PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya mencapai tujuan pertama Millenium Development Goals
(MDGs), yaitu untuk mengurangi angka kemiskinan dan kelaparan di dunia
sampai setengahnya di tahun 2015, Pemerintah sudah dan masih
melanjutkan program pembangunan yang tertuang di dalam triple track
strategy, diantaranya untuk track ketiga revitalisasi pertanian, kehutanan,
kelautan, dan ekonomi perdesaan untuk mengurangi kemiskinan.
Dalam bidang ketahanan pangan, landasan perwujudan ketahanan
didasarkan pada pasal 2 Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang
Pangan menyatakan, bahwa pembangunan pangan diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil
dan merata berdasarkan kemandirian, dan tidak bertentangan dengan
keyakinan masyarakat.
Untuk mewujudkan kemandirian pangan dilakukan pemberdayaan
masyarakat miskin di daerah rawan pangan melalui strategi jalur ganda/twin
track strategy: (1) membangun ekonomi berbasis pertanian dan perdesaan
untuk menyediakan lapangan kerja dan pendapatan; dan (2) memenuhi
pangan bagi kelompok masyarakat miskin di daerah rawan pangan melalui
pemberdayaan dan pemberian bantuan langsung.
Untuk itu, Pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan Kementerian
Pertanian, sejak tahun 2006 telah meluncurkan Kegiatan Desa Mandiri
Pangan (Kegiatan Desa Mapan), yang diharapkan dapat mendorong
kemampuan masyarakat desa untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi
keluarganya, sehingga dapat menjalani hidup sehat dan produktif. Jumlah
lokasi yang sudah dibangun sejak tahun 2006 hingga 2010 sebanyak 1.885
desa di 379 kabupaten/kota pada 33 provinsi. Pada tahun 2011 ditambah
837 desa di 397 kabupaten/kota, terdiri dari desa reguler 261 desa dan
replikasi 576 desa. Dengan demikian sampai akhir tahun 2011 akan
B. Ruang Lingkup
Kegiatan Desa Mapan dilaksanakan dalam waktu empat tahun
melalui empat tahap: persiapan, penumbuhan, pengembangan, dan
kemandirian. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan pendekatan
pemberdayaan masyarakat miskin, penguatan kelembagaan masyarakat
desa, pengembangan sistem ketahanan pangan, dan koordinasi lintas
subsektor dan sektor untuk mendukung pembangunan dan pengembangan
sarana dan prasarana perdesaan. Untuk memperluas jangkauan penerima
manfaat, pada tahun kelima dikembangkan Gerakan Kemandirian Pangan
(Gema Pangan) yang melibatkan semua unsur masyarakat, pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Desa yang telah
mandiri akan membina desa-desa di sekitarnya selama tiga tahun dalam tiga
tahap: Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian. Pada tahun keempat
dikembangkan Gerakan Penebaran Manfaat bagi kelompok masyarakat di
sekitarnya.
C. Pengertian
1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,
baik yang diolah maupun tidak, diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan,
bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan atau pembuatan makanan dan minuman.
2. Desa yang disebut dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
diartikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah, berwewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
A. Tujuan
Tujuan Kegiatan Desa Mapan: meningkatkan keberdayaan
masyarakat miskin perdesaan dalam mengelola dan memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki atau dikuasainya secara optimal, untuk mencapai
kemandirian pangan rumah tangga dan masyarakat.
B. Sasaran
Rumah tangga miskin di desa rawan pangan untuk mewujudkan
kemandirian dan ketahanan pangan masyarakat.
C. Indikator Keberhasilan
Mengingat sasaran akhir kegiatan Desa Mapan untuk mewujudkan
kemandirian pangan masyarakat miskin di desa rawan pangan, maka
indikator keberhasilannya berada pada perwujudan kemandirian pangan
tingkat desa dan masyarakat sebagai berikut:
1. Output
a. Peningkatan usaha produktif berbasis sumber daya lokal yang dimiliki
kelompok dan perorangan;
b. Peningkatan kemampuan daya beli dan akses pangan rumah tangga;
c. Perkembangan ketersediaan pangan masyarakat.
