Anda di halaman 1dari 4

Tidak ada disertai pengertian kebutuhan da masalah belajar yaitu Kebutuhan adalah

kesenjangan (Gap/Discrepancy) antara apa/kondisi yang ada dan apa/kondisi yang


seharusnya ada. Kebutuhan belajar (learning needs) atau kebutuhan pendidikan (education
need) adalah kesenjangan yang dapat diukur antara hasil belajar atau kemampuan yang ada
sekarang dan hasil belajar atau kemampuan yang diinginkan/dipersyararatkan yaitu
Kebutuhan belajar yang dirasakan sama oleh setiap individu dalam suatu kelompok disebut
kebutuhan belajar kelompok. Kebutuhan belajar kelompok ini pada umumnya daat dipenuhi
melalui kegiatan belajar bersama atau kegiatan belajar kelompok

Kebutuhan belajar dapat disusun kedalam berbagai golongan. Beberapa pakar pendidikn dan
peneliti kebutuhan belajar yang dikemukakan dibawah ini dibuat oleh Johnstone dan rivera
(1965) dalam buku “Volunteers of Learning” yakni :

a. kebutuhan belajar yang berkaitan dengan tugas pekerjaan;


b. kebutuhan belajar yang berhubungan dengan kegemaran dan rekreasi;
c. kebutuhan belajar yang berkaitan dengan keagamaan;
d. kebutuhan belajar yang berhubungan dengan penguasaan bahasa dan pengetahuan
umum;
e. kebutuhan belajar yang berkaitan dengan kerumahtanggaan;
f. kebutuhan belajar yang berkaitan dengan penampilan diri;
g. kebutuhan belajar yang berhubungan dengan pengetahuan peristiwabaru;
h. kebutuhan belajar yang berhubungan dengan usaha dibidang pertanian;
i. kebutuhan belajar yang berkaitan dengan pelayanan jasa.
Penggolongan kebutuhan belajar sebagaimana dikemukakan diatas dapat diperluas
sesuai dengan berkembangnya kebutuhan dan perubahan yang terjadi
dimasyarakat.penggolongan tersebut dapat memberikan gambaran tentang betapa
luasnya kebutuhan belajar yang dapat dijadikan bahan masukan dalam menentukan
program belajar dalam pendidikan luar sekolah. Luasnya kebutuhan belajar dapat
memberi arah pada pendidikan luar sekolah untuk mengembangkan program belajar
yang bervriasi, memerlukan waktu berlanjut dan berkesinambungan.

Klasifikasi kebutuhan banyakdipengaruhi oleh segi pandangannya, seperti ahli psikologi


