Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH KMB 1

KASUS 1

A.A. RATNA WAHYUNDARI


19.321.3004

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang
profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk
memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
atau asuhan keperawatan yang komperehensif dengan
membantu pasien memenuhi kebutuhan dasar yang
holistik. Keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual yang komperehensif kepada individu, keluarga
dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh siklus kehidupan manusia (Nursalam, 2013).
Client advocate (pembela untuk melindungi klien)
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai
penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain
dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela
kepentingan klien dan membantu klien memahami
semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan
oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional
maupun profesional. Peran advokasi sekaligus
mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber
dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan
terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien.
Dalam menjalankan peran sebagai advocate (pembela
klien), perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi
keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
Peran advokasi perawat akan berjalan jika terjalin
interaksi yang baik antara perawat dan pasien. Menurut
(Charles, 2017 ; Kendall-taylor & Levitt, 2017) perawat
berperan penting dalam membantu pasien memahami
penyakitnya dan membuat keputusan dengan benar dan
tepat.Sebelum menjalankan peran advokasi, perawat
harus memiliki pengetahuan dan keterampilan terkait
advokasi pasien agar perawat dapat menunjukkan sikap
positif dalam melindungi hak dan kepentingan pasien
(Motamed-jahromi et al., 2012). Selain itu perawat harus
memahami apa yang diinginkan oleh pasien tanpa ada
rasa takut dari pasien untuk bertanya (Emrich et al.,
2014).
Kurangnya advokasi yang efektif dalam pelayanan
kesehatan akan berdampak pada aspek keselamatan
pasien dan kepuasan pasien. Advokasi pasien akan
meningkatkan keselamatan pasien dengan memastikan
pelayanan dan perawatan yang tersedia diberikan secara
cepat, tepat dan aman. Manfaat advokasi pasien tidak
hanya terlihat dalam outcome pasien seperti penurunan
angka pulang paksa, tetapi juga akan meningkatkan
image keperawatan di masyarakat dan status
profesionalisme.
Perawat harus mempunyai pengetahuan dan
keterampilan khusus dalam memberikan informasi
kepada pasien, sehingga dapat menyampaikan informasi
tentang diagnosa medis, prosedur dan proses terapi ke
dalam bahasa pasien yang mudah dipahami dan
diterapkan. Advokasi juga ditujukan kepada pasien yang
membutuhkan peran perawat untuk menyediakan data
yang dibutuhkan tentang pengobatan dan proses terapi
(Nicoll, 2012).
Peran advokasi perawat didefinisikan sebagai
tindakan perawat dalam memberikan saran tentang
pengobatan dan proses kesembuhan: advokasi perawat
dimana dia memberikan saran kepada pasien. Saran yang
berhubungan dengan pengobatan dan proses
kesembuhannya “ perawat memberikan saran ke klien
untuk banyak istirahat dan jangan sampai stress agar
penyakit yang diderita pasien tidak kambuh lagi. Pasien
mengalami diagnose Stable Angina Pectoris”.
Pelaksanaan tindakan peran advokasi perawat
advokasi dilakukan dengan memberikan informasi
tentang diagnose, diit, latihan, dan penyembuhan:
“pasien terdiagnosa menderita Stable Angina Pectoris,
Pasien harus makan-makan yang sehat seperti makan
buah-buahan dan sayur-sayuran. Jangan bekerja terlalu
berat dan lelah/kecapean itu bisa menyebabkan peyakit
pasien kambuh”.
Advokasi dilakukan dengan menjadi penghubung
antara pasien dengan tim kesehatan lain seperti dokter
atau ahli gizi: sebagai penengah antara medis dan
pasien.” perawat kolaborasi dengan dokter, pengobatan
apa yang dibutuhkan oleh pasien kemudian disampaikan
ke klien tentang pengobatan yang terbaik untuk pasien ”
Faktor yang mendukung terlaksananya peran
advokasi perawat yaitu kondisi pasien yang
membutuhkan perawat.“Perawat memberikan informasi
tentang penyakit pasien dan memberikan informasi juga
kepada keluarga pasien agar keluarga pasien juga bisa
lebih mengerti dan memahami tentang keadaan pasien.
Dan pasien bisa beristirahaat di rumah dan tidak
memaksakan untuk bekerja, sebelum sakitnya yang
dideritanya itu sembuh.
Counsellor(pemberi bimbingan/konseling klien)
Memberikan konseling/bimbingan kepada klien,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan
sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada
