Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Disusun dan Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan


Dosen Pengampu : Trio Ardhian, M.Pd

Di Susun Oleh:
(Kelompok 12)
Nama : ALIFFIAN ARIEF NUGROHO
ERSIS RAMADHAN
ERINA VIDELLIA
YULIANA DWI KUSUMAWARDANI
NIM : 2020015248
2020015262
2020015278
2020015269
Semester : GASAL TAHUN 2020/2021
Kelas :1G

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas berkat rahmat dan hidayah-nya
sehingga penulisan tugas “makalah kelompok” ini dapat terselesaikan dengan waktu yang telah
ditentukan. Penyusunan tugas “makalah kelompok” ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah “PENDIDIKAN PSIKOLOGI”, topik yang dibahas adalah “Individu Anak
Berkebutuhan Khusus”.
Penyusunan tugas ini dengan harapan dapat membantu pembaca untuk lebih memahami
materi tentang “Individu Anak Berkebutuhan Khusus”. Namun demikian, tentu saja dalam
penyusunan masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang tepat.
Dengan ini, memohon saran dan kritik yang konstruktif, sehingga penulis bisa menyempurnakan
hasil makalah yang telah dibuat.

Yogyakarta, …………… 2020

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................
D. Manfaat.........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Individu Berkesulitan Belajar...................................................................
B. Retardasi Mental...................................................................................
C. Gifted / Talent.....................................................................................
D. Kelainan Perilaku................................................................................
E. Autsime.............................................................................................
F. Kelainan Visual...................................................................................
G. Kelainan Pendengaran...........................................................................
H. Kelainan Fisik dan Kesehatan...............................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menurut kalian sebutan apa yang layak bagi seseorang yang tidak bisa berjalan, tidak bisa
mendengar dan autisme. Apakah kalian akan menyebutnya dengan sebutan cacat ? Ataukah
orang dengan disabilitas/berkebutuhan khusus? Dan apakah kata ‘cacat’ adalah bagian dari
disabilitas?
Di Indonesia, individu berkebutuhan khusus kerap disebut dengan istilah
penyandang disabilitas. Disabilitas, menurut KBBI, diartikan sebagai  keadaan ( seperti
sakit atau cedera ) yang merusak atau membatasi kemampuan mental dan fisik seseorang.
Namun disabilitas juga merupakan kata serapan bahasa Inggris, disability, yang berarti
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan berbagai hal dengan cara yang biasa.
Pemerintah Indonesia mendefinisikan arti kata disabilitas dalam Undang-Undang
Republik Indonesia (UU No 8 Tahun 2016). Disabilitas adalah setiap orang yang
mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensoris dalam jangka waktu
lama dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan
untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan
kesamaan hak. Ragam penyandang disabilitas dapat dialami secara tunggal, ganda, atau
multi dalam jangka waktu lama yang ditetapkan oleh tenaga medis sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Jadi, disabilitas adalah keterbatasan fisik, intelektual,
mental, dan/atau sensoris seseorang yang dialami dalam jangka waktu lama yang
menghambat aktivitas tertentu karena ketiadaan akses lingkungan yang mendukung.
Disabilitas atau individu berkebutuhan khusus secara umum dibagi menjadi 3 yaitu,
disabilitas fisik, disabilitas emosi dan perilaku serta disablitas intelektual , yang termasuk
dalam disabilitas fisik, yaitu: tunarungu (Tuli), tunanetra (Buta) dan tunadaksa (disablitas
fisik), selanjutnya, yang termasuk dalam ketegori disabilitas emosi dan perilaku, yaitu:
tunalaras (disablitas laras), gangguan komunikasi dan hiperaktif. Terakhir yang termasuk
dalam ketegori disabilitas intelektual, yaitu: tunagrahita (disabilitas grahita),  slow learner,
kesulitan belajar khusus, anak berbakat (gifted), autisme dan indigo.
Dalam UU No 8 Tahun 2016, Penyandang disabilitas memiliki beberapa hak, yakni:
Hak pendidikan; Hak pekerjaan; Hak kesehatan; Hak politik; Hak keagaamaan; Hak
keolahragaan; Hak kebudayaan dan pariwisata; Hak kesejahteraan sosial; Hak aksesibilitas;
Hak pelayanan publik; Hak perlindungan dari bencana; Hak habilitasi dan rehabilitasi; Hak
pendataan; Hak hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat; Hak berekspresi,
berkomunikasi, dan memperoleh informasi; Hak kewarganegaraan; Hak bebas dari
diskriminasi, penelantaran, penyiksaan, dan eksploitasi; serta Hak keadilan dan
perlindungan hukum. Disabilitas bukan berarti menjadi hambatan untuk menjalani
kehidupan. Penyandang disabilitas tidak berarti mereka tidak bisa melakukan apa-apa.
Mereka sama seperti kita, hanya saja memiliki cara yang berbeda dalam melakukan suatu
aktivitas yang tidak dapat mereka lakukan karena keterbatasannya. Mari kita berusaha
memahami para penyandang disabilitas sebagai dukungan bagi mereka untuk berkembang
dan terlibat dalam kehidupan bermasyarakat.