memandang bahwa kebutuhan terdiri dari primary needs dan secondary needs. Dalam bidang
pendidikan kebutuhan lebih bersifat kebutuhan sosial (social needs)
Menurut Bradshaw (Briggs, 1977 : 22) membedakan adanya 5 macam kebutuhan, yaitu :
a. Kebutuhan normatif adalah kebutuhan yang ada setelah dibandingkan dengan norma
tertentu kebutuhan normatif juga bisa dikatakan sebagai kebutuhan yang timbul apabila
seseorang atau suatu kelompok berada dalam keadaan dibawah suatu ukuran (standard) yang
telah ditetapkan. Sebagai contoh, seseorangdapat disebut menderita kekurangan gizi apabila
ia senantiasamemakan makanan yang nilai gizinya dibawah ukuran yang telah ditetapkan
oleh instansi yang bergerak dibidang kesehatan. Dalam bidang pendidikan, kebutuhan
normatif muncul pula apabila penampilan seseorang siswa pada suatu lembaga pendidikan
berada dibawah rata-rata penampilan siswa yang telah ditetapkan oleh lembaga tersebut.
Walaupun demikian tidak mudah untuk mengetahui dengan pasti mengenai tingkat perbedaan
keadaan seseorang atau kelompok dengan ukuran yang telah ditetapkan itu. Hal ini
disebabkan karena suatu keadaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti oleh keadaan
iklim, prestasi kerja, kondisi badan, keadaan keluarga, perbedaan ukuran yang digunakan,
dan perbedaan lain yang dimiliki oleh setiap orang.
b. Kebutuhan terasa (feels needs)atau dapat pila disebut sebagai keinginan (want). Kebutuhan
jenis ini biasanya disampaikan seseorang kalau kepadanya kita tanyakan apa yang diperlukan
atau diinginkan yang dirasakan pada saat itu. Kebutuhan terasa dianggap sama dengan
keinginan atau kehendak. Tipe kebutuhan ini dapat diidentifikasi dengan mudah melalui
wawancara dengan seseorang atau sekelompok orang mengenai apa yang mereka inginkan.
Kendatipun cara mengidentifikasi ini menunjukkan pendekatan demokratis, namun cara
tersebut tidak lepas dari kelemahan kelemahannya antara lain adalah bahwa keinginan
seseorang atau kelompok akan dipengaruhi oleh pemahaman mereka terhadap kemungkina
untuk mencapainya, persepsi masyarakat tentang keinginan itu, tingkat upaya dalam
mencapai keinginan, dan daya dukung untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan tersebut.
c. Expressed Needs atau Demand yaitu kebutuhan yang ditampakkan oleh orang-orang yang
membutuhkannya, seperti orang membutuhkan bahan bakar dengan mengekspresikan mereka
mengantri ditempat penjualan bahan bakar. Kebutuhan yang dinyatakan dapat pula
diidentifikasi melalui wawancara atau kuesioner dengan seseorang atau kelompok orang.
d. Kebutuhan komparatif (Comparated Needs) adalah kebutuhan yang muncul kalu kita
membandingkan dua kondisi atau lebih yang berbeda.
e. Kebutuhan masa datang (Antisipated/Future Needs). Jenis ini merupakan proyeksi atau
antisipasi kebutuhan yang akan terjadi dimasa mendatang. Sebagai misal apabila suatu badan
perencana pembangunan kota merencanakan pembangunan jalan baruyang akan mulai
dibangun sepuluh tahun yang akan datang maka pada dasarnya badan tersebut merancang
untuk memnuhi kebutuhan masa yang akan datang. Kekurangan upaya dalam
mempertimbangkan kebutuhan masa yang akan datang dapat menimbulkan kemacetan lalu
lintas pada saat tertentudi masa depan. Demikian pula dengan kemandekan atau kelambanan
perkembangan suatu program pembangunan disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap
perhatian yang mungkin timbul pada masa yang akan datang. Dalam penddikan luar sekolah,
identifikasi kebutuhan yang diantisipasi ini akan membantu dalam mempersiapkan peserta
didik agar mampu memantau lingkungan dan memahami kemungkinan-kemungkinan yang
dapat terjadi dimasa depan. Kebutuhan ini diperlukan pula oleh para perencana pendidikan
dan pembangunan untuk menghindari “future shock” dalam perkembangan dan hasil
pendidikan dimasa depan.
Kadangkala kita menghadapi banyak kebutuhan yang diharapkan oleh sesorang, sehingga
pada akhirnya kita perlu mengadakan Needs Assesment Atau Discrepancy Analysis

Prosedur Pengukuran Kebutuhan Belajar


Pengukuran kebutuhan belajar sangat penting untuk dilakukan, karena hal ini akan
berpengaruh pada beberapa hal, yakni :
a) pegukuran tersebut dapat memusatkan perhatian perencanaan program pada masalah-
masalah yang menonjol. Dengan data hasil pengukuran dapat dijamin alokasi pemakaian
waktu serta sumber-sumber personil. Hal ini mengacu pada program yang sistematis dan
berfungsi secara menyeluruh serta merata, dengan menggunakan pengukuran data kebutuhan
efektifitas waktu serta program dapat direncanakan dengan seksama dan dengan lebih terarah.
b) Needs Assesment dapat memusatkan perhatian satu kebutuhan dan bukan kebutuhan yang
lain. Sebab needs assesment adalah sebuah pengidentifikasian kebutuhan dengan melihat
kebutuhan masyarakat atau warga belajar itu sendiri agar apa yang diberikan dalam proses
pembelajaran itu sesuai dengan kebutuhan warga belajar serta dapat lebih bermanfaat bagi
warga belajar itu sendiri.
c) Dapat memberikan informasi penting bagi pengukuran perkembangan atau performance
siswa berikutnya.
Pengukuran kebutuhan atau analisis kesenjangan ini memiliki 3 (tiga) karakteristik (koufman,
1972 :29), yaitu :
Data yang terkumpul harus menggambarkan keadaan calon siswa atau orang lainyang
mempunyai kondisi yang sama.
Setiap pernyataan kebutuhan sifatnya tentative.
sebaiknya kesenjangan diidentifikasi dari sudut tingkah laku aktual, tidak dari segi proses
pencapaian. Maksudnya, untuk mengidentifikasi kebutuhan dalam belajar itu dilihat dari
kebutuhan yang terakhir atau yang paling penting.
Untuk mengadakan assesment needs (menelusuri kebutuhan) ini kita perlu melibatkan tiga
usur berikut ini :
Calon siswa (calon warga belajar / calon peserta didik)
Orang tua, dan anggota masyarakat
Para pendidik, atau pelaksana proses pendidikan.

