Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENYAKIT PADA KESEHATAN REPRODUKSI


( ENDOMETRIOSIS )

Disusun Oleh :
Hawa Purnama ( 011520007 )

Dosen Pengampuh : Junay Darmawati, S.ST, M.Kes

SEKOLAT TINGGI ILMU KESEHATAN AL-SU'AIBAH


TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang mana atas berkat, rahmat,
dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “ Penyakit pada
Kesehatan Reproduksi Endometriosis”.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis hadapi,
namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Junay darmawati, S.ST,M.Kes, selaku dosen mata kuliah Kesehatan Reproduksi dan
Perencanaan
2. Orang tua yang senantiasa mendukung terselesaikannya makalah ini
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan,
mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penyusunan makalah yang akan datang.

Palembang, 13 September 2021

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Endometriosis merupakan penyakit yang hanya diderita kaum perempuan.
Prevalensi endometriosis cenderung meningkat setiap tahun, walaupun
data pastinya belum dapat diketahui. Menurut Jacoe  b (2007), angka kejadian di
Indonesia belum dapat diperkirakan karena belum ada studi epidemiologik, tapi dari
data temuan di rumah sakit, angkanya berkisar  13,6-69,5% pada
kelompok infertilitas. Bila persentase tersebut dikaitkan
dengan jumlah penduduk sekarang, maka di negeri ini akan ditemukan sekitar  13
juta  penderita endometriosis  pada wanita usia  produktif. Ka um  perempuan
tampaknya  perlu mewaspadai penyakit yang seringkali ditandai dengan nyeri he bat
pada saat haid ini (Widhi, 2007)
Penyebab endometriosis dapat dise ba bkan oleh kelainan genetik, gangguan
sistem keke balan yang memungkinkan sel endometrium melekat dan  berkembang,
serta  pengaruh-pengaruh dari lingkungan. Sum ber  lain menye butkan bahwa
pestisida dalam makanan dapat menye ba bkan ketidakseim bangan hormon. Faktor-
faktor  lingkungan seperti  pemakaian wadah  plastik, microwave, dan alat memasak 
dengan  jenis tertentu dapat menjadi  penye ba b endometriosis (Wood, 2008 ).
Penyakit endometriosis umumnya muncul  pada usia reproduktif. Angka
kejadian endometriosis mencapai 5-10%  pada wanita umumnya dan le bih dari 50%
terjadi pada wanita perimenopause. Gejala endometriosis sangat tergantung  pada
letak  sel endometrium ini berpindah. Yang  paling menonjol adalah adanya nyeri
pada  panggul, sehingga hampir  71-87% kasus didiagnosa aki bat keluhan nyeri
kronis he bat  pada saat haid, dan hanya 38% yang muncul aki bat keluha infertil
(mandul). Tetapi ada  juga yang melaporkan  pernah terjadi  pada masa menopause
dan bahkan ada yang melaporkan terjadi  pada 40%  pasien histerektomi
( pengangkatan rahim). Selain itu  juga 10% endometriosis ini dapat muncul pada
mereka yang mempunyai riwayat endometriosis dalam keluarganya (Widhi, 2007).

B. Rumusan Masalah
3
Apa penyebab dan bagaimana gejala dari  penyakit endometriosis  pada organ
reproduksi wanita tersebut.

