Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ambar Wulandari

NIM : 6411419039
Rombel : 4A Kesehatan Masyarakat

UTS MP KUANTITATIF
1. Apa fungsi dari penulisan latar belakang dari karya ilmiah
2. Tulis sebuah judul untuk karya ilmiah beserta latar belakangnya (maksimal 1 halaman)
3. Jelaskan masalah dan tujuan penelitian
4. Jelaskan variabel bebas dan variabel terikatnya beserta skala pengukurannya
5. Buat kerangka teori dan kerangka konsep dari judul yang anda buat

Jawaban :

Latar belakang masalah merupakan dasar utama bagi penulis untuk memberi
pemahaman kepada pembaca tentang ide maupun pemikiran yang ingin disampaikan
melalui karya tulis tersebut. Dengan adanya penulisan latar belakang, pembaca dapat
mengetahui mengapa karya tulis tersebut dibuat. Demikian pula dengan dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis.
Selain itu, dengan adanya penulisan latar belakang, pembaca juga bisa memahami
adanya suatu masalah yang harus dipecahkan dan diseleseikan agar tidak menimbulkan
efek yang merugikan. Pembaca bisa menerima argumen dan alasan yang diajukan penulis.
Oleh sebab itu, latar belakang harus disusun sejelas-jelasnya serta diberi cantuman berupa
fakta dan data.
Hubungan Sosial Demografi dan Sanitasi Rumah Tangga terhadap Kejadian Stunting
pada Anak Usia 0-23 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

1.1 Latar Belakang Masalah


Stunting adalah suatu kondisi di mana indeks tinggi badan anak menururt umur (TB/U)
dengan z-score kurang dari -2SD (Hary Cahyati et al., 2019). Konsekuensi jangka pendek
stunting menyebabkan perkembangan mental dan psikomotorik yang buruk. Sementara itu,
konsekuensi jangka panjang membuat orang dewasa tumbuh kerdil (Stewart et al., 2013).
Berdasarkan data PSG menunjukkan bahwa angka balita stunting di Kota Semarang
pada tahun 2017 sebesar 21,0%. Angka tersebut masih di atas batasan yang ditetapkan
WHO untuk negara berkembang yaitu 20%. Berdasarkan data hasil pelaksanaan operasi
timbang tahun 2018, Puskesmas Bandarharjo memiliki proporsi tertinggi baduta stunting
yaitu sebanyak 363 baduta atau 29,04% dari 981 baduta yang diobservasi.
Wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo merupakan daerah pesisir. Mayoritas
penduduknya seorang nelayan, nelayan merupakan kelompok masyarakat rawan pangan.
(Faiqoh et al., 2018). Penelitian (Beal et al., 2018) menyatakan adanya hubungan yang kuat
antara kekayaan rumah tangga dengan kejadian stunting. Di beberapa tempat di negara
berkembang, anak laki-laki lebih banyak mengalami stunting daripada anak perempuan.
Berdasarkan Profil Puskesmas Bandarharjo tahun 2016 terdapat 458 kepala keluarga
sangat miskin. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat pendidikan ibu. Penelitian (Apriluana &
Fikawati, 2018) membuktikan di negara berkembang balita dengan ibu yang tidak
menyeleseikan pendidikan dasar memiliki risiko stunting 1,67 kali dibandingkan ibu yang
menyeleseikan sekolah menengah atas. Penelitian oleh (Lestari et al., 2018) menunjukkan
hal yang lain yaitu jumlah anggota rumah tangga pada anak stunting cenderung lebih besar
dibadingkan dengan anak normal.
Kondisi sanitasi rumah tangga juga berkaitan dengan kejadian stunting. Anak-anak
berusia 0-23 bulan yang tinggal di rumah dengan air minum yang buruk, kemungkinan jauh
lebih tinggi mengalami stunting jika rumah tangga tersebut juga menggunakan jamban yang
tidak layak. Prevalensi stunting juga jauh lebih tinggi di antara anak-anak yang tinggal di
rumah tangga yang tidak menggunakan sabun untuk mencuci tangan (Torlesse et al., 2016).
Puskesmas Bandarharjo terletak di Kecamatan Semarang Utara. Kecamatan
Semarang Utara merupakan salah satu tempat di Kota Semarang yang masih mengalami
rob, yang berdampak buruk pada lingkungan. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh sosial demografi dan sanitasi rumah
tangga terhadap kejadian stunting pada anak usia 0-23 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul suatu permasalahan sebagai berikut
1.2.1 Rumusan Masalah Umum
Masalah umum dalam penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara sosial
demografi dan sanitasi rumah tangga terhadap kejadian stunting pada anak usia 0-23 bulan
di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus
1) Adakah hubungan antara jenis kelamin anak dengan kejadian stunting?
2) Adakah hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian stunting?
3) Adakah hubungan antara pekerjaan bapak dengan kejadian stunting?
4) Adakah hubungan antara penghasilan orang tua dengan kejadian stunting?
5) Adakah hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian stunting?
6) Adakah hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan kejadian stunting?
7) Adakah hubungan antara pengelolaan air minum dengan kejadian stunting?
8) Adakah hubungan antara kondisi jamban dengan kejadian stunting?
9) Adakah hubungan antara sikap cuci tangan dengan kejadian stunting?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan
antara sosial demografi dan kondisi sanitasi rumah tangga dengan kejadian stunting pada
anak usia 0-23 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui hubungan jenis kelamin anak dengan kejadian stunting.
2) Mengetahui hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian stunting.
3) Mengetahui hubungan antara pekerjaan bapak dengan kejadian stunting.
4) Mengetahui hubungan antara penghasilan orang tua dengan kejadian stunting.
5) Mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian stunting.
6) Mengetahui hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan kejadian stunting.
7) Mengetahui hubungan antara pengelolaan air minum dengan kejadian stunting.
8) Mengetahui hubungan antara kondisi jamban dengan kejadian stunting.
9) Mengetahui hubungan antara sikap cuci tangan dengan kejadian stunting.
1.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Tabel 1. Variabel Bebas dan Definisi Operasional Variabel Bebas
Skala
Variabel Bebas Definisi Konseptual Kategori
Pengukuran
Jenis kelamin Jenis kelamin anak Laki-laki
Nominal
anak usia 0-23 Perempuan
Pekerjaan ibu Pekerjaan ibu yang Tidak bekerja
memiliki anak usia 0- Bekerja Nominal
23 bulan
Pekerjaan Pekerjaan bapak yang Tidak bekerja
bapak memiliki anak usia 0- Bekerja Nominal
23 bulan
Penghasilan Akumalasi Rendah < Rp2.800.000
orang tua penghasilan ibu dan Tinggi  Rp2.800.000
bapak per bulan, yang Ordinal
memiliki anak usia 0-
23 bulan
Pendidikan ibu Pendidikan terakhir Tidak sekolah
ibu yang memiliki SD sederajat
anak usia 0-23 bulan SMP sederajat Ordinal
SMA sederajat
Diploma/sederajat
Jumlah anggota Jumlah anggota Besar > 4 orang
keluarga keluarga di mana Kecil ≤ 4 orang
Ordinal
anak usia 0-23 bulan
tinggal
Pengelolaan air Cara apa yang Tidak diolah
minum dilakukan untuk Air galon
mengolah air minum Nominal
Direbus
sebelum dikonsumsi Disaring
Kondisi jamban Kondisi jamban yang Tidak memiliki jamban
digunakan di tempat sehat Ordinal
tinggal anak usia 0-23 Memiliki jamban sehat
bulan
Sikap cuci Penggunaan sabun Tidak menggunaan
tangan dan air mengalir di sabun dan air mengalir Nominal
tempat tinggal anak Menggunakan sabun
usia 0-23 bulan dan air mengalir