2. Outcome
a. Perkembangan pengelolaan dana dan pelayanan oleh Lembaga
Keuangan Desa (LKD);
b. Perubahan pola konsumsi pangan beragam, bergizi, berimbang dan
aman;
c. Penambahan jumlah penerima manfaat kegiatan di perdesaan;
d. Penurunan jumlah rumah tangga penerima Beras untuk Masyarakat
Miskin (Raskin).
PENGUATAN KELEMBAGAAN
a. Kelembagaan Aparat
b. Kelembagaan Masyarakat Output
c. Kelembagaan Pelayanan
1. Berkembangnya
usaha produktif
berbasis sumber
daya lokal.
PENGUATAN SISTEM KETAHANAN PANGAN 2. Meningkatnya
Input ketersediaan
- SDM Ketersediaan Distribusi/ Konsumsi pangan.
- SDA - Peningkatan Akses - kualitas 3. Meningkatnya
- Dana Produksi - akses fisik pangan daya beli rumah
- Teknologi - Cadangan - daya beli - diversisifi- tangga
- Kearifan Pangan - stabilisasi kasi pangan 4. Meningkatnya
Lokal pasokan akses pangan
rumah tangga.
2. Pendekatan
Pendekatan kegiatan dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat
yang terpilih, untuk penguatan kelembagaan dan sistem ketahanan pangan
di perdesaan:
3. Strategi
Strategi penyelenggaraan kegiatan, diarahkan untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan dan keberlanjutan Kegiatan Desa Mapan.
a. Strategi Pencapaian Tujuan:
(1) Mengintensifkan pemberdayaan untuk meningkatkan kapasitas dan
kemandirian masyarakat.
(2) Menjalin kemitraan yang seluas-luasnya dengan stakeholder untuk
bersama-sama meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
mewujudkan ketahanan pangan.
(3) Mengembangkan kelembagaan masyarakat yang dipercaya,
mengakar, dan akuntabel.
(4) Menerapkan konsep pembangunan partisipatif dan inklusif secara
konsisten, dinamis, dan berkelanjutan.
(5) Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal.
A. Perencanaan Program
Perencanaan Kegiatan Desa Mapan dilakukan secara berjenjang dari:
kelompok masyarakat di desa, kabupaten, provinsi, dan pusat.
1. Perencanaan di Kelompok, dilakukan secara partisipatif, dengan
melibatkan seluruh anggota kelompok yang difasilitasi pendamping,
untuk menyusun penguatan dan pengembangan usaha kelompok kedalam
Rencana Kegiatan Kelompok (RKK), sebagai bahan penyusunan rencana
di desa.
2. Perencanaan di Desa, dilakukan secara partisipatif oleh TPD,
pendamping, dan tokoh masyarakat yang diintegrasikan dengan program
yang telah disusun di desa dalam Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa (Musrenbangdes). Rencana yang disusun untuk:
mewujudkan ketahanan pangan yang mencakup aspek ketersediaan,
distribusi, dan konsumsi; serta pembangunan sarana dan prasarana
penunjang; berdasarkan hasil survei data dasar dan Participatory Rural
Appraisal (PRA), untuk mengetahui potensi dan pemecahan
permasalahan ketahanan pangan wilayah desa.
3. Perencanaan di Kecamatan, dilakukan secara musyawarah dan mufakat
berdasarkan hasil Musrenbangdes. Camat melakukan koordinasi bersama
Pendamping/Penyuluh desa setempat, TPD, LKD, KCD, POPT,
Pengelola Lumbung Pangan, Tim Penggerak PKK Kecamatan dan
Koordinator BPP di Kecamatan, mengevaluasi potensi dan permasalahan
untuk memecahkan permasalah serta mengintegrasikan usulan kebijakan
tingkat kecamatan, prioritas program kerja pembangunan pedesaan dan
dukungan kegiatan lainnya.
