Disusun Oleh :
Hawa Purnama ( 011520007 )
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang mana atas berkat, rahmat,
dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “ Penyakit pada
Kesehatan Reproduksi Endometriosis”.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis hadapi,
namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Junay darmawati, S.ST,M.Kes, selaku dosen mata kuliah Kesehatan Reproduksi dan
Perencanaan
2. Orang tua yang senantiasa mendukung terselesaikannya makalah ini
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan,
mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penyusunan makalah yang akan datang.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Endometriosis merupakan penyakit yang hanya diderita kaum perempuan.
Prevalensi endometriosis cenderung meningkat setiap tahun, walaupun
data pastinya belum dapat diketahui. Menurut Jacoe b (2007), angka kejadian di
Indonesia belum dapat diperkirakan karena belum ada studi epidemiologik, tapi dari
data temuan di rumah sakit, angkanya berkisar 13,6-69,5% pada
kelompok infertilitas. Bila persentase tersebut dikaitkan
dengan jumlah penduduk sekarang, maka di negeri ini akan ditemukan sekitar 13
juta penderita endometriosis pada wanita usia produktif. Ka um perempuan
tampaknya perlu mewaspadai penyakit yang seringkali ditandai dengan nyeri he bat
pada saat haid ini (Widhi, 2007)
Penyebab endometriosis dapat dise ba bkan oleh kelainan genetik, gangguan
sistem keke balan yang memungkinkan sel endometrium melekat dan berkembang,
serta pengaruh-pengaruh dari lingkungan. Sum ber lain menye butkan bahwa
pestisida dalam makanan dapat menye ba bkan ketidakseim bangan hormon. Faktor-
faktor lingkungan seperti pemakaian wadah plastik, microwave, dan alat memasak
dengan jenis tertentu dapat menjadi penye ba b endometriosis (Wood, 2008 ).
Penyakit endometriosis umumnya muncul pada usia reproduktif. Angka
kejadian endometriosis mencapai 5-10% pada wanita umumnya dan le bih dari 50%
terjadi pada wanita perimenopause. Gejala endometriosis sangat tergantung pada
letak sel endometrium ini berpindah. Yang paling menonjol adalah adanya nyeri
pada panggul, sehingga hampir 71-87% kasus didiagnosa aki bat keluhan nyeri
kronis he bat pada saat haid, dan hanya 38% yang muncul aki bat keluha infertil
(mandul). Tetapi ada juga yang melaporkan pernah terjadi pada masa menopause
dan bahkan ada yang melaporkan terjadi pada 40% pasien histerektomi
( pengangkatan rahim). Selain itu juga 10% endometriosis ini dapat muncul pada
mereka yang mempunyai riwayat endometriosis dalam keluarganya (Widhi, 2007).
B. Rumusan Masalah
3
Apa penyebab dan bagaimana gejala dari penyakit endometriosis pada organ
reproduksi wanita tersebut.
C. Tujuan
Untuk mengetahui penyebab dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit
endometriosis pada organ reproduksi wanita.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Endometriosis
Endometriosis adalah penyakit pada sistem reproduksi wanita. Kondisi ini dapat
menyebabkan jaringan dari lapisan dalam dinding rahim tumbuh di luar rongga rahim.
Endometriosis terjadi saat jaringan endometrium tumbuh di luar rahim. Jika seorang
wanita mengidap endometriosis, jaringan tersebut juga mengalami proses penebalan
dan luruh, yang sama dengan siklus menstruasi. Namun, darah tersebut akhirnya
mengendap dan tidak bisa keluar karena terletak di luar rahim sehingga dapat
mengiritasi jaringan di sekitarnya.
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan mirip dengan dinding
rahim (endometrium) ditemukan di tempat lain dalam tubuh (Smeltzer, 2001).
Endometriosis juga dapat berupa suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang
masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri dan diluar miometrium (Prawirohardjo,
2008). Definisi lain tentang endometriosis yaitu terdapatnya kelenjar-kelenjar dan
stroma endometrium pada tempat-tempat diluar rongga rahim. Implantasi
endometriosis bisa terdapat pada ovarium, ligamen latum, Cavum Douglasi, tuba
Falopii, vagina, serviks, pada pusat, paru-paru, dan kelenjar-kelenjar limfa (Ra
y burn, 2001).
