Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN KASUS

PUPNZJBTJT!CJMBUFSBM!QBEB!BOBL!
EFOHBO!PUJUJT!NFEJB!TVQVSBUJG!LSPOJL
Tvxboebsb!X-!Tvejqub!N-!Flb!Qvusb!Tfujbxbo
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah, Denpasar

BCTUSBL

Myiasis merupakan penyakit yang jarang ditemukan pada manusia. Daerah yang paling sering adalah kulit, hidung, trakea,
mulut, mata, telinga, dan sinus paranasalis. Myiasis telinga atau dikenal pula sebagai otomyiasis adalah terdapatnya infestasi
larva pada telinga manusia. Pada umumnya otomyiasis ini mengenai anak-anak, tetapi bisa juga ditemukan pada orang
dewasa yang mengalami retardasi mental atau palsi serebral. Kami melaporkan satu kasus anak laki-laki otomyiasis pada anak
dengan otitis media supuratif kronik yang ditemukan di RSUP Sanglah, Denpasar dan telah dilakukan penanganan evakuasi
larva, toilet telinga menggunakan NaCl 0,9% dan bantuan!tvdujpo, pemberian antibiotik topikal dan oral. [MEDICINA.
2012;43:127-30].

Kata kunci!;!pupnzbtjt-!pujujt!nfejb!tvqvsbujg!lspojl-!mbswb

CJMBUFSBM!PUPNZJBTJT!JO!B!DIJME!XJUI!DISPOJD!TVQQVSBUJWF!
PUJUJT!NFEJB
Tvxboebsb!X-!Tvejqub!N-!Flb!Qvusb!Tfujbxbo
Department of Ear, Nose, and Throat, Medical School, Udayana University/Sanglah Hospital, Denpasar

ABSTRACT

Myiasis is a disease that is rarely found in humans. The most often areas are the skin, nose, trachea, mouth, eye, ear and
paranasal sinuses. Auriclar myiasis also known as otomyiasis is the presence of larval infestation on the human ear. In
general, otomyiasis frequently in children, but can also be found in adult who have mental retardation or cerebral palsy. We
reported a case of a boy who has otomyiasis with chronic suppurative otitis media in Sanglah Hospital, Denpasar and has
done manage by evacuation of maggots, ear toilet using NaCl 0.9% and concomitant suction, topical and oral antibiotic.
[MEDICINA. 2012;43:127-30].

Keywords;!pupnzbtjt-!dispojd!tvqqvsbujwf!pujujt!nfejb-!nbhhput

PENDAHULUAN yang terkena.1-7 karena kasus ini jarang, maka kami


Myiasis merupakan penyakit tertarik untuk melaporkan satu
Istilah myiasis diperkenalkan yang jarang ditemukan pada manusia, kasus otomyiasis pada anak dengan
pertama kali pada tahun 1840, berasal namun perlu mendapat perhatian otitis media supuratif kronik yang
dari kata “myia”, dalam bahasa karena dampak yang ditimbulkan ditemukan di RSUP Sanglah,
Yunani yang berarti lalat. Myiasis bisa berakibat fatal. Daerah yang Denpasar.
adalah terdapatnya infestasi larva paling sering adalah kulit, hidung,
diftera pada jaringan tubuh mamalia trakea, mulut, mata, telinga, dan LAPORAN KASUS
hidup, bisa pada jaringan hidup sinus paranasalis.1-7
maupun jaringan yang telah mati. Myiasis telinga atau dikenal Penderita IWT, laki-laki 4
Dipercaya bahwa lalat meletakkan pula sebagai otomyiasis adalah tahun 11 bulan, Sanur, Denpasar.
telurnya saat terbang di atas kulit, terdapatnya infestasi larva lalat pada Pada tanggal 14 Maret 2010 pukul
luka atau pun di lubang alamiah telinga manusia. Pada umumnya 21.30 wita datang di IRD RSUP
tubuh. Myiasis dapat mengenai tiga otomyiasis ini lebih sering mengenai Sanglah diantar oleh pamannya
lokasi pada tubuh manusia, yaitu anak-anak, tetapi bisa juga ditemukan dengan keluhan keluar darah dan
jaringan kulit, rongga tubuh, dan pada orang dewasa misalnya pada nanah dari telinga kanan, sedangkan
organ-organ tubuh. Gejala-gejala penderita yang mengalami retardasi dari telinga kiri hanya keluar nanah
yang timbul sesuai dengan lokasi mental atau palsi serebral. Oleh saja. Kedua telinga dirasakan gatal

@ A B C D E F E G F D H I J K L I M J B D C N O P Q
MEDICINA R S T U V W X Y Z [ T W T \ ] R W X ^ ] _ ` ]

dan seperti ada yang bergerak- sebanyak 5 larva sedangkan dari Pada tanggal 19 Maret 2010
gerak sehingga penderita sempat telinga kiri sebanyak 3 larva. Setelah penderita datang kontrol di poliklinik
mengorek telinganya dengan dpuupo! itu dilanjutkan dengan toilet telinga THT-KL RSUP Sanglah. Keluhan
cve. Dari kedua telinga penderita sampai benar-benar bersih sehingga gatal, benda bergerak, dan rasa sakit
keluar bau busuk. Keluhan sakit membran timpani bisa dievaluasi pada kedua telinga sudah tidak ada.
kepala yang hebat tidak ada. secara maksimal. Tampak membran Pilek masih dikeluhkan, batuk tidak
Sebelum datang di IRD penderita timpani kanan dan kiri mengalami ada, keluar cairan dari telinga sudah
sempat berobat di dokter umum perforasi subtotal serta tampak berkurang. Pemeriksaan telinga tidak
dan kemudian disarankan berobat ke sekret keluar dari lubang perforasi. tampak adanya larva, sekret masih
dokter spesialis THT-KL. Penderita Dengan pemeriksaan otoskopi tidak mukopurulen akan tetapi sudah
mengalami keluar cairan dari telinga tampak adanya larva dalam kavum jauh berkurang dari sebelumnya,
kanan dan kiri sejak usia 1 tahun dan timpani. tampak membran timpani kanan
sudah dibawa berobat 2 kali ke dokter Selanjutnya penderita dan kiri perforasi subtotal. Regio
umum, akan tetapi keluhan keluar diberikan obat ofloksasin tetes mastoid tidak tampak tanda-tanda
cairan tetap berulang. Penderita juga telinga 2 x 3 tetes, co-amoksiklav radang. Terapi dilanjutkan dengan
pilek dan batuk saat datang di IRD, sirup forte 3 x ¾ sendok takar, tetap dilakukan toilet telinga
tidak disertai dengan panas badan. parasetamol sirup forte ¾ sendok menggunakan NaCl 0,9% dengan
Saat ini kedua orangtua penderita takar kalau perlu, pseudoefedrin bantuan tvdujpo.
mengalami gangguan jiwa, sehingga / triprolidin HCl / ambroksol 3 x Pada tanggal 25 Maret 2010
penderita tidak mendapat perhatian 1 pulv. Pasien disarankan kontrol penderita datang kontrol lagi dan
dan perawatan dari orangtuanya. ke poliklinik THT-KL. Larva yang keluhan makin berkurang. Pilek
Pada pemeriksaan fisik, didapat dimasukkan ke dalam dan batuk sudah tidak dikeluhkan
keadaan umum baik, kesadaran botol, difiksasi dengan alkohol lagi. Tidak keluar cairan dari kedua
kompos mentis, berat badan 18 70% selanjutnya dikirim ke bagian telinga. Pada pemeriksaan telinga
kg, nadi 90 x/menit, respirasi 26 parasitologi Fakultas Kedokteran tampak kanalis akustikus eksternus
x/menit, suhu aksila 36,6 0C. Status Universitas Udayana (Hbncbs!3). lapang, tidak tampak sekret dan
lokalis THT-KL, pada pemeriksaan
telinga didapatkan adanya larva yang
masih hidup pada kanalis akustikus
eksternus kanan dan kiri (Hbncbs!
2), tampak sekret mukopurulen pada
kedua telinga, sedangkan pada telinga
kanan tampak sekret mukopurulen
bercampur dengan darah. Membran
timpani belum bisa dievaluasi.
Regio mastoid tidak tampak tanda-
tanda radang. Pemeriksaan hidung
tampak mukosa hiperemi dengan
sekret mukoid, tidak tampak larva Telinga kanan Telinga kanan
pada kavum nasi. Pada pemeriksaan Hbncbs!2. Larva di dalam liang telinga penderita.
tenggorok didapatkan mukosa faring
hiperemi, tonsil T2/T2 hiperemi,
detritus tidak tampak, serta terdapat
kripte yang melebar.
Penderita didiagnosis
dengan otomyiasis bilateral +
otitis media supuratif kronis
bilateral + rinotonsilofaringitis
kronis eksaserbasi akut. Kemudian
dilakukan ekstraksi larva dengan
bmmjhbups! gpsdfq, diirigasi dengan
NaCl 0,9% dan bantuan tvdujpo. Dari
telinga kanan berhasil dikeluarkan Hbncbs!3. Larva difiksasi dengan alkohol 70%.