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara kita mengatasi individu yang kesulitan dalam belajar?
2. Apa pengertian retradasi mental?
3. Apa pengertian gifted / talent?
4. Apa pengertian kelainan perilaku?
5. Apa pengertian autsime?
6. Apa pengertian kelainan visual?
7. Apa pengertian kelainan pendengar?
8. Apa pengertian kelainan fisik dan kesehatan?
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi individu yang kesulitan dalam
belajar.
2. Untuk menjelaskan apa saja pengertian pengertian dari kelainan yang ada pada penderita
kebutuhan khusus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Individu Berkesulitan Belajar

Menurut Abu Ahmadi dalam buku Psikologi belajar, (1999: 74) mengatakan
bahwa “dalam keadaan dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya,
itulah yang disebut kesulitan belajar”. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah
(2002: 201), kesulitan belajar adalah “suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat
belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam
belajar”. Selanjutnya Gozali dalam Psikologi Belajar, (1999: 38), mengatakan bahwa
“kesulitan belajar adalah kesukaran mendapat perubahan tingkah laku yang di inginkan
meskipun latihan telah dilakukan.
Kesulitan belajar  adalah suatu kondisi dimana peserta didik tidak
dapat belajar dengan baik, disebabkan karena adanya gangguan, baik berasal dari faktor
internal siswa di batasi faktor intelegensi maupun faktor eksternal siswa.
Dibawah ini kita akan menjelaskan beberapa karakteristik utama dalam kesulitan
belajar :
1) Gangguan Internal
Penyebab kesulitan belajar berasal dari faktor internal, yaitu yang berasal dari
dalam anak itu sendiri. Anak ini mengalami gangguan pemusatan perhatian,
sehingga kemampuan perseptualnya terhambat.
2) Aspek sosial dan emosi
Terdapat 2 karakteristik sosial-emosional anak berkesulitan belajar ialah:
kelabilan emosional dan ke-impulsif-an. Kelabilan emosional ditunjukakan oleh
sering berubahnya suasana hati dan temperamen. Ke-impulsif-an merujuk
kepada lemahnya pengendalian terhadap dorongan-dorongan untuk berbuat
seseuatu.
PENYEBAB KESULITAN BELAJAR
1. Menurut Roos (1976), Siegel, dan Gold (1982), serta Painting (1983), bahwa
kesulitan belajar khusus desebabkan oleh disfungsi sistem saraf yang disebabkan
oleh:
a. cedera otak pada masa perkembangan otak,
b. ketidakseimbangan zat-zat kimiawi didalam otak,
c. gangguan perkembangan saraf,
d. kelambatan proses perkembangan individu.

