Anda di halaman 1dari 5

Case Report Session

Bayi Berat Lahir Rendah dan Respiratory Distress Syndrome

Disusun oleh:

Barus Ramadani 1410070100145

Syafina Murad 1610070100003

Dody Febrianto zaidir 1610070100090

Preseptor:

dr. Rahmi Yetti, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram ( sampai dengan 2.499 gram.
Bertahun-tahun lamanya bayi baru lahir berat badannya kurang atau sama dengan 2.500
gram disebut bayi premature. Salah satu komplikasi yang ditimbulkan adalah kesulitan
pernafasan.1 Distress respirasi atau gangguan nafas merupakan masalah yang sering
dijumpai pada hari pertama kehidupan Bayi baru lahir. Ditandai dengan takipnea, nafas
cuping hidung, retraksi inter kostal, sianosis dan apnue. Gangguan nafas yang paling
sering adalah TTN (Transient Tachypnea of the Newborn) dan RDS (Respiratory Distress
Syndrome) atau PMH (Penyakit Membran Hialin) dan Displasia bronkopulmonar.2

RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau Sindroma Gangguan Nafas


(SGN) dikenal juga sebagai Penyakit Membran Hialin, hampir terjadi sebagian besar pada
BKB (Bayi Kurang Bulan). Insidens dan derajat penyakit ini berhubungan erat dengan
umur kehamilan. Defisiensi surfaktan pada paru akan menyebabkan tingginya tegangan
permukaan alveolar sehingga pada saat akhir ekspirasi akan terjadi kolaps alveolar. Kolaps
alveolar akan mengakibatkan buruknya oksigenasi, hiperkarbia dan asidosis respiratorik.2

RDS (Respiratory Distress Syndrome) beberapa tahun terakhir membaik


dengan penggunaan steroid antenatal untuk meningkatkan kematangan paru, terapi pasca
natal dengan pemberian surfaktan secara dini untuk kasus defisiensi surfaktan dan teknik
penggunaan ventilator mekanik yang agar mengurangi kerusakan paru yang masih imatur.
Terapi ini juga meningkatkan tingkat survival BKB. Meskipun sudah menurun, insiden
dan derajat berat komplikasi masih menunjukkan morbiditas yang signifikan. 2

1.2 Batasan Masalah


Makalah ini membahas tentang definisi, klasifikasi, epidemiologi, etiologi,
patogenesis, gambaran klinis, penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan Bayi berat badan
lahir rendah dan RDS (Respiratory Distress Syndrome) pada bayi baru lahir.

2
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai
definisi, klasifikasi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, gambaran klinis, penegakkan
diagnosis dan penatalaksanaan Bayi berat badan lahir rendah dan RDS (Respiratory
Distress Syndrome) pada bayi baru lahir.

1.4 Metode Penulisan


Makalah ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada
berbagai sumber dan literatur, serta berdasarkan kasus yang ada pada NICU RSUD
Achmad Mochtar Bukittinggi.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Berat Bayi Lahir Rendah


2.1.1 Definisi

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram ( sampai dengan 2.499 gram.
Bertahun-tahun lamanya bayi baru lahir berat badannya kurang atau sama dengan 2.500
gram disebut bayi premature.1

2.1.2 Epidemiologi

Insiden BBLR di dunia adalah 15%, dimana 80% terjadi di negara-negara sedang
berkembang.3 Data badan kesehatan dunia (World Health Organization), menyatakan
bahwa prevalensi bayi dengan BBLR di dunia yaitu 15,5% atau sekitar 20 juta bayi yang
lahir setiap tahun, sekitar 96,5% diantaranya terjadi di negara berkembang (WHO, 2018)
(WHO, 2014a). Upaya pengurangan bayi BBLR hingga 30% pada tahun 2025 mendatang
dan sejauh ini sudah terjadi penurunan angka bayi BBLR dibandingkan dengan tahun 2012
sebelumnya yaitu sebesar 2,9%. Dengan hal ini, data tersebut menunjukkan telah terjadi
pengurangan dari tahun 2012 hingga tahun 2019 yaitu dari 20 juta menjadi 14 juta bayi
BBLR (Ferdiyus, 2019). 4

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 angka kejadian


Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia mencapai 6,2%. Provinsi Sulawesi
Tengah menduduki peringkat pertama kejadian BBLR yaitu 8,9%, sedangkan provinsi
yang memiliki persentase angka kejadian BBLR paling rendah adalah Provinsi Jambi
(2,6%) (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Statistik, Kesehatan, &
USAID, 2018). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencegahan dan
pengendalian BBLR yang terjadi di Indonesia. 4

2.1.3 Etiologi

Etiologi BBLR ada yang berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta.
Berikut akan dikelompokkan etiologi BBLR berdasarkan 3 faktor di
atas.4Faktor

4
Ibu5:
 Toxemia
 Hipertensi dana tau penyakit ginjal
 Hipoksemia ( misalnya menderita penyakit jantung atau paru)
 Anemia sel sabit
 Konsumsi obat-obatan,alkohol, rokok.
Faktor Janin :
 Infeksi pada janin (cytomegalic inclusion disease, rubella kongenital, sifilis)
 Radiasi
 Kehamilan ganda
 Hipoplasi pankreas
 Defisiensi insulin
 Defisiensi insulin-like growth factor type 1.
Faktor plasenta :
 Penurunan berat plasenta dan/atau selularitas plasenta
 Penurunan luas permukaan plasenta
 Villous plaentitis (disebabkan bakteri, virus, parasit)
 Infark plasenta
 Tumor ( mola hidatidosa, chorioangioma)
 Plasenta terpisah

2.1.4 Patofisiologi

Dari berbagai etiologi di atas, secara garis besar terjadinya BBLR adalah
sebagai berikut2:
 Plasenta
Berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta dan
luas permukaan villus plasenta. Aliran darah uterus, juga transfer oksigan juga
transfer oksifen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit
vaskular yang diderita ibu. Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat
gangguan pertumbuhan janin. Dua puluh lima sampai tiga puluh persen kasus
gangguan pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil penurunan aliran darah

Anda mungkin juga menyukai