a b c

R d V \ [ e U ^ U W ^ e f g X h T g i X \ e [
| } | ~   € ‚ €‚ ƒ € „  } … †  „ ‡  ˆ   ‰  Š ˆ … ‰ ‹  ‰ | } €} ‚ € ~ … ˆ € ‚ Œ ‡ Œ †  } €  Š † | ‰ € Š Ž   ‘ ’ “ ” ’ • ’ – —   ” ˜ ™ š ’ › — œ  ’ ž  š • ’  Ÿ   ’ ‘ ’ “

membran timpani tampak perforasi Otomyiasis paling sering antibiotik yang diperlukan. Pada
tanpa adanya sekret yang keluar dari terjadi pada anak-anak. Disebutkan penderita ini telah dilakukan
lubang perforasi pada kedua telinga pula di dalam kepustakaan ekstraksi larva dengan bmmjhbups!
(Hbncbs!4). bahwa adanya otitis media kronis gpsdfq kemudian dilanjutkan toilet
telinga menggunakan NaCl 0,9%
dengan bantuan tvdujpo1 serta telah
diberikan antibiotik topikal berupa
ofloksasin tetes telinga serta co-
amoksiklav oral.1,3-5,8 Selain dilakukan
toilet telinga dan pemberian obat
topikal maupun oral, edukasi juga
sangat berperanan dalam hal untuk
mencegah timbulnya kembali
penyakit ini. Berhubung kedua
orangtua pasien menderita gangguan
jiwa, maka edukasi diberikan kepada
Hbncbs!4. Membran timpani setelah hari kesebelas. paman dan sepupu penderita untuk
ikut membantu menjaga kebersihan
Pada tanggal 26 Maret merupakan faktor predisposisi penderita secara menyeluruh.
2010 diterima hasil pemeriksaan terjadinya otomyiasis.6,8 Pada kasus Dengan penanganan seperti
entomologi larva. Adapun ini penderita merupakan anak laki- tersebut, ternyata dapat memberikan
identifikasi larva yang ditemukan laki berusia 4 tahun 11 bulan, terjadi hasil yang maksimal pada penderita
pada pasien tersebut, yaitu larva otitis media kronis bilateral dengan ini.
ukuran panjang sekitar 1 cm dengan perforasi membran timpani subtotal Telah pula dilakukan
diagnosis Qipsnjb!sfhjob. pada kedua telinga, di samping itu kunjungan rumah untuk melihat
Mengingat pentingnya faktor kebersihan personal yang secara langsung kondisi penderita
peranan THT komunitas dalam sangat kurang akibat kondisi kedua beserta lingkungannya, sehingga
terjadinya penyakit otomyiasis orangtua penderita yang mengalami akan lebih memudahkan dalam
ini, maka pada tanggal 15 April gangguan jiwa dan status sosial memberikan edukasi. Ternyata
2010 telah dilakukan kunjungan ekonomi kurang. memang kedua orangtua penderita
rumah untuk melihat secara Telinga yang terkena bisa pada mengalami gangguan jiwa dengan
langsung kondisi penderita beserta kedua telinga dengan distribusi pada status sosioekonomi yang kurang.
lingkungannya dan ternyata memang jenis kelamin laki-laki dan perempuan Dengan penanganan yang
kedua orangtua pasien mengalami tidak ada perbedaan. Pada kasus ini komprehensif diharapkan hasil yang
gangguan jiwa, serta keadaannya semua gejala otomyiasis muncul didapatkan menjadi lebih maksimal.
kurang mendapat perhatian sehingga yaitu adanya larva dan sekret yang Oleh karena faktor sosioekonomi
hal ini mempengaruhi kebersihan mukopurulen merupakan gejala sangat berperanan dalam hal
yang bersangkutan. Demikian pula yang pasti terdapat pada kasus terjadinya penyakit otomyiasis, maka
status ekonomi penderita dalam otomyiasis. Telinga yang berbau peranan THT komunitas sangat
keadaan kurang mampu. busuk sebagai gejala kedua utama diperlukan dalam hal ini.
yang perlu mendapat perhatian,
DISKUSI pada kasus ini juga dikeluhkan. RINGKASAN
Otomyiasis berdasarkan
Otomyiasis merupakan kepustakaan dikatakan bahwa Telah dilaporkan sebuah
suatu penyakit yang mengenai penanganannya dengan kasus otomyiasis pada anak dengan
telinga disebabkan oleh adanya membersihkan telinga, otitis media supuratif kronis,
infestasi larva lalat dari ordo diftera, mengeluarkan larva sampai tidak seorang anak laki-laki berusia
famili Dbmmjqipsjebf, subfamili tersisa lagi serta bila terdapat 4 tahun 11 bulan yang telah
Dbmmjqipsjobf dan Disztpnzjobf. perforasi membran timpani maka dilakukan penanganan evakuasi
Dalam hal ini oleh spesies Qipsnjb! perlu dilakukan toilet telinga larva, toilet telinga menggunakan
sfhjob yang merupakan subfamili menggunakan NaCl 0,9% dengan NaCl 0,9% dan bantuan! tvdujpo,
Disztpnzjobf.1-8 bantuan tvdujpo serta pemberian pemberian antibiotik topikal dan
oral. Disertai pula pemberian