Tabel 2. Variabel Terikat dan Definisi Operasional Variabel Terikat


Definisi
Variabel Bebas Kategori Skala Pengukuran
Konseptual
Kejadian stunting Anak usia 0-23 Tidak stunting
bulan yang Stunting
dinyatakan tidak
stunting atau Nominal
stunting melalui
pengukuran
antropometri
1.5 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

j Tinggi badan ibu


Stunting BBLR
Tinggi badan ayah

Asupan makanan Status infeksi balita

Ketersediaan dan Riwayat IMD, Pelayanan kesehatan, status


pola konsumsi pemberian ASI, imunisasi, dan kesehatan
rumah tangga pemberian MP-ASI lingkungan

Status pendidikan orang tua


Usia persalinan, status gizi
Status pekerjaan orang tua ibu saat hamil, riwayat
anemia ibu, paritas, jarak
Pendapatan keluarga
kelahiran
Usia ibu saat hamil

Gambar 1. Kerangka Teori


Sumber : Modifikasi dari UNICEF (1990)
Variabel Bebas
1) Jenis kelamin anak
2) Pekerjaan ibu
3) Pekerjaan bapak
Variabel Terikat
4) Penghasilan orang tua
Kejadian stunting
5) Pendidikan ibu
6) Jumlah anggota keluarga
7) Pengelolaan air minum
8) Kondisi jamban
9) Sikap cuci tangan

Gambar 2. Kerangka Konsep


Daftar Pustaka

Apriluana, G., & Fikawati, S. (2018). Analisis Faktor-Faktor Risiko terhadap Kejadian
Stunting pada Balita ( 0-59 Bulan ) di Negara Berkembang dan Asia Tenggara. Media
Peneliti Dan Pengembangan Kesehatan, 28(4), 247–256.
https://doi.org/https://doi.org/10.22435/mpk.v28i4.472

Beal, T., Tumilowicz, A., Sutrisna, A., Izwardy, D., & Neufeld, L. M. (2018). A review of child
stunting determinants in Indonesia. Maternal and Child Nutrition, 14(4), 1–10.
https://doi.org/10.1111/mcn.12617

Faiqoh, R. B. Al, Suyanto, & Kartini, A. (2018). Hubungan Ketehanan Pangan Keluarga Dan
Tingkat Kecukupan Zat Gizi Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 24-59 Bulan Di
Daerah Pesisir (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang).
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(5), 413–421.

Hary Cahyati, W., Nita Prameswari, G., Wulandari, C., & Karnowo. (2019). Kajian Stunting di
Kota Semarang. Jurnal Riptek, 13(2), 101–106. http://riptek.semarangkota.go.id

Lestari, W., Hartati, S., Siregar, D. M., & Manggabarani, S. (2018). FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK SEKOLAH DASAR
NEGERI 014610 SEI RENGGAS KECAMATAN KISARAN BARAT KABUPATEN
ASAHAN. Jurnal Dunia Gizi, 1(1), 59–64. https://ejournal.helvetia.ac.id/jdg

Stewart, C. P., Iannotti, L., Dewey, K. G., Michaelsen, K. F., & Onyango, A. W. (2013).
Contextualising complementary feeding in a broader framework for stunting prevention.
Maternal and Child Nutrition, 9(S2), 27–45. https://doi.org/10.1111/mcn.12088

Torlesse, H., Cronin, A. A., Sebayang, S. K., & Nandy, R. (2016). Determinants of stunting in
Indonesian children : evidence from a cross-sectional survey indicate a prominent role
for the water , sanitation and hygiene sector in stunting reduction. BMC Public Health,
1–11. https://doi.org/10.1186/s12889-016-3339-8

Anda mungkin juga menyukai