C. Tujuan
Untuk mengetahui  penyebab dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit
endometriosis pada organ reproduksi wanita.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Endometriosis
Endometriosis adalah penyakit pada sistem reproduksi wanita. Kondisi ini dapat
menyebabkan jaringan dari lapisan dalam dinding rahim tumbuh di luar rongga rahim.
Endometriosis terjadi saat jaringan endometrium tumbuh di luar rahim. Jika seorang
wanita mengidap endometriosis, jaringan tersebut juga mengalami proses penebalan
dan luruh, yang sama dengan siklus menstruasi. Namun, darah tersebut akhirnya
mengendap dan tidak bisa keluar karena terletak di luar rahim sehingga dapat
mengiritasi jaringan di sekitarnya.
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana  jaringan mirip dengan dinding
rahim (endometrium) ditemukan di tempat lain dalam tubuh (Smeltzer, 2001).
Endometriosis  juga dapat berupa suatu keadaan dimana  jaringan endometrium yang
masih berfungsi terdapat di luar  kavum uteri dan diluar  miometrium (Prawirohardjo,
2008). Definisi lain tentang endometriosis yaitu terdapatnya kelenjar-kelenjar  dan
stroma endometrium  pada tempat-tempat diluar  rongga rahim. Implantasi
endometriosis bisa terdapat pada ovarium, ligamen latum, Cavum Douglasi, tuba
Falopii, vagina, serviks,  pada  pusat,  paru-paru, dan kelenjar-kelenjar  limfa (Ra 
y burn, 2001).

B. Teori Penyebab Endometriosis


Ada teori  penyebab endometriosis yang dinyatakan oleh  para ahli se bagai
berikut (Wood, 2008):
 Metaplasia
Metaplasia yaitu  peru bahan dari satu tipe  jaringan normal menjadi
tipe jaringan normal lainnya. Be berapa  jaringan endometrium memiliki
kemampuan dalam be berapa kasus untuk menggantikan jenis  jaringan lain di luar
rahim. Be berapa peneliti perc  aya hal ini terjadi  pada em brio, ketika
5
pem bentukan rahim  pertama. Lainnya perc  aya bahwa be berapa sel dewasa
mempertahankan kemampuan mereka dalam tahap em brionik  untuk  beru bah
menjadi jaringan reproduksi.
 Menstruasi Mundur dan Transplantasi
Sampson(1920)mengatakan bahwa aliran menstruasi mundur mengalir  melalui
saluran tuba (disebut "aliran mundur ") dan tersimpan  pada organ  panggul dan
tum buh menjadi kista. Namun, ada sedikit bukti bahwa sel-sel endometrium
dapat benar- benar  melekat dan tum buh ke organ  panggul  perempuan.
Bertahun-tahun kemudian,  para  peneliti menemukan bahwa 90% wanita
memiliki aliran mundur.
 Predisposisi genetik 
Penelitian telah menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat keluarga menderita
endometriosis lebih mungkin untuk terkena penyakit ini. Dan ketika diturunkan
maka  penyakit ini cenderung menjadi le bih buruk  pada generasi  berikutnya.
Studi di seluruh dunia yang sedang berlangsung yaitu studi Endogene
International mengadakan penelitian berdasarkan sampel darah dari wanita dengan
endometriosis dengan harapan mengisolasi sebuah gen endometriosis.
 Pengaruh lingkungan
Beberapa studi telah menunjuk  bahwa faktor  lingkungan dapat menjadi
kontri butor  ter hadap  perkem bangan endometriosis, khuususnya senyawa-
senyawa yang bersifat racun memiliki efek  pada hormon-hormon reproduksi dan
respon sistem keke balan tu buh, walaupun teori ini tidak  ter  bukti dan masih
kontroversial. Hipotesis ber  beda terse but telah diajukan se bagai  penye ba b
endometriosis. Sayangnya, tak  satu  pun dari teori-teori ini sepenuhnya ter  bukti,
juga tidak sepenuhnya menjelaskan semua mekanisme yang ber hu bungan
dengan perkem bangan  penyakit. Dengan demikian,  penye ba b endometriosis
masih  belum diketahui. Se bagian besar  peneliti, berpendapat bahwa
endometriosis ini diperparah oleh estrogen. Selanjutnya, se bagian besar   
pengo batan untuk  endometriosis saat ini hanya berupaya untuk  mengurangi
produksi estrogen dalam tu buh wanita untuk meringankan gejala
(Smeltzer,2001)