individu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman
kesehatan dengan pengalaman yang lalu, pemecahan
masalah difokuskan pada masalah keperawatan,
mengubah perilaku hidup ke arah perilaku hidup sehat.
Konseling adalah suatu bantuan yang diberikan
seorang pebimbing yang terlatih dan berpengalaman,
terhadap individu-individu yang membutuhkannya. Agar
individu tersebut berkembang potensinya secara
optimal, mampu mengatasi masalah dan mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu
berubah. Konseling lebih menekan pada pengembangan
potensi individu yang terkandung dalam dirinya, baik dari
aspek intelektual, afektif, sosial, emosional dan religius.
Sehingga individu akan lebih berkembang dengan nuansa
yang lebih bermakna, harmonis, sosial, dan bermanfaat.
Secara Etimologi Konseling berasal dari bahasa Latin
consilium artinya „dengan‟ atau bersama yang dirangkai
dengan menerima atau memahami. Sedangkan dalam
Bahasa Anglo Saxon istilah konseling berasal dari sellan
yang berarti menyerahkan atau menyampaikan.
Tujuan dilakukan konseling. 1. Untuk membantu
seseorang dalam memecahkan masalah. Disini pasien
mengeluh nyeri dada disinilah perawat memberikan
edukasi agar penyakit yang diderita pasien tidak kambuh
dan juga memberikan informasi tentang penyakit yang
diderita pasien agar pasien lebih mengetahui
penyakitnya. 2. Membantu untuk meningkatkan
kemampuan dan keefektifan individu dalam mengambil
keputusan. Disini perawat memberikan masukan agar
pasien tetap dirawat di rumah sakit karena pasien
mengalami diagonosa Stable Angina Pectoris dan harus
dirawat di rumah sakit sampai penyakitnya itu sembuh.
3. Membantu seseorang untuk mengurangi dan
mengendalikan perasaan takut, tertekan demi mencapai
kesehatan mental. Perawat memberikan rasa nyaman
pada pasien agar pasien betah di rawat di rumh sakit. 4.
Mengubah perilaku negatif menjadi positif dan segala
perilaku yang merugikan seseorang dan lingkungannya.
Perawat memberikan masukan atau nasehat yang baik
yang berguna untuk pasien agar pasien bisa berpikir
dengan baik selama di rawat di rumah sakit.
Fungsi konseling. 1. Fungsi Pencegahan Konseling
dilakukan untuk mencegah kembali timbulnya masalah
atau gangguan – gangguan psikologis pada diri klien. 2.
Fungsi Penyesuaian Diadakaannya sutu konseling
berfungsi untuk membantu seseoang dalam
menyeseukain diri terhadap perubahan lingkungannya
yang disebabkan oleh : perubahan biologis klien,
perubahan psikologis klien, dan perubahan sosial yang
terjadi pada diri klien. 3. Fungsi Perbaikan Konseling yang
dilakukan seseorang berfungsi untuk memperbaiki
perilaku-perilaku klien yang menyimpang dan merugikan
dirinya sendiri dan orang di sekitarnya. 4. Fungsi
Pengembangan Konseling berfungsi untuk membantu
klien dalam mengembangkan pengetahuan dan
kemampuan klien dalam menghadapi dan mengatasi
masalah.
Pada kasus ini pasien mengalami nyeri dada, nyeri
dada dirasakan seperti ditekan beban berat pada daerah
dada, tembus ke pungung dan menjalar ke lengan kiri.
Pasien menderita Stable Angine Pectoris. Disini peran
perawat harus bisa memberikan informasi/pengetahuan
kepada pasien tentang penyakit yang diderita pasien,
agar pasien lebih mengerti tentang penyakit yang
dideritanya.
Saat pengkajian pasien mengatakan ingin segera
pulang karena sudah merasa lebih membaik dan pasien
mengatakan bahwa dia harus bekerja karena keluarga
sangat bergantung kepadanya, disinilah peran perawat
sebagai advocator harus bisa memberikan edukasi ke
pasien agar pasien mau dirawat di rumah sakit sampai
penyakit yang diderita pasien itu sembuh.
DAFTAR PUSTAKA

Charles, S. (2017). The moral agency of institutions :


effectively using expert nurses to support patient
autonomy.

Emrinaldi. Julita dan Wahyudi 2014. Pengaruh Etika,


Kompetensi, Pengalaman Auditor dan Situasi Audit
terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit melalui
Pertimbangan Materialitas dan Skeptisisme Profesional
Auditor. Jurnal Ilmiah STIE MDP, Vol.3 No.2, Maret 2014
Hlm 116-132

Kozier, Barbara, et al. (2012). Fundamentals of Nursing:


Concepts, Process, And Practice. (9th ed). Volume 1. New
jersey: Pearson Prentice Hall

Motamed-jahromi, M., Abbaszadeh, A., Borhani, F., &


Zaher, H. (2012). Iranian Nurses ’ Attitudes and
Perception towards Patient Advocacy.

Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta


: Nuha Medika.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan: Pendekatan Praktis. Ediisi 3. Jakarta.
Salemba Medika.

Kendall-taylor, N., & Levitt, P. (2017). NeuroView Beyond


Hat in Hand : Science Advocacy Is Foundational for Policy
Decisions.

Anda mungkin juga menyukai