4. Perencanaan di Kabupaten/Kota, dilakukan dengan mengintegrasikan
hasil perencanaan tingkat desa yang disampaikan dalam Musrenbang
Kabupaten, dengan program/kegiatan pembangunan lintas subsektor dan
sektor. Bupati/Walikota sebagai Ketua DKP Kabupaten/Kota,
b. Pendampingan:
(1) Tenaga pendamping di desa baru berasal dari penyuluh yang
bertugas dan bertempat tinggal di wilayah kerja binaan, sedangkan
tenaga pendamping desa lama melanjutkan kegiatan pendampingan
pada desa sebelumnya.
(2) Tugas Pendampingan pada tahap persiapan: (a) menyusun rencana
kerja pendampingan; (b) menumbuhkan dan mengembangkan
kelompok afinitas, kelompok wanita dari anggota dasa wisma, dan
kelompok lumbung pangan; (c) mengembangkan dinamika
kelompok afinitas; (d) membina kelompok-kelompok afinitas dalam
merencanakan usaha produktif; dan (e) menumbuhkan lembaga
layanan permodalan bersama-sama dengan TPD dan kelompok-
kelompok afinitas.
(3) Tugas Pendampingan pada desa lama sesuai indikator-indikator
kegiatan pada tahap penumbuhan, pengembangan, dan kemandirian.
a. Pemberdayaan Masyarakat:
DESA
REPLIKASI
DESA
MANDIRI
DESA REPLIKASI
DESA
REPLIKASI
A. Organisasi
Mengingat keberhasilan Kegiatan Desa Mapan sangat ditentukan oleh
keterpaduan program/kegiatan dari berbagai instansi, maka sistem
pengorganisasi kegiatan Desa Mapan melibatkan lintas subsektor dan sektor
terkait, baik di tingkat pusat, provinsi, dan maupun kabupaten dibawah
koordinasi DKP, dengan fungsi dan peran masing-masing lembaga sebagai
berikut:
1. DKP tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten sebagai wadah koordinasi
pelaksana kegiatan.
2. Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja Ketahanan Pangan pusat, provinsi, dan
kabupaten sebagai penanggung jawab kegiatan.
3. Pokja Desa Mapan yang berada dalam wadah DKP pusat, provinsi, dan
kabupaten sebagai pelaksana kegiatan Desa mapan.
4. Camat sebagai koordinator desa pelaksana kegiatan di wilayah kerjanya.
5. Kepala Desa sebagai penanggung jawab operasional kegiatan di tingkat
desa wilayah kerjanya.
6. TPD sebagai penggerak pembangunan ketahanan pangan di desa.
Kepala Badan/Kantor/
Pokja Dinas/Unit Kerja Ketahanan Gubernur
Pangan Tingkat Provinsi
Kepala Badan/Kantor/
Dinas/Unit Kerja Ketahanan Bupati/
Pokja
Pangan Tingkat Kabupaten/ Walikota
Kota
Camat :
1. BPP
2. KCD/POPT
3. TPDDesa Mapan+Kades
4. LKD desa sasaran
5. Pengelola Lumbung
6. Pengelola P2KP
Penerima Manfaat
1. Kelompok Afinitas
2. Kelompok Wanita
3. Kelompok Lumbung
4. Lembaga Keuangan Desa
Keterangan:
: Hubungan koordinasi
: Hubungan integrasi dari instansi terkait
: Hubungan komando
: Hubungan Pembinaan
1. Tingkat Desa
Kepala Desa sebagai penanggung jawab kegiatan di desa, bertugas
untuk mengkoordinasikan TPD, kelompok masyarakat, dan pendamping di
desa, serta berperan sebagai penghubung antara masyarakat dengan aparat
pemerintah.
Jumlah anggota TPD untuk desa tahun 2008 dan 2009 sebanyak 6 orang
dari unsur, terdiri dari: aparat desa; perwakilan penggerak PKK desa; tokoh
masyarakat; 2 orang perwakilan KK Miskin kelompok afinitas; dan 1 orang
PPL. Sedangkan jumlah anggota TPD untuk desa tahun 2010 dan 2011
sebanyak 5 orang dari unsur, terdiri dari: aparat desa; perwakilan penggerak
PKK desa; tokoh masyarakat; dan 2 orang perwakilan KK Miskin kelompok
afinitas. TPD bertugas bersama pendamping untuk merumuskan,
merencanaan, dan menggerakkan kegiatan Desa Mapan, yang hasilnya
dilaporankan kepada pengelola kegiatan sebagai bahan evaluasi
pelaksanaan. TPD akan menggantikan peran pendamping, setelah Kegiatan
Desa Mapan berakhir pada awal tahun kelima.