2. Menurut Hallahan dan Kauffman(1991:127-128), yaitu :


a. Faktor organis/ biologis disebabkan oleh adanya disfungsi dari sistem saraf
pusat.
b. Faktor genetis
c. Faktor lingkungan, seperti keluarga yang tidak menunjang atau guru-guru yang
tidak mepersiapkan program pengajaran dengan baik.
Cara mengatasi mengatasi kesulitan belajar adalah sebagai berikut :
1. Tempat duduk siswa
Anak yang mengalami kesulitan pendengaran dan penglihatan hendaknya
mengambil posisi tempat duduk bagian depan.
2. Gangguan kesehatan
Anak yang mengalami gangguan kesehatan sebaiknya diistirahatkan di rumah
dengan tetap memberinya bahan pelajaran dan dibimbing oleh orang tua dan
keluarga lainnya.
3. Bantuan media dan alat peraga
Penggunaan alat peraga pelajaran dan media belajar kiranya cukup membantu
siswa yang mengalami kesulitan menerima materi pelajaran. Misalnya,  karena
materi pelajaran bersifat abstrak sehingga sulit dipahami siswa.
4. Suasana belajar menyenangkan
Suasana belajar yang nyaman dan menggembirakan akan membantu siswa yang
mengalami hambatan dalam menerima materi pelajaran.
B. Retardasi Mental
C. Gifted / Talent
Gifted adalah anak anak yang memiliki kemampuan khusus atau lebih dikenal
dengan sebutan berbakat. Tidak hanya berbakat melainkan juga cerdas. Kirk, S.A. &
Gallagher, J.J. Dalam (Tin Suharmini, 2009: 50) anak yang termasuk gifted adalah
mereka yang mempunyai intelegensi diatas 130. Sedangkan istilah talented  lebih kepada
keunggulan bidang-bidang khusus seperti musik, melukis, olahraga, seni, kepemimpinan,
bidang akademik seperti bahasa, matematika dan sebagainya.
Anak – anak gifted ( berbakat ) memiliki kemampuan luar biasa, yang berbeda jauh
dengan anak –anak lainnya.. perbedaan ini pada umumnya membuat anak berbakat
dilihat sebagai individu yang unik, istimewa, atau bahkan bisa dianggap sebagai anak
yang aneh. Sebagai anak yang berbeda seringkali anak sulit menyesuaikan diri dengan
lingkungannya terutama terhadap teman sebaya nya. Anak gifted butuh pendidikan
khusus dan sistem mengajar yang tidak membosankan bagi mereka.
Karakteristik seorang Gifted  adalah :
1) Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi. hal ini dapat dilihat dengan cara
tes intelegensi (IQ).
2) Memiliki bakat istimewa pada bidang tertentu.
3) Kreativitasnya tinggi dalam berfikir dan selalu muncul ide- ide yang cemerlang.
4) Kemampuan untuk memimpin sangat terlihat seperti kemampuan mengarahkan,
dan mempengaruhi  orang lain untuk bertindak seperti yang disampaikan.
5) Memiliki prestasi-prestasi yang istimewah pada bidang seni atau bidang-bidang
lainnya.
D. Kelainan Perilaku
Kelainan perilaku atau bisa juga disebut dengan kelainan kepribadian adalah
kelainan mental seseorang yang terganggu, pengidapnya memiliki pola pikir dan perilaku
yang tidak sehat dan berbeda dari rata-rata orang biasanya. Pengidapnya juga sulit untuk
merasakan, memahami, atau berinteraksi dengan orang lain. Tentu saja bisa menyebabkan
masalah dalam situasi sosial. Tidak jarang hubungan penderita gangguan kepribadian
dengan orang lain di lingkungan rumah, sekolah, bisnis, atau pekerjaan menjadi terbatas.
Adapaun menurut para ahli yaitu, Menurut Davison dkk (2006) gangguan
kepribadian adalah kelompok gangguan yang sangat heterogen dan dianggap sebagai pola
perilaku dan pengalaman internal yang bertahan lama, pervasif dan tidak fleksibel yang
menyimpang dari ekspektasi budaya orang yang bersangkutan dan menyebabkan hendaya
dalam keberfungsian sosial pekerjaan.
Penyebab gangguan kepribadian belum bisa dijelaskan dengan pasti. Gangguan ini
diperkirakan disebabkan oleh gabungan beberapa faktor seperti: genetik dan lingkungan,
yaitu adanya faktor riwayat trauma karena kekerasan.

E. Autsime
Autisme adalah gangguan perkembangan serius yang mengganggu kemampuan
berkomunikasi dan berinteraksi.Gangguan spektrum autisme yang memengaruhi sistem
saraf.
Kartono (2000) berpendapat bahwa Autisme adalah gejala menutup diri sendiri
secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar keasyikan ekstrim
dengan fikiran dan fantasi sendiri. Supratiknya (1995) menyebutkan bahwa penyandang
autis memiliki ciri-ciri yaitu penderita senang menyendiri.
Gejala penderita austisme :
a) Perkembangan: gangguan belajar atau keterlambatan bicara
b) Kognitif: kesulitan dalam memperhatikan atau minat yang intens pada hal-hal
tertentu
c) Psikologis: tidak sadar emosi orang lain atau depresi
d) secara umum: kedutan, kegelisahan, perubahan suara atau sensitif terhadap suara.
F. Kelainan Visual
Kelainan visual merupakan gangguan pada indra penglihatan dan daya ingat
maupun daya pikir seseorang yang dipengaruhi oleh faktor tertentu,misalnya oleh faktor
gen,faktor bawaan dan lain sebagainya.
Tipe gangguan proses visual :
a) Gangguan deskriminasi visual,merupakan kemampuan untuk membedakan objek
berdasarkan karakteristik masing-masing.
b) Gangguan ingatan visual,berkaitan dengan kesulitan memahami antara
objek,simbol,dan kata secara keseluruhan.
c) Gangguan penutupan visual,merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi simbol
atau objek ketika seluruh objek tidak terlihat.
d) Gangguan pengenalan objek,mengacu pada apa yang baru pertama dipelajari sudah
tidak diingat lagi.

G. Kelainan Pendengaran
Kelainan pendengaran pada anak ini biasa di sebut dengan Tunarungu.
Tunarungu adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam fungsi
penderngarannya.Kondisi ini bisa berlangsung hanya sementara atau permanen.
Terdapat dua jenis gangguan pendengaran yang membuat seseorang menjadi
tunarungu,yaitu yang bersifat bawaan atau sudah ada sejak lahir dan yang terjadi setelah
dilahirkan.
Tunarungu bawaan bisa disebabkan oleh mutasi genetik,keturunan dari orang
tua,atau terpapar penyakit ketika masih di dalam kandungan.Sedangkan tunarungu yang
terjadi setelah lahir biasanya disebabkan oleh paparan suara keras dalam jangka
panjang,usia,cedera,dan penyakit tertentu,misalnya infeksi pada telinga dan sebagainya.
Hilangnya kemampuan mendengar berdampak pada cara seseorang menganal lingkungan
dan berinteraksi.Meskipun demikian,hilangnya kemampuan pendengaran tidak menjadi
hambatan bagi seseorang untuk berinteraksi sosial dan mendapatkan pendidikan
H. Kelainan Fisik dan Kesehatan
Kelainan fisik adalah kelainan yang terjadi pada satu atau lebih organ tubuh
tertentu.Akibat kelainan tersebut timbul suatu keadaan pada fungsi fisik tubuhnya tidak
dapat menjalankan tugasnya secara normal.Yang termasuk didalam kelainan ini adalah
Tunanetra(kelainan pada indra penglihatan),Tunarungu(kelainan pada pendengaran),dan
Tunawicara(kelainan pada fungsi organ bicara).
Kesehatan mental dipengaruhi oleh peristiwa dalam kehidupan yang meninggalkan
dampak yang besar pada kepribadian dan perilaku seseorang.Jika kesehatan mental
terganggu,maka timbul gangguan mental atau penyakit mental.Gangguan mental dapat
mengubah cara seseorang dalam menangani pilihan,dan memicu hasrat untuk menyakiti
diri sendiri.
Gejala Kesehatan Mental gangguan mental atau penyakit mental dapat diawali
dengan beberapa gejala berikut ini,antara lain:
a) Berteriak atau berkelahi dengan keluarga dan teman-teman
b) Ketakutan,kekhawatiran,atau perasaan bersalah yang selalu menghantui
c) Kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi
d) Ketidakmampuan untuk mengatasi stress atau masalah sehari-hari
e) Marah berlebihan dan rentan melakukan kekerasan,dan lain
f) Lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

Desiningrum, D. R. (2016). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Psikosain.

http://fatkhan.web.id/pengertian-kesulitan-belajar/

https://meenta.net/pengertian-anak-berbakat-menurut-ahli/

https://id.scribd.com/doc/310013057/Pengertian-Autisme-Menurut-Para-Ahli

https://www.klikdokter.com/penyakit/gangguan-kepribadian

Anda mungkin juga menyukai