Model Pengukuran Kebutuhan


Koufman (1972) membedakan tiga jenis model pengukuran kebutuhan, yaitu :
1. Model Induktif (tipe I), dengan langkah-langkah :
· Mulai dari pengukuran tingkah laku siswa pada saat sekarang;
· Kemudian mengelaompokkan dalam kawasan program dari sudut tujuan (umum) yang
diharapkan;
· Harapan-harapan tersebut dibandingkan dengan tujuan yang besar yang ada pada
kurikulum, baru lahirlah kesenjangan;
· Untuk menyediakan program, maka disusun tujuan secara terperinci dalam program yang
tepat, dilaksanakan, dievaluasi, dan diravisi.
2. Model deduktif (tipe D), dengan langkah-langkah :
· Dimulai dari tujuan umum berupa pernyataan hasil belajar yang diharapkan;
· Kembangkan ukuran / kriteria untuk mengukur tingkah laku tertentu;
· Kumpulkan data untuk mengetahui adanya kesenjangan;
· Atas dasar kesenjangan – kesenjangan tersebut disusun tujuan khusus secara detail;
· Program dikembangkan, dilaksanakan, dan dievaluasi.
3. Model Klasikal / Classical (Type C), dengan langkah-langkah :
Banyak tergantung pada guru yang akan menyampaikan bahan belajar, tidak didasarkan
kepada kebutuhan belajar siswa;
Penyusunan tujuan umum;
Pengembangan program, dan pelaksanaan;
Penilaian dan revisi.
Klein (Burton, Merril), mengemukakan terdapat empat fase antara lain :
a. Pengidentifikasian sebanyak mungkin tujuan-tujuan yang mungkin tercapai;
b. Susun / urutkan tujuan – tujuan tersebut atas dasar penting atau tidaknya;
c. Identifikasi kesenjangan antara performance yang ada dan yang diharapkan;
d. Susun prioritas untuk melakukan kegiatan.

Hubungan Antara Pengukuran Kebutuhan Belajar Dengan Sistem Perencanaan Pembelajaran


Dalam pengukuran kebutuhan belajar itu dilakukan dengan 3 langkah yakni yang telah
dijelaskan diatas :
e. pegukuran tersebut dapat memusatkan perhatian perencanaan program pada masalah-
masalah yang menonjol. Dengan data hasil pengukuran dapat dijamin alokasi pemakaian
waktu serta sumber-sumber personil
f. Needs Assesment dapat memusatkan perhatian satu kebutuhan dan bukan kebutuhan yang
lain
g. Dapat memberikan informasi penting bagi pengukuran perkembangan atau performance
siswa berikutnya.
Dari ketiga faktor diatas kit dapat mengetahui bahwa hal yang paling berpegaruh dalam
pengukuran kebutuhan atau yang dijadikan sebagai pusat kebutuhan adalah needs assesment
dan ini sangat penting untuk dijadikan sebagai bahan ukur untuk mengetahi kebutuhan belajar
warga belajar / masyarakat. Dengan demikian, ada suatu keterkaitan yang saling
mempengauhi antara needs assesment dengan sistem perencanaan pembelajaran. Karena
dengan mengetahui apa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dalam belajar, otomatis
hal ini akan terkait dengan sebuah sistem perencanaan pembelajaran sebab sistem
perencanaan pembelajaran ini adalah langkah awal untuk mencapai atau meraih apa yang
dibutuhkan dalam belajar dengan kata lain sistem ini adalah sebuah pemecah masalah dalam
belajar atau pemecah masalah dalam sebuah kebutuhan yang harus terpenuhi dalam
pandangan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai