Anda di halaman 1dari 15

Askep Steven Johnson

Sindrom
Disusun oleh :
Oky Jumadil Tsaniyah (M18010004)
Syahvaz Rosalfi Azra (M18010005)
Tingga Jabba Murti (M18010006)
Definisi Sindrom Steven Johnson
• indrom steven jhonson merupakan kelainan kulit yang bersifat fatal
dan merupakan kondisi paling ekstrim dari eritema multiformis.
Kondisi ini dipicu oleh penggunaan medikasi. Antibiotik, agens anti
kejang NSAID, dan sulfonamida adalah obat-obatan yang paling sering
menimbulkan kejadian ini. Seluruh permukaan tubuh dapat dipenuhi
oleh eritema dan lepuhan (Brunner & Suddarth, 2013)
klasifikasi
Terdapat tiga derajat klasifikasi yang diajukan menurut
(Kusuma & Nurarif, 2015):
• 1. Derajat 1 : erosi mukosa SSJ dan pelepasan epidermis kurang dari
10%
• 2. Derajat 2 : lepasnya lapisan epidermis antara 10-30%
• 3. Derajat 3 : lepasnya lapisan epidermis lebih dari 30%
Etiologi
• Menurut (Porth & Maffin, 2009 dalam Brunner & Suddarth, 2010)
sindrom steven johnson dipicu oleh reaksi obat. Etiologinya tidak
diketahui, tetapi kemungkinan berhubungan dengan sistem imun dan
bisa berupa suatu reaksi terhadap obat atau kelainan sekunder akibat
infeksi virus.
Patofisiologi
• Patogenesisnya belum jelas, diperkirakan karena reaksi alergi tipe III
dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya kompleks antigen-
antibodi yang membentuk mikropresipitasi sehingga terjadi aktivasi
sistem komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi netrofil yang
kemudian melepaskan lisozim dan menyebabkan kerusakan jaringan
pada organ sasaran.
Manifestasi Klinis
• Menurut (Brunner & Suddarth, 2013) tanda-tanda awal sindrom
steven johnson antara lain konjungtiva terasa panas atau gatal, nyeri
tekan kutaneus, demam, sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan,
malaise ekstrem, dan mialgia (nyeri dan sakit).
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
2. Histopatologi
3. Imunologi
Penatalaksanaan
• Menurut (Brunner & Suddarth, 2013) sasaran penanganan antara lain
mengontrol keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah sepsis,
dan mencegah komplikasi pada mata.
Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan agens farmaseutikal
ditandai dengan adanya lesi pada kulit, mukosa, dan mata (00046)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak
adekuat (gangguan integritas kulit) (00004)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera ditandai dengan kulit
yang terkelupas dan adanya lesi (00132)
Perencanaan Keperawatan
• Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan agens
farmaseutikal ditandai dengan adanya lesi pada kulit, mukosa, dan
mata (00046)
• Tujuan yang diharapkan (NOC) : Integritas jaringan : kulit &
membran mukosa baik
• Kriteria Hasil :
1. Tidak ada lesi pada kulit dan mukosa membran
2. Tidak ada pengelupasan kulit
3. Tidak ada eritema
4. Tidak ada peningkatan suhu kulit
Intervensi
1. Pantau kulit dan membrane mukosa pada area yang mengalami
perubahan warna, memar dan kerusakan
2. Pantau adanya kekeringan dan kelembaban yang berlebihan pada
kulit
3. Oleskan salep yang sesuai dengan kulit/lesi
4. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
Perencanaan Keperawatan
• Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak
adekuat (gangguan integritas kulit) (00004)
• Tujuan yang diharapkan (NOC): Kontrol resiko: proses infeksi dapat
dilakukan dan status imunitas baik
• Kriteria Hasil:
1. Mengidentifikasi faktor resiko infeksi
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi
3. Memonitor perilaku diri yang berhubungan dengan resiko infeksi
4. Memonitor faktor di lingkungan yang berhubungan dengan resiko infeksi
5. Jumlah leukosit dalam batas normal (5000 - 10.000/mm3)
Intervensi
1. Monitor TTV
2. Monitor karakteristik luka
3. Batasi jumlah pengujung
4. Tingkatkan intake nutrisi yang tepat
5. Edukasi keluarga dan pasien mengenai tanda dan gejala infeksi dan
bagaimana cara menghindari infeksi
Perencanaan Keperawatan
• Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera ditandai dengan kulit
yang terkelupas dan adanya lesi (00132)
• Tujuan yang diharapkan (NOC) : Kontrol nyeri dapat dilakukan dan
tingkat nyeri dapat berkurang
• Kriteria Hasil :
1. Secara konsisten menunjukkan dalam menggunakan tindakan pengurangan
nyeri tanpa analgesik
2. Nyeri yang dilaporkan : tidak ada
3. Ekspresi nyeri wajah : tidak ada
4. Melaporkan nyeri yang terkontrol
5. Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan
Intervensi
1. Kaji skala nyeri secara komprehensif
2. Monitor TTV
3. Lakukan perubahan posisi dan relaksasi
4. Ajarkan pasien Teknik relaksasi
5. Berikan analgesic untuk mengurangi nyeri (kolaborasi dengan
dokter)

Anda mungkin juga menyukai