C. Faktor Risiko
6
Wanita yang beresiko terkena  penyakit endometriosis, yaitu (Wood,
2008 ):
a) Wanita yang ibu atau saudara perempuannya pernah menderita endometriosis
b) Memiliki siklus menstruasi kurang atau lebih dari 27 hari
c) Menarce (menstruasi yang pertama) terjadi pada usia relatif muda (< 11 thn)
d) Masa menstruasi berlangsung selama 7 hari atau lebih
e) Orgasme saat menstruasi

D. Gejala Endometriosis
Rasa sakit sering berkorelasi dengan siklus menstruasi, namun seorang
wanita dengan endometriosis  juga dapat mengalami rasa sakit  pada waktu lain
selama siklus bulanan. Bagi banyak  wanita, tapi tidak  semua, rasa sakit
endometriosis dapat menjadi begitu  parah dan berdampak  signifikan dengan
hidupnya. Nyeri yang dirasakan saat endometriosis terjadi se belum, selama, dan
setelah menstruasi, selama ovulasi, dalam usus selama menstruasi, ketika buang air 
kecil, selama atau setelah hu bungan seksual, dan didaerah  punggung bawah serta
gejala lain mungkin dapat terjadi adalah diare atau sem belit (k hususnya dalam
kaitannya dengan menstruasi),  perut kem bung (sehu bungan dengan menstruasi),
perdarahan berat atau tidak teratur, dan kelelahan (Wood, 2008). Namun perlu
ditekankan disini bahwa rasa sakit pada saat menstruasi atau dysmenorrh  ea tidak 
selalu ber hu bungan dengan gejala endometriosis. Ka dar  hormone  prostaglandin
yang tinggi akan cenderung menyebabkan terjadinya dysmenorrh  ea (Wood, 2008)

E. Patologi
Organ yang biasa terkena endometriosis adalah ovarium, organ tu ba dan salah
satu atau kedua ligamentum sakrouterinum, Cavum Douglasi, dan permukaan uterus
bagian belakang dapat ditemukan satu atau be berapa bintik sampai benjolan kecil
yang ber warna ke biru- biruan (Prawirohardjo, 2008).

F. Penyebab endometriosis
Secara pasti, penyebab endometriosis belum diketahhui. Namun, salah satu
faktor risiko yang memicu timbulnya endometriosis adalah tingginya hormon

7
estrogen. Selain itu, ada beberapa faktor risiko selain estrogen yang diduga sebagai
pemicunya, yaitu faktor keturunan, sistem kekebalan tubuh, faktor adaptasi sel sesuai
lingkungan organnya, dan faktor paparan lingkungan.

G. Gejala endometriosis

American Fertility Society (2007), gejala endometriosis dapat berupa :


 Nyeri haid
Banyak  wanita mengalami nyeri pada saat haid normal. Bila nyeri
dirasakan berat maka dise but dysmenorrh  ea dan mungkin menjadi
penye ba b endometriosis atau tipe lain dalam  patologi  pelvik  seperti uteri
fibroid  atau adenomiosis. Nyeri berat juga dapat menye ba bkan mual-mual,
muntah, dan diare.  Dysmenorrh  ea primer  terjadi  pada saat awal terjadinya
menstruasi, kemudian cenderung meningkat selama masa reproduktif  atau setelah
masa reproduktif.  Dysmenorrh  ea sekunder  terjadi setelah kehidupan
selanjutnya dan mungkin akan terus meningkat dengan umur. Ini mungkin
menjadi se buah tanda  peringatan dari endometriosis, walaupun be berapa wanita
dengan endometriosis tidak merasa nyeri.
 Nyeri saat berhubungan
Endometriosis dapat menyebabkan rasa nyeri selama dan setelah berhubungan,
kondisi ini diketahui sebagai dyspareunia. Penetrasi dalam dapat menghasilkan
rasa nyeri di batasan ovarium dengan  jaringan otot dibagian atas vagina. Ra 
sa nyeri  juga dise ba bkan adanya nodul lunak  endometriosis di
belakang uterus atau pada ligamen latum, yang ber hu bungan dengan serviks.

