TINJAUAN TEORI
b. Fisiologi Pernapasan.
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
Pada pernafasan melalui par-paru atau pernafasan eksterna, oksigen
dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas; oksigen masuk
melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat
dengan darah di dalam kapiler pulmonaris (Pearce. C. E, 2009).
Proses fisiologi pernapasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam
jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi
menjadi 3 stadium.
Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke
dalam dan keluar paru-paru.
Stadium kedua adalah transportasi, yang terdiri dari beberapa aspek :
1) Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi
eksterna) dan antara darah sistemik dan sel-sel jaringan.
2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar.
3) Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah.
Stadium terakhir adalah respirasi sel atau respirasi interna, yaitu pada
Jumlah udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap kali bernapas
disebut volume tidal yaitu sekitar 500 ml. Kapasitas vital paru-paru, yaitu
maksimal sekitar 4500 ml. Volume residu, yaitu jumlah udara yang
1.1.4 Patofisiologi
Pneumonia adalah hasil dari proliferasi pathogen microbial di alveolar dan
respon tubuh terhadap pathogen tersebut. Banyak cara mikroorganisme memasuki
saluran pernafasan bawah. Salah satunya adalah melalui aspirasi orofaring. Aspirasi
dapat terjadi pada kaum geriatric saat tidur atau pada pasien dengan penurunan
kesadaran. Melalui droplet yang teraspirasi banyak pathogen masuk. Pneumonia
sangat jarang tersebar secara hematogen.
Faktor mekanis host seperti rambut nares, turbinasi, dan arsitektur
trakeobronkial yang bercabang-cabang mencegah mikroorganisme dengan mudah
memasuki saluran pernafasan. Faktor lain yang berperan adalah reflek batuk daan
reflek tersedak yang mencegah aspirasi. Flora normal juga mencegah adhesi
mikroorganisme di orofaring.
Saat mikroorganisme akhirnya berhasil masuk ke alveolus, tubuh masih
memiliki makrofag alveolar. Pneumonia akan muncul saat kemampuan makrofag
membunuh mikroorganisme lebih rendah dari kemampuan mikroorganisme bertahan
hidup. Makrofag lalu akan menginisiasi respon inflamasi host. Pada saat inilah
manifestasi klinis pneumonia akan muncul. Respon inflamasi tubuh akan memicu
penglepasan mediator inflamasi seperti IL (interleukin) I dan TNF (Tumor Necrosis
Factor) yang akan menghasilkan demam. Neutrofil akan bermigrasi ke paru-paru dan
menyebabkan leukositosis perifer sehingga meningkatkan sekresi purulen.
Mediator inflamasi dan neurofil akan menyebabkan kebocoran kapiler alveolar
lokal. Bahkan eritrosit dapat keluar akibat kebocoran ini dan menyebabkan
hemoptisis. Kebocoran kapiler ini menyebabkan penampakan infiltrat pada hasil
radiologi dan rales pada auskultasi serta hypoxemia akibat terisinya alveolar.
Pada keadaan tertentu bakteri pathogen dapat mengganggu vasokontriksi
hipoksik yang biasanya muncul pada alveoli yang terisi cairan hal ini akan
menyebabkan hipoksemia berat. Jika proses ini memberat dan menyebabkan
perubahan mekanisme paru dan volume paru dan shunting aliran darah sehngga
berujung pada kematian.
1.1.5 Pathway
Radang Bronkial
1.1.6 Klasifikasi
Pneumonia dapat digolongkan (Djojodibroto, 2014) menjadi;
1. Pneumonia bacterial
Mikroorganisme masuk ke dalam paru melalui inhalasi udara dari atmosfer, juga
dapat memalui aspirasi dari nosofering atau orofering.
Pneumonia bakterial terdiri dari tiga jenis yaitu:
a. Community – Acquired Pneumonia (CAP)
Penyakit ini sering diderita oleh anggota masyarakat umumnya disebabkan
oleh streptococcus pneumonia dan biasanya menimbulkan pneumonia lobar.