j k l m n o p o q p n r s t u v s w t l n m x y z {
MEDICINA ¡ ¢ £ ¤ ¥ ¦ § ¨ © ª £ ¦ £ « ¬ ¡ ¦ § ­ ¬ ® ¯ ¬

edukasi yang menyeluruh tentang 6. Cetinkaya M, Ozkan H, Private Limited, 2009; h.3-13.
pentingnya menjaga kebersihan diri Koksal N, Coskun SZ, 12. Mills JH, Khariwala SS, Weber
penderita berserta lingkungan untuk Hacimustafaoglu, Girisgin PC. Anatomy and Fisiology
memaksimalkan hasil penanganan O. Neonatal Myiasis. The of Hearing. Dalam; Bailey BJ,
penderita ini. Turkish Journal of Pediatrics. Johnson JT, Newlands SD,
Pada evaluasi yang telah 2008;50:581-4. penyunting. Head and Neck
dilakukan, penderita ini mengalami 7. Yazgi H, Uyanik MH, Yoruk Surgery Otolaryngology.
perbaikan dan tidak terdapat O, Aslan I. Aural Myiasis Edisi ke-4 Philadelphia:
pertumbuhan larva lagi. Demikian by Wohlfahrtia magnifica : Lippincot William & Wilkins,
pula sekret dari kedua telinga, tidak Case`Report. The Eurasian 2001; h.1883-4.
keluar lagi. Journal of Medicine. 13. Soepardi EA, Iskandar N,
2009;41:194-6. Bashiruddin J, Restuti RD.
DAFTAR PUSTAKA 8. Arora S, Sharma JK, Pippal Buku Ajar Ilmu Kesehatan
SK,Sethi Y, Yadav A. Clinical Telinga Hidung Tenggorok
1. Yuca K. Aural Myiasis in etiology of myiasis in ENT : Kepala dan Leher. Edisi ke-6.
Children and Literature a retrograde period-interval Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
Review. Tohoku J. Exp. Med. study. Brazillian Journal 2007; h.10-2.
2005;206:125-30. of Otorhinilaryngology. 14. Stafford K. Fly Management
2. Bapat SS. Neonatal Myiasis. 2009;75(3):356-61. Handbook A Guide to
Pediatric. 2000;106:1-3. 9. Siregar A, Aboet A. Myasis Biology, Dispersal, and
3. Rohela M, Jamaiah I, Amir Telinga. Kumpulan Naskah Management of the House
L, Nissapatorn V. A Case of Ilmiah Pertemuan Ilmiah Fly and Related Flies for
Auricular Myiasis in Malaysia. Tahunan PERHATI. Farmers, Municipalities, and
Southeast Asian J Trop Med Bukittinggi 28-30 Oktober Public Health Officials. New
Public Health. 2006;37;91-4. 1993. h. 105-11. Haven;2008.
4. Demirci Munir, Oguz H, 10. Morsy TA, Fayad ME, Salama 15. Cho JH, Kim HB, Cho CS,
Arslan N, Safak MA. Aural MMI, Sabri AHA, Serougi Huh S, Ree HI. An Aural
Myiasis. The Journal of AOM, Abdallah KF. Some Myiasis Case in a 54-year-old
Otolaryngology. 2006;35:192- Myiasis Producer in Cairo Male Farmer in Korea. Korean
3. and Gaza Abattoirs. Journal J Parasitol. 1999;37(1):51-3.
5. Yaghoobi R, Tirgari S, of the Egyptian Society of
Sina N. Human Auricular Parasitology. 1991;21(2):539-
Myiasis Caused by Lucilia 46.
sericata and Parasitological 11. Dhingra PL. Diseases of Ear,
Considerations. Acta Medica Nose and Throat. Edisi ke-
Iranica. 2005;43(2):155-7. 4. India: Reed Elsevier India

° ± ²

¡ ³ ¥ « ª ´ ¤ ­ ¤ ¦ ­ ´ µ ¶ § · £ ¶ ¸ § « ´ ª

Anda mungkin juga menyukai