H. Gambaran kista endometriosis


Penampakan kasar endometriosis dapat berupa suatu pene balan atau kista yang
berisi darah baru, merah atau biru hitam. Semakin lama lesi-lesi tersebut berubah
menjadi rata dan ber warna coklat tua. Struktur  kista besar  bisa tetap berisi darah tua
dan dise but kista cokelat. Lesi-lesi yang sudah lama bisa tampak  pucat, tersebar, dan
mengerutkan  jaringan setempat. Ukuran lesi bervariasi dari kecil kurang dari 1 mm
sampai dengan kista besar  berukuran le bih dari 10 cm (Ra  y burn, Gam bar 7. Ki sta
cokelat pada ovarium

8
I. Diagnosa
Visualisasi endometriosis diperlukan untuk  memastikan diagnosis. Cara- cara
yang biasa dilakukan untuk  mendiagnosis adalah dengan melakukan
pemeriksaan laparoskopi untuk  melihat lesi (Ra  y burn, 2001). Diagnosa
laparoskopi dilakukan setiap hari dari siklus menstruasi dengan  pasien di bawah
pengaruh anestesia (o bat bius). Diagnostik  endometriosis di butuhkan untuk  melihat
ke beradaan dari satu atau le bih lesi ke biru- biruan atau hitam. Stadium
endometriosis menurut revisi klasifikasi dari American Fertility Society (R- AFS).
Implantasi endometriosis  pada  peritoneum atau ovarium nilainya ditentukan dari
diameter  dan kedalaman, yang mana nilai  perlekatan digunakan dalam lampiran
catatan kepadatan dan derajat. Total R-  AFS nilai (implan dan perlekatan) berurutan
dari 1-5, 6-15, 16-40, dan 41-150 dapat disamakan dari minimal (stadium I), ringan
(stadium II), sedang (stadium III), dan berat (stadium IV) endometriosis (Mar coux,
1997)
Dokter  mungkin akan memutuskan untuk  mengobati endometriosis selama
laparoskopi. Dilakukan  pem bedahan kecil tam bahan untuk  memasukan alat bedah.
Endometriosis mungkin  jadi menggumpal, menguap, ter  bakar  atau dipotong, dan
jaringan otot atau kista ovarium mungkin dikeluarkan. Selama laparoskopi, dokter 
memutuskan mem buka dan memasukan alat terse but lewat tuba Falopii untuk 
melihat serviks di dalam uterus (American Fertility Society, 2007 ).
Proses diagnosa lain dilakukan  pada kasus yang le bih k husus, dokter  mungkin
akan menggunakan teknik  pengam bilan gam bar  yang k husus seperti
ultrasound,  Computerized Tomograph y (CT scan), atau  Magnetic Resonanc
Imaging  (MRI) untuk  menam bah informasi tentang  pelvis. Prosedur  ini dapat
mengidentifikasi kista dan mengetahui karekteristik cairan dengan kista ovarium,
kista endometrioma dan kista korpus luteum mungkin serupa kelihatannya. Uji ini
digunakan bila menilai seorang wanita infertil atau nyeri  pelvis kronis. (American
Fertility Society, 2007 b).