Pneumonia yang disebabkan oleh pneumokokus yang menyebabkan
penderita mengalami gejala menggigil dan diiukuti demam yang tinggi.
b. Hospital – Acquired Pneumonia (HAP)
Pneumonia nosocomial yaitu pneumonia yang kejadiannya bermula dirumah
sakit. Penyakit ini adalah penyebab kematian yang terbanyak pada pasien
dirumah sakit. Mikroorganisme penyebabnya biasanya bakteri gram negatif
dan stafilokokus.
c. Pneumonia aspirasi (aspiration pneumonia)
Pneumonia aspirasi dapat menyebabkan: obstruksi atau tersumbatnya
saluran pernapasan, pneumonitis oleh bahan kimiawi (asam lambung, enzim,
dan pencernaan) dan, pneumonitis oleh infeksi.
2. Pneumonia atipik (pneumonia non bacterial)
Yang termasuk grup ini adalah pneumonia yang disebabkan oleh mycoplasma
pneumoniae, chlamydea psittaci, legionella pneumophila, dan coxiella burneti.
Klasifikasi pneumonia menurut (Padila, 2013) yaitu;
a. Community acquired merupakan penyakit pernapasan umum dan
bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia streptococal
merupakan organisme penyebab umum.
b. Hospital acquired pneumonia dikenal sebagai pneumonia
nosocomial. Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau
aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospitas acquired
pneumonia.
c. Lobar dan bronkopneumonia tidak hanya dikategorikan menurut lokasi
tetapi sekarang ini pneumonia di klasifikasikan menurut organisme.
1.1.7 Manifestai Klini
Menurut (Suratun & Santa, 2013) Gejala yang dapat muncul pada klien dengan
pneumonia :
1. Demam
2. Berkeringat
3. Batuk dengan sputum yang produktif
4. Ssesak napas
5. Sakit kepala
6. Nyeri pada leher dan dada
7. Pada saat austultasi dijumpai adanya ronchi dan dullness pada perkusi dada.
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar x : Mengidentifikasikan distribusi structural (misal: labor,
organisme khusus.
1.1.9 Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak berat, bisa diberikan antibiotic
per-oral, dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan penderita
dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru lainnya, harus
dirawat dan antibiotic diberikan melalui infuse. Mungkin perlu diberikan
oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaan membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat
diberikan antara lain :
1. Oksigen 1-2 L/menit.
2. IVFD dekstrose 10 % , NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml
cairan.
3. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
4. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
5. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
6. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
(Nurarif & Kusuma, 2015).
BAB II
Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
evaluasi keperawatan.
2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
1) Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal lahir, agama, pekerjaan, status
pernikahan, pendidikan.
2) Keluhan Utama
3) Riwayat Kesehatan.
4) Kondisi Lingkungan
5) Pola Kebiasaan
7) Riwayat Alergi
3. Hipertermia (D.0130)
1) Pengertian
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.
2) Penyebab
a) Proses Pennyakit (infeksi)
b) Dehidrasi
3) Kriteria Mayor dan Minor
Kriteria Mayor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
Suhu tubuh diatas normal
Kriteria Minor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
Kulit merah
Takikardia
Takipnea
Kulit terasa hangat
4. Defisit Nutrisi (D.0019)
1) Pengertian
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
2) Penyebab
a) Kurangnya asupan makanan
b) Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
c) Peningkatan kebutuhan metabolisme
d) Factor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)
3) Kriteria Mayor dan Minor
Kriteria Mayor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
Kriteria Minor
a) Subjektif
Cepat kenyang setelah makan
Kram/nyeri abdomen
Nafsu makan menurun
b) Objektif
Bising usus hiperaktif
Otot pengunyah lemah
Otot menelan lemah
Membrane mukosa pucat
Sariawan
Serum albumin turun
Rambut rontok berlebihan
Diare
5. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
1) Pengertian
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
2) Penyebab
a) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
b) Kelemahan
3) Kriteria Mayor dan Minor
Kriteria Mayor
a) Subjektif
Mengeluh lelah
b) Objektif
Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
Kriteria Minor
a) Subjektif
Dispnea saat/setelah aktivitas
Merasa tidak nyaman setelah aktivitas
Merasa lemah
b) Objektif
Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
Gambaran EKG menunjukan ischemia
Sianosis