C. Faktor Risiko
6
Wanita yang beresiko terkena penyakit endometriosis, yaitu (Wood,
2008 ):
a) Wanita yang ibu atau saudara perempuannya pernah menderita endometriosis
b) Memiliki siklus menstruasi kurang atau lebih dari 27 hari
c) Menarce (menstruasi yang pertama) terjadi pada usia relatif muda (< 11 thn)
d) Masa menstruasi berlangsung selama 7 hari atau lebih
e) Orgasme saat menstruasi
D. Gejala Endometriosis
Rasa sakit sering berkorelasi dengan siklus menstruasi, namun seorang
wanita dengan endometriosis juga dapat mengalami rasa sakit pada waktu lain
selama siklus bulanan. Bagi banyak wanita, tapi tidak semua, rasa sakit
endometriosis dapat menjadi begitu parah dan berdampak signifikan dengan
hidupnya. Nyeri yang dirasakan saat endometriosis terjadi se belum, selama, dan
setelah menstruasi, selama ovulasi, dalam usus selama menstruasi, ketika buang air
kecil, selama atau setelah hu bungan seksual, dan didaerah punggung bawah serta
gejala lain mungkin dapat terjadi adalah diare atau sem belit (k hususnya dalam
kaitannya dengan menstruasi), perut kem bung (sehu bungan dengan menstruasi),
perdarahan berat atau tidak teratur, dan kelelahan (Wood, 2008). Namun perlu
ditekankan disini bahwa rasa sakit pada saat menstruasi atau dysmenorrh ea tidak
selalu ber hu bungan dengan gejala endometriosis. Ka dar hormone prostaglandin
yang tinggi akan cenderung menyebabkan terjadinya dysmenorrh ea (Wood, 2008)
E. Patologi
Organ yang biasa terkena endometriosis adalah ovarium, organ tu ba dan salah
satu atau kedua ligamentum sakrouterinum, Cavum Douglasi, dan permukaan uterus
bagian belakang dapat ditemukan satu atau be berapa bintik sampai benjolan kecil
yang ber warna ke biru- biruan (Prawirohardjo, 2008).
F. Penyebab endometriosis
Secara pasti, penyebab endometriosis belum diketahhui. Namun, salah satu
faktor risiko yang memicu timbulnya endometriosis adalah tingginya hormon
7
estrogen. Selain itu, ada beberapa faktor risiko selain estrogen yang diduga sebagai
pemicunya, yaitu faktor keturunan, sistem kekebalan tubuh, faktor adaptasi sel sesuai
lingkungan organnya, dan faktor paparan lingkungan.
G. Gejala endometriosis
8
I. Diagnosa
Visualisasi endometriosis diperlukan untuk memastikan diagnosis. Cara- cara
yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis adalah dengan melakukan
pemeriksaan laparoskopi untuk melihat lesi (Ra y burn, 2001). Diagnosa
laparoskopi dilakukan setiap hari dari siklus menstruasi dengan pasien di bawah
pengaruh anestesia (o bat bius). Diagnostik endometriosis di butuhkan untuk melihat
ke beradaan dari satu atau le bih lesi ke biru- biruan atau hitam. Stadium
endometriosis menurut revisi klasifikasi dari American Fertility Society (R- AFS).
Implantasi endometriosis pada peritoneum atau ovarium nilainya ditentukan dari
diameter dan kedalaman, yang mana nilai perlekatan digunakan dalam lampiran
catatan kepadatan dan derajat. Total R- AFS nilai (implan dan perlekatan) berurutan
dari 1-5, 6-15, 16-40, dan 41-150 dapat disamakan dari minimal (stadium I), ringan
(stadium II), sedang (stadium III), dan berat (stadium IV) endometriosis (Mar coux,
1997)
Dokter mungkin akan memutuskan untuk mengobati endometriosis selama
laparoskopi. Dilakukan pem bedahan kecil tam bahan untuk memasukan alat bedah.
Endometriosis mungkin jadi menggumpal, menguap, ter bakar atau dipotong, dan
jaringan otot atau kista ovarium mungkin dikeluarkan. Selama laparoskopi, dokter
memutuskan mem buka dan memasukan alat terse but lewat tuba Falopii untuk
melihat serviks di dalam uterus (American Fertility Society, 2007 ).
Proses diagnosa lain dilakukan pada kasus yang le bih k husus, dokter mungkin
akan menggunakan teknik pengam bilan gam bar yang k husus seperti
ultrasound, Computerized Tomograph y (CT scan), atau Magnetic Resonanc
Imaging (MRI) untuk menam bah informasi tentang pelvis. Prosedur ini dapat
mengidentifikasi kista dan mengetahui karekteristik cairan dengan kista ovarium,
kista endometrioma dan kista korpus luteum mungkin serupa kelihatannya. Uji ini
digunakan bila menilai seorang wanita infertil atau nyeri pelvis kronis. (American
Fertility Society, 2007 b).
10
folikel yang telah matang langsung mem bentuk korpus luteum tanpa melepaskan sel
telur. Hal ini juga berpengaruh ter hadap hormon gonadotropin dan mengakibatkan
terganggunya siklua ovarium selanjutnya. Menurut Abdullah (2009) perlengketan
tu ba yang luas akan mengham bat motilitas dan kemampuan fimbre untuk
menangkap sel telur. Sedangkan berkurangnya motilitas tu ba dan transportasi ovum
mungkin dise ba bkan oleh sekresi prostaglandin oleh jaringan endometritik.
Endometriosis berhubungan dengan perubahan-perubahan fisiologis alat
reproduksi yang dapat mengham bat terjadinya kehamilan. Derajat keterli batan
organ-organ pelvik merupakan faktor utama dalam menentukan kemampuan
reproduksi penderita. Di bawah ini be berapa fenomena yang mungkin mengurangi
kemampuan reproduksi pada penderita endometriosis sesuai dengan letak jaringan
endometriotik berimplantasi (Abdullah, 2009):
1) Endometriosis pada serviks: Ke kakuan dan penyempitan serviks, aki bat
endometriosis akan mengurangi laju pergerakan sperma sehingga mengurangi
fertilitas.
2) Endometriosis pada Cavum Douglas: Meli batkan ligamentum sakrouterina dan
bagian posterior uterus akan menye ba bkan dispareni, sehingga mengurangi
frekuensi koitus.
3) Endometriosis pada ovarium: akan menye ba bkan destruksi kortikal dan pada
gilirannya menye ba bkan oligo atau anovulasi, sehingga mengham bat proses
reproduksi.
4) Endometriosis tuba Falopii: Perlengketan tuba Falopii yang luas akan
mengham bat motilitas dan kemampuan fim briae untuk menangkap sel telur.
K. Penanganan Endometriosis
Penanganan endometriosis di bagi menjadi 2 jenis terapi yaitu terapi medik dan
terapi pembedahan.
Terapi medik diindikasikan kepada pasien yang ingin mempertahankan
kesu burannya atau yang gejala ringan (Ra y burn, 2001).
Terapi pembedahan dapat dilaksanakan dengan laparoskopi untuk mengangkat
kista-kista, melepaskan adh esi, dan melenyapkan implantasi dengan sinar
laser atau elektrokauter. Tujuan pembedahan untuk mengembalikan kesu buran
dan menghilangkan gejala (Ra y burn, 2001). Terapi bedah
11
konservatif dilakukan pada kasus infertilitas, penyakit berat dengan perlekatan
he bat, usia tua. Terapi bedah konservatif antara lain
meliputi pelepasan perlekatan, merusak jaringan endometriotik, dan rekonstruksi
anatomis se baik mungkin (Widjanarko, 2009).
.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Hasil studi pustaka dan diskusi dengan ahli disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
12
Penyebab utama endometriosis belum dapat dipastikan, akan tetapi kemungkinan
dapat disebabkan oleh aliran menstruasi mundur, predisposisi genetik, metaplasia,
maupun pengaruh dari pencemaran lingkungan
Gejala endometriosis yang dapat dirasakan oleh penderita yaitu antara lain berupa
nyeri haid (dysmenorrh ea) dan nyeri saat ber hu bungan (dyspareunia)
Penanganan endometriosis dapat dilakukan dengan terapi medik seperti pem berian
progestin, danazol, GnRH agonis, dan microguinon. Sedangkan terapi pem bedahan
dilakukan dengan laparoskopi melalui pelepasan perlekatan, merusak jaringan
endometriotik, rekonstruksi anatomis se baik mungkin, mengangkat kista, dan
melenyapkan implantasi dengan sinar laser atau elektrokauter.
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA
14