J. Dampak yang ditimbulkan


Fakta-fakta menunjukan adanya hu bungan antara endometriosis dengan
infertilitas. Endometriosis ditemukan 50%  pada wanita infertil. Pasien infertil dengan
9
endometriosis ringan tanpa  perawatan dapat hamil dengan rata-rata 2% sampai 4,5%
per b  ulan, di bandingkan  pada normal fertilitas dari 15% sampai 20%
per  bulannya. Pasien infertil dengan endometriosis sedang dan berat memiliki rata-
rata kehamilan tiap bulannya kurang dari 2%. Endometriosis berhubungan
dengan infertilitas, tidak  semua wanita yang memiliki endometriosis adalah infertil.
Se bagai contoh banyak wanita menjalani sterilisasi tu ba ter catat mengalami
endometriosis. Penye ba b dan efek  endometriosis diperkirakan berh  u bungan
antara berkurangnya fertilitas namun tidak  ter  bukti. Ini diperkirakan bahwa
endometriosis meru bah secara tidak  langsung keadaan rongga  pinggang dengan
menim bulkan  perlekatan  pada organ-organ rongga pelvik  sehingga mengganggu
fungsi dari organ terse but. Teori mencakup inflamasi,  peru bahan sistem imun,
peru bahan hormon, ganguan fungsi tu ba Falopii, fertilitas dan implantasi. Itu le bih
mudah untuk  dipahami bagaimana endometriosis sedang dan berat dapat mengurangi
fertilitas, karena sebagian besar   perlekatan di rongga  pinggang menyebabkan
tidak  terjadinya ovulasi, menghalangi sperma masuk  ke tu ba Falopii, dan
menghalangi kemampuan tuba Falopii menangkap ovum selama ovulasi (American
Fertility Society, 2007a).
Endometriosis dapat menyebabkan gangguan  pada fungsi sistem organ
reproduksi yaitu fungsi koitus, sperma, tu ba Falopii, ovarium. Pada fungsi koitus
menye ba bkan rasa nyeri saat senggama (dyspareunia) sehingga mengurangi
frekuensi senggama. Pada fungsi sperma, endometriosis akan mengham bat sperma
dengan anti bodi tertentu. Hal ini didasari dari hasil  penelitian dimana ter hadap
ant ibodi yang memiliki efek  mengham bat gerakan sperma sehingg berakibat
terjadinya infertilitas (Ru sdi, 2009). Pada  penderita endometriosis di bandingkan
wanita normal, makrofag teraktifasi oleh adanya kista, hal ini menye ba bkan
makrofag pada penderita infertil dengan endometriosis mem bunuh le bih banyak 
sperma. Jika makrofag ini memasuki sistem reproduksi melalui tu ba, maka akan
ter  bentuk  anti bodi ter hadap sperma yang ak hirnya mematikan sperma sehingga
terjadi infertilitas (Abdullah, 2009).
Endometriosis  pada tu ba Falopii akan menye ba bkan kerusakan  pada
fim briae sehingga tidak dapat menangkap sel telur yang dilepaskan oleh ovarium.
Endometriosis juga menye ba bkan  penurunan silia  pada tu ba Falopii sehingga sel
telur tidak dapat turun ke uterus. Pada fungsi ovarium terjadi anovulasi sehingga

10
folikel yang telah matang langsung mem bentuk korpus luteum tanpa melepaskan sel
telur. Hal ini  juga berpengaruh ter hadap hormon gonadotropin dan mengakibatkan
terganggunya siklua ovarium selanjutnya. Menurut Abdullah (2009)  perlengketan
tu ba yang luas akan mengham bat motilitas dan kemampuan fimbre untuk 
menangkap sel telur. Sedangkan berkurangnya motilitas tu ba dan transportasi ovum
mungkin dise ba bkan oleh sekresi  prostaglandin oleh  jaringan endometritik.
Endometriosis berhubungan dengan  perubahan-perubahan fisiologis alat
reproduksi yang dapat mengham bat terjadinya kehamilan. Derajat keterli batan
organ-organ  pelvik  merupakan faktor  utama dalam menentukan kemampuan
reproduksi  penderita. Di bawah ini be berapa fenomena yang mungkin mengurangi
kemampuan reproduksi pada penderita endometriosis sesuai dengan letak jaringan
endometriotik berimplantasi (Abdullah, 2009):
1) Endometriosis  pada serviks: Ke  kakuan dan  penyempitan serviks, aki bat
endometriosis akan mengurangi laju  pergerakan sperma sehingga mengurangi
fertilitas.
2) Endometriosis  pada Cavum Douglas: Meli batkan ligamentum sakrouterina dan
bagian  posterior  uterus akan menye ba bkan dispareni, sehingga mengurangi
frekuensi koitus.
3) Endometriosis pada ovarium: akan menye ba bkan destruksi kortikal dan pada
gilirannya menye ba bkan oligo atau anovulasi, sehingga mengham bat  proses
reproduksi.
4) Endometriosis tuba Falopii: Perlengketan tuba Falopii yang luas akan
mengham bat motilitas dan kemampuan fim briae untuk menangkap sel telur.

