. BCG merupakan kepanjangan dari Bacillus
Calmette-Guérin.
5. Imunisasi polio : Imunisasi anak polio bermanfaat untuk menguatkan imunitas
anak terhadap virus polio,mencegah penyakit polio yang sangat menular dan dapat
menyebabkan kelumpuhan permanen.
6. lmunisasi campak : memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak dan
rubella, yaitu penyakit virus akut yang disebabkan oleh campak.

B. Saran

Pengetahuan tentang Imunisasi sangat penting apa lagi saat pemberian kepada pasien.
Untuk itu diharapkan mahasiswa lebih banyak mempelajarinya agar semakin mahir.
DAFTAR PUSTAKA

Lidia Widia,Lidia.(2017).JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 52-58, STIKES Darul


Azhar Batulicin

Puji Astuti,Hutari dkk.(2014).Jurnal KesMaDaSka .STIKes Kusuma Husada Surakarta

kusmita,Eni.(2015).HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN


WAKTU IMUNISASI BCG DI BPM ENDA. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
‘AISYIYAH YOGYAKARTA

Sri Wahyuningsih, S.KM., M.Gizi.,dkk.(2018).JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,Vol. 6


No. 1

Mashunatul Mahmudah,Ani dkk.(2007).JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA


YOGYAKARTA.STIKES Surya Global Yogyakarta

Supriati,Eva.(2015).Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 1, April 2015.Sekolah Tinggi


Ilmu Keperawatan PPNI Jawa Barat

Anda mungkin juga menyukai