Tugas dan Fungsi TPD dibantu oleh Pendamping dalam:
a. Mengenali kondisi, potensi, dan masalah ketersediaan, distribusi,
konsumsi, akses, pemanfaatan pangan, dan situasi gizi masyarakat;
b. Menjalankan fungsi pelaporan situasi pangan dan gizi serta
perkembangan pelaksanaan kegiatan;
c. Memberikan masukan untuk integrasi berbagai program/kegiatan
pembangunan di perdesaan dalam mewujudkan ketahanan pangan
masyarakat;
d. Mengadakan pertemuan TPD minimal satu bulan sekali.
3. Tingkat Kabupaten/Kota
4. Tingkat Provinsi
Tugas dan Fungsi Pokja Tingkat Provinsi:
a. Melakukan sosialisasi di provinsi dan kabupaten/kota;
b. Merumuskan program pengembangan Desa Mandiri Pangan di provinsi;
c. Melakukan koordinasi, sinkronisasi perencanaan, dan pelaksanaan
kegiatan lintas sektor dalam Kegiatan Desa Mapan;
d. Mengidentifikasi dan memecahan masalah pelaksanaan Kegiatan Desa
Mapan;
e. Melakukan supervisi terhadap kegiatan kelompok afinitas Desa Mapan,
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Gizi (P2KP), serta
pengembangan lumbung pangan masyarakat;
f. Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada instansi pengelola
Kegiatan Desa Mapan Pusat;
g. Mengadakan pertemuan Pokja di provinsi yang dilaksanakan minimal 4
bulan sekali.
5. Tingkat Pusat
Pokja Desa Mapan di pusat diketuai oleh Kepala Badan Ketahanan
Pangan Kementrian Pertanian, dengan anggota dari instansi terkait. Tugas
dan Fungsi Pokja Pusat:
a. Merumuskan kebijakan dalam pelaksanaan kegiatan;
b. Membantu memecahkan masalah yang dihadapi provinsi dan kabupaten
dalam pelaksanaan kegiatan;
A. Sumber Pembiayaan
Pendanaan untuk Kegiatan Desa Mapan berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Provinsi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan bantuan hibah dari luar
negeri.
Dana APBN untuk Kementerian Pertanian disalurkan ke Badan
Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. Dana APBD Provinsi dan APBD
Kabupaten/Kota, dialokasikan oleh masing-masing daerah untuk
mendukung Kegiatan Desa Mapan. Dana dari masyarakat dalam bentuk
tabungan kelompok atau swadaya masyarakat dalam kegiatan, sedangkan
dana dari swasta dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan/Corporate Social Responsibility (PKBL/CSR).
Dukungan dana pembangunan wilayah perdesaan untuk Kegiatan Desa
Mapan dari instansi terkait diatur oleh masing-masing instansi/lembaga
menurut ketentuan yang berlaku.
Menteri Pertanian
1
Gubernur/
Bupati/Walikota
2
Kepala Badan/ Kantor/
Dinas/Unit Kerja yang
menangani ketahanan pangan
Kabupaten/Kota selaku KPA
Pejabat Pembuat 10
Komitmen (PPK)
Bendaharawan KPPN
Pengeluaran Kabupaten
9
8 Pejabat Penguji
6 Perintah
Pembayaran (P4)
Subkelompok
afinitas
3
14 11
4
4
13
5
Pendamping 7
Kelompok Afinitas Rekening
12 Bank
5
Tim Pangan Desa 14 12
dan Kepala Desa LKD
Keterangan:
1. Pelimpahan wewenang Menteri Pertanian kepada Gubernur berupa dana
dekonsentrasi dan kepada Bupati/Walikota berupa tugas pembantuan.
D. Pertanggunggungjawaban
Pertanggungjawaban pengelolaan dana APBN dilakukan oleh KPA
provinsi atau KPA kabupaten/kota dalam laporan keuangan secara rutin, dan
berpedoman pada peraturan-peraturan berikut:
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Kewajiban Melaporkan
Laporan Keuangan Bagi Lembaga Negara dan Kementerian;
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Pusat;
3. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 51 Tahun 2008
tentang Penyusunan Laporan Keuangan.
C. Pelaporan
Pelaporan pelaksanaan kegiatan dilakukan secara berkala, tepat waktu,
berkelanjutan, dan berjenjang dari desa, kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi, hingga pusat. Desa menyampaikan formulir laporan yang
disepakati kepada kecamatan dan kabupaten/kota tentang situasi pangan dan
cadangan pangan desa serta perkembangan pelaksanaan Kegiatan Desa
Mapan. Kecamatan yang berfungsi sebagai pemantau, pendamping, dan
penghubung ke kabupaten/kota, dengan menggunakan form yang disepakati
menyampaikan ke kabupaten/kota tentang: upaya-upaya yang telah
dilakukan dan meneruskan hal-hal yang tidak dapat dilakukan.
Kabupaten/kota memantau kegiatan lapang secara berkala,
mengevaluasi hasil pemantauan, serta menyampaikan laporan desa dan
kecamatan ke provinsi sesuai dengan format yang disepakati. Kabupaten
memberikan feedback kepada desa dan kecamatan, serta menindaklanjuti
berbagai permasalahan yang memerlukan penanganan segera atau
dikoordinasikan di kabupaten/kota.
Provinsi memantau kegiatan lapang secara berkala, mengevaluasi
hasil pemantauan, melaporkan ke pusat sesuai format yang disepakati,
memberikan feedback kepada kabupaten/kota, serta menindaklanjuti
berbagai permasalahan yang memerlukan penanganan segera atau
dikoordinasikan di provinsi.
Pusat sebagai penanggung jawab program melakukan: pemantauan
kegiatan lapang secara berkala, mengevaluasi hasil pemantauan provinsi,
memberikan feedback kepada provinsi terhadap, serta menindaklanjuti
berbagai permasalahan yang memerlukan penanganan segera atau
dikoordinasikan di pusat.
TAHAP PERSIAPAN TAHAP PENUMBUHAN TAHAP ENGEMBANGAN TAHAP KEMANDIRIAN GKP : GKP :
250 Ds, 122 kab 250 ds.lama,122 kab 250 ds lama, 122 kab 250 ds lama, 122 kab 122 Ds Inti, 363 Ds replikasi, 123 Ds Inti 369 replikasi
128 Ds proses kemandirian 5 ds proses Kemandirian
Tota, 250 Desa, TAHAP PERSIAPAN TAHAP PENUMBUHAN TAHAP PENGEMBANGAN TAHAP KEMANDIRIAN GKP
122 kab 32 prov - 116 Ds baru, 58 kab baru 354 ds lama, 180 kab 354 ds lama, 180 kab 354 ds lama, 180 kab 69 inti 207 replikasi
- 238 Ds baru, 122 kab lama 285 proses kemandirian
T : 354 desa, 180 kab
Total : 604 desa, TAHAP PERSIAPAN TAHAP PENUMBUHAN TAHAP PENGEMBANGAN TAHAP KEMANDIRIAN
180 kab, 32 prov 41 ds baru,21 kab baru 221 desa lama,201 kab 221ds lama,201 kab 221ds lama,201 kab
180 ds baru,180 kab lama
T : 221 desa, 201 kab
Total : 825 desa, TAHAP PERSIAPAN TAHAP PENUMBUHAN TAHAP PENGEMBANGAN
201 kab, 32 prov 148 ds baru, 74 kab baru 359 ds lama,275 kab 359 ds lama,275 kab
211 ds baru,201 kab lama
T : 359 desa, 275 kab
Total : 1184 desa, TAHAP PERSIAPAN TAHAP PENUMBUHAN
275 kab, 33 prov 214 ds baru, 104 kab baru 363 desa replikasi
252 ds baru, 205 kab lama 466 desa reguler
363 ds replikasi ,110 kb lm