K. Penanganan Endometriosis
Penanganan endometriosis di bagi menjadi 2  jenis terapi yaitu terapi medik dan
terapi pembedahan.
 Terapi medik  diindikasikan kepada  pasien yang ingin mempertahankan
kesu burannya atau yang gejala ringan (Ra  y burn, 2001).
 Terapi pembedahan dapat dilaksanakan dengan laparoskopi untuk mengangkat
kista-kista, melepaskan adh  esi, dan melenyapkan implantasi dengan sinar
laser atau elektrokauter. Tujuan  pembedahan untuk  mengembalikan kesu buran
dan menghilangkan gejala (Ra  y burn, 2001). Terapi bedah
11
konservatif dilakukan pada kasus infertilitas,  penyakit berat dengan perlekatan
he bat, usia tua. Terapi bedah konservatif  antara lain
meliputi pelepasan perlekatan, merusak jaringan endometriotik, dan rekonstruksi
anatomis se baik  mungkin (Widjanarko, 2009).
.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Hasil studi  pustaka dan diskusi dengan ahli disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

12
 Penyebab utama endometriosis belum dapat dipastikan, akan tetapi kemungkinan
dapat disebabkan oleh aliran menstruasi mundur,  predisposisi genetik, metaplasia,
maupun pengaruh dari pencemaran lingkungan
 Gejala endometriosis yang dapat dirasakan oleh  penderita yaitu antara lain  berupa
nyeri haid (dysmenorrh  ea) dan nyeri saat ber hu bungan (dyspareunia)
 Penanganan endometriosis dapat dilakukan dengan terapi medik  seperti pem berian
progestin, danazol, GnRH agonis, dan microguinon. Sedangkan terapi  pem bedahan
dilakukan dengan laparoskopi melalui  pelepasan perlekatan, merusak  jaringan
endometriotik, rekonstruksi anatomis se baik  mungkin, mengangkat kista, dan
melenyapkan implantasi dengan sinar  laser  atau elektrokauter. 

B.Saran

 Perlu di informasikan tentang  pencegahan dan  penanganan  penyakit


endometriosis pada remaja.
 Perlu diadakan  penyuluhan tentang bahaya  penyakit endometriosis kepada
masyarakat luas agar  dapat diantisipasi dengan baik  dan dapat mencegah
meningkatnya jumlah penderita.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, N. 2009. Endometriosis dan Infertilitas.  Jurnal   Medika Nusantara, vol.25


No.2:1-7. 2004.
13
American Fertility Society. 2007a. Booklet Endometriosis A Guide for Patients.
American Fertility Society. 2007 b. Booklet Laparoscopy And Hysteroscopy A Guide for
Patients. American Society For  Re  productive Medicine. Ala bama.
(http://www.asrm.org/Patients/Booklet/Laparoscopy.pdf 
Bulun, S. E. 2009. Endometriosis. The New  England  Journal of  Medicine. Vol.360 No.3:
268-279
Camp bell, Neil A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2004. BIOLOGI Edisi Kelima Jilid
Pener  bit Erlangga. Jakarta.
David, L. O., and L. B. Schwartz. 1993. Endometriosis. T he New E ngland  J ourn. of 
 Medicine.
Eisen berg, E. 2009. Endometriosis Frequently Asked Questions. Office on Women's
Health in the Department of  Health and Human Services. USA.

14

Anda